You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat
kemampuan yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai
bila masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehatnya. Kemandirian masyarakat
diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan menjalankan upaya
peecahannya sendiri adalah kelangsungan pembangunan. GBHN
mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional
yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat (Notoatmodjo,
2007) .
Pasal 47 Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
mengatakan, upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dalam bentuk kegiatan
dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan, sedangkan
menurut Pasal 48, UU No. 36 tahun 2009 menyatakan bahwa penyelenggaraan
Pasal 47 dilaksanakan melalui kegiatan: Pelayanan kesehatan, Pelayanan
kesehatan tradisional, Peningkatan kesehatan dan Pencegahan penyakit,
Penyembuhan penyakit dan Pemulihan kesehatan, Kesehatan reproduksi,
Keluarga berencana, Kesehatan sekolah, Kesehatan olahraga, Pelayanan
kesehatan pada bencana, Pelayanan darah, Kesehatan gigi dan mulut,
Penanggulangan gangguan penglihatan dan pendengaran, Kesehatan matra,
Pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan, Pengamanan
makanan dan minuman, Pengamanan zat adiktif, dan/atau, Bedah mayat.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Definisi Dari Upaya Kesehatan?
1.2.2 Apa Yang Dimaksud Dengan Upaya Kesehatan Promotif?
1.2.3 Apa Yang Dimaksud Dengan Upaya Kesehatan Preventif?
1.2.4 Apa Yang Dimaksud Dengan Upaya Kesehatan Kuratif?
1.2.5 Apa Yang Dimaksud Dengan Upaya Kesehatan Rehabilitatif?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya
yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga kesehatan secara umum yang
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Definisi Dari Upaya Kesehatan.
2. Untuk Mengetahui Upaya Kesehatan Promotif.
3. Untuk Mengetahui Upaya Kesehatan Preventif.
4. Untuk Mengetahui Upaya Kesehatan Kuratif.
5. Untuk Mengetahui Upaya Kesehatan Rehabilitatif.

1.4 Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini adalah agar dapat menjadi bahan bacaan
bagi pembaca guna menambah wawasan mengenai upaya-upaya kesehatan
(promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) yang nantinya dapat di
aplikasikan pada kehidupan sehari-hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Upaya kesehatan


Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat (UU Nomor 36
Tahun 2009 ).
Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat, upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif), yang dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan (Siregar, 2003).
Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat. (Depkes RI, 2003).
Dapat disimpulkan dari pengertian beberapa ahli, upaya kesehatan adalah
suatu tindakan yang untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

2.1 Upaya Kesehatan Promotif

Menurut Leavel dan Clark dalam (Maulana, 2009) upaya promotif


adalah upaya mempromosi kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan
status atau derajat kesehatan yang optimal. Upaya promotif dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Setiap
individu berhak untuk menentukan nasib sendiri, mendapat informasi yang
cukup dan untuk berperan di segala aspek pemeliharaan kesehatannya. Usaha

3
ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya.
Upaya promotif adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk
meningkatkan status/ derajad kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah
kelompok orang sehat. Tujuan upaya promotif adalah agar masyarakat mampu
meningkatkan kesehatannya.
Macam- macam Usaha Promotif :
1. Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya.
2. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti : penyediaan air rumah
tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air
limbah dan sebagainya.
3. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat sesuai kebutuhannya.
4. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik.
5. Meningkatkan KIE tentang HIV AIDS.
6. Promosi Perilaku Seksual Aman (Promotùng Safer Sexual Behavior).
7. Promosi dan distribusi kondom (Promoting and Distributing Cïndom).
8. Norma Sehat di Tempat Kerja : tidak merokok, tidak mengkonsumsi
Napza.
9. Penggunaan alat suntik yang aman (Promoting and Safer Drug Injection
Behavior).

2.2 Upaya Kesehatan Preventif


Notosoedirjo dan Latipun (2005 : 145) upaya preventif adalah sebuah usaha
yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak
diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang
artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi
sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya
secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan,
atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat.

4
Dalam garis besarnya usaha-usaha kesehatan, dapat dibagi dalam 3 golongan,
yaitu :
1. Usaha pencegahan (usaha preventif)
2. Usaha pengobatan (usaha kuratif)
3. Usaha rehabilitasi
Dari ketiga jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit mendapat tempat
yang utama, karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih
baik, serta memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan usaha
pengobatan maupun rehabilitasi. Dapat kita mengerti bahwa mencegah agar
kaki tidak patah akan memberikan hasil yang lebih baik serta memerlukan
biaya yang lebih murah dibandingkan dengan mengobati kaki yang sudah
patah ataupun merehabilitasi kaki patah dengan kaki buatan.
Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
1. Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja, usila,dll)
melalui posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah
b. Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun
dirumah
c. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
d. Deteksi dini kasus dan factor resiko (maternal, balita, penyakit).
e. Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil

2. Pelayanan Preventif dapat meliputi:


a. Peningkatan gaya hidup sehat (Reducing Vulnerability of Spesific
Pop)
b. Memahami penyakit HIV AIDS, bahaya dan pencegahannya.
c. Memahami penyakit IMS, bahaya dan cara pencegahannya.
d. Diadakannya konseling tentang HIV AIDS pada pekerja secara
sukarela dan tidak dipaksa
e. Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil

5
f. Pemeriksaan kesehatan secara berkala ( balita, bumil, remaja, dan
Lansia ) melalui posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah
g. Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita
h. Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun
dirumah
i. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
j. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil dan remaja agar terhindar dari
anemia
k. Mobilisasi tubuh pada ibu hamil untuk mengatasi kekakuan dan
melancarkan sirkulasi ibu
l. Pencegahan terjadinya komplikasi pada saat persalinan
m. Pencegahan komplikasi pada saat nifas
n. Pemeriksaan secara rutin dan berkala pada lansia

3. Tingkat-Tingkat Usaha Pencegahan


Upaya pencegahan menurut teori Leavel dan Clark dalam (Maulana, 2009)
dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah peningkatan kesehatan dan
perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu
adalah usaha-usaha yang dilakukan sebelum sakit (pre pathogenesis), dan
disebut dengan pencegahan primer.
Pencegahan primer dilakukan pada masa individu yang belum
menderita sakit. Pencegahan primer terdiri dari promosi kesehatan (health
promotion) dan perlindungan khusus (spesifiic protection).
a) Promosi Kesehatan
Health promotion bertujuan untuk meningkatkan, memajukan dan
membina koordinasi sehat yang sudah ada hingga dipertahankan dan
dijauhkan dari ancaman penyebab penyakit atau agent secara umum.
Pendidikan kesehatan yang diperlukan antara lain: meningkatnya gizi,
perbaikan sanitasi lingkungan, Ph(derajat keasaman), pendidikan sifat
umum, nasihat perkawinan, penyuluhan kehidupan sex, olahraga dan

6
kebugaran jasmani, pemeriksaan secara berkala, meningkatnya standar
hidup dan kesejahteraan keluarga, nasihat tentang keturunan, Penyuluhan
tentang PMS, penyuluhan AIDS. Meningkatkan dan memperbaiki
program kesehatan ibu :
1) Layanan dan terdesentralisasi
2) Menyusun standar pelayanan dan pastikan adanya supervise
3) Mengembangkan dan menggunakan panduan tetap untuk manajemen
komplikasi kebidanan
4) Memperbaiki sistem pelatihan dan memperbaharui keterampilan
penyediaan pelayanan
5) Memperbaiki infrastruktur dan memperbaharui fasilitas
6) Menetapkan/memperkuat system rujukan
7) Menetapkaan/memperkuat mekanisme evaluasi kualitas pelayanan
8) Mengembangkan dan menggunakan instrumen untuk memperbaiki
kualitas pelayanan
9) Home base maternal records
10) Partograf
11) Melakukan audit dan meninjau kembali kasus-kasus kematian ibu
hamil.
Tindakan pencegahan meliputi :
a. Perlindungan balita, ibu hamil
b. Pemberian makanan
c. Perlindungan terhadap ancaman akibat kerja
d. Perlindungan khusus yang bersifat karsinogenik
e. Menghindari terhadap zat-zat alergi
f. Menghindari minuman berakohol
g. Menghindari merokok

