You are on page 1of 24

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan HIV-AIDS

1.Konsep Dasar Penyakit

A. Definisi HIV-AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang

menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan

turunnya kekebalan tubuh manusia (Komisi Penanggulangan AIDS, 2012).

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan patogen yang

menyerang sistem imun manusia, terutama semua sel yang memiliki

penanda CD4+ di permukaannya seperti makrofag dan limfosit T (Tanto, et

al. 2014).

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan

sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh.

AIDS disebabkan oleh infeksi HIV (Komisi Penanggulangan AIDS, 2012).

Menurut Suzane C.Smetzler dan Brenda G. Bare (2002, dalam Padila,

2012) AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus-

menerus yang berkaitan dengan infeksi human immunodetciency virus

(HIV).

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa HIV

merupakan suatu retrovirus yang menyerang sel CD4 manusia dan

berdampak pada turunnya sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS

1
merupakan kumpulan gejala yang timbul akibat turunnya sistem kekebalan

tubuh.

B. Etiologi

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency

virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan

disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang

diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan

dengan HIV.Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.

Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu (Padila, 2012) :

1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada

gejala.

2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes

illness.

3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.

2
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat

malam hari, daya tahan tubuh menurun, diare, neuropati, lemah, rash,

limfadenopati, lesi mulut.

5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali

ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai

system tubuh, dan manifestasi neurologist.

6. AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun

wanita.

Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

a. Lelaki homoseksual atau biseks.

b. Bayi dari ibu/bapakterinfeksi.

c. Orang yang ketagian obat intravena

d. Partner seks dari penderita AIDS

e. Penerima darah atau produk darah (transfusi)

C. Patofisiologi

HIV menempel pada limfosit sel induk melalui gp120, sehingga akan

terjadi fusi membran HIV dengan sel induk. Inti HIV kemudian masuk ke

dalam sitoplasma sel induk, di dalam sel induk HIV akan membentuk DNA

HIV dari RNA HIV melalui enzim polymerase. Enzim integrasi kemudian

akan membentuk DNA HIV untuk berintegrasi dengan DNA sel induk

(Widoyono, 2011).

3
DNA virus yang dianggap oleh tubuh sebagai DNA sel induk akan

membentuk RNA dengan fasilitas sel induk, sedangkan mRNA dalam

sitoplasma akan diubah oleh enzim protease menjadi partikel HIV. Partikel

itu selanjutnya mengambil selubung dari bahan sel induk untuk dilepas

sebagai virus HIV lainnya. Mekanisme penekanan pada sistem imun

(imunosupresi) ini akan menyebabkan pengurangan dan terganggunya

jumlah dan fungsi sel limfosit T (Widoyono, 2011).

4
5
D. Gejala Klinis

Menurut WHO dalam (Tanto, et al. 2014) :

1. Gejala mayor

a. Penurunan BB ≥ 10%

b. Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan

c. Diare kronis

d. Tuberkulosis

2. Gejala minor

a. Koordinasi orofaringeal

b. Batuk menetap lebih dari 1 bulan

c. Kelemahan tubuh

d. Berkeringat malam

e. Hilang nafsu makan

f. Infeksi kulit generalisata

g. Limfodenopati

h. Herpes zoster

i. Infeksi herpes simplek kronis

j. Pneumonia

k. Sarkoma Kaposi

6
Manifestasi Klinis

Stadium Skala Aktivitas Gambaran Klinis

I Asimptomatic, aktivitas normal

a. Asimptomatic

b. Limfodenopati generalisata

II Simptomatic, aktivitas normal

a. BB menurun < 10%

b. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti: dermatitis, pruigo,

ulkus oral, seboroik, onikomikosis yang rekuren dan kheilitis angularis

c. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir

d. Infeksi saluran afas bagian atas seperti: sinusitis bakteriaslis

III Pada umumnya lemah, aktivitas di tempat tidur kurang dari 50%

a. BB > 10%

b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

d. Kandidiasi orofaringeal

e. Oral hairy leukoplakia

f. TB Paru dalam tahun terakhir

g. Infeksi bacterial yang berat seperti: pneumonia dan piomiositish

IV Pada umumnya sangat lemah, aktivitas di tempat tidur lebih dari 50%

7
a. HIV wasting syndrome seperti: yang didefenisikan oleh CDC

b. Pneumonia pneumocytis carinii

c. Toksoplasmosis otak

d. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan

e. Retinitis virus sitomegalo

f. Kriptokokosis extra pulmonal

g. Herpes simplex mukokutan > 1 bulan

h. Leukoensepalopati multifokal progresif

i. Mikosis disminata seperti histoplasmosis

j. Kandidiasis disofags, trakea, bronkus dan paru

k. Mikobakteriasis atipikal diseminata

l. Septisemia salmonelosis nontifoid

m. Tuberkulosis di luar paru

n. Limfoma

o. Sarkoma Kaposi

Ada beberapa tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala

AIDS:

1. Tahap 1: Periode Jendela

a. HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV

dalam darah

8
b. Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa

sehat

c. Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini

d. Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu – 6 bulan

2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun

a. HIV berkembang biak dalam tubuh

b. Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa

sehat

c. Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah

terbentuk antibody terhadap HIV

d. Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan

tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)

3. Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)

a. Sistem kekebalan tubuh semakin turun

b. Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan

kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll

c. Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan

tubuhnya

4. Tahap 4: AIDS

a. Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah

b. Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah

9
E. Pemeriksaan Fisik

a. Penampilan umum tampak sakit sedang, berat

b. Tanda vital

c. Kulit terdapat rush, steven jhonson

d. Mata merah, icterik, gangguan penglihatan

e. Leher: pembesaran KGB

f. Telinga dan hidung; sinusitis berdengung

g. Rongga mulut: candidiasis

h. Paru: sesak, efusi pleura, otot bantu

i. Jantung: pembesaran jantung

j. Abdomen: ascites, distensi abdomen, pembesaran hepar

k. Genetalia dan rectum: herpes

l. Neurologi: kejang, gangguan memori, neuropati.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1 Pemeriksaan laboratorium menurut Nursalam & Kurniawati (2007), dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Cara langsung yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya dengan

menggunakan microskop elektron dan deteksi antigen virus. Salah satu

cara deteksi antigen virus adalah dengan polymerase chain reaction

(PCR). Penggunaan PCR antara lain untuk ;

10
a) Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi

sehingga menghambat pemeriksaan serologis.

b) Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif

c) Tes pada kelompok rasio tinggi sebelum terjadi sero konversi

d) Tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas ELISA untuk rendah.

b. Cara tidak langsung yaitu dengan melihat respon zat anti spesifik tes,

misalnya :

a) ELISA, sensitivitas tinggi (98,1-100%), biasanya memberikan hasil

positif 2-3 buah sesudah infeksi. Hasil positif harus di konfirmasi

dengan pemeriksaan Western Blot.

b) Western Blot, spsifitas tinggi (99,6-100%). Namun, pemeriksaan ini

cukup sulit, mahal dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak

diperlukan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.

c) Imonofivoresceni assay (IFA)

d) Radio Imuno praecipitation assay (RIPA)

2 Pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosa dan melacak virus HIV

a. Status imun

a) Tes fungsi sel CD4

b) Sel T4 mengalami penurunan kemampuan untuk reaksi terhadap

antigen

c) Kadar imunoglobutin meningkat

d) Hitung sel darah putih normal hingga menurun

11
e) Rasio CD4 : CD8 menurun

3 Complete Blood Covnt (CBC)

Dilakukan untuk mendeteks adanya anemia, leukopenia dan

thrombocytopenia yang sering muncul pada HIV.

4 CD4 cell count

Tes yang paling banyak digunakan untuk memonitor perkembangan penyakit

dan terapi yang akan dilakukan.

5 Blood Culture

6 Immune Complek Dissociaced P24 Assay

Untuk memonitor perkembangan penyakit dan aktivitas medikasi antivirus.

7 Tes lain yang biasa dilakukan sesuai dengan manifestasi klinik baik yang

general atau spesifik antara lain :

a) Tuberkulin skin testing

Mendeteksi kemungkinan adanya infeksi TBC.

b) Magnetik resonance imaging (MRI)

Mendeteksi adanya lymphoma pada otak

c) Spesifik culture dan serology examination (uji kultur spesifik dan

scrologi)

d) Pap smear setiap 6 bulan

Mendeteksi dini adanya kanker rahim.

12
G. Penatalaksnaan

Menurut Nursalam & Kurniawati (2007) secara umum, penatalaksanaan

ODHA terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

1 Pengobatan untuk menekan replikasi HIV dengan obat anti retroviral

(ARV).

2 Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang

menyertai infeksi HIV-AIDS seperti jamur, tuberkulosis, hepatitis,

sarkoma kaposi, limfoma, kanker serviks.

3 Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi lebih baik

dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial dan

dukungan agama serta tidur yang cukup dan menjaga kebersihan.

Antiretroviral therapy ditemukan pada tahun 1996 dan mendorong suatu

evolusi dalam perawatan penderita HIV-AIDS. Replikasi HIV sangat cepat dan

terus-menerus sejak awal infeksi, sedikitnya terbentuk 10 miliar virus setiap hari.

Namun karena waktu paruh virus bebas (virion) sangat singkat maka sebagian

besar virus akan mati. Penurunan CD4 menunjukkan tingkat kerusakan sistem

kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Pemeriksaan CD4 ini berguna untuk

memulai, mengontrol dan mengubah regimen ARV yang diberikan (Murtiastutik,

2008).

13
H. Komplikasi

1. Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,

peridonitis Human Immunodeficiency Virus, leukoplakia oral, nutrisi,

dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.

2. Neurologik

a) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human

Immunodeficiency Virus pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian,

kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.

b) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,

ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek :

sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.

c) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan

maranik endokarditis.

d) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human

Immunodeficienci Virus

3. Gastrointestinal

a) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,

limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,

anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.

14
b) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat

illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,

ikterik,demam atritis.

c) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi

perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan

sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.

4. Respirasi

Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,

pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas

pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

5. Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis

karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek

nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.

6. Sensorik

a) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan

b) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan

pendengaran dengan efek nyeri

15
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan

obat-obat.

2. Penampilan umum : pucat, kelaparan.

3. Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat

malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit

tidur.

4. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup,

ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.

5. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl,

hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang

memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.

6. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser

pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.

7. Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan ,

kaku kuduk, kejang, paraplegia.

8. ‘Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.

9. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.

10. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu

pernapasan, batuk produktif atau non produktif.

16
11. Gastro Intestinal : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB

menurun, diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.

12. Genetalia : lesi atau eksudat pada genital,

13. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh

2. Perubahan pola eliminasi BAB berhubungan dengan peningkatan peristaltik

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan secret

4. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan dipsneu

5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif(diare)

6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi BAB

sering(diare)

17
C. Rencana Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional

o Kriteria Hasil

1 Resiko Setelah Kaji tanda-tanda infeksi ( Mengetahui

tinggi dilakukan demam, peningkatan nadi, keadaan umum

infeksi asuhan peningkatan RR, kelemahan klien

berhubung keperwatan….x tubuh / letargi ).

an dengan …..jam Mencegah

penurunan diharapkan tidak Gunakan teknik aseptik infeksi

imun tubuh terjadi infeksi dengan prosedur yang tepat. oportunistik

dengan kriteria pada klien

hasil :

a. Status

gastrointestinal

normal Ajarkan dan jelaskan pada Meningkatkan

b. Status keluarga dan pengunjung pengetahuan

respirasi norml tentang pencegahan secara tentang cara

c. Status BB umum (universal). mencegah

normal infeksi

d. Status

integritas kulit

18
normal

e. Tidak Kolaborasi dengan tim

menunjukan medis lainnya dalam

kelemahan pemberian terapi

f. Menunjuk antibiotic,antiviral Mencegah

an kekebalan infeksi pada

tubuh klien

2 Perubahan Setelah Kaji konsistensi dan Mendeteksi

pola dilakukan frekuensi feses dan adanya feses

eliminasi asuhan darah

BAB keperawatan….x

berhubung …..jam

an dengan diharapkan pola

peningkata eliminasi normal

n kriteria hasil :

