Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkat
pesat. Kemajuan dibidang teknologi membawa manfaat yang besar bagi manusia.
Penambahan jalan raya dan penggunaan kendaraan bermotor yang tidak seimbang
menyebabkan jumlah korban kecelakaan lalu lintas meningkat, tetapi peningkatan
jumlah tertinggi lebih banyak terjadi di negara berkembang. Tingginya angka
kecelakaan menyebabkan angka kejadian fraktur semakin tinggi, dan salah satu
kondisi fraktur yang paling sering terjadi adalah fraktur , yang termasuk dalam
kelompok tiga besar kasus fraktur yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dan
harus menjalani pembedahan dengan konsekuensi didapatkan efek nyeri setelah
operasi.
Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tak luput juga kemajuan
ilmu dibidang kesehatan dan semakin canggihnya teknologi banyak pula ditemukan
berbagai macam teori baru, penyakit baru dan bagaimana pengobatannya. Manajemen
nyeri merupakan salah satu cara yang digunakan dibidang kesehatan untuk mengatasi
nyeri yang dialami oleh pasien. Pemberian analgesik biasanya dilakukan untuk
mengurangi nyeri. Teknik relaksasi merupakan salah satu metode manajemen nyeri
non farmakologi dalam strategi penanggulangan nyeri, disamping metode TENS
(Transcutaneons Electric Nerve Stimulation), biofeedack, plasebo dan distraksi.
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress, karena
dapat mengubah 2 persepsi kognitif dan motivasi afektif pasien. Teknik relaksasi
membuat pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri,
stress fisik dan emosi pada nyeri (Potter & Perry, 2005).
Pemberian analgesik dan pemberian narkotik untuk menghilangkan nyeri tidak terlalu
dianjurkan karena dapat mengaburkan diagnosa (Sjamsuhidajat, 2005). Perawat
berperan dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pasien dan membantu serta
menolong pasien dalam memenuhi kebutuhan tersebut termasuk dalam manejemen
nyeri (Lawrence, 2002). Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri
yaitu manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi.
1
Manajemen nyeri dengan melakukan teknik 3 relaksasi merupakan tindakan eksternal
yang mempengaruhi respon internal individu terhadap nyeri. Manajemen nyeri
dengan tindakan relaksasi mencakup latihan pernafasan diafragma, teknik relaksasi
progresif, guided imagery, dan meditasi, beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi
(Brunner & Suddart, 2001).
B. Tujuan
1. TujuanUmum
Memberikan penyuluhan tentang Manajemen Nyeri dengan Tehnik Relaksasi
Hipnotis kepada Perawat Di Ruang RB RSUP Haji Adam Malik Medan.
2. TujuanKhusus
1. Menjelaskan pengertian nyeri secara umum.
2. Memahami persepsi klien tentang Manajemen Nyeri.
3. Menjelaskan tujuan Manajemen Nyeri non pharmacologis.
4. Menyebutkan cara-cara sederhana mengatasi nyeri
5. Mendemontrasikan cara – cara mengatasi nyeri dengan Tehnik Relaksasi Hipnotis
C. Pelaksanaan
1. Topik Kegiatan
Sosialisasi tentang Manajemen Nyeri non pharmacologis terhadap pegawai Di Ruang
RB RSUP Haji Adam Malik Medan
2. SasaranKegiatan
Pegawai Di Ruang RB RSUP Haji Adam Malik Medan
3. Metode
Ceramah dan demonstrasi
4. Strategi:
2
a. Penyaji memberikan informasi dan mendemonstrasikan cara manajemen Nyeri non
pharmacologis dengan baik dan benar
5. Media/alat
Media : Power Point
7. PengorganisasianWaktu
a. Acara diawali dengan pembukaan: Rodiah, S. Kep
b. Penyaji tentang Manajemen Nyeri non pharmacologis : Ns. Jek Amidos Pardede,
M.Kep, Sp. Kep.J
b. Sosialisasi tentang Manajemen Nyeri non pharmacologis
c. Berlangsungselama30 menit, disampaikanoleh : Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep,
Sp. Kep.J
d. Penutupan oleh : Nasrawati S, S.Kep
8. Organisasi Kepanitiaan
Ketua : Rodiah, S. Kep
Sekretaris : Tiara Indah Wirdhani, S.Kep
Bendahara : Jen Renni Sinaga, S.Kep
Penyaji : Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp. Kep.J
e. Co-Leader : Nasrawati S, S.Kep
Fasilitator : Anggara Prawinto, S.Kep
Sie .Perlengkapan/Tempat : Nia Nurnanda, S.Kep
M. Rajab Lubis, S.Kep
Dany F Marpaung, S.Kep
Sie. Dokumentasi : Esa Osman Zalukhu, S.Kep
Wildani Fadlan, S. Kep
Aradi M, S.Kep
3
9. Uraian Tugas
a. Ketua
Bertanggung jawab terhadap kelangsungan acara sejak perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, hingga berakhirnya kegiatan serta mengkoordinasikan pelaksanaan
kegiatan.
b. Sekretaris
Bertanggung jawab mendokumentasikan seluruh kegiatan (perencanaan,
persiapan, pelaksanaan dan evaluasi).
c. Penyaji
Bertanggung jawab memimpin dan mengarahkan proses acara, merencanakan
pertemuan berikutnya dan menutup acara.
d. Moderator
Bertanggung jawab dalam memfasilitasi masyarakat untuk menggali informasi
yang berhubungan dengan kesehatan.
e. Perlengkapan
Bertanggung jawab sepenuhnya atas semua perlengkapan yang dipakai dari awal
hingga berakhirnya kegiatan.
4
11. Setting Tempat
Keterangan:
= Mahasiswa
= Pegawai
10. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
c. Demonstrasi
11. KriteriaEvaluasi
a. EvaluasiStruktur
Waktu pelaksanaan sudah ditentukan yaitu :
1) Hari : Selasa/ 6 Februari 2018
2) Waktu : 14.00 s/d selesai
b. Evaluasi Proses
1) 100% peserta mengerti diadakannya Sosialisasi manajemen nyeri dan tehnik
hipnotis 5 jari
2) 100% peserta aktif mengikuti demonstrasi cara manajemen nyeri dan tehnik
mengatasi nyeri dengan hipnotis 5 jari
c. Evaluasi Hasil
5
1) Pegawai ruangan RB dapat menerapkan kembali cara manajemen nyeri dengan
tehnik relaksasi hipnotis.
B. Tujuan Instruksional
Setelah diberikan Sosialisasi selama 15 menit, diharapkan pegawai dapat menerapkan
tindakan Caring
6
C. Pokok Materi Sosialisasi
PengertianCaring
Indikasi perilaku keperawatan dalam memberikan keperawatan
1. Sikap peduli terhadap kebutuhan klien
2. Bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan klien
3. Ramah dalam melayani klien
4. Sikap tenang dan sabar dalam melayani klien
5. Selalu siap siap sedia melayani klien
6. Memberi motivasi kepada klien
7. Sikap empati terhadap klien
D. Kegiatan Sosialisasi
Tahap KegiatanSosialisasi Kegiatanpeserta Waktu
Sosialisasi
Pendahuluan 1. Mengucapkansalam. Menjawabsalam 5 menit
Mendengarkan
2. Memperknalkandiri
Memperhatikan
3. Menyebutkan TIU dan TIK
4. Apersepsi
Penyajianma 1. Menjelaskan tentang Mendengarkan
teri
Caring
Mendengarkan 20 menit
Mendengarkan
Mendengarkan
Menjawab
7
Demonstrasi Pemutaran Vidio Memperhatikan 10 menit
Mendemonstrasikan
E. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya Jawab
F. Media
Power Point
8
MATERI
A.Pengertian Caring
Caring adalah esensi keperawatan yaitu inti nilai-nilai moral keperawatan yang
berdasarkan nilai kemanusiaan dan mendahulukan kesejahteraan orang lain, dalam hal
ini klien dan keluarganya (Leininger, 1997 dalam Watson, 2004). Perilaku caring
merupakan inti nilai-nilai moral keperawatan, bahwa inti moral dan etik keperawatan
adalah tanggung jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien, perawat
mempunyai respons terhadap apayang dilakukannya apakah baik atau tidak baik secara
moral (Tappen, Sally, &Diana, 2004).
Tujuh tema perilaku caring.Tema tersebut terdiri dari sikap peduli dan bertanggung
jawab serta selalu siap sediaterhadappemenuhankebutuhanklien,ramah, sikap tenang dan
sabar dalam melayani klien, memotivasi klien serta sikap empati terhadapklien dankeluarga.