7
b) Spesific Protection
Spesific protection adalah upaya spesifik untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit tertentu. Spesific protection terdiri dari
(Efendi, 1998 ; Maulana, 2009 ) :
1) Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah
terhadap penyakit-penyakit tertentu. Contohnya : imunisasi hepatitis
diberikan kepada bayi yang baru lahir oleh perawat yang praktek di
rumah sakit.
2) Isolasi terhadap penderita penyakit menular. Contohnya : isolasi
terhadap pasien penyakit flu burungdan penyakit TB
3) Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan di tempat-tempat
umum dan di tempat kerja. Contohnya : di tempat umum, misalnya
adanya rambu-rambu zebra cross agar pejalan kaki yang akan
menyebrang tidak tertabrak oleh kendaraan yang sedang melintas.
Sedangkan di tempat kerja : para pekerja yang memakai alat
perlindungan diri.
4) Peningkatan keterampilan remaja untuk mencegah ajakan
menggunakan narkotik. Contohnya : kursus-kursus peningkatan
keterampilan, seperti kursus menjahit, kursus otomotif.
5) Penanggulangan stress. Contohnya : membiasakan pola hidup yang
sehat , dan seringnya melakukan relaksasi.

2. Pencegahan sekunder
Penegakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan
tepat, disebut pencegahan sekunder (seconder preventive). Pencegahan
sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit. Pencegahan
sekunder bentuknya upaya diagnosis dini dan pengobatan segera
( early diagnosis and prompt treatment ).
a. Early diagnosis
Early diagnosis mengandung pengertian diagnosa dini
atau tindakan pencegahan pada seseorang atau kelompok yang
memiliki resiko terkena penyakit.

8
b. Prompt treatment
Prompt treatment memiliki pengertian pengobatan yang dilakukan
dengan tepat dan segera untuk menangani berbagai masalah yang
terjadi. Prompt treatment merupakan tindakan lanjutan dari early
diagnosis. Pengobatan segera dilakukan sebagai penghalang agar
gejala tidak menimbulkan komplikasi yang lebih parah.

3. Pencegahan tersier
Pembatasan kecacatan dan pemulihan kesehatan disebut
pencegahan tersier (tertiary prevention). Pencegahan tersier bentuknya
membatasi ketidakmampuan/kecacatan (disability limitation) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitation). Pada proses ini diusahakan agar
cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang
menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.
a. Pembatasan kecacatan
Pencegahan dilakukan dalam taraf penyakit sudah nyata bahkan
sudah lanjut sehingga penderita dalam keadaan disable (tidak
sanggup melakukan aktivitas yang biasa dikerjakan walau tidak
sakit). Sehingga penderita bisa sembuh.
b. Rehabilitasi (pemulihan)
1) Ruang dokter, yaitu pemulihan fungsi organ yang baru
sembuh/mengalami kelainan yang menetap/cacat.
2) Ruang biang diklat keterampilan, yaitu berupaya memulihkan
kembali kemampuan profesionalnya sehingga dapat bekerja
kembali di masyarakat.
3) Ruang sosial, yaitu memulihkan kembali kehidupan sosial
masyarakat sehingga masyarakat mau menerima kembali.
Misalnya, sembuh dari penyakit kusta.
4) Ruang kejiwaan (psikologi), yaitu upaya memulihkan
kepercayaan dan harga diri penderita setelah sembuh dari
penyakit. Misalnya :
a) Tempat pendidikan untuk tuna netra dan rungu

9
b) Tempat pendidikan untuk anak cacat
c) Bedah rekonstruksi untuk mantan penderita kusta
d) Fisioterapi dan latihan untuk penderita polio.

2.3 Upaya Kesehatan Kuratif


Menurut teori Leavel dan Clark dalam (Maulana, 2009) upaya kuratif
dalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah penyakit menjadi lebih parah
melalui pengobatan. Sasarannya adalah kelompok orang sakit (pasien)
terutama penyakit kronis sperti asma, DM, TBC, rematik, hipertensi dan
sebagainya. Tujuannya kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut
tidak lebih parah (secondary prevention). Bentuk kegiatannya adalah
pengobatan.
Upaya kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara
individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja.
Jarak antara petugas kesehatan (dokter, perawat, bidan, dan sebagainya)
dengan pasien atau sasaran cenderung jauh. Upaya kuratif cenderung bersifat
reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya hanya menunggu masalah
datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas
atau tempat praktek. Jika tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah,
maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah
adanya penyakit.
Upaya kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien
lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara
parsial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang
terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya. Program kesehatan yang
menekankan upaya kuratif adalah “Health program for survival”. Upaya
kesehatan dalam pelayanan kebidanan melalui kuratif. Pelayanan diberikan
pada pekerja yang sudah mengalami gangguan kesehatan Pelayanan diberikan
meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun penyakit akibat kerja.
Terapi PAK dengan terapi kasual/utama & terapi simtomatis.

10
Upaya Promosi Kesehatan Kuratif
1. Bayi
a) Mandiri
1) Pemberian vitamin K
2) Obat tetes mata.
b) Kolaborasi:
1) Pengobatan pada kasus asfiksia berat
2) Pengobatan mata pada kasus bayi dengan ibu yang menderita
gonore
3) Pengobatan pada kasus perdarahan intracranial
4) Pengobatan path kasus hipoglikemia
5) Pengobatan Dada penyakit-penyakit infeksi lainnya seperti ISPA.
diare dll. Contoh: Pada kasus bayi yang menderita gonoblenorhoe
(ibu menderita gonore) dilakukan kolaborasi untuk pemberian
terapi pengobatan antibiotika.
2. Balita
a) Mandiri:
1) Pengobatan diare tanpa dehidrasi.
2) Balita dengan kasus BGM.
b) Kolaborasi
1) Pengobatan path kasus ISPA
2) Pengobatan Dada kasus cacmgan
3) Pengobatan pada kasus gizi buruk
4) Pengobatan pada penyakit-penyakit mfeksi lainnya.
Contoh : Pada kasus diare dengan dehidrasi, selain
rehidrasi, pemenuhan nutrisi dilakukan kolaborasi untuk
pemberian therapi obat antibiotika.
3. Remaja
a) Mandiri:
1) Pengobatan path kasus dismenorhoe
2) Pengobatan pada kasus anemia ringan.

11
3) Pada remaja korban perkosaan dengan ruftur pada serviks atau
mukosa
4) vagina dilakukan tindakan hecting.
b) Kolaborasi:
1) Pengobatan path kasus anemia berat.
2) Pengobatan pada kasus plour arbus Contoh : Pada kasus
dismenorhoe dilakukan kolaborasi untuk pemberian therapi
hormonal.
4. PUS/WUS
a) Mandiri:
1) Pengobatan pada efek samping alat kontrasepsi
b) Kolaborasi:
1) Pengobatan pada kasus Penyakit Menular Seksual
2) Pengobatan pada kasus radang panggul ( PRP)
Contoh : Pada kasus radang panggul dilakukan kolaborasi
untuk pemberian terapi obat antibiotika dan symptomatic.
5. Ibu hamil
a) Mandiri:
1) Pengobatan pada kasus hiperemesis tmgkat I dan tmgkat II.
2) Pengobatan pada kasus anemia ringan.
b) Kolaborasi:
1) Pengobatan pada kasus hiperemesis tmgkat Ill.
2) Pengobatan path abortus inleksiousus
3) Pengobatan pada kasus anemia berat.
4) Pengobatan pada kasus APB
5) Pengobatan pada kehamilan dengan penyakit yang menyertai
seperti jantung DM dll
Contoh : Pada kasus ibu hamil dengan anemia ringan diberikan
obat tambah darah (Fe) dan nutrisi yang adekuat.

12
6. Ibu Bersalin
a) Mandiri:
1) Manajemen Aktif Kala Ill
2) Pengobatan path kasus atonia uteri.
3) Ibu bersalin dengan ruftur pada servik slmukosa vagina/perineum
dilakukan tindakan hecting.
b) Kolaborasi:
1) Pengobatan pada kasus inersia uteri
2) Pengobatan path kasus perdarahan ( HPP primer). Contoh : Pada
Manajemen Aktif Kala III diberikan injeksi oksitosin.
7. Ibu Nifas
a) Mandiri:
1) Pengobatan pada sub involusi
b) Kolaborasi:
1) Pengobatan pada mastitis
2) Pengobatan pada HPP sekunder
3) Pengobatan pada kasus vaginitis
4) Pengobatan path kasus abses payudara
Contoh : Pada mastitis selain perawatan yang adekuat, dilakukan
kolaborasi untuk pemberian therapi obat antibiotika (Kloksasillin atau
Eritromysin).
8. Klimakterium Menopause
a) Kolaborasi:
1) Terafi Sulih Hormon (TSH) Contoh upaya kuratif dalam pelayanan
kesehatan
2) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis
3) Perawatan payudara yang mengalami masalah, seperti : mastitis
dan bendungan ASI
4) Perawatan tali pusat terkendali pada bayi baru lahir
5) Perawatan bayi, balita dan anak sakit dirumah
6) Pemberian vitamin E yang merupakan upaya pengobatan penyakit
tertentu

13
7) Pemeriksaan dan pengobatan yang tepat pada ibuhamil yang sakit
8) Melakukan rujukan bila diperlukan
9) Penatalaksanan dini terhadap komplikasi dalam kehamilan,
misalnya pada ibu hamil dengan anemia bidan dapat memberikan
tablet Fe sebagai penatalaksanaan dininya.

2.5 Upaya Kesehatan Rehabilitatif


Menurut teori Leavel dan Clark dalam (Maulana, 2009) rehabilitasi
adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat,
sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk
dirinya dan masyarakat, semaksimalnya sesuai dengan kemampuannya.
Rehabilitasi ini terdiri atas :
a. Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimalnya.
Misalnya, seorang yang karena kecelakaan, patah kakinya, perlu
mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah yaitu dengan
mempergunakan kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki yang
sesungguhnya.
b. Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyusuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan social secara memuaskan .seringkali bersamaan dengan
terjadinya cacat badania muncul pula kelainan- kelaianan atau gangguan
mental.untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan
kejiwaan sebelum kembali kedalam masyarakat.
c. Rehabilitasi social vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan
dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimalnya sesuai
dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.
d. Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri
tidak dapat dikembalikan misalnya: misalnya penggunaan mata palsu.

14
Usaha pengembalian bekas penderita ini kedalam masyarakat,
memerlukan bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk
dapat mengerti dan memahami keandaan mereka (fisik mental dan
kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses
penyesuian dirinya dalam masyarakat dalam keadan yang sekarang ini. Sikap
yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah
pancasila yang berdasarkan unsure kemanusian dan keadailan social.
Mereka yang direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap warga
masyarakat, bukan hanya berdasarkan belas kasian semata-mata,
melainkan juga berdasarkan hak asasinya sebagai manusia.

Contoh pelaksanaan upaya rehabitatif dalam bidang kesehatan yaitu:

a. Pemuliahan keadaan pasca sakit pada bayi dan balita


b. Latihan fisik yang tepat, teratur dan rutin pada remaja pasca sakit sebagai
usaha pemeliharaan kesehatan
c. Istirahat yang cukup dan pengaturan diet yang tepat pada ibu hamil pasca
sakit
d. Mobilisasi dini pada ibu pasca bersalin sebagai pemulihan dengan cara ibu
dapat mengubah posisi dan berjalan-jalan sekurang-kurangnya 6 jam
setelah melahirkan
e. Latihan fisik pada ibu pasca bersalin, seperti melakukan senam nifas atau
senam kegel untuk membantu pemulihan alat kandungan ibu setelah
melahirkan
f. Pemenuhan gizi pada ibu nifas

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat
kemampuan yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai
bila masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehatnya (Notoadmojo, 2007).
Upaya promotif adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk
meningkatkan status/ derajad kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah
kelompok orang sehat. Tujuan upaya promotif adalah agar masyarakat
mampu meningkatkan kesehatannya.
Upaya preventif adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah
terjadinya penyakit. Bentuk kegiatannya adalah imunisasi, pemeriksaan
antenatal care, postnatal care, perinatal dan neonatal.
Upaya kuratif dalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah penyakit
menjadi lebih parah melalui pengobatan. Sasarannya adalah kelompok orang
sakit (pasien) terutama penyakit kronis sperti asma, DM, TBC, rematik,
hipertensi dan sebagainya. Tujuannya kelompok ini mampu mencegah
penyakit tersebut tidak lebih parah (secondary prevention).
Upaya Rehabilitatif adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara
dan memulihkan kondisi/ mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok
orang yang baru sembuh dari penyakit yang dideritanya.

3.2 Saran
Dari penulisan makalah ini, diharapkan agar para pembaca dapat lebih
mengerti dan memahami mengenai pokok bahasan “Upaya-Upaya
Kesehatan”. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan
sebagai sumber referensi.Apabila ada kekurangan dalam makalah ini, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
lebih baik lagi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2003. “Kesehatan Masyarakat”. http://www.depkes.go.id/


index.php/component/content/article/41-kliping/616-1-2-desember-
2003. html. Diakses 26 September 2017 jam 10.50

Maulana, Heri, d.j. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Notoadmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta

Notosoedirjo & Latipun. 2005. Kesehatan Mental, Konsep, Penerapan.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Permenkes. 2009. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Siregar, C. J. P. 2003. Farmasi Klinik Teori dan Penerapan. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC

17

You might also like