You are on page 1of 110

LAPORAN DESIMINASI AKHIR PRAKTIK PROFESI STASE

MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG BOUGENVILE


RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

Oleh:
Kelompok 2
1. Agus Budi Mulyono (017901002)
2. Cicik Dwi Yulianti (017901010)
3. Defri Pria Wicaksana (017901011)
4. Faishal Dany Sabri (017901015)
5. Fifin Sholikatun Ni’mah (017901017)
6. Fitri Nur Azizah (017901018)
7. Nava Yulis Anita Sari (017901028)
8. Sri Ernawati (017901034)
9. Warsikah (017901038)
10. Widya Sarasawati Nurida (017901039)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES INSAN CENDEKIA HUSADA
BOJONEGORO
2018
LEMBAR PENGESAHAN
“LAPORAN DESIMINASI AKHIR PRAKTIK PROFESI STASE
MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG BOUGENVILE
RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN”

Telah disahkan pada:


Hari :
Tanggal :
Tempat: Ruang Bougenvile

Mengetahui,
Perceptee

(Faishal Dany Sabri)

Perceptor Akademik, Perceptor Klinik

(Ns. Ferawati, M.Kep) (Ns. Sucipto, S.Kep)

Kepala Ruang Bougenvile

(Ns. Nurul Chayatin, S.Kep)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT pencipta manusia dan alam semesta.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkkan kepada Rasul Muhammad SAW.

ii
Dari keteladanannya kita mendapatkan nilai-nilai acuan bagaimana berinteraksi
dengan secara manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Penulisan laporan desiminasi akhir praktik profesi stase manajemen
keperawatan ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memeneuhi tugas stase Manajemen Keperawatan program studi Ners dan
penelitiannya bertujuan untuk mengetahui, menganalisa suatu manajemen
keperawatan ruangan yang diangkat dalam penyusunan laporan desiminasi akhir
praktik profesi stase manajemen keperawatan ini dan mengambil manfaat dari
hasil kesimpulannya.

Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:


1. Hasan Bisri, SE., MSA selaku Ketua STIKes Icsada.
2. Ns. Ferawati, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan.
3. Ns. Ikha Ardianti, S.Kep., M.Kep selaku Koordinator Ners.
4. Nurul Chayatin, S.Kep Ns selaku Supervisor.
5. Ns. Sucipto, S.Kep selaku preceptor klinik yang banyak memberikan
petunