You are on page 1of 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang
biak. Terdiri dari ovarium, uterus dan bagian alat kelamin lainnya.
Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal
(fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan
individual dan meskipun siklus reproduksi suatu manusia berhenti, manusia
tersebut masih dapat bertahan hidup, sebagai contoh manusia yang
dilakukan tubektomi pada organ reproduksinya atau mencapai menopause
tidak akan mati. Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah
manusia tersebut mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini
diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam
tubuh manusia.
Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang
bertanggung jawab terhadap kelangsungan suatu generasi. Untuk kehidupan
makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya proses
reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup tidak
dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut
terancam dan punah, karena tidak dapat dihasilkan keturunan (anak) yang
merupakan sarana untuk melanjutkan generasi.
Pada pelajaran ini akan dibahas tentang sistem organ reproduksi
wanita yang meliputi struktur organ reproduksi wanita, oogenesis dan siklus
menstruasi. Struktur organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi
eksternal dan organ reproduksi internal. Organ reproduksi luar wanita
disebut juga vulva meliputi mons veneris (mons pubis), labium mayora,
labium minora dan clitoris. Organ reproduksi dalam wanita meliputi
ovarium, tuba falopii, uterus dan vagina.
Oogenesis atau pembentukan ovum pada wanita telah dimulai sejak
dalam kandungan ibunya. Setelah bayi lahir, dalam tubuhnya telah ada
sekitar satu juta oosit primer. Sebagian oosit primer mengalami degenerasi

1
sehingga ketika memasuki masa puber jumlah tersebut menurun hingga
tinggal sekitar 200 ribu pada tiap ovariumnya. Oosit primer ini mengalami
masa istirahat (dorman), kemudian proses oogenesis akan dilanjutkan
setelah wanita memasuki masa puber.
Sejak pertama mendapat menstruasi (menarche) yang terjadi antara
usia 9-14 tahun organ reproduksi aktif bekerja hingga wanita tersebut
berhenti menstruasi (menophause) yang terjadi antara usia 46-54 tahun.
Menstruasi merupakan pendarahan yang keluar melalui vagina karena
luruhnya dinding rahim (endometrium). Menstruasi juga merupakan
pertanda tidak terjadi kehamilan, tiga perempat bagian jaringan lembut
endometrium yang telah dipersiapkan untuk menerima konsepsi
(penanaman embrio) akan terlepas. Kemudian endometrium akan terbentuk
kembali; dipersiapkan untuk menerima kemungkinan konsepsi berikutnya,
demikian seterusnya terulang kembali secara periodik dan dikenal dengan
siklus menstruasi. Remaja putri tidak perlu merasa takut karena menstruasi
merupakan peristiwa biologis yang normal dan biasa seperti halnya bernafas
dan darah yang mengalir dalam tubuh.
Seorang wanita harus mengenal anatomi dan fisiologi organ
reproduksinya. Dengan mengetahui anatomi dan memahami fisiologi
reproduksinya maka seorang wanita tak perlu merasa cemas dan gelisah
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja dan itu adalah
suatu hal yang normal.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem tubuh manusia yang berkaitan
dengan proses reproduksi wanita?

1.3 Tujuan
Sejalan dengan rumusan di atas, makalah ini disusun untuk mengetahui
dan mendeskripsikan anatomi dan fisiologi system tubuh manusia yang
berkaitan dengan proses reproduksi wanita.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Reproduksi Wanita

2.1.1 Genetalia Eksternal

Yang terdiri dari:


a. Tundun (Mons veneris)
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari
jaringan dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada
masa pubertas. Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis
pubis

b. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong.
Kedua bibir ini bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum.
Labia mayora bagian luar tertutp rambut, yang merupakan

3
kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Labia mayora bagian
dalam tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar
sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita dewasa à
panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak
dan nullipara à kedua labia mayora sangat berdekatan.

c. Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar
(labia mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu
jaringan tipis yang lembab dan berwarna kemerahan;Bagian atas
labia minora akan bersatu membentuk preputium dan frenulum
clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil ini mengeliligi orifisium
vagina bawahnya akan bersatu membentuk fourchette

d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat
erektil. Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan
serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Analog dengan penis
pada laki-laki. Terdiri dari glans, corpus dan 2 buah crura, dengan
panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.

e. Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia
minora). Pada vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium
urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini,
dan 2 buah muara kelenjar paraurethral. Kelenjar bartholini
berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi
rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi masuknya
bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen

4
f. Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis
ini yang menutupi sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya
berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk
dari himen dari masing-masing wanita berbeda-beda, ada yang
berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan ada
lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu
jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan,
biasanya pada bagian posterior

g. Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4
cm. Dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan muskulus
coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk menjaga kerja dari sphincter
ani

2.1.2 Genetalia Internal

5
a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya
merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus
levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang
bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11
cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio
uteri membagi puncak (ujung) vagina menjadi:
- Forniks anterior -Forniks dekstra
- Forniks posterior -Forniks sisistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan pH 4,5. keasaman vagina
memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina:
1) Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
2) Alat hubungan seks.
3) Jalan lahir pada waktu persalinan.

b. Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor
diantara kandung kemih dan rektum.Dinding belakang dan depan
dan bagian atas tertutup peritonium, sedangkan bagian bawah
berhubungan dengan kandung kemih.Vaskularisasi uterus berasal
dari arteri uterina yang merupakan cabang utama dari arteri illiaka
interna (arterihipogastrika interna).
Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng.
1) Korpus uteri : berbentuk segitiga
2) Serviks uteri : berbentuk silinder
3) Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua
pangkal tuba.

6
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus
tergantung dari usia wanita dan paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm,
nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada wanita
hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5 liter
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
a) Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar
uterus. Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
pembuluh darah limfe dan urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba
dan mencapai dinding abdomen.
b) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar,
lapisan tengah, dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan
tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena.
Lengkungan serabut otot ini membentuk angka delapan sehingga
saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat, dengan
demikian pendarahan dapat terhenti. Makin kearah serviks, otot
rahim makin berkurang, dan jaringan ikatnya bertambah. Bagian
rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum,
yang merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis servikalis
dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan
selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut
isthmus. Isthmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim
dan meregang saat persalinan.
c) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan
muara dari kelenjar endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan
fase pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh perubahan
hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi
endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga

7
memungkinkan terjadi implantasi (nidasi).Lapisan epitel serviks
berbentuk silindris, dan bersifat mengeluarakan cairan secara
terus-menerus, sehingga dapat membasahi vagina. Kedudukan
uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim
sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot
panggul. Ligamentum yang menyangga uterus adalah:
1) Ligamentum latum
• Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii.
2) Ligamentum rotundum (teres uteri)
• Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat.
• Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi.
3) Ligamentum infundibulopelvikum
• Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
4) Ligamentum kardinale Machenrod
• Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke kiri.
• Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.
5) Ligamentum sacro-uterinum
• Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale Machenrod
menuju os.sacrum.
6) Ligamentum vesiko-uterinum
• Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan.

c. Tuba Fallopii
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang
12 cm dan diameternya antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat
penting, yaiu untuk menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi,
sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat
terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan perkembangan
hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap
melakukan implantasi.

8
d. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan
kanan uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang
oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel
berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira
pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah
pematangan folikel de graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika
dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum sebanyak 100.000 buah
di dalam ovariumnya, bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a. Memproduksi ovum
b. Memproduksi hormone estrogen
c. Memproduksi progesteron

Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai


pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormon
estrogen. Estrogen merupakan hormone terpenting pada wanita.
Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda seks sekunder pada
wanita seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis,
pertumbuhan rambut ketiak, dan akhirnya terjadi pengeluaran darah
menstruasi pertama yang disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel
graaf belum melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi
karena memberikan kesempatan pada estrogen untuk menumbuhkan
tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah
teratur dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3
hari disertai dengan ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi
wanita.

9
2.1.3 Kelainan Organ Reproduksi Wanita

Gangguan pada organ reproduksi wanita dapat berupa


gangguan menstruasi, kanker genetalia, endometriosis, dan infeksi
vagina.

a. Gangguan Menstruasi
Gangguan menstruasi terdiri atas, amenore primer dan
amenore sekunder. Amenore primer adalah tidak terjadinya
manarkhe (menstruasi) sampai usia 17 tahun dengan atau tanpa
perkembangan seksual sekunder. Amenore sekunder adalah tidak
terjadinya menstruasi selama 3 sampai 6 bulan atau lebih pada orang
yang telah mengalami siklus menstruasi.
b. Kanker Genitalia
Kanker genitilia pada wanita dapat terjadi pada vagina,serfik,
dan ovarium. Kanker vagina tidak diketahui penyebabnya, Mungkin
karena iritasi yang disebabkan oleh virus.
Pengobatannya dengan kemoterapi dan bedah laser. Kanker
servik,terjadi bila pertumbuhan sel yang abnormal diseluruh lapisan
epitel serviks. Pengamanannya dengan pengangkatan uterus, oviduk,

10
ovarium, seperti bagian atas vagina, dan kelenjar lmfa panggul
perubahan sisi fungsi saluran pencernaan, atau megalami pendarahan
vagina abnormal. Penanganannya dengan kemoterapi dan
pembedahan.
c. Endometriosis
Endometriosis adalah keadaan dimana jaringan endometrium
terdapat diluar rahim, yaitu dapat tumbuh disekita ovarium oviduk,
atau jalur diluar rahim. Gejalanya berupa nyeri perut, pinggan terasa
sakit, dan nyeri pada saat menstruasi. Jika tidak ditangani akan
menyebabkan sulit terjadinya kehamilan. Penanganannya dengan
pemberian obat-obatan, laparoskopi, atau bedah laser.
d. Infeksi Vagina
Gejalanya berupa keputihan dan timbul gatal-gatal. Infeksi
ini menyerang wanita usia produktif terutama yang menikah.
Penyebabnya akibat hubungan kelamin.

e. Penyempitan Saluran Telur atau Oviduk


Kelainan ini merupakan faktor bawaan tetapi ada pula yang
disebabkan karena infeksi kuman tertentu. Saluran oviduk yang
sempit akan membuat sperma sulit untuk menjangkau bagian dalam
saluran tersebut, sehingga menyebabkan pembuahan sulit terjadi.

11
f. Kanker Serviks (mulut rahim)
Gangguan ini dialami oleh wanita. Kanker leher rahim
adalah kanker yang menyerang leher rahim perempuan melalui
tahap-tahap prakanker (disflasia ringan), disflsia berat, kanker yang
belum menyebar dan yang akan menyebar. Pada stadium lanjut,
kanker ini memiliki gejala pendarahan setelah senggama,
pendarahan setelah menopouse dan keputihan atau keluar cairan
kekukningan, berbau dan bercampur dengan darah.
g. Kanker Ovarium
Adalah kanker yang menyerang indung telur kiri atau kanan,
adtau kedua-duanya, kanker indung telur biasanya menyeranng
perempuan menopose (berumur 50 tahun keatas).
h. Condiloma accuminata
Penyakit ini disebabkan oleh virus kuman papiloma.
Penyakit ini ditandai dengan timbulnya kutil yang dapat membesar
dan akhirnya dapat menimbulkan kanker mulut rahim.

2.2 Fungsi Organ Reproduksi Wanita


2.2.1 Fisiologi Alat Reproduksi
 Hormon Reproduksi pada wanita
a. Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan sel-sel folikel sekitar sel ovum.
b. Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi
hormone LH.
c. Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi
(yaitu proses pematangan sel ovum).
d. Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat
sekresi FSH dan LH

12
 Siklus Menstruasi
Siklus mnstruasi terbagi menjad 4. wanita yang sehat
dan tidak hamil, setiap bulan akan mengeluarkan darah dari alat
kandungannya.
1. Stadium menstruasi (Desquamasi), dimana endometrium
terlepas dari rahim dan adanya pendarahanselama 4hari.
2. Staduim prosmenstruum (regenerasi), dimana terjadi proses
terbentuknya endometrium secara bertahap selama 4hr
3. Stadium intermenstruum (proliferasi), penebalan
endometrium dan kelenjar tumbuhnya lebih cepat.
4. Stadium praemenstruum (sekresi), perubahan kelenjar dan
adanya penimbunan glikogen guna mempersiapkan
endometrium.

 Hormon-Hormon Reproduksi
1. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis
dari estrogen tapi yang paling penting untuk reproduksi
adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-
ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan
payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga
berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk
ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas
cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi
sperma.
2. Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum.
Progesterone mempertahankan ketebalan endometrium
sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar
progesterone terus dipertahankan selama trimester awal
kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon HCG.

13
3. Gonadotropin Releasing Hormone
GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh
hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH
(folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen
tinggi, maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke
hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah,
begitupun sebaliknya.
4. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing
Hormone)
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon
yang diproduksi oleh hipofisis akibat rangsangan dari
GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel.
Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian
folikel ini akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan
untuk waktu tertentu oleh LH.
5. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell
Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior.
Bersama FSH, LH berfungsi memicu perkembangan folikel
(sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan
terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama
fase luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan
fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan
progesteron. Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya
dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh
eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan
singkat.
6. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu
oleh jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin
meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai
sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester

14
kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali
sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml).
Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi
korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid
terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga
memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau
urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya
kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).
7. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas
memicu / meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh
kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut
mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi
fungsi korpus luteum. Pada kehamilan, prolaktin juga

2.2.2 Hubungan Ovarium dan Gonadotropin Hormon; Efek Hormon


Ovarium; Sekresi Hormon Ovarium
Pertumbuhan dan perkembangan organ–organ kelamin betina
sewaktu pubertas dipengaruhi oleh hormone–hormone
gonadotropin dan hormone–hormone gonadal. Pelepasan FSH ke
adalam aliran darah menjelang pubertas menyebabkan pertumbuhan
folikel–folikel pada ovarium. Sewaktu folikel–folikel itu tumbuh dan
menjadi matang, berat ovarium eninggi dan estrogen diekskresikan
di dalam ovaroium untuk di lepaskan ke dalam aliran darah.
Estrogen menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan saluran
kelamin betina.

Ovum mengalami perubahan-perubahan kearah


pematangan. Estradiol dari folikel de Graaf yang matang
menyebabkan perubahan-perubahan pada saluran reproduksi tubuler
yang maksimal pada fase ini. Matestrus atau postestrus dalah periode
segera setelah estrus di mana corpus luteum bertambah cepat dari
sel-sel granulose folikel yang telah pecah di bawah pengaruh

15
hormone LH dari adenohypophisa. Matestrus sebagian besar berada
dibawah pengaruh hormone progesterone yang dihasilkan oleh
corpus luteum. Progesteron menghambat sekresi FSH oleh
adenohypophisa sehingga menghambat folikel de Graaf yang lain
dan mencegah terjadinya estrus.

Apabila folikel-folikel menjadi matang, ovum dilepaskan dan


turun ke tubafallopii. Dapat dilihat bahwa hormon juga memegang
peranan penting dalam kelangsungan produktivitas dari suatu ternak.
Lebih lanjut mengenai hormon akan dibahas pada bab selanjutnya.

Hormon adalah subtansi yang dihasilkan oleh sel atau


kelompok sel yang bergerak dalam aliran darah yang mengantarnya
ke organ target atau jaringan dalam tubuh yang memberikan suatu
reaksi yang dapat menolong mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam
tubuh (Sorensen, 1979).

a. Hormon dalam Pengaturan Reproduksi


Definisi hormon yang lain adalah suatu zat organik yang
diproduksikan oleh sel-sel khusus dalam tubuh dirembeskan ke
dalam aliran darah dengan jumlah yang sangat kecil dapat
merangsang sel-sel tertentu untuk berfungsi (Darwisito, 2002).
Hormon adalah substansi kimia yang dihasilkan oleh
kelenjar endokrin. Defenisi hormon harus memenuhi kriteria berikut:
 Disekresikan oleh sel-sel hidup kelenjar endokrin dan
diahsilkan dalam jumlah kecil
 Sekresi bersifat merocrin yaitu eksotosis tanpa menyebabkan
kerusakan seluruh sel
 Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus pada tempat
spesifik
 Hormon mempunyai pengaruh mengaktifkan enzim khusus
 Harus mengatur (tidak memulai) aktivitas organ sasaran dan
menghasilkan respon yang tepat
 Tidak digunakan sebagai sumber energi

16
b. Kelenjar-Kelenjar Yang Menghasilkan Hormon Dan Fungsi
Kelenjar
1. Kelenjar Hipofisa
Kelenjar hipofisa terletak pada lantai otak tengah.
Kelenjar ini berasal dari dua sumber yang berbeda yaitu bagian
yang berasal dari penjuluran stomodeum usus muka dan bagian
dari lantai diencefalon. Kemudian bagian tersebut kemudian
menyatu menjadi satu membentuk kelenjar hipofisa.

Gelambir anterior kelenjar hipofisa menghasilkan


hormone gonadotropik yaitu Follicle Stimulating Hormone
(FSH), Luteinizing Hormone (LH) yang pada hewan jantan
disebut denganInterstitial Cell Stimulating Hormone
(ICSH) dan Luteotropic Hormone (LTH), serta bagian posterior
yang menghasilkan dua macam hormon yakni oksitoksin dan
vasopressin.

2. Kelenjar Ovarium
Kelenjar ovarium ini terdiri atas dua macam yaitu
estrogen dan progesterone. Estrogen dihasilkan oleh sel – sel
granulose folikel de Graaf. Hormon ini menyebabkan
pertumbuhan alat – alat perkembangbiakan, perkembangan tanda
kelamin sekunder, dimulainya siklus rahim, siklus birahi, siklus
kelenjar air susu, timbulnya gejala birahi atau siklus menstruasi
pada manusia. Hormon progesterone dihasilkan oleh sel – sel
korpus luteum, selain oleh plasenta dan korteks kelenjar adrenal.
Pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada uterus tidak
semuanya atas pengaruh estrogen, sebab persiapan rahim untuk
kebuntingan diatur oleh korpus luteum, progenteron berfungsi
untuk mempertahankan kebuntingan. Oleh karena itu apabila
korpus luteum yang sedang berkembang dirusak atau dibuang,
kebuntingan bias berakhir dengan keguguran.

17
3. Testis
Fungsi endokrin dari testis terutama adalah menghasilkan
testosterone, hormone kelamin jantan yang dihasilkan oleh sel –
sel interstitial. Hormon seperti testosterone yang berpengaruh
terhadap sifat kejantanan disebut androgen. Testis adalah sumber
utama androgen, tanpa androgen dalam jumlah sedikit juga
dihasilkan oleh korteks adrenal ovary betina dan plasenta
(Frandson, 1996).

c. Klasifikasi Hormon Berdasarkan Unsur Pembentuknya


Hormon dapat dibagi menjadi dua kelompok utama
berdasarkan struktur kimianya, yaitu kelompok steroid dan
kelompok protein (amina dan peptide).

Hormon steroid merupakan molekul-molekul kecil dan dapat


secara bebas masuk ke dalam sel, keduanya mengubah fungsi sel
dengan cara mengaktifkan gen. Hormon steroid merupakan hormone
larut lemak, sehingga dengan mudah dapat menembus membrane sel
menuju sel target. Mekanisme hormone steroid dapat dijelaskan
sebagai berikut :

Prinsip mekanisme kerja hormone steroid adalah sebagai berikut :

 Hormon masuk ke dalam sel dan berikatan dengan protein


pembawa
 Protein membawa hormone ke dalam inti sel
 Reseptor dilepaskan untuk digunakan kembali
 Hormon berinteraksi secara bolak – balik dengan AND pada
kromosom
 Interaksi hormone mengaktifkan gen dan memproduksi
messenger ARM (mRNA)
 mRNA keluar dari kromosom dan memulai pembentukan
protein (biasanya enzim) pada robosom. Enzim yang baru
dibentuk inilah melakukan perintah aktivitas hormone.

18
Tidak seperti halnya hormon protein yang mengaktifkan
enzim, hormone steroid memulai memproduksi enzim baru yang
tersedia untuk penggunaan jangka panjang. Tiroksin juga masuk
ke dalam sel target dan mengadakan interaksi dengan gen untuk
mengubah fungsi sel. Tetapi tiroksin menggunakan tempat ikatan
di dalam nucleus untuk translokasi ke nucleus.

Contoh kelompok hormone steroid adalah progesterone,


cortisol, estradiol estrogen dan testosterone. Hormon–hormone
ini mempunyai beberapa pengaruh, tetapi secara umum
aktivitasnya adalah lama, misalnya respon dalam waktu yang
lama terhadap cekaman atau perkembangan reproduksi.

Beberapa kelompok hormone protein yang mengandung


peptide dan amina adalah insulin. Thyroid stimulating hormone
(TSH), Folicle stimulating Hormon (FSH) dan Luteinizing
Hormon (LH). Hormon – hormone dalam kelompok ini
umumnya melakukan aksinya dalam beberapa menit dan hanya
dalam waktu yang singkat. Pada umumnya hormon–hormon
dalam kelompok ini sering disimpan sementara dalam kelenjar
endokrin dan siap tersedia untuk sekresi secepat mungkin.

Mekanisme kerja hormone protein diringkas sebagai berikut :

 Hormon protein melekatkan dirinya sendiri pada reseptor


spesifik di permukaan sel, tetapi hormone ini tidak
termasuk ke dalam sel. Reseptor berassosiasi dengan
sebuah enzim yang dinamakan adenilat siklase.
 Komplek hormone-reseptor mengaktifkn adenilat siklase
dan menyebabkan penguraian adenosine triposphate
(ATP) untuk melepaskan Cyclic adenosine
monophosphate (cAMP)

19
 cAMP kemudian berdifusi ke dalam sel dan bergabung
dengan reseptor intaseluler dan bertindak sebagai second
messenger.
 cAMP berpengaruh melalui rangkaian reaksi kompleks
(fosfolirasi) yang dapat mengaktifkan enzim
 Enzim-enzim inilah yang melakukan aktivitas hormone

Ion–ion kalsium (Ca++) kadang–kadang juga


bertindak se bagai second messenger bersama-sama
cAMP. Ion Ca++ berkombinasi dan mengaktifkan protein
yang terdapat di intraseluler yang disebut calmodulin.
Calmodulin yang telah diaktifkan ini kemudian dapat
mengaktifkan enzim tertentu. cAMP berperan juga dalam hal
sebagai berikut: merangsang sintesis protein, mempengaruhi
proses sekresi dan mengubah permeabilitas.

 Efek Hormon Ovarium


Hormon adalah zat kimiawi yang dihasilkan tubuh secara
alami. Begitu dikeluakan, hormon akan dialirkan oleh dara menuju
berbagai jaringan sel dan menimbulkan efek tertentu sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Contoh efek hormon pada tubuh manusia:

 Perubahan Fisik yang ditandai dengan tumbuhnya rambut di


daerah tertentu dan bentuk tubuh yang khas pada pria dan
wanita (payudara membesar, lekuk tubuh feminin pada
wanita dan bentuk tubuh maskulin pada pria).
 Perubahan Psikologis: Perilaku feminin dan maskulin,
sensivitas, mood/suasana hati.
 Perubahan Sistem Reproduksi: Pematangan organ
reproduksi, produksi organ seksual (estrogen oleh ovarium
dan testosteron oleh testis).

20
Di balik fungsinya yang mengagumkan, hormon kadang jadi
biang keladi berbagai masalah. Misalnya siklus haid yang tidak
teratur atau jerawat yang tumbuh membabi buta di wajah. Hormon
pula yang kadang membuat kita senang atau malah sedih tanpa
sebab. Semua orang pasti pernah mengalami hal ini, terutama saat
pubertas.Yang pasti, setiap hormon memiliki fungsi yang sangat
spesifik pada masing-masing sel sasarannya. Tak heran, satu macam
hormon bisa memiliki aksi yang berbeda-beda sesuai sel yang
menerimanya saat dialirkan oleh darah.

Pada dasarnya hormon bisa dibagi menurut komposisi


kandungannya yang berbeda-beda sebagai berikut:

 Hormon yang mengandung asam amino (epinefrin,


norepinefrin, tiroksin dan triodtironin).
 Hormon yang mengandung lipid (testosteron, progesteron,
estrogen, aldosteron, dan kortisol).
 Hormon yang mengandung protein (insulin, prolaktin,
vasopresin, oksitosin, hormon pertumbuhan (growth
hormone), FSH, LH, TSH.

Hormon-hormon ini bisa dibuat secara sintetis. Di antaranya


adalah hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron yang dibuat
dalam bentuk pil. Pil ini merupakan bentuk utama kontrasepsi yang
digunakan wanita seluruh dunia untuk memudahkan mereka
menentukan saat yang tepat: kapan harus mempunyai anak dan jarak
usia tiap anak.

1. Hormon Wanita

Hormon wanita terutama dibentuk di ovarium (hormon pria


dibentuk di testis). Baik pria maupun wanita, pada dasarnya
memiliki jenis hormon yang relatif sama. Hanya kadarnya yang
berbeda. Hormon seksual wanita antara lain progesteron dan
estrogen. Hormon seksual pria antara lain androstenidion dan

21
testosteron (androgen). Pada wanita, hormon seksual kewanitaannya
lebih banyak ketimbang pria. Begitu pula sebaliknya.

 Estrogen
Estrogen merupakan bentukan dari androstenidion (hormon
seksual pria yang utama) yang dihasilkan ovarium. Selain
androstenidion, ovarium juga mengeluarkan testosteron dan
dehidroepiandrosteron, tapi dalam jumlah yang sedikit.

 Hormon Progesteron
Hormon ini merupakan bentukan dari pregnenolon yang
dihasilkan oleh kelenjar dan berasal dari kolesterol darah.

 Testosteron dan Dehidroepiandrosteron


Hormon ini yang juga diproduksi oleh ovarium tetapi dalam
jumlah yang sangat sedikit. Hormon ini dibutuhkan oleh wanita
karena berhubungan dengan daya tahan tubuh dan libido (gairah
seksual).

 Efek Hormon Terhadap Wanita


Hormon-hormon pada tubuh wanita berperan penting dalam
perjalanan hidupnya termasuk pada keindahan kulit. Berikut ini
adalah peran ketiga hormon utama wanita:

 Hormon Estrogen:
- Mempertahankan fungsi otak.
- Mencegah gejala menopause (seperti hot flushes) dan gangguan
mood.
- Meningkatkan pertumbuhan dan elastisitas serta sebagai pelumas
sel jaringan (kulit, saluran kemih, vagina, dan pembuluh darah).
- Pola distribusi lemah di bawah kulit sehingga membentuk tubuh
wanita yang feminin.
- Produksi sel pigmen kulit.

22
Estrogen juga mempengaruhi sirkulasi darah pada kulit,
mempertahankan struktur normal kulit agar tetap lentur, menjaga
kolagen kulit agar terpelihara dan kencang serta mampu menahan
air.

 Hormon Progesteron:
Sebenarnya hormon ini tidak terlalu berhubungan langsung
dengan keadan kulit tetapi sedikit banyak ada pengaruhnya karena
merupakan pengembangan estrogen dan kompetitor androgen.
Fungsi utama hormon progesteron lebih pada sistem reproduksi
wanita, yaitu:
- Mengatur siklus haid.
- Mengembangkan jaringan payudara.
- Menyiapkan rahim pada waktu kehamilan.
- Melindungi wanita pasca menopause terhadap kanker
endometrium.

 Hormon Androgen:
Hormon ini berfungsi untuk:
- Merangsang dorongan seksual.
- Merangsang pembentukan otot, tulang, kulit, organ seksual dan sel
darah merah.
Hormon ini cukup berpengaruh pada penampilan kulit dan
pertumbuhan rambut, yaitu dengan menstimulasi akar rambut dan
kelenjar sebum (kelenjar minyak) yang terletak di bagian atas akar
rambut.

Kelenjar sebum menghasilkan sekresi lemak atau minyak


yang berfungsi melumasi rambut dan kulit. Tetapi bila berlebihan
minyak ini akan memicu tumbunya akne atau jerawat, sehingga
mengganggu keindahan penampilan kulit. Gangguan kelenjar
sebum juga bisa mengakibatkan alopesia androgenika (kebotakan),
terutama pada pria. Sebaliknya pada wanita, ketidakseimbangan

23
hormon Androgen (hormonal imbalance) bisa menyebabkan
hirsutisme di mana rambut tumbuh berlebihan di daerah-daerah
yang tidak semestinya.

Aktivitas kelenjar sebum sangat dipengaruhi hormon


androgen. Kerja kelenjar ini memuncak pada saat seseorang
mencapai masa pubertas. Semakin tinggi tingkat kerjanya, semakin
banyak pula sekresi yang dihasilkan kelenjar ini. Sekresi kelenjar
sebum pada pria lebih tinggi secara signifikan ketimbang pada
wanita. Tak heran kulit wajah pria tampak lebih berminyak
dibanding wanita. Efek kerja kelenjar sebum mulai berkurang pada
wanita sesaat menjelang menopause.

Hiper-androgen pada wanita dengan ciri-ciri aktivitas


hormon androgen melebihi normal ternyata merupakan masalah
yang cukup umum terjadi walaupun belum diketahui penyebabnya
dan mempengaruhi 10-20% wanita usia reproduktif.

Gejala Hiper-Androgen pada Kulit Wanita


Seperti telah dijelaskan sebelumnya, hormon androgen yang
berlebih akan mengakibatkan efek negatif pada kulit dan kecantikan
wanita. Walaupun bukan merupakan kondisi yang fatal tetapi bisa
berefek sosial-psikologis dan mengurangi rasa percaya diri bahkan
mempengaruhi kualitas hidup. Gejala-gejala itu antara lain:

 Kulit berminyak dan komedo. Kondisi ini merupakan cikal bakal


gejala yang lebih parah seperti ketombe dan jerawat. Berlebihnya
produksi minyak di kulit wajah dipengaruhi oleh:
- Tingginya kadar androgen bebas yang akan memicu aktivitas
kelenjar minyak dan sebum.
- Meningkatnya kepekaan target organ atau sebum terhadap
androgen sehingga walaupun kadar androgen bebas dalam batas
normal aktivitas sebum tetap meningkat.

24
 Akne/Jerawat. Banyak faktor yang dapat memicu timbulnya jerawat
antara lain komedo, minyak dan peradangan (inflamasi). Belum
lagi ada pula pengaruh dari luar seperti pemakaian kosmetik yang
bisa menyumbat aliran sekresi kelenjar sebum ke permukaan apa
lagi dalam jangka panjang ditambah kondisi iklim tropis yang
panas dan lembab.
 Hirsutisme. Sekitar 5-8% wanita usia reproduktif menderita
hirsutisme yaitu pola pertumbuhan atau distribusi rambut
menyerupai pria (male hair pattern), misalnya di atas bibir, dagu,
dada, pinggang dan paha. Ada 40-80% dari penderita
ini menunjukkan peningkatan produksi testosteron dari 200-300 juta
(microgram) per hari menjadi 700-800 juta per hari.
 Alopesia Androgenika (kebotakan). Gejala ini merupakan kebalikan
dari hirsutisme.
Penyebabnya sama ketidakseimbangan androgen. Masalah
kebotakan ini biasa dialami oleh pria. Rambut hilang secara
perlahan-lahan di daerah dahi, terus menjalar ke daerah ubun-
ubun dan meluas secara lambat atau cepat ke seluruh bagian
atas kepala.

Gejala Hiper-Androgen secara Sistemik


Selain gangguan pada kulit, ketidakseimbangan hormon
androgen juga berpengaruh secara sistemik yang ditandai dengan
gejala-gejala seperti pada sistem reproduksi berupa:

- Gangguan siklus menstruasi, a-menore (nyeri haid), dan an-


ovulasi. Siklus haid yang tidak teratur merupakan gejala
ketidakseimbangan hormonal dan sedikit banyak berpengaruh
pada tingkat kesuburan seorang wanita. Jika siklus haid Anda
tidak teratur lebih dari 3 bulan berturut-turut,
sebaiknya konsultasikan dengan ginekolog, karena jika tidak
mendapat penanganan yang serius dapat
menyebabkan berbagai perubahan morfologis pada rahim yang

25
disebut PCOS (Poly - Cystic - Ovarian - Syndrome) dan dalam
jangka panjang bisa menyebabkan infertilitas (mandul).
- Abnormalitas metabolisme tubuh. Gejala yang tampak antara lain:
- Profil lemak yang tidak normal (obesitas atau terlalu kurus).
- Resistensi insulin sehingga berakibat peningkatan resiko kencing
manis (diabetis mellitus).
- Peningkatan resiko penyakit jantung (kardiovaskular).

 Sekresi Hormon Ovarium


Perubahan yang terjadi selama pubertas, baik pemunculan
karakter seks primer maupun sekunder, semuanya diregulasi
neurohormon. Ada banyak hormon yang mengatur hal tersebut, dan
cara kerjanya saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Secara garis besar terdapat tiga hirarki hormonal yang berperan saat
pubertas pada wanita yaitu (1) Gonadotopin-releasing hormone
(GnRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus, (2) Follicle-stimulating
hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH) yang dihasilkan oleh
hipofisis anterior sebagai respons atas GnRH, dan (3) Estrogen dan
progesteron yang dihasilkan oleh ovarium sebagai respons atas FSH
dan LH.

 Gonadotopin-releasing hormone (GnRH)


GnRH adalah hormon peptida yang dihasilkan oleh
hipotalamus, yang menstimulasi sel-sel gonadotrop pada hipofisis
anterior. Di hipotalamus sendiri pengeluaran GnRH diatur oleh
nukleus arkuata. Neuron pada nukleus arkuata memiliki kemampuan
untuk memproduksi dan melepas gelombang GnRH ke hipofisis.

 Gonadotopin
Gonadotropin pada wanita meliputi Follicle-stimulating
hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH). Baik FSH dan LH
disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior pada usia antara 9-12

26
tahun. Efek dari sekresi hormon tersebut adalah siklus menstruasi
yang terjadi pada usia sekitar 11-15 tahun. Periode ini dikatakan
pubertas sedangkan siklus menstruasi pertama disebut menarche.
FSH dan LH bekerja menstimulasi ovarium dengan berikatan
pada reseptor FSH dan reseptor LH. Reseptor yang teraktivasi akan
meningkatkan laju sekresi sel, pertumbuhan, dan proliferasi sel.
Aktivitas ini diperantarai oleh cAMP.

 Follicle-stimulating hormone (FSH)


FSH merupakan hormon yang memiliki struktur
glikoprotein, diproduksi di sel gonadotrop hipofisis, distimulasi oleh
hormon aktivin dan dihambat oleh hormon inhibin. FSH berfungsi
dalam pertumbuhan, perkembangan, maturasi saat pubertas, dan
reproduksi.
Pada wanita, FSH menstimulasi maturasi sel-sel germinal,
menstimulasi pertumbuhan folikel terutama pada sel-sel granulosa
dan mencegah atresia folikel. Pada akhir fase folikular kerja FSH
dihambat oleh inhibin dan pada akhir fase luteal aktivitas FSH
kembali meningkat untuk mempersiapkan siklus ovulasi berikutnya,
demikian seterusnya. Kerja FSH juga dihambat oleh estradiol
(estrogen) yang dihasilkan oleh folikel matang sehingga
menyebabkan folikel tersebut dapat mengalami ovulasi sedangkan
folikel lainnya mengalami atresia.

 Luteinizing Hormone (LH)


LH merupakan hormon yang memiliki struktur glikoprotein
heterodimer, diproduksi di sel gonadotrop hipofisis dan kerjanya
tidak dipengaruhi oleh aktivitas aktivin, inhibin, dan hormon seks.
Pada saat FSH menstimulasi pertumbuhan folikel, khususnya
sel granulosa, maka pengeluaran estrogen akan memicu munculnya
reseptor untuk LH. LH akan berikatan pada reseptornya tersebut dan
estrogen akan mengirim umpan balik positif untuk mengeluarkan

27
lebih banyak lagi LH. Dengan semakin banyaknya LH, maka akan
memicu ovulasi (pengeluaran ovum) dari folikel sekaligus
mengarahkan pembentukan korpus luteum. Korpus luteum yang
terbentuk akan menghasilkan progesteron yang berguna pada saat
implantasi.

 Estrogen dan Progestin Estrogen


Pada wanita yang sedang tidak hamil, estrogen diproduksi di
ovarium dan korteks adrenal, sedangkan pada wanita hamil estrogen
juga diproduksi di plasenta. Ada tiga macam estrogen yang terdapat
dalam jumlah signifikan: β-estradiol, estrone, dan estriol. β-estradiol
banyak diproduksi di ovarium sedangkan estrone lebih banyak
diproduksi di korteks adrenal dan sel-sel teka. Adapun estriol adalah
turunan β-estradiol dan estrone yang sudah dikonversi di hati.
Karena β-estradiol memiliki potensi estrogenik 12 kali lebih kuat
dibanding estrone dan 80 kali lebih kuat dari estriol, maka β-
estradiol dikatakan sebagai estrogen mayor.
Efek dari estrogen adalah menstimulasi proliferasi seluler dan
pertumbuhan organ seks dan jaringan lainnya terkait reproduksi.
Berikut adalah efek estrogen secara spesifik:

 Uterus dan Organ Seks Eksternal


Pada masa pubertas, estrogen diproduksi sekitar 20 kali lipat
lebih banyak dibanding masa prepubertas. Peningkatan kadar
hormon ini, bersamaan dengan penimbunan lemak, menyebabkan
perubahan-perubahan spesifik yaitu pembesaran ovarium, tuba
fallopi, uterus dan vagina.
Estrogen juga mengubah epitel vagina dari epitel kuboid
menjadi epitel bertingkat yang lebih resisten terhadap trauma dan
infeksi.

28
 Tuba Fallopi
Estrogen menyebabkan proliferasi jaringan pada lapisan
mukosa tuba fallopi. Selain itu estrogen juga meningkatkan jumlah
dan aktivitas sel-sel silia, yang penting dalam pergerakan ovum yang
telah difertilisasi.

 Payudara
Estrogen menyebabkan perkembangan jaringan stromal pada
kelenjar payudara, pertumbuhan sistem duktus, serta deposisi lemak.
Lobulus-lobulus dan alveoli berkembang menjadi lebih luas.

 Sistem Rangka
Estrogen menghambat aktivitas osteoklas sehingga
mengurangi penyerapan osteosit dan meningkatkan pertumbuhan
tulang. Estrogen juga menyebabkan penyatuan epifisis pada tulang-
tulang panjang. Diketahui bahwa efek estrogen pada wanita lebih
kuat dibandingkan efek testosteron pada pria, namun
penghentiannya yang cepat menyebabkan wanita cenderung lebih
pendek dibanding pria.

 Deposisi Protein
Estrogen menyebabkan peningkatan protein total tubuh, hal
ini dibuktikan oleh keseimbangan nitrogen yang lebih positif setelah
pemberian estrogen. Namun jika dibandingkan dengan testosteron,
efek deposisi protein yang ditimbulkan oleh testosteron lebih kuat
dibandingkan estrogen.

 Metabolisme Tubuh Dan Deposisi Lemak


Estrogen meningkatkan laju metabolik tubuh, namun lebih
lemah jika dibandingkan dengan efek yang sama oleh testosteron
pria. Selain itu estrogen juga meningkatkan jumlah lemak subkutan
dan mendeposisinya pada daerah-daerah tertentu seperti payudara,

29
bokong, dan paha sehingga memunculkan gambaran melekuk wanita
yang khas.

 Distribusi Rambut
Estrogen tidak memiliki efek besar terhadap pendistribusian
rambut. Adapun tumbuhnya rambut di daehrah pubis dan aksila
merupakan peran dari androgen adrenal.

 Kulit
Estrogen menyebabkan kulit wanita memiliki tekstur yang
lembut dan halus namun lebih tebal jika dibandingkan dengan kulit
anak-anak. Selain itu estrogen juga menyebabkan kulit menjadi lebih
vaskular. Hal ini sering diasosiasikan dengan peningkatan suhu pada
kulit dan perdarahan yang lebih banyak jika terjadi sayatan pada
kulit wanita dibandingkan dengan kulit pria.

 Kesetimbangan Elektrolit
Estrogen menyebabkan retensi air dan sodium oleh tubulus-
tubulus ginjal.

 Progestin
Progestin terpenting adalah progesteron. Pada wanita yang
sedang tidak hamil, progesteron diproduksi oleh korpus luteum pada
paruh terakhir siklus ovarium. Fungsi progesteron berdasarkan organ
yang dipengaruhinya adalah:

- Uterus
Fungsi terpenting progesteron adalah meningkatkan
perubahan sekretorik pada endometrium uterin selama paruh akhir
siklus seksual sehingga mempersiapkan uterus untuk implantasi
ovum. Selain itu progesteron juga mengurangi frekuensi dan
intensitas kontraksi uterine, sehingga dengan demikian

30
mengurangi risiko terjadinya peluruhan ovum yang telah
diimplantasi.

- Tuba fallopi
Progesteron meningkatkan sekresi lapisan mukosa yang ada
pada tuba fallopi. Sekresi ini diperlukan untuk nutrisi ovum yang
telah difertilisasi sebelum mengalami implantasi.

- Kelenjar payudara
Progesteron memicu perkembangan lobulus dan alveoli pada
payudara, menyebabkan sel-sel alveolar berproliferasi, membesar,
dan menjadi sekretorik. Namun progesteron tidak berperan dalam
sekresi ASI.
Progesteron juga menyebabkan pembesaran kelenjar
payudara karena peningkatan cairan di jaringan subkutan.

 Hormon Lain
Selain dari hormon yang sudah disebutkan di atas, terdapat
hormon lain yang juga berperan dalam pubertas. Namun tidak
seperti hormon di atas, hormon lain ini kurang/tidak mempengaruhi
perkembangan seks primer dan hanya mempengaruhi perkembangan
karakter seks sekunder.
 Prolaktin
Pada perkembangan kelenjar payudara di masa pubertas,
hormon estrogen menstimulasi perkembangan duktus sedangkan
progesteron merangsang pembentukan lobulus-alveolus. Keduanya
tidak ada hubungannya dengan pengeluaran air susu. Maka untuk
pengeluaran air susu distimulasi oleh hormon ketiga, prolaktin.
Prolaktin merupakan hormon yang disekresikan oleh
hipofisis anterior. Fungsi dari prolaktin adalah menstimulasi ekskresi
air susu. Selama paruh pertama kehamilan, kelenjar payudara
sebenarnya telah siap untuk memproduksi air susu, namun dihambat

31
oleh estrogen dan progesteron kehamilan. Setelah kehamilan selesai,
barulah kelenjar payudara bisa memproduksi air susu.
 Steroid Adrenal
Steroid adrenal dihasilkan di korteks adrenal. Ada tiga
hormon steroid adrenal, yaitu:
(1) mineralkortikoid, terutama aldoseteron, untuk kesetimbangan
mineral,
(2) glukokortikoid, terutama kortisol, untuk metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein, serta
(3) hormon seks yang identik dengan yang dihasilkan oleh gonad
(ovarium pada wanita).

Pada wanita, hormon seks yang dihasilkan oleh korteks


adrenal ialah estrogen. Namun jumlahnya jauh lebih sedikit daripada
estrogen yang dihasilkan di ovarium sehingga tidak terlalu
bermakna. Selain itu, di korteks adrenal juga dihasilkan androgen
dehidroepiandrosteron (DHEA). Pada pria, DHEA ini tidak
bermakna karena dikalahkan oleh testosteron. Namun pada wanita
(yang kurang memiliki androgen), DHEA ini memiliki makna
fisiologis yaitu pertumbuhan rambut pubis dan aksila, pacu tumbuh
pubertas serta perkembangan dan pemeliharaan dorongan seks
wanita.

 Growth Hormone (GH)


GH, selain berfungsi sebagai hormon pertumbuhan, juga
memiliki efek pada pubertas. GH menstimulasi diferensiasi sel
granulosa yang diinduksi oleh FSH, meningkatkan level IGF-1 di
ovarium dan meningkatkan respons ovarium terhadap gonadotropin.