1. Sikappeduliterhadappemenuhankebutuhan klien
“Sebisa mungkin kita lakukan pemenuhan kebutuhan secepat mungkin… tanpa diundur-
undurwaktu…biarkliennyapuas....Kepuasanitu relatif…kalau kebutuhan klien dipenuhi sesuai
dengan kebutuhannya,dia akan puas… kalaukita mengganti alat tenun tampa mimik yang
ramah, klien dan keluarga tidak puas…. Dengan senyum ramah (ekspresi), klien bisa
puas…walaupunkita belumbertindak.”
9
4. Sikaptenangdansabardalammelayaniklien
“Mungkin kalau saya ini...pak... lebih cenderung sabar...ketika menerima keluhan atau
komplain dari klien dan keluarganya...kita klarifikasi pada klien dan keluarganya...mengenai
pelayanan, fasilitas, dan lain-lain, lalu kita usahakan memenuhi tuntutannya...kalau itu bisa
kita lakukan.”
5. Selalusiapsediamemenuhikebutuhanklien
“Kepentingan klien diutamakan dari pada kepentingan lain,...sebelum klien meminta
sebaiknya kita sudah tahu kebutuhan klien kita apa?...kalau istirahat tergantung situasi...
mungkin kalau jumlah klien sedikit...atau ada rekan kita yang lebi h santai , bisauntuk
menghandle pasien yang menjaditanggungjawab
2. Sikapkurangtulusdalammelayaniklienyang membutuhkan
“Biasanyakadangadakeselnyajuga….Mungkin karena kita sibuk…. Jadi kesel!… Tapi kadang
kasihan juga…. Ada orangtuanya yang udah dijelaskanberkali-kali…tapigangertijuga….Itu
yang membuatkesal.”
3. Kurangterampil
“… belum merasa terampil karena masih belum
optimal,terutamadalammenanganiklienkritis.”
“… Saya merasa belum terampil, karena masih banyak yang harus ditingkatkan.”
10
Perilaku Perawat Dalam Memberikan
Pelayanan Keperawatan
tulus
PEMBAHASAN
1. Sikap peduli terhadap pemenuhan kebutuhanklien
Perawat jika mendengar bel berbunyi segera mendat angi klien dengan t etap
melakukan komunikasiyangramah.Temuaninididukungoleh beberapa teori yang
menyatakan sikap peduli dimanifestasikan oleh perawat dengan sikap cepat tanggap dalam
memenuhi kebutuhan klien, cepat melayani klien, peduli dengan keadaan dan
penderitaan klien, mempunyai integritas pribadi yang kuat, memiliki respons positif
dalam menerima, dan berperilaku caring kepada orang
lain(Rauner,2006).Esensicaringjugaditunjukkan dengan sikap perawat yang peduli
terhadap kebutuhan dan kesejahteraan klien serta keluarganya (Watson, 2004).Sikap
peduli bisa diamatidengankegiatanperawatsesegeramungkin
mendatangikliendanmenyatakankesediaanuntuk membantu klien.Watson (2004)
menyatakan bahwa sikap perawat yang penuh kepedulian terhadap pemenuhan
kebutuhan klien termasuk sepuluhfaktorcaratifdaricaringperawat(Watson, 2004).
2. Bertanggung jawab dalam memenuhikebutuhanklien
Hasil analisis tematik menunjukkan bahwa perawat pelaksana bertanggung jawab
dalam memenuhikebutuhanklien.Halinimerupakaninti
nilaimoralperawatdalammelaksanakanperannya.
Semuapartisipanpenelitianinimelayaniparaklien
denganpenuhtanggungjawab,tetapbersemangat, dan responsif terhadap klien sebagai
bentuk tanggungjawabdalammemenuhikebutuhanklien.
Caring adalah esensi keperawatan yaitu inti nilai-nilai moral keperawatan yang
berdasarkan nilai kemanusiaan dan mendahulukan kesejahteraan orang lain, dalam hal
ini klien dan keluarganya (Leininger, 1997 dalam Watson, 2004). Perilaku caring
merupakan inti nilai-nilai moral keperawatan, bahwa inti moral dan etik keperawatan
adalah tanggung jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien, perawat
11
mempunyai respons terhadap apayang dilakukannya apakah baik atau tidak baik secara
moral (Tappen, Sally, &Diana, 2004).
Perawat selain berperan sebagai pemberi
pelayananasuhankeperawatankepadaklienuntuk memperoleh penyembuhan dari suatu
penyakit, memenuhi kebutuhan kesehatan klien secara holistik, melalui kemampuan
teknikal, dukungan emosional, psikologis, spiritual, dan sosial.Pemberi asuhan
keperawatan juga memberi bantuanbagikliendankeluargauntukmenetapkan tujuan
keperawatan.Aktivitas ini merupakan bentuk tanggung jawab perawat (Potter &Perry,
2005).
