Professional Documents
Culture Documents
CL
RUANG MILIK JALAN
BADAN JALAN
SALURAN BAHU JALUR LALU LINTAS BAHU
SAMPING DIPERKERAS TIDAK DIPERKERAS
CL
LAJUR LAJUR
LL LL RUANG MILIK JALAN
DAERAH
DAERAH
GALIAN
RUANG MANFAAT JALAN TIMBUNAN
Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA) meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan
ambang pengaman. Ruang Milik Jalan (RUMIJA) meliputi Ruang Manfaat Jalan
dan sejalur tanah tertentu di luar Ruang Manfaat Jalan. Ruang Pengawasan
Jalan (RUWASJA) merupakan sejalur tanah tertentu di luar Ruang Milik Jalan
yang ada di bawah pengawasan pembina jalan Daerah Penguasaan jalan dari
rooi ke rooi. Gambar 6 memperlihatkan zona-zona pada RUMAJA, RUMIJA dan
RUWASJA MENURUT Bina Marga1990. Gambar tersebut juga menunjukkan tinggi
dan dalamnya DAMAJA. Daerah tersebut 5 m atau lebih, lebih tinggi dari
permukaan jalan, dan > 1,5 m di bawah permukaan jalan.
2
Menurut Pasal 11 UU no 38 tahun 2004 tentang Jalan, Bagian-Bagian Jalan
dibedakan menjadi:
a. Bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan
ruang pengawasan jalan.
b. Ruang manfaat jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi badan
jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya.
c. Ruang milik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi ruang
manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan.
d. Ruang pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan
penyelenggara jalan.
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai ruang manfaat jalan, ruang milik jalan,
dan ruang pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) diatur dalam peraturan pemerintah.
2. Badan Jalan
Badan jalan terdiri atas Jalur lalu lintas (Carriageway/travel way) dan
bahu jalan. Jalur lalu lintas (Carriageway/travel way) adalah bagian
penampang melintang jalan yang digunakan untuk lewat kendaraan. Bagian ini
terdiri dari atas beberapa lajur (lane), tergantung volume lalulintas yang akan
ditampung. Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan badan
jalan adalah :
a. Permukaan jalan. Permukaan jalan harus diusahakan selalu rata, tidak licin
dan tidak kasar serta tahan dalam segala cuaca.
b. Kemiringan melintang. Untuk memberikan kemungkinan drainasi permukaan
jalan. Air yang jatuh di atas permukaan jalan dapat segera dialirkan ke
saluran samping, untuk itu perkerasan dibuat miring ke sebelah luar. Titik
yang tertinggi berada di tengah, dan kemudian menurun ke kedua tepian
perkerasan. Bentuk penampang yang demikian disebut penampang normal
atau bentuk CROWN. Besar kemiringan tergantung bahan lapis permukaan
3
jalan, dan kemiringan diusahakan sekecil mungkin tetapi tujuannya dapat
terpenuhi, umumnya berkisar antara 1,5 – 3 % untuk lapis permukaan yang
menggunakan bahan peningkat aspal atau semen, sedangkan untuk jalan
dengan lapis permukaan yang belum menggunakan bahan pengikat
kemiringan jalan bisa mencapai 5 – 6%.
c. Lajur lalu lintas. Lajur lalu lintas adalah bagian dari jalur lalu lintas yang
secara keseluruhan merupakan bagian dari lebar manfaat yang digunakan
untuk dilewati lalu lintas.
4
a. Keamanan Penelitian menunjukkan bahwa jumlah kecelakaan akan menurun
bila lebar jalan ditambah.
Penelitian lain menunjukkan bahwa naiknya lebar lajur sampai dengan 3,5
meter jumlah kecelakaan menurun tajam, sedangkan labar di atas 3,5 meter
jumlah kecelakaan hampir tetap.
b. Kenyamanan ditentukan oleh rasa lega yang dialami oleh pengemudi. Rasa
ini terutama dapat diukur/dialami pada waktu keadaan kritis misal,
berpapasan dengan kendaraan lain, memasuki jembatan sempit, under pass.
Rasa lega akan tetap ada apabila pada daerah kritis tersedia kebebasan
yang cukup.
c. Batas ukuran maksimum kendaraan. Kendaraan yang berukuran besar adalah
truk yang sejenis dengan lebar normal 2,25 meter dengan batas maksimum
2,5 meter untuk lebar kendaraan ini perlu mempertimbangkan lebar
kendaraan standart.
