You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas
seseorang akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang
dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri tersebut adalah keadaan
subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak nyamanan secara verbal
maupun non verbal. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh
emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu
tentang nyeri dan pengertian nyeri. Nyeri mengganggu kemampuan
seseorang untuk beristirahat, konsentrasi, dan kegiatan yang biasa dilakukan
(Engram, 2010).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Mansjoer, 2007). Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma
langsung, trauma tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma langsung yaitu
benturan pada tulang, biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring
dimana daerah trokhater mayor langsung terbentur dengan benda keras.
Trauma tak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan,
misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi. Trauma ringan yaitu keadaan
yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh atau
underlying deases atau fraktur patologis (Sjamsuhidayat & Jong, 2010).
Fraktur femur didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang paha,
kondisi fraktur femur secara klinis bias berupa fraktur femur terbuka yang
disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, dan
pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh
trauma langsung pada paha (Zairin, 2012).
Fraktur femur merupakan salah satu trauma mayor di bidang
Orthopaedi. Dikatakan sebagai trauma mayor karena tulang femur
merupakan tulang yang sangat kuat, sehingga diperlukan suatu trauma yang
besar yang dapat menyebabkan fraktur pada femur tersebut. Selain itu,
fraktur femur juga dapat menyebabkan terjadinya perdarahan sebanyak 1-
1,5 liter yang merupakan 25% - 30% dari total 5-6 liter volume darah dalam
tubuh manusia. Perdarahan yang terjadi dalam jumlah sebanyak itu dapat
mengakibatkan terjadinya hipoperfusi jaringan yang tersembunyi (Occult
hypoperfusion) dan apabila hipoperfusi jaringan tersebut terjadi dan tidak
ditangani dengan baik dapat menyebabkan terjadinya syok hipovolemik dan
gangguan perfusi jaringan yang lebih berat.
Menurut World Health Organization (WHO), kasus fraktur terjadi di
dunia kurang lebih 13 juta orang pada tahun 2008, dengan angka prevalensi
sebesar 2,7%. Sementara pada tahun 2009 terdapat kurang lebih 18 juta
orang mengalami fraktur dengan angka prevalensi 4,2%. Tahun 2010
meningkat menjadi 21 juta orang dengan angka prevalensi sebesar 3,5%.
Terjadinya fraktur tersebut termasuk didalamnya insiden kecelakaan, cedera
olahraga, bencana kebakaran, bencana alam dan lain sebagainya (Mardiono,
2010).
Menurut (Tanra, 2007 dalam Akbar, 2009), jumlah penderita
mengalami fraktur di Amerika Serikat sekitar 25 juta orang pertahun. Dari
jumlah ini, mayoritas mereka masih menderita nyeri karena pengelolaannya
yang belum adekuat. Pengelolaan nyeri fraktur, bukan saja merupakan
upaya mengurangi penderitaan klien, tetapi juga meningkatkan kualitas
hidupnya.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Depkes RI tahun 2013 angka kejadian cidera
mengalami peningkatan dibandingkan pada hasil tahun 2007. Di Indonesia
terjadi kasus fraktu yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh,
kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam atau tumpul. Kecenderungan
prevalensi cedera menunjukkan sedikit kenaikan dari 7,5 % (RKD 2007)
menjadi 8,2 % (RKD 2013). Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami
fraktur sebanyak 1.775 orang (58%) turun menjadi 40,9%, dari 20.829 kasus
kecelakaan lalu lintas yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang
(25,9%) meningkat menjadi 47,7%, dari 14.125 trauma benda tajam atau
tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (20,6%) turun menjadi
7,3% (Riskesdas Depkes RI, 2013; Riskesdas Depkes RI, 2007).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2007 didapatkan sekitar 2.700 orang mengalami insiden fraktur, 56%
diantaranya mengalami kecacatan fisik, 24% mengalami kematian, 15%
mengalami kesembuhan dan 5% mengalami gangguan psikologis atau
depresi.
Berdasarkan data yang di dapat di ruang Poli Bedah Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI dari bulan Januari sampai Desember 2017
didapatkan jumlah pasien fraktur sebanyak 183 pasien.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
pengelolaan kasus asuhan keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan
pada Tn. “A” dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Fraktur Femur
Dextra di ruang Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
Tahun 2017”

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pasien dengan Fraktur
Femur Dextra pada Tn. “A” dengan Fraktur Femur Dextra di Ruang
Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian asuhan keperawatan
pada Tn. “A” dengan Fraktur Femur Dextra di Ruang Poli Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI tahun 2017
b) Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn.
“A” dengan Fraktur Femur Dextra di Ruang Poli Bedah Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang BARI tahun 2017
c) Mahasiswa menyusun rencana tindakan pada Tn. “A” dengan
Fraktur Femur Dextra di Ruang Poli Bedah Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI tahun 2017.
d) Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada
Tn. “A” dengan Fraktur Femur Dextra di Ruang Poli Bedah Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang BARI tahun 2017
e) Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada Tn.
“A” dengan Fraktur Femur Dextra di Ruang Poli Bedah Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang BARI tahun 2017
f) Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada
Tn. “A” dengan Fraktur Femur Dextra di Ruang Poli Bedah Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang BARI tahun 2017.

C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


1. Tempat
Tempat pelaksanaan asuhan keperawatan dengan Fraktur Femur Dextra
di Ruang Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
tahun 2017
2. Waktu
Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan pada tanggal 30 Desember
2017 di Ruang Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI tahun 2017

D. Manfaat
1) Rumah Sakit
Asuhan keperawatan ini diharapkan berguna bagi pihak rumah sakit
sebagai masukan dan gambaran bagi rumah sakit untuk pasien Fraktur
Femur Dextra dalam proses penyembuhan di Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI tahun 2017.
2) Institusi
Askep ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
menambah referensi bagi dunia pendidikan keperawatan dan sebagai
sumber data dan informasi terutama untuk bidang keperawatan dan
khususnya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes
Muhammadiyah Palembang.
3) Mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam membuat asuhan
keperawatan dan menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat,
khususnya dalam bidang keperawatan.

You might also like