Peneliti berpendapat bahwa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas akanterlihat
dari seorang perawat profesional denganmenampilkan perilaku caring dalam seluruh
aktivitas pelayanan keperawatan. Inti rasa tanggung jawab itu adalah kepekaan perawat
terhadap penderitaan klien, keluarga, dan peduli dengan situasi serta kondisi lingkungan
dimana klien dirawat, merupakan perilaku caring perawat .Perilaku caring
merupakan bentuk tanggung jawab perawat terhadapperannya.
3. Ramah dalam melayaniklien
Penelitian ini mengungkapkan bahwaperawat pelaksana selalu ramah dalam melayani
klien.Ramah merupakan salah satu komponen dari sepuluh faktor caratifcaring.
Hasil observasi didapatkan bahwa senyum,
gerakantubuhmembungkuk,dantuturkatasantun
cukupoptimaldilakukanperawatsaatmemberikan pelayanan.Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian Thomas et al (2005) yang mengatakan bahwa caring berimplikasi
terhadap praktik keperawatan sehingga perawat yang bersikap caring akan berbicara
dengan ramah dan santun, mempunyai perhatian, penuh minat dalam menolong klien,
dan membina hubungan yang saling menguntungkan dengan penampilan yang relijius dalam
setiap melakukantindakannya.
Tersenyum merupakan salah satu indikator seorang perawat bersikapramah,
hangat, bergembira,dansabarterhadapkliendankeluarga.Hamid (2001) menyatakan
perawat dengan perilaku caring selalu melakukan hubungan interpersonal yang
menunjukan kasih sayang dan cinta.Pernyataan ini bisa dilihat dari Caring
DementionInventory(CDI)24yangmenunjukkan
bahwaperawatdenganperilakucaringakanselalu bergembira dengan klien (Watson, 2004).
Caring harus dapat ditunjukkan perawat dalam setiap melakukan pekerjaannya, ketika
iaberbicara, menyapa, memberikan pendidikan kesehatan,
konseling,danmendengarkanklien(Green,2004). Sopan santun merupakan perilaku caring
perawat dalam menghargai martabat manusia, yaitu klien dankeluarganya.
Karakteristik caring yang ketiga adalah humanistic caring, yaitu proses bantuan
yang diberikan kepada orang lain yang bersifat kreatif intuitif atau kognitif berdasarkan
pengembangan nilai-nilai kemanusiaan, menghargai martabat manusia, dan menanamkan
rasa saling percaya, menghargai kemanusiaan dengan bersikap ramah pada klien (Leininger,
2002). Perawat yang ramah dalam memberikan pelayanan keperawatan akanselalu bersikap
sopan santun dalam segala situasi dan kondisi. Hal ini dapat berdampak pada proses
penyembuhan klien karena klien merasa nyaman dalam menerima pelayanan.
Sikap ramah perawat akanmembuat klien merasa akrab dan dekatdalam hubungan
interpersonaldenganperawat,sehinggaklienbebas
12
mengungkapkankeluhan. Dengan demikian,
perawatakanmendapatkaninformasiyanglengkap mengenai data yang dibutuhkan dari klien
dan keluarganya.
4. Sikaptenangdansabardalammelayaniklien
Sikaptenangdansabarditunjukanolehempat dari enam partisipan dalam studi
ini.Mereka bersikap tenang dalam melayani klien walaupun kesibukan rutinitas harus
mereka hadapi.Perawat yang tenang dan sabar dalam melayani klien akanmemberi rasa
nyaman kepada klien yang dirawat dirumah sakit dan membutuhkan bantuan perawat.
Perasaan nyaman akan membantu klien untuk memperoleh kesembuhan karena secara
psikologis klien akan merasa aman ketika dilayani perawat yang tenang dan penuh
kesabaran. Hasilpenelitian Rafii, Oskouie, dan Nikravesh (2004)mengatakan bahwa
perawat yang baik adalah yang sangat tenang, sabar, dan akrab dengan klien serta
memfokuskan diri untuk pemenuhan kebutuhan klien.
5. Selalusiapsediamemenuhikebutuhanklien
Hasil observasi menunjukkan bahwa perawat partisipan memiliki kesiapsediaan dan
dengan sigap memenuhi kebutuhan klien.Wajah perawat tampak segar, tidak terlihat lelah.
Siap sedia memenuhi kebutuhan klien merupakan satu dari
sepuluhfaktorcaratifcaring.Perawatyangsensitif
mengetahuikebutuhanklienwalaupunklienbelum mengungkapkannya karena segan atau
berbagai sebab lainnya, lalu siap sedia untuk melayani
kebutuhanklien,tanpadimintasekalipun,sehingga akanmembuat klien merasanyaman.
FitzpatrickdanWhall(1989),Marriner-Tomey
(1994),Chitty(1997)dalamNurachmah(2001)dan Watson (2004) menyatakan bahwa sikap
perawat dalam membentuk dan menghargai sistem nilai humanistik dan altruistik. Contoh
dalampelayanan keperawatan, yaitu: 1) memanggil dengan nama yang paling disukai klien,
2) memenuhi panggilan klien dengan segera, kapanpun dibutuhkanklien,
3)merespondengansegeraterhadappanggilandan perubahan status kesehatan klien,
4)menghormati dan melindungi privacy klien, 5) menghargai dan
menghormatipendapatdankeputusanklienterkait pengobatan dan perawatannya, 6)
menghargaidan mengakui sistem nilai yang dimiliki klien, 7) melakukan tindakan
pemenuhan kebutuhan klien baik fisik, psikologis, spiritual, dan budaya. Hasil observasi
menunjukkan butir sikap 1-5 telah dilakukan olehperawat.
Hasil penelitian menunjukkan fakta bahwa inti moral dari sikap caring ini menunjukkan
perawat mengetahui kebutuhan klien tanpa diminta, mengunjungi kamar klien sebelum
bel berbunyi akanmemberikan kepuasan kepada semua klien yang dilayani sebagai customer
dari rumah sakit. Kesiapsediaan perawat memenuhi kebutuhanklien akan membuat citra
rumah sakit meningkat dan dampakterhadapcitraprofesiperawatdimataklien akan
semakinbaik.
6. Memberi motivasi kepadaklien
Empatdarienampartisipanselalumemberikan dukungan moral kepada klien sehingga
motivasi klien untuk sembuh dan menghadapi sakitnyalebih besar.Klien akan tumbuh
motivasinya apabila ada dukungan dariorang-orang disekitarnya, termasuk perawat.
Motivasi klien seringkali bersifat fisik.Klien
denganperubahanfungsifisikmungkintermotivasi unt ukmencapai kesembuhan.Klien yang
13
termotivasi akan tertarik untuk mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatannya,
dengan memberikan kerjasama yang baik dalam tindakan
keperawatanyangditerimanya,sehinggaklienakan
patuhdantaatdalamtindakandanpengobatanyang dijalaninya (Potter &Perry,2005).
Pernyataan teori ini menunjukan betapa pentingnya dukungan yang diberikan
perawat.Caring juga dikemukakan sebagai carayang memiliki makna, dimana perawat
dalam setiap melakukan intervensi kepada klien selalu memberikan motivasi untuk
mencapaikesembuhan (Marriner-Tomey, 1994, dalamNurachmah, 2001).
Hasil penelitian ini menyimpulkan beberapa contoh ucapan perawat dalam memotivasi
klien sebagai berikut.
Aduh.... bapak makannya sudah banyak,...nanti cepat sembuh! Bapak hebat sudah bisa
duduk,... besok tinggal latihan jalan ya..pak.... nanti cepat pulang.”
14
Komunikasi terapeutik akan menentukan hubungan kerja antara perawat dengan
klien dan keluarganya. Perawat dalam melakukan proses komunikasi terapeutik
menggunakan pendekatan yang terencana untuk mempelajari latar belakang budaya klien dan
berbagai keunikannya. Proses komunikasi terapeutik meliputi kemampuan dan komitmen
yang t ulus dari perawat untuk memberikan pelayanan keperawatan kepada klien dan
membantu klien serta keluarganya untuk mencapai keberhasilan dalam
prosespenyembuhan (Potter &Perry,2005).
2. Sikap kurang tulus dalam melayani klien yangmembutuhkan
Hasil penelitian diperoleh tema perawat pelaksana mempunyai sikap kurang tulus
dalam memberikan pelayanan keperawatan.Ketulusan bisa diamati dari mimik wajah
perawat yang tegang, cemberut, tidak ramah, dan tidak rileks dalam melayani
klien.Ketulusan merupakan salah satu komponen dari sepuluh faktor caratifcaring.Dalam
memberikan pelayanan tersebut, perawat tidak tersenyum, dalam hatinya merasa kesal
dengan klien yang rewel dan banyak tuntutan, tapi kekesalannya hanya didalam hati karena
mereka dituntut tetap melayani klien.Hal ini sangat dilematis karena perawat pelaksana
harus tetap prima dalam memberikan pelayanan kepada klien, emosi harus stabil, dan tidak
terpengaruh oleh keadaanklienyangsedangmengalamipenderitaan.