 Insulin-like growth factor-1 (IGF-1)


IGF-1 meningkatkan efek gonadotropin pada sel granulosa
dan bekerja secara sinergis dengan GH untuk maturasi ovarium
postmenarche.

32
 Insulin
Pada waktu pubertas terjadi lonjakan kadar insulin plasma.
Diketahui insulin memiliki korelasi positif kuat dengan IGF-1.

2.2.3 Faktor Hormon Dalam Alat Reproduksi Wanita


ESTROGEN, pemeran utama

Hormon adalah zat kimia pembawa pesan yang bekerja di


dalam tubuh. Puluhan hormon yang terdiri dari struktur zat kimia itu
saling bekerja sama mengatur fungsi tubuh. Ada dua sumbu utama
penghasil hormon di tubuh. Pertama adalah HPG (hipotalamus
pituitary gonad) dan yang kedua adalah HPA (hipotalamus pituitary
adrenal).
Hormon pertama berasal dari hipotalamus, turun ke hipofisis dan
berakhir di gonad (ovarium pada wanita dan testis pada pria).
Hormon yang dihasilkan di antaranya adalah estrogen, progesteron
dan testosteron. Sedangkan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
anak ginjal (HPA) di antaranya adalah hormon insulin dan kortisol.
Ketika lahir, setiap manusia sudah dibekali oleh berbagai
macam hormon dengan masing-masing fungsinya. Ketika mulai
meningkat dewasa, hormon-hormon itu semakin lengkap, yaitu
ketika hadirnya hormon estrogen, progesteron dan testosteron yang
dihasilkan oleh ergan seks yang sudah cukup matang (gonad).
Hormon-hormon seks tersebut pada dasarnya dipunyai baik oleh pria
maupun wanita.
Yang berbeda adalah kadarnya. Pada wanita, estrogen dan
progesteron memegang peranan penting. Sedangkan pada pria
adalah androgen. "Pada tahap inilah perubahan fisik pada tubuh
mulai terlihat. Misalnya, payudara yang membesar pada wanita dan
suara yang berubah pada pria".

33
Seperti sekuntum bunga yang baru akan mekar, pada masa
pubertas, kerja hormon-hormon tersebut belumlah stabil. Koordinasi
kerja otak dengan ovarium sebagai salah satu penghasil hormon
utama, baru akan sempurna pada usia 17 tahun. Dan mulai tidak
seimbang lagi ketika wanita memasuki usia 40 tahun. Disaat itu,
ovarium sudah 'tua' dan tidak dapat bekerja sebaik dulu, sehingga
estrogen yang dihasilkan pun menjadi berkurang. Karena itulah,
kemudian muncul gejala yang dinamakan sebagai pra-menopause
(sebelum menopause).
Sepanjang usia, hormon dalam tubuh wanita mengalami
kenaikan dan penurunan secara berkala. Pada saat menjelang
ovulasi, produksi hormon-hormon dalam tubuh wanita akan
meningkat jumlahnya, terutama FSH (follicle stimulating
hormoneluteinizing hormone) dan estrogen. Dua atau tiga hari
setelah ovulasi, hormon-hormon tersebut akan kembali menurun dan
digantikan oleh meningkatnya produksi hormon progesteron, sampai
menjelang akan haid kembali. Demikian seterusnya.
Sebagai hormon wanita utama, estrogen dan progesteron
berperan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh secara
keseluruhan. Oleh karenanya, ketika produksi hormon itu berkurang,
dengan sendirinya kerja hormon-hormon lain dalam tubuh pun akan
terpengaruh. Akibatnya, tubuh pun renta terhadap penyakit karena
daya tahannya ikut menurun.
Kenali seluk beluk hormon 'kewanitaan' ini, dan manfaatkan
penemuan-penemuan baru dibidang kedokteran.

Hormon dan Reproduksi

Sistem reproduksi merupakan kesatuan kerja dari otak,


kelenjar hipofisis, ovarium dan uterus. Hormon yang mempengaruhi
sistem reproduksi tak hanya satu atau dua, melainkan lebih dari itu.
Hormon-hormon seperti estrogen, progesteron, LH dan FSH bekerja

34
menyampaikan pesan dari satu organ ke organ yang lain untuk
mengubah kadar hormon tertentu. Dengan demikian, terjadilah
proses seperti pematangan telur, pelepasan telur, penebalan
endometrium untuk menerima hasil konsepsi (jika terjadi
pembuahan), dan peluruhan dinding rahim yang berwujud sebagai
haid. Hormon-hormon tersebut bekerja pada satu siklus penuh, sejak
hari pertama haid, ovulasi hingga menjelang haid berikutnya.

35
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian bab sebelumnya mengenai anatomi dan


fisiologi sistem tubuh manusia yang berkaitan dengan proses
reproduksi, kami dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut:

1. Bagian bagian sistem reproduksi wanita terdiri dari bagian dalam


dan luar
2. Anatomi fisiologi sistem reproduksi perempuan merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang susunan suatu rangkaian
dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan
untuk berkembang biak
3. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan
fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan
dipengaruhi oleh hormon reproduksi baik FSH-Estrogen atau
LH-Progesteron.

3.2 Saran

Demikianlah makalah yang kami buat ini, mudah – mudahan


apa yang kami paparkan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi
kita semua untuk lebih mengenal mengenai sistem reproduksi
wanita. Kami menyadari apa yang kami paparkan dalam makalah ini
tentu masih belum sesuai apa yang di harapkan dengan ini kami
berharap masukan yang lebih banyak lagi dari dosen pembimbing
dan teman-teman semua.

36
DAFTAR PUSTAKA

Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11th ed.


Pennsylvania: Elsevier Inc; 2006. p. 1011-22.
Sheerwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC;
2001. p. 633-732.
Vander et.al. Human physiology – the mechanism of body function. 8th ed.
USA: The McGraw-Hill Companies; 2001. p. 681-3.
Ganong WF. Review of medical physiology. 20th ed. USA: The McGraw-
Hill Companies; 2001. p.505-6.
http://fisiologi-dian.blogspot.co.id/p/hubungan-ovarium-dan-
gonadotropin.html
http://fisiologi-dian.blogspot.co.id/p/efek-hormone-ovarium.html
http://fisiologi-dian.blogspot.co.id/p/sekresi-hormone-ovarium.html
Copyright 2011 Dian Husada Fisiologi.All rights reserved. Powered
by Blogger
Visit San Jose, San Jose Hotels and San Jose Travel Guide.

37

You might also like