You are on page 1of 12

BAB IV

PENAMPANG MELINTANG JALAN

1. Penampang Melintang Jalan

Penampang melintang suatu jalan adalah proyeksi/potongan melintang


tegak lurus sumbu jalan. Pada potongan melintang tersebut dapat dilihat
bagian-bagian jalan. bagian-bagian jalan tersebut meliputi Ruang Manfaat
Jalan, Ruang Milik Jalan, dan Ruang Pengawasan Jalan. Gambar 5
memperlihatkan bagian-bagian jalan tersebut. Penamaan tersebut sesuai
dengan UU no 38 tahun 2004 tentang Jalan.

CL
RUANG MILIK JALAN

RUANG MANFAAT JALAN

BADAN JALAN
SALURAN BAHU JALUR LALU LINTAS BAHU
SAMPING DIPERKERAS TIDAK DIPERKERAS
CL
LAJUR LAJUR
LL LL RUANG MILIK JALAN
DAERAH
DAERAH
GALIAN
RUANG MANFAAT JALAN TIMBUNAN

LAPIS PONDASI (BASE)


TANAH DASAR BADAN JALAN
TALUD
LAJUR TEPIAN MEDIAN
LAPIS PERMUKAAN LAPIS PONDASI BAWAH (SUBBASE) BAHU
JALUR LL
SALURAN BAHU LUNAK
LAJUR
MEDIAN
SAMPING DIPERKERAS LL
LAJUR LL LAJUR LL BAHU
BAHU
KEREB
KIRI KANAN
DAERAH GALIAN
DAERAH TIMBUNAN

LAPIS PERMUKAAN (SURFACE)


LAPIS PONDASI (BASE) 1
TALUD LAPIS PONDASI BAWAH (SUBBASE)
LAPIS TANAH DASAR (SUBGRADE)
Gambar 5 Bagian-bagian Penampang Melintang Jalan

Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA) meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan
ambang pengaman. Ruang Milik Jalan (RUMIJA) meliputi Ruang Manfaat Jalan
dan sejalur tanah tertentu di luar Ruang Manfaat Jalan. Ruang Pengawasan
Jalan (RUWASJA) merupakan sejalur tanah tertentu di luar Ruang Milik Jalan
yang ada di bawah pengawasan pembina jalan Daerah Penguasaan jalan dari
rooi ke rooi. Gambar 6 memperlihatkan zona-zona pada RUMAJA, RUMIJA dan
RUWASJA MENURUT Bina Marga1990. Gambar tersebut juga menunjukkan tinggi
dan dalamnya DAMAJA. Daerah tersebut 5 m atau lebih, lebih tinggi dari
permukaan jalan, dan > 1,5 m di bawah permukaan jalan.

Gambar 6 Daerah Manfaat Jalan (Bina Marga)

2
Menurut Pasal 11 UU no 38 tahun 2004 tentang Jalan, Bagian-Bagian Jalan
dibedakan menjadi:
a. Bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan
ruang pengawasan jalan.
b. Ruang manfaat jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi badan
jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya.
c. Ruang milik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi ruang
manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan.
d. Ruang pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan
penyelenggara jalan.
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai ruang manfaat jalan, ruang milik jalan,
dan ruang pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) diatur dalam peraturan pemerintah.

2. Badan Jalan

Badan jalan terdiri atas Jalur lalu lintas (Carriageway/travel way) dan
bahu jalan. Jalur lalu lintas (Carriageway/travel way) adalah bagian
penampang melintang jalan yang digunakan untuk lewat kendaraan. Bagian ini
terdiri dari atas beberapa lajur (lane), tergantung volume lalulintas yang akan
ditampung. Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan badan
jalan adalah :
a. Permukaan jalan. Permukaan jalan harus diusahakan selalu rata, tidak licin
dan tidak kasar serta tahan dalam segala cuaca.
b. Kemiringan melintang. Untuk memberikan kemungkinan drainasi permukaan
jalan. Air yang jatuh di atas permukaan jalan dapat segera dialirkan ke
saluran samping, untuk itu perkerasan dibuat miring ke sebelah luar. Titik
yang tertinggi berada di tengah, dan kemudian menurun ke kedua tepian
perkerasan. Bentuk penampang yang demikian disebut penampang normal
atau bentuk CROWN. Besar kemiringan tergantung bahan lapis permukaan

3
jalan, dan kemiringan diusahakan sekecil mungkin tetapi tujuannya dapat
terpenuhi, umumnya berkisar antara 1,5 – 3 % untuk lapis permukaan yang
menggunakan bahan peningkat aspal atau semen, sedangkan untuk jalan
dengan lapis permukaan yang belum menggunakan bahan pengikat
kemiringan jalan bisa mencapai 5 – 6%.
c. Lajur lalu lintas. Lajur lalu lintas adalah bagian dari jalur lalu lintas yang
secara keseluruhan merupakan bagian dari lebar manfaat yang digunakan
untuk dilewati lalu lintas.