Hasil penelitian Thomas et al (2005) tentang hubungan caring dengan perawat praktisi
dan berimplikasi terhadap praktikkeperawatanmenyatakan bahwa perawat caring
penuh cinta dalam berbicara, menghargai, percaya, dan
hubungansalingmenguntungkan,ekspresispiritual, dan setiap tindakannya meningkatkan
kebaikan pribadiperawat.
3. Kurangterampil
Hasil penelitian menemukan bahwa di antara sepuluh faktor caratif yang masih kurang
adalah komponen keterampilan dari perawat
pelaksana.Kekuranganinidapatterlihatdaribeberapalangkah penting yang terlewat dan tidak
dilakukan dalam prosedur intervensi keperawatan oleh perawat pelaksana.Intervensi
kurang maksimal, walaupun berhasil dilakukan. Contohnya pemasangan infus tanpa ada
pengalas sehingga darah menetes pada alat tenun, perawatanluka tidak memakai dua kom
steril, akanmembuat luka infeksi dan proses penyembuhan lama. Keadaan demikian bisa
terjadi karena kurangnya pengalaman, pelatihan, dan rutinitas dari perawat pelaksana
sehingga akanmengurangi makna perilaku caring dari perawat pelaksana. Kemampuan
teknis adalah salah satu faktor yang sangat erat kaitannya dengan pengalaman klinik
dari perawatpelaksana.
Persepsi masyarakat mengenai perawat lebih banyakmelihat
pribadinyadaripadapendidikandan pengalamannya (Garret &McDaniel, 2001 dalam Watson,
2004)).Hasil penelitian Witri et al (2005) tentang makna caring menurut perawat dapat
berupa asuhan langsung yang diberikan kepada klien dalam bentuk interaksi perawat
klien, pemenuhan kebutuhan dasar, dan teaching- learning. Makna caring ini tidak
akan dirasakan oleh klien apabila dalam memenuhi kebutuhan dasar klien, perawat tidak
mempunyai kemampuan intelektual dan kemampuanteknikal.
Tindakankeperawatanyangdilakukanperawat sebaiknya dapat menjamin keamanan klien
dalam tahapannya.Sehingga sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
15
ditentukan dan tidak akanmerugikan klien. Caring adalah pusat dan fokus yang
mempersatukan seorang perawat profesional.Karakteristik caring merupakan hal yang
sangat esensial dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia (Thomas et al.,2005).
Prosedur yang lengkap sesuai dengan SOP yang berlaku di rumah sakit dalam
melakukan intervensikeperawatanadalahsuatukeharusandan
sangatdiperlukandariseorangperawatpelaksana.Prosedur yang tidak lengkap dalam
intervensi merupakan salah satu indikator kurangnya
kemampuanteknikaldariperawat.Perawatsebagai praktisi klinik di unit pelayanan
keperawatan dituntut untuk mempunyai kemampuan teknikal yang memadai dalam
melakukan berbagai intervensi keperawatan.Kemampuan teknikal membutuhkan
pengalaman lapangan yang cukup untuk melatih psikomotorperawat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, A.Y. (2001). Legislasi dan etika praktek profesi keperawatan di Indonesia. Makalah
Seminar. Malang: makalah tidak dipublikasikan.
Potter & Perry. (2005). Fundamental of nursing: Concept, process and practice. 4th ed.
Alih bahasa: Yasmin, A., dkk. Jakarta: EGC.
Tappen, R.M., Sally, A.W., Diana, K.W. (2004). Essensial of nursing leadership and
management. 3th ed . Philadelphia: F.A. Davis.
Thomas, Linda, Finch, Schoenhofer, dan Green (2005) J.D, Finch.L.P., Schoenhofer.S.O.
(2005). The caring relationship created by nurse practitioners and the ones nursed:
Implication for practice. http:// www.medscape.comdiperoleh18April2007.
Witri, Pahria, T., &Ana, A. (2006). Maknacaring menurut perawat di RS Al Islam Bandung.
NursingJournalUniversityofPadjajaran.7. 13.47.
17
18
19