5
Lebar lajur jalan beberapa negara
1. Amerika Serikat, lebar lajur : 10, 11, 13 ft
2. Inggris : 9 – 12 ft (urban) 7.3, 10, 11 m (rural)
3. Kanada : 3 – 3.25 m (tanah), 3.75 m
4. Indonesia :
a. Jalan di arah pedalaman : 3.5 meter
b. Jalan di daerah perkotaan :
Kelas perencanaan Lebar Lajur ( m )
Tipe I Kelas 1 3.5
Kelas 2 3.5
Tipe II Kelas 1 3.5
Kelas 2 3.25
Kelas 3 3.25 – 3.0
4. Bahu jalan
Kebutuhan akan adanya bahu jalan tergantung pada : fungsi dan tipe jalan,
volume lalu lintas, kecepatan kendaraan dan medan (terrain). Berdasarkan tipe
6
perkerasannya bahu dapat dibedakan atas : (a) Bahu yang tidak diperkeras,
yaitu bahu yang hanya dapat dibuat dari meterial perkerasan jalan tanpa bahan
pengikat, digunakan untuk daerah-daerah yang tidak penting, dimana
kendaraan yang menggunakan bahu ini tidak begitu banyak. Biasa digunakan
adalah material agregat sedikit bercampur lempung. (b) Bahu yang diperkeras
dibuat dengan menggunakan bahan pengikat sehingga lapisan tersebut lebih
kedap air dibandingkan dengan bahu yang tidak diperkeras. Jenis ini digunakan
pada jalan-jalan dimana kendaraan yang akan berhenti dan memakai bagian
tersebut besar jumlahnya, seperti sepanjang jalan tol, jalan arteri dalam kota,
dan di tikungan-tikungan yang tajam.
Lebar bahu jalan biasanya bervariasi antara 0,5 – 2,5 m tergantung tingkat
keperluannya.
5. Saluran samping
7
Landai dasar saluran biasanya dibuat mengikuti kelandaian jalan, tetapi
jika kelandaian jalan cukup besar dan dasar saluran hanya dibuat dari tanah
asli maka landai dasar saluran tidak dibuat mengikuti landai jalan tetapi
bertingkat. Hal ini dilakukan untuk menghindari gerusan air kedasar saluran.
Jalan raya yang mempuyai 4 lajur atau lebih harus mempunyai median.
Bagian ini mungkin ada tetapi juga mungkin tidak ada karena tujuannya untuk
memisahkan lajur dengan arah lalu lintas demi keamanan dengan demikian
melaju dengan kecepatan yang tinggi. Fungsi yang lain adalah membatasi
belokan (U-turn) agar lalu lintas lebih lancar, juga untuk membentuk lajur
belok kanan pada persimpangan dan untuk mengurangi sorotan lampu. Median
juga dapat berfungsi untuk menyediakan jalur hijau dan pembuatan taman
kota. Jalan dengan median juga disebut daerah cariage way / divided carriage
way.
8
Gambar 7 memperlihatkan penampang khas suatu median yang tersusun
atas strip tepi selebar 0,25 m dan pemisah jalan yang pada prinsipnya
ditinggikan. Lebar median bervariasi tergantung kepada lebar batas median
jalan. batas umum untuk median adalah 0,5 m sampai ukuran yang sebaiknya
2,5 m atau lebih.
7. Ruang Bebas
a. Arah horisontal
Kebebasan kiri : dengan bahu : 1,5 - 3,50 m. Dengan trotoir : trotoir
minimal 1 meter ditambah 0,25 - 3,5 m. Dengan lajur pembantu : 1 -
2 meter ditambah lebar lajur pembantu.
Kebebasan kanan (untuk satu arah) : Dengan pilar atau tembok jembatan
: minimal 1 meter. Kerb penghalang : 0,5 - 1,0 meter ditambah lebar
kerb 0,5 meter. Dengan lajur pembantu ditambah 1 - 1,5 m.
b. Arah vertikal
Kebebasan kiri : Dengan bahu : minimal 4 meter di atas bahu dan
minimal 4,5 meter di atas perkerasan. Dengan trotoir : minimal 4,5
meter. Dengan lajur pembantu : minimal 4,5 meter.
Kebebasan kanan (untuk satu arah) dengan pilar atau tembok jembatan :
minimal 4,5 meter. Dengan kerb penghalang : 4,5 meter. Dengan lajur
pembantu : minimal 4,5 meter.
9
8. Trotoar
Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas
yang digunakan khusus untuk pejalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan
pejalan kaki maka trotoar harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas oleh
struktur fisik berupa kerb.
Trotoar tidak dibutuhkan pada jalan raya di daerah luar kota bila lalu
lintas dan tingkat kepadatan penduduk rendah. Dalam situasi demikian
sebagian lebar bahu jalan dapat menggantikan trotoar. Jika volume lalu lintas
atau jumlah pejalan kaki lebih tinggi, maka harus dipakai bahu jalan yang lebih
lebar.
10
11
12