3. Penentuan Lebar Lajur Lalu lintas


Secara teoritis lebar lajur ini sukar dan bahkan tidak mungkin ditentukan
secara teliti, mengingat :
a. Lintasan suatu kendaraan tidak mungkin diikuti secara tepat oleh
kendaraan lain yang ada di belakang.
b. Lebar lajur tidak boleh lebih kecil dari pada lebar maksimum kendaraan
tetapi jangan terlalu lebar karena konstruksi perkerasan akan mahal.
c. Tidak mungkin membuat lebar lajur sama dengan lebar lintasan
kendaran, karena pengemidi sulit dalam mempertahankan untuk tetap
berjalan lurus.
d. Perlu adanya kebebasan samping antar sesama kendaraan, karena
adanya perubahan – perubahan kemudi, misal : angin, kerataan jalan,
kemiringan perkerasan.
e. Makin cepat suatu kendaraan berjalan memerlukan lebar lajur yang
makin besar.

PPGJR menetapkan lebar lajur bervariasi tergantung kelas jalannya .


Sehubungan dengan makin cepatnya kendaraan, lebar lajur perlu di
tetapkan sebaik-baiknya dan paling ekonomis serta memenuhi
persyaratan, yaitu antara lain :

4
a. Keamanan Penelitian menunjukkan bahwa jumlah kecelakaan akan menurun
bila lebar jalan ditambah.

Negara Lebar Jalan Penurunan kecelakaan


USA 3.5 - 6.7 m 22 - 47 %
Australia 4.9 - 5.5 m 43 %
6.3 - 7.3 m

Penelitian lain menunjukkan bahwa naiknya lebar lajur sampai dengan 3,5
meter jumlah kecelakaan menurun tajam, sedangkan labar di atas 3,5 meter
jumlah kecelakaan hampir tetap.
b. Kenyamanan ditentukan oleh rasa lega yang dialami oleh pengemudi. Rasa
ini terutama dapat diukur/dialami pada waktu keadaan kritis misal,
berpapasan dengan kendaraan lain, memasuki jembatan sempit, under pass.
Rasa lega akan tetap ada apabila pada daerah kritis tersedia kebebasan
yang cukup.
c. Batas ukuran maksimum kendaraan. Kendaraan yang berukuran besar adalah
truk yang sejenis dengan lebar normal 2,25 meter dengan batas maksimum
2,5 meter untuk lebar kendaraan ini perlu mempertimbangkan lebar
kendaraan standart.

Negara Lebar Kendaraan Standart


Amerika Serikat 8.5 ft
Inggris 8.0 ft 2.5 inch
Kanada 2.6 m
Indonesia 2.5 m

Dalam menetukan lebar lajur, besar-besaran tersebut di atas masih ditambah


dengan jarak antara bila kendaraan berpapasan.

5
Lebar lajur jalan beberapa negara
1. Amerika Serikat, lebar lajur : 10, 11, 13 ft
2. Inggris : 9 – 12 ft (urban) 7.3, 10, 11 m (rural)
3. Kanada : 3 – 3.25 m (tanah), 3.75 m
4. Indonesia :
a. Jalan di arah pedalaman : 3.5 meter
b. Jalan di daerah perkotaan :
Kelas perencanaan Lebar Lajur ( m )
Tipe I Kelas 1 3.5
Kelas 2 3.5
Tipe II Kelas 1 3.5
Kelas 2 3.25
Kelas 3 3.25 – 3.0

4. Bahu jalan

Bahu jalan / berm / shoulder, mempunyai fungsi :


a. Tempat berhenti sementara bagi kendaraan (orientasi arah perjalanan,
mogok, istirahat, dll )
b. Memberikan kebebasan samping (rasa lega) sehingga meningkatkan
kegunaan jalan.
c. Menahan konstruksi perkerasan dari samping
d. Tempat memasang rambu lalu lintas, rel pelindung (guard rail), patok-patok
Km, DMJ dan lain-lain.
e. Tempat persiapan bagi perkerasan pemeliharaan jalan.
f. Meningkatkan jarak pandangan pada tikungan.

Kebutuhan akan adanya bahu jalan tergantung pada : fungsi dan tipe jalan,
volume lalu lintas, kecepatan kendaraan dan medan (terrain). Berdasarkan tipe

6
perkerasannya bahu dapat dibedakan atas : (a) Bahu yang tidak diperkeras,
yaitu bahu yang hanya dapat dibuat dari meterial perkerasan jalan tanpa bahan
pengikat, digunakan untuk daerah-daerah yang tidak penting, dimana
kendaraan yang menggunakan bahu ini tidak begitu banyak. Biasa digunakan
adalah material agregat sedikit bercampur lempung. (b) Bahu yang diperkeras
dibuat dengan menggunakan bahan pengikat sehingga lapisan tersebut lebih
kedap air dibandingkan dengan bahu yang tidak diperkeras. Jenis ini digunakan
pada jalan-jalan dimana kendaraan yang akan berhenti dan memakai bagian
tersebut besar jumlahnya, seperti sepanjang jalan tol, jalan arteri dalam kota,
dan di tikungan-tikungan yang tajam.

Lebar bahu jalan biasanya bervariasi antara 0,5 – 2,5 m tergantung tingkat
keperluannya.

5. Saluran samping

Saluran samping terutama berguna untuk :


a. Mengalirkan air dari permukaan perkerasan jalan ataupun dari bagian luar
jalan.
b. Menjaga supaya konstruksi jalan selalu dalam keadaan kering tidak
terendam air.

Umumnya bentuk saluran samping adalah trapesium, atau persegi


panjang. Untuk daerah perkotaan dengan terbatasnya tanah yang ada saluran
samping dibuat empat persegi panjang dari beton bertulang dan ditempatkan di
bawah trotoar. Sedangkan di daerah pedalaman karena tanah yang tersedia
biasanya masih longgar, saluran samping umumnya berbentuk trapesium.
Dinding saluran bisa dibuat dari tanah asli atau pasangan batu kali. Lebar dasar
disesuaikan dengan debit air yang akan mengalir pada saluran tersebut.

7
Landai dasar saluran biasanya dibuat mengikuti kelandaian jalan, tetapi
jika kelandaian jalan cukup besar dan dasar saluran hanya dibuat dari tanah
asli maka landai dasar saluran tidak dibuat mengikuti landai jalan tetapi
bertingkat. Hal ini dilakukan untuk menghindari gerusan air kedasar saluran.

6. Jalur pemisah / median (traffic separation)

Jalan raya yang mempuyai 4 lajur atau lebih harus mempunyai median.
Bagian ini mungkin ada tetapi juga mungkin tidak ada karena tujuannya untuk
memisahkan lajur dengan arah lalu lintas demi keamanan dengan demikian
melaju dengan kecepatan yang tinggi. Fungsi yang lain adalah membatasi
belokan (U-turn) agar lalu lintas lebih lancar, juga untuk membentuk lajur
belok kanan pada persimpangan dan untuk mengurangi sorotan lampu. Median
juga dapat berfungsi untuk menyediakan jalur hijau dan pembuatan taman
kota. Jalan dengan median juga disebut daerah cariage way / divided carriage
way.

jalur lalulintas median jalur


laulintas
jalur jalur
tepian tepian
0,25m 0,25m

Gambar 7 Penampang Median

8
Gambar 7 memperlihatkan penampang khas suatu median yang tersusun
atas strip tepi selebar 0,25 m dan pemisah jalan yang pada prinsipnya
ditinggikan. Lebar median bervariasi tergantung kepada lebar batas median
jalan. batas umum untuk median adalah 0,5 m sampai ukuran yang sebaiknya
2,5 m atau lebih.

7. Ruang Bebas

Ruang bebas diperlukan untuk memberikan rasa lega bagi pengemudi


dalam menjalankan kendaraannya. Dengan demikian kapasitas dan tingkat
pelayanan jalan akan meningkat.

a. Arah horisontal
 Kebebasan kiri : dengan bahu : 1,5 - 3,50 m. Dengan trotoir : trotoir
minimal 1 meter ditambah 0,25 - 3,5 m. Dengan lajur pembantu : 1 -
2 meter ditambah lebar lajur pembantu.
 Kebebasan kanan (untuk satu arah) : Dengan pilar atau tembok jembatan
: minimal 1 meter. Kerb penghalang : 0,5 - 1,0 meter ditambah lebar
kerb 0,5 meter. Dengan lajur pembantu ditambah 1 - 1,5 m.

b. Arah vertikal
 Kebebasan kiri : Dengan bahu : minimal 4 meter di atas bahu dan
minimal 4,5 meter di atas perkerasan. Dengan trotoir : minimal 4,5
meter. Dengan lajur pembantu : minimal 4,5 meter.
 Kebebasan kanan (untuk satu arah) dengan pilar atau tembok jembatan :
minimal 4,5 meter. Dengan kerb penghalang : 4,5 meter. Dengan lajur
pembantu : minimal 4,5 meter.

9
8. Trotoar

Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas
yang digunakan khusus untuk pejalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan
pejalan kaki maka trotoar harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas oleh
struktur fisik berupa kerb.

Trotoar tidak dibutuhkan pada jalan raya di daerah luar kota bila lalu
lintas dan tingkat kepadatan penduduk rendah. Dalam situasi demikian
sebagian lebar bahu jalan dapat menggantikan trotoar. Jika volume lalu lintas
atau jumlah pejalan kaki lebih tinggi, maka harus dipakai bahu jalan yang lebih
lebar.

Di daerah perkotaan yang memiliki banyak gedung komersial, banyak


pejalan kaki dan lalulintas yang padat, dibutuhkan suatu trotoar yang
ditinggikan. Lebar trotoar tergantung kepada kondisi setempat dan sebaiknya
3,0 meter.

10
11
12

You might also like