You are on page 1of 16

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN ANGINA

PEKTORIS PADA Ny.L DIRUANGAN ANDREA BED 07


RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN
19 APRIL 2017

DISUSUN OLEH
Nama : Yohana Hotmarina
NIM : 012015030

Dosen Pembimbing : Magda Siringo-ringo, SST., M.Kes

PROGRAM STUDI : DIII KEPERAWATAN

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN


TAHUN AJARAN 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Walaupun telah banyak kemajuan dalam penatalaksanaannya, penyakit jantung
koroner (PJK) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang cukup penting. Di Negara-negara maju dan beberapa Negara berkembang
seperti Indonesia, PJK merupakan penyebab kematian utama. Di Amerika Serikat didapatkan
bahwa kurang lebih 50 % dari penderita PJK mempunyai manifestasi awal Angina Pectoris
Stabil(APS). Jumlah pasti penderita angita pectoris ini sulit diketahui. Dilaporkan bahwa
insidens angina pectoris pertahun pada penderita diatas usia 30 tahun sebesar 213 penderita
per 100.000 penduduk. Asosiasi jantung Amerika memperkirakan ada 6.200.000
penderita APS ini di Amerika serikat. Tapi data ini nampaknya sangat kecil bila dibandingkan
dengan laporan dari dua studi besar dari Olmsted Country dan Framingham, yang
mendapatkan bahwa kejadian infark miokard akut sebesar 3% sampai 3.5% dari penderita
APS pertahun, atau kurang lebih 30 penderita APS untuk setiap penderita infark miokard
akut Mengingat banyaknya jumlah penderita APS dan kerugian yang ditimbulkannya
terutama secara ekonomi, diperlukan penatalaksanaan yang lebih komprehensif. Tetapi APS
terutama ditujukan untuk menghindarkan terjadinya infark miokard akut dan kematian
sehingga meningkatkan harapan hidup, serta mengurangi symptom dengan harapan
meningkatnya kualitas hidup. Pada penderita yang berdasarkan riwayat penyakit dan
pemeriksaan awal didapatkan kemungkinan sedang atau tinggi untuk menderita suatau PJK
perlu dilakukan test secara non invasif maupun invasive untuk memastikan
diagnosa serta menentukan stratifikasi resiko. Penderita APS dengan resiko tinggi atau
resiko sedang yang kurang berhasil dengan terapi standart, perlu dilakukan tindakan
revaskularisasi, terutama bila penderita memang menghendaki. Makalah ini disusun
dengan tujuan untuk mengetahui dan mampu menerapkan keperawatan pada klien
dengan angina pectoris.

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Diharapkan penulis mampu mendapatkan gambaran tentang penerapan asuhan


keperawatan gawat darurat kepada klien dengan angina pektoris.
1.2.2. Tujuan Khusus

1. Memberikan gambaran penulisan tentang konsep dasar penyakit angina pektoris


mulai dari pengertian, penyebab, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan
diagnostik, dan penatalaksanaan medik.

2. Melakukan pengkajian pada klien dengan angina pektoris

3. Menganalisa data serta merumuskan diagnosa pada klien dengan angina pektoris

4. Menyusun perencanaan pada klien dengan angina pektoris

5. Melaksanakan rencana keperawatan pada klien dengan angina pektoris

6. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan angina pektoris

7. Membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan angina


pektoris
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Medis


2.1.1. Definisi
Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak yang
berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan oleh
ischemia miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Rasa tidak enak tersebut sering kali
digambarkan sebagai rasa tertekan, rasa terjerat, rasa kemeng, rasa penuh, rasa terbakar, rasa
bengkak dan rasa seperti sakit gigi. Rasa tidak enak tersebut biasanya berkisar 1 – 15 menit
di daerah retrosternal, tetapi dapat juga menjalar ke rahang, leher, bahu, punggung dan lengan
kiri. Walaupun jarang, kadang-kadang juga menjalar ke lengan kanan. Kadang-
kadang keluhannya dapat berupa cepat capai, sesak nafas pada saat aktivitas,
yang disebabkan oleh gangguan fungsi akibat ischemia miokard.

2.1.2. Etiologi

Penyebab dari angina pectoris antara lain : ateroskelerosis, spasme pembuluh


koroner, latihan fisik, pajanan terhadap dingin, makan makanan berat dan stress.

2.1.3. Manifestasi Klinik/Gejala

1. Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah


interskapula atau lengan kiri.
2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-
kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).

3. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.

4. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.

5. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin,
palpitasi, dizzines.

6. Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.

7. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.

2.1.4. Patofisiologi

Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suply oksigen


ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri
koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis,
namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan
ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering
ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga
meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner
berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung. Namun apabila
arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat
berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi
iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.

2.1.5. Pathway
2.1.6. Pemeriksaan diagnostik
Untuk mendiagnosa angina pektoris tidak stabil, dokter akan mengambil riwayat
kesehatan menyeluruh (termasuk deskripsi lengkap gejala-gejala pasien), melakukan
pemeriksaan fisik, mengukur tekanan darah, dan melakukan satu atau lebih dari tes berikut:
1. Elektrokardiogram (EKG)
Tes EKG memonitor aktivitas listrik jantung. Ketika temuan EKG tertentu yang hadir,
risiko angina tidak stabil maju denagn serangan jantung meningkat secara signifikan. Sebuah
EKG biasanya normal ketika seseorang tidak memiliki rasa sakit dada dan sering
menunjukkan perubahan tertentu ketika rasa sakit berkembang.
2. Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi tidak memberikan data untuk diagnosis angina tidak
stabil secara langsung.Tetapi bila tampak adanya gangguan faal ventrikel kiri,adanya
insufisiensi mitral,dan abnormalitas gerakan dinding regional jantung,menandakan prognosis
kurang baik.Ekokardiografi sres juga dapat membantu menegakkan adnya iskemia
miokardium

2.1.7. Penatalaksanaan Medik

Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris :


- Mencegah terjadinya infark miokard dan nekrosis, dengan demikian
meningkatkan kuantitas hidup.

- Mengurangi symptom dan frekwensi serta beratnya ischemia, dengan demikian


meningkatkan kualitas hidup.

Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah : meningkatkan pemberian oksigen (dengan


meningkatkan aliran darah koroner) dan menurunkan kebutuhan oksigen (dengan mengurangi
kerja jantung).

2.2. Konsep Keperawatan


2.2.1. Pengkajian
1. Primer
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segala masalah actual/ potensial dari
kondisi life threatening (berdampak terhadap kemampuan pasien untuk
mempertahankan hidup). Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan:
a. Breath
RR 28 kali /menit reguler, pergerakan dada simetris, bunyi napas vesikuler,SaO2
80%, ada penggunaan otot bantu napas.
b. Blood
TD 176/108 mmHg, MAP 127, nadi 99 x/menit ireguler, Konjungtiva anemis,
sianosis, akral dingin
c. Brain
KU lemah,pucat , pupil isokor L 2 mm/ R 2 mm, rangsang cahaya L +/ R +
d. Bladder : normal.
e. Bowel : Normal
f. Bone dan Integumen : Ekstremitas dingin, kulit sianosis
2. Sekunder
pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah airway, breathing dan circulation yang
ditemukan pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian
objektif dan subjektif dari riwayat keperawatan (riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala
sampai kaki.

2.2.2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Pasien dapat mengontrol nyeri Manajemen nyeri (1400)
Nyeri akut
setelah melakukan tindakan - Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan dalam waktu 1x24 jam yang komprehensif
Definisi :
- Observasi skala nyeri pasien
dengan kriteria hasil :
- Evaluasi laporan nyeri pada
- Nyeri tidak ada
dada,leher dan punggung
- Episode nyeri berkurang
- Ekpresi wajah meringis tidak sebelah kiri
- Anjurkan pasien istirahat
ada
total
- Observasi TTV saat nyeri
datang

Setelah dilakukan tindakan Pengurangan kecemasan (5020)


Ansietas
keperawatan selama 1x24 jam - Jelaskan tujuan pemasangan
diharapkan pasien dapat mengontrol monitoring.
Definisi :
- Anjurkan keluarga untuk
kecemasan dengan kriteria hasil :
menganggap pasien seperti
- Perasaan gelisah hilang
sebelumnya
- Pasien mengatakan tidak cemas lagi
- Beritahu pasien tentang
- Pasien menunjukan strategi koping
program medis yang telah
yang efektif
dibuat untuk menurunkan
serangan yang akan datang.
- Kaji orientasi pasien
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian
A. Identifikasi
1) Identitas pasien
Nama : Ny.L
TTL/Umur : 04-02-1966 (51 tahun)
Jenis kelamin : perempuan
Agama/Suku : protestan/batak
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl.jamin Ginting
Tgl. Masuk : 17-04-2017
Tgl. Pengkajian : 19-04-2017
2) Identitas penanggung jawab
Nama : Tn.K
Pendidikan : Strata 1
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Jl. Jamin Ginting
Hub.dg keluarga : Anak

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh,
semua data atau informasi klien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan masalah
keperawatan pengkajian pada klien aterosklerosis.
1. Aktivitas dan istirahat.
Kelemahan, kelelahan,ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan Tacycardia
dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
2. Sirkulasi
a. Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi,
diabetes melitus.
b. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau
terlambatnnya capilary refill time, distritmia.
c. Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan
terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
d. Heaet rate munkin meningkat atau mengalami penurunan (tachy bradi cardia ).
e. Ama jantung mungkin ireguler atau juga normaI.
f. Edama:Jugular vena distension,odema anasarka,crackles mungkin juga timbul
dengaan gagal jantung.
g. Warna kulit mungkin pucat baik bibir dan di kuku.
3. Eliminasi.
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
4. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah
dan perubahan barat badan.
5. Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar padasaat melakukan aktivitas.
6. Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
7. Kenyamanan
a. Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau
dengan dengan nitrogliserin.
b. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke
lengan, rahang dan wajah.
c. Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang pernah
dialami.Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang
menyeringai, perubahan postur tubuh, menangis, penurunan kontak mata
,perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta
tingkat kesadaran.
8. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktifitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan
penyakit pernafasan kronis.Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi,
pucat atau cyanisis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesukuler.Sputum jernih atau
juga merah muda/ pink tinged.
9. Interaksi sosial
Stress,kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tidak terkontrol.
10. Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke,
hipertensi, perokok.
3.2. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH

Aterosklerosis Nyeri akut (


DS : Pasien mengatakan sesak dan nyeri di
bagian dada sebelah kiri menjalar ke ke
bahu hingga ke leher.

DO :
- P : setelah melakukan aktivita yang berat
- Q : seperti tertusuk-tusuk
- R : di bagian dada sebelah kiri menjalar ke
bagian punggung sampai keleher
- S : skala nyeri (7-8) meringis kesakitan
- T : tidak menentu (tiba-tiba) dengan durasi
15-20 detik.
Ancaman Ansietas
DS : Pasien mengatakan bahwa ia tidak
kematian
terlalu paham dengan penyakitnya namun
dari sakit yang diderita ia merasa
penyakitnya itu mengancam nyawa dan
pasien merasa cemas serta belum terima jika
harus meninggal.

DO : pasien tampak cemas dan gelisah.

3.3. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan


Nama/Umur : Nn.L (51 tahun) dr yang merawat : dr.Nora
Ruangan/Bed : Andrea/07 NRM : 00-35-24-66

Diagnosa Keperawatan NOC NIC


Pasien dapat mengontrol nyeri Manajemen nyeri (1400)
Nyeri akut b.d. Aterosklerosis
setelah melakukan tindakan - Lakukan pengkajian nyeri
d.d. Pasien mengatakan sesak
keperawatan dalam waktu 1x24 jam yang komprehensif
dan nyeri di bagian dada - Observasi skala nyeri pasien
dengan kriteria hasil :
- Evaluasi laporan nyeri pada
sebelah kiri menjalar ke ke
- Nyeri tidak ada
dada,leher dan punggung
bahu hingga ke leher. P : - Episode nyeri berkurang
- Ekpresi wajah meringis tidak sebelah kiri
setelah melakukan aktivita
- Anjurkan pasien istirahat
ada
yang berat, Q : seperti tertusuk-
total
tusuk, R : di bagian dada - Observasi TTV saat nyeri
sebelah kiri menjalar ke bagian datang
punggung sampai keleher, S :
skala nyeri (7-8) meringis
kesakitan, T : tidak menentu
(tiba-tiba) dengan durasi 15-20
detik.
Setelah dilakukan tindakan Pengurangan kecemasan (5020)
Ansietas b.d ancaman kematian
keperawatan selama 1x24 jam - Jelaskan tujuan pemasangan
d.d. Pasien mengatakan bahwa
diharapkan pasien dapat mengontrol monitoring.
ia tidak terlalu paham dengan - Anjurkan keluarga untuk
kecemasan dengan kriteria hasil :
penyakitnya namun dari sakit menganggap pasien seperti
- Perasaan gelisah hilang
yang diderita ia merasa sebelumnya
- Pasien mengatakan tidak cemas lagi
- Beritahu pasien tentang
penyakitnya itu mengancam
- Pasien menunjukan strategi koping
program medis yang telah
nyawa dan pasien merasa
yang efektif
dibuat untuk menurunkan
cemas serta belum terima jika
serangan yang akan datang.
harus meninggal. pasien
- Kaji orientasi pasien
tampak cemas dan gelisah.

3.4. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi


Nama/Umur : Nn.L (51 tahun) dr yang merawat : dr.Nora
Ruangan/Bed : Andrea/07 NRM : 00-35-24-66

No Dx Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd


1 09.00 Menganjurkan pasien untuk segera S : Pasien mengatakan nyeri dada Yohana
memberitahu perawat jika terjadi saat ini belum berkurang dan tetap
nyeri tiba-tiba, pasien mau mengikuti menjalar dari ddada, punggung dan
10.15
instruksi perawat. leher disertai pusing dan sulit tidur
observasi pasien tentang skala nyeri
O:
pasien mengatakan nyeri dada saat ini
11.00
belum muncul namun kepala masih - Pasien tampak kesakitan karena
tetap pusing nyeri
12.00
menganjurkan pasien untuk istirahat, - skala nyeri 7
pasien mengatakan susah tidur karena - observasi TTV
nyeri menjalar ke leher. TD : 140/80 mmHg
melakukan observasi TTV T : 377̊C
TD : 140/80 mmHg P : 86 x/m
T : 377̊C RR : 26 x/m
P : 86 x/m terpasang O2 3 ltr/m
RR : 26 x/m terpasang kateter urine
skala nyeri 7 terpasang NGT
terpasang O2 3 ltr/m pasien tampak cemas
terpasang kateter urine A : Masalah belum teratasi
terpasang NGT
P : lanjutkan rencana keperawatan
pasien tampak cemas

2 07.00 Memandikan pasien di atas tempat S : pasien mengatakan cemas akan Yohana
tidur, pasien mengatakan merasa pemasangan monitoring
07.20 nyaman.
O:
melakukan oral hygiene, pasien
07.40
mengatakan mulut terasa bersih - pasien tampak cemas dan
09.30
memberi pasien makan melalui NGT , gelisah
muntah tidak ada
A : Masalah belum teratasi
menjelaskan kepada pasien
13.00
pemasangan monitoring berguna P : lanjutkan rencana keperawatan
untuk mengobservasi TTV, pasien
mengatakan merasa cemas.
memberi waktu pada keluarga pasien
untuk mengunjungi pasien dan
menginstruksikan untuk tidak
membuat pasien cemas

You might also like