peristaltik a. Pasien mersa Auskultasi bunyi usus Hipermotilitas

nyaman dan umumnya pada

mengontrol diare

diare Atur agen antimotilitas dan Mengurangi

b. Komplikiasi psilium (Metamucil) sesuai motalitas usus

19
minimal order

dengan

criteria perut Kolaborasi dalam Untuk

lunak,tidak pemberian ointment A dan menghilangkan

tegang,feses D,vaselin atau zinc oside distensi

lunak dan

warna

normal,kram

perut hilang

3 Bersihan Setelah Monitor respirasi dan Untuk

jalan nafas dilakukan status O2 mengetahui

tidak asuhan respirasi klien

efektif keperwatan normal atau

berhubung ..x..jam tidak

an dengan diharapkan Auskultasi suara nafas catat Mengetahui

peningkata bersihan jalan jika ada suara nafas apakan suara

n secret nafas kembali tambahan nafas bersih

efektif dengan atau tidak

criteria hasil:

Suara nafas Memposisikan klien untuk Memudahkan

bersih memaksimalkan ventilasi dalam respirasi

20
Mendemonstrasi

kan batuk efektif Kolaborasi dalam Membantu

RR normal pemberian terapi O2 klien dalam

respirasi

4 Ketidakefe Setelah Observasi tanda-tanda vital Untuk

ktifan pola dilakukan klien,catat kecepatan mengetahui RR

nafas asuhan pernafasan,sianosis. klien dan

berhubung keperawatan..x..j keadaan umum

an dengan am diharapkan klien

dipsneu pola nafas

kembali efektif Posisikan klien dengan Meningkatkan

dengan criteria posisi semi fowler fungsi

hasil : pernafasan

Tanda-tanda yang optimal

vital norma Ajarkan tehnik nafas dalam Membantu

RR normal kepada klien klien dalam

meningkatkan

fungsi

pernafasan

Kolaborasi dalam Mempertahank

pemberian terapi O2 an oksigen

21
efektif untuk

mencegah

krisis

pernafasan

5 Kekuranga Setelah Monitor kadar elektrolit Mempertahank

n volume dilakukan dalam tubuh. an kadar

cairan asuhan elektrolit dalam

berhubung keperawatan….x batas normal.

an dengan …jam dihrapkan

kehilangan volume cairan Pertahankan intake dan Memperthanka

cairan terpenuhi output cairan n

aktif(diare) dengan criteria keseimbangan

hasil : cairan

Tanda-tanda Anjurkan klien untuk Mencegah

vital baik minum jika haus dehidrasi pada

Turgor kulit klien

normal Kolaborsi dalam pemberian Menggantikan

cairan iv sesuai kebutuhan kehilangan

cairan akibat

diare

6 Kerusakan Setelah Kaji kulit setiap Menentukan

22
integritas dilakukan hari,warna,turgor,sirkulasi,s garis dasar

kulit asuhan ensasi,amati perubahan dimana

berhubung keperawatan perubahan pada

an dengan ..x…jam status dapat

frekuensi diharapkan dibandingkan

BAB pasien dan melakukan

sering menunjukkan ntervensi yang

perbaikan tepat

integritas kulit Secara teratur ubah Mengurangi

dengan criteria posisi,ganti seprei sesuai stress pada titik

hasil : kebutuhan tekanan,menin

Menunjukkan gkatkan proses

kemajuan pada penyembuhan

luka atau

penyembuhan Pertahankan seprei Fiksasi kulit

pda lesi bersih,kering dn tidak disebabkan

berkerut oleh kain yang

berkerut

Gunting kuku secara teratur Kuku yang

panjang

meningkatkan

23
resiko

kerusakan

dermal

24

You might also like