You are on page 1of 18

KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS

A. Pengertian Mobilisasi
1. Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan
dengan bebas (kosier, 1989).
2. Mobilisasi adalah kemampuan orang untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teraturyang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
( Buku ajar KDM “ teori dan aplikasi dalam praktik”, 2007)
3. Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas
secara mendiri dan terarah. ( Diagnosis Keperawatan “ definisi dan klasifikasi “,
2010 )
4. Suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakan fisik yang bermanfaat
dari tubuh atau satu ektremitas atau lebih . dengan tingkatan :
a. Tingkat 0: mandiri penuh
b. Tingkat 1 : memerlukan peralatan atau alat bantu
c. Tingkat 2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan,
pengawasan, atau pembelajaran
d. Tingkat 3 : membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan/ alat
bantu
e. Tingkat 4 : ketergantungan, tidak berpartisipasi dalam aktifitas
( buku saku diagnose keperawatan “ Judith M. Wilkinson”, 2006)
B. Konsep Dasar Mobilisasi
Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah
memenuhi kebutuhan dasar (termasukmelakukan aktifitas hidup sehari-hari
dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma),
mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan
nonverbal. Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami
atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik. Mobilisasi dan immobilisasi
berada pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk tirah baring yang
bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh, mengurangi
nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami
tirah baring akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse).
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,
skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf.
Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanyakemampuan otot
berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua
tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan
tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan
peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau
gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep.
Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik.
Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun
pemakaian energy meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan
energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan
darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang
sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).
Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati
seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot
skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus
otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan
gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang
bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional
tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi
menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang:
panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi
dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan
kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:
1. Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan
stabilitas. Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi
vertebra
2. Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi
elastis dan menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi
kartilago terdapat pada tulang yang mengalami penekanan yang konstan,
seperti sendi, kostosternal antara sternum dan iga.
3. Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan
tulang disatukan dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya
fleksibel dan dapat diregangkan, dapat bergerak dengan jumlah yang terbatas.
Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah (tibia dan fibula)
4. Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat
digerakkan secara bebas di mana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi
oleh kartilago artikular dan dihubungkan oleh ligamen oleh membran sinovial.
Contoh: sendi putar seperti sendi pangkal paha (hip) dan sendi engsel seperti
sendi interfalang pada jari.
Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat,
fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang
dan kartilago. Ligamen itu elastis dan membantu fleksibilitas sendi dan
memiliki fungsi protektif. Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non
elastis, dan ligamentum flavum mencegah kerusakan spinal kord (tulang
belakang) saat punggung bergerak.
Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang
menghubungkan otot dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak
elastis, serta mempunyai panjang dan ketebalan yang bervariasi, misalnya
tendon akhiles/kalkaneus.
Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai
vaskuler, terutama berada di sendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan
telinga. Bayi mempunyai sejumlah besar kartilago temporer. Kartilago
permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada usia lanjut dan penyakit,
seperti osteoarthritis.
Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik volunteer
utama, berada di konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.
Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh
tertentu dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi
tubuh secara berkesinambungan. Misalnya: proprioseptor pada telapak kaki
berkontribusi untuk memberi postur yang benar ketika berdiri atau berjalan.
Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kaki secara terus menerus.
Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini sampai
memutuskan untuk mengubah posisi.
C. Tujuan Dari Mobilisasi Antara Lain :
1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2. Mencegah terjadinya trauma
3. Mempertahankan tingkat kesehatan
4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari
5. Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.
D. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi
a. Gaya hidup
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan
tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara
yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan
seorang pramugari atau seorang pemambuk.
b. Proses penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi
mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi
secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya
nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus
istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang
berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.
c. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas
misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda
mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala
keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan
seorang wanita madura dan sebagainya.
d. Tingkat energy
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi
sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi
dengan seorang pelari.
e. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan
dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya
akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang
sering sakit.
· Bayi: sistem muskuloskeletal bayi bersifat fleksibel. Ekstremitas lentur dan
persendian memiliki ROM lengkap. Posturnya kaku karena kepala dan tubuh
bagian atas dibawa ke depan dan tidak seimbang sehingga mudah terjatuh.
· Batita: kekakuan postur tampak berkurang, garis pada tulang belakang
servikal dan lumbal lebih nyata
· Balita dan anak sekolah: tulang-tulang panjang pada lengan dan tungkai
tumbuh. Otot, ligamen, dan tendon menjadi lebih kuat, berakibat pada
perkembangan postur dan peningkatan kekuatan otot. Koordinasi yang lebih
baik memungkinkan anak melakukan tugas-tugas yang membutuhkan
keterampilan motorik yang baik.
· Remaja: remaja putri biasanya tumbuh dan berkembang lebih dulu
dibanding yang laki-laki. Pinggul membesar, lemak disimpan di lengan atas,
paha, dan bokong. Perubahan laki-laki pada bentuk biasanya menghasilkan
pertumbuhan tulang panjang dan meningkatnya massa otot. Tungkai menjadi
lebih panjang dan pinggul menjadi lebih sempit. Perkembangan otot meningkat
di dada, lengan, bahu, dan tungkai atas.
· Dewasa: postur dan kesegarisan tubuh lebih baik. Perubahan normal
pada tubuh dan kesegarisan tubuh pada orang dewasa terjadi terutama pada
wanita hamil. Perubahan ini akibat dari respon adaptif tubuh terhadap
penambahan berat dan pertumbuhan fetus. Pusat gravitasi berpindah ke
bagian depan. Wanita hamil bersandar ke belakang dan agak berpunggung
lengkung. Dia biasanya mengeluh sakit punggung.
· Lansia: kehilangan progresif pada massa tulang total terjadi pada
orangtua.
E. Etiologi
Postur abnormal:
a. Tortikolis: kepala miring pada satu sisi, di mana adanya kontraktur pada
otot sternoklei domanstoid
b. Lordosis: kurva spinal lumbal yang terlalu cembung ke depan/ anterior
c. Kifosis: peningkatan kurva spinal torakal
d. Kipolordosis: kombinasi dari kifosis dan lordosis
e. Skolioasis: kurva spinal yang miring ke samping, tidak samanya tinggi hip/
pinggul dan bahu
f. Kiposkoliosis: tidak normalnya kurva spinal anteroposterior dan lateral
g. Footdrop: plantar fleksi, ketidakmampuan menekuk kaki karena kerusakan
saraf peroneal
h. Gangguan perkembangan otot, seperti distropsi muskular, terjadi karena
gangguan yang disebabkan oleh degenerasi serat otot skeletal
i. Kerusakan sistem saraf pusat
j. Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal: kontusio, salah urat, dan
fraktur.
F. Manifestasi Klinis
a. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
ü muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot,
atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium
ü kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung,
dan pembentukan thrombus
ü pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah
beraktifitas
ü metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit;
ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi)
ü eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal
ü integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia
jaringan
ü neurosensori: sensori deprivation
Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional,
intelektual, sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang paling umum
adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan
gangguan koping.
Keterbatasan rentan pergerakan sendi
Pergerakan tidak terkoordinasi
Penurunan waktu reaksi ( lambat )

G. Komplikasi
1. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
2. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi
orthostatic.
3. Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal.
4. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.
5. Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan
ketidak stabilan posisi tubuh.
6. Status emosi labil.
H. Patofisiologi Dan Pathway Keperawatan
a. Patofisiologi
· Menghambat proses pengosongan vasika urinary yang akan menimbulkan
stasis urine ( terhambat / terhentinya pengeluaran urine )
· Terjadi retensi urine
· Mempengaruhi sistem gastrointestinal ( ingesti, digesti, dan eliminasi)
yang akan menyebabkan konstipasi.
· Terjadi hipotensi
· Kerusakkan kulit
I. Fokus Intervensi
Prioritas NIC
Penatalaksanaan ROM dan Ambulasi klien : membantu klien berada pada
posisi yang tidak tetap, dan membantu mengurangi resiko atropi otot karena
jarang digerakkan.
Pemberian terapi ROM dan Ambulasi klien ( melatih gerak klien secara
perlahan/ bertahap ).
Intervensi
1. Mandiri
ü Ukur Tanda-tanda vital
Rasional : tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan
umum pasien.
ü Kaji faktor penyebab
Rasional : untuk mengetahui faktor utama penyebeb masalah
ü Tingkatkan mobilitas dan pergerakan secara maksimal
Rasional : untuk mencegah terjadinya komplikasi lain ( atropi, trauma dekubitus
)
ü Tingkatkan mobilitas ekstremitas dengan pemberian ROM yang sesuai
( aktif/ pasif )
Rasional : untuk membiasakan sendi sendi untuk bergerak, sehingga tidak
terjadi kekakuan, dan dapat untuk menaikan massa otot.
ü Berikan ambulasi secara periodic pada klien
Rasional : mengatur posisi klien stiap saat agar tidak bosan
ü Berikan penyuluhan kesehatan, sesuai dengan indikasi.
Rasional : menambah pengetahuan klien
2. Kolaborasi
Kolaborasikan dengan bagian fosioterapi untuk memberikan fisioterapi yang
sesuai
Rasional : memberikan latihan sendi dan otot kepeda pasien
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal dkk. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori &
Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC.
Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran
Herdman, T Heather, 2010. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2009-2010.Jakarta:EGC
---- Konsep Dasar
Laporan Pendahuluan: Gangguan Aktivitas dan Latihan

Aktivitas

Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang


melakukan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuataan sistem
persarafan dan muskuluskeletal.

A. Konsep Dasar Penyakit


I. DEFINISI
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup .
II. EPIDEMOLOGI/ INSIDEN KASUS
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri.
Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko
tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah pada orang yang lanjut usia, post
cedera dan post trauma.
III. ETIOLOGI / PENYEBAB
- Kelainan Postur
- Gangguan Perkembangan Otot
- Kerusakan Sistem Saraf Pusat
- Trauma Langsung pada Sistem Mukuloskeletal dan neuromuscular
- Kekakuan Otot
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
- Pengobatan
- Terapi pembatasan gerak
- Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
- IMT diatas 75% sesuai dengan usia
- Kerusakan sensori persepsi
- Nyeri, tidak nyaman
- Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
- Depresi mood dan cemas
- Keengganan untuk memulai gerak
- Gaya hidup menetap, tidak fit
- Malnutrisi umum dan spesifik
- Kehilangan integrasi struktur tulang
- Keterbatasan lingkungan fisik dan sosial
- Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
- Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat
disesuaikan dengan umur.
II. PATOFISIOLOGI terjadinya PENYAKIT
- Kaki tidak mampu menopang berat badan
- Perlu bantuan kursi roda untuk berpindah tempat
- Tangan belum mampu untuk melakukan pekerjaannya secara mandiri
- Tidak mampu melakukan kegiatan secara mandiri
III. GEJALA KLINIS
” Tidak mampu bergerak secara mandiri”
IV. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tingkat Kesadaran
b. Postur / bentuk tubuh
- Skoliosis
- Kiposis
- Lordosis
- Cara Berjalan
c. Ekstermitas
- Kelemahan
- Gangguan Sensorik
- Tonus otot
- Atropi
- Tremor
- Gerakan tak terkendali
- Kekuataan otot
- Kemampuan jalan
- Kemampuan duduk
- Kemampuan berdiri
- Nyeri sendi
- Kekakuan sendi
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK / PENUNJANG
” pemeriksaan kekekuatan otot (neuthopografi)”
II. PROGNOSIS
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh beresiko terjadi
gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur
klien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan serta tingkat imobilisasi yang
dialami. Misalnya, perkembangan pengaruh mobilisasi lansia berpenyakit
kronik lebih cepat dibandingkan dengan klien yang lebih muda.
III. THERAPHY (tindakan penanganan)
- Fisiotheraphy
- Latihan mobilisasi ringan seperti; miring kanan - miring kiri
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
I. PENGKAJIAN
1. Tingkatan aktivitas sehari-hari
a. Pola Aktifitas sehari-hari
b. Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik
2. Tingkat kelelahan
a. Aktivitas yang membuat lelah
b. Riwayat sesak nafas
3. Gangguan pergerakan
a. Penyebab gangguan pergerakan
b. Tanda dan gejala
c. Efek dari gangguan pergerakan
4. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Postur bentuk tubuh
c. Ektermitas
II. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Intoleran aktifitas
Definisi : kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energi fisiologis dan
psikologis untuk melakukan aktifitas sehari-sehari.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. kelemahan umum
b. bedres yang lama (Imobilisasi)
c. motivasi yang kurang
d. pembatsan pergerakan
e. nyeri
2. Keletihan
Definisi : kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang berlebihan
secara terus-menerus dan penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang
tidak dapat hilang dengan istirahat

Kemungkinan b.d:
a. menurunnya produksi metabolisme
b. pembatasan diet
c. anemia
d. ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit
3. Gangguan mobilitas fisik
: Kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan secara mandiri.
Kemungkinan b.d:
a. gangguan persepsi kognitif
b. Imobilisasi
c. Ganguan neuromuskuler
d. Kelemahan
e. Pasien dengan traksi
4. Defisit perawatan diri
Definisi : Kondisi dimana pasien tidak dapat melkaukan sebagian atau
seluruh aktivitas sehari-hari spt; makan, berpakaian dan mandi, dan lain-lain.
Kemungkinan b.d:
A. Gangguan neuromoskuler
B. Menurunnya kekekuatan otot
C. Menurunnya kontrol otot dan koordinasi
D. Kerusakan persepsi kognitif
E. Depresi
F. Gangguan fisik
III. Rencana Tindakan dan Rasional
1. untuk Dx. Keperawatan Intoleransi aktivitas
intervensi :
- Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas
- Bantu pasien dalam melakukan aktifitas sendiri
- Catat tanda vital
- Kolaborasi dengan dokter
- Lakukan aktivitas yang adekuat

Rasional :
- Merencanakan intervensi dengan tepat
- Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri.
- Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas

2. untuk DX. Keperawatan Keletihan


Intervensi :
- Monitor keterbatasan aktivitas
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
- Catat tanda vital sebelum dan sesuadah aktivitas
- Kolaborasi dengan dokter dalam latihan aktivitas
- Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet
- Berikan pendidikan kesehatan.
Rasional :
- Merencanakan intervensi dengan tepat
- Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri.
Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas

3. untuk Dx. Keperawatan Gangguan mobilitas fisik


Intervensi :
- Pertahanan body alignment dan posisi yang nyaman
- Cegah pasien jatuh
- Lakukan latihan aktif maupun pasif
- Lakukan fisiotheraphy dada dan postural
- Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi
Rasional :
- mencengah iritasi dan komplikasi
- mempertahankan keamanan pasien
- meningkatkan sirkulasi dan mencengah kontraktur
- meningkatkan fungsi paru
4. untuk Dx. Keperawatan Defisit Perawatan diri
Intervensi :
- Lakukan kajian kemampuan pasien dalam perawatan diri terutama ADL
- Jadwalkan jam kegiatan tertentu untuk ADL
- Jaga privasi dan keamanan pasien
- Lakukakn latihan aktif dan pasif
- Monitor tanda vital, tekanan darah, sebelum dan sesudah ADL
Rasional :
- memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan
- Perencanaan yang matang dalam melakukan kegiatan sehari-hari
- Memberikan keamanan
- Meningkatkan sirkulasi darah.
IV. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan pada klien yang terganggu kesejajaran tubuh dan
mobilisasi berdasarkan kriteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu :
- klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstermitas atas
- klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4kali sehari dengan
perencanaan pulang
- Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit
- Tidak ada kontraktur sendi

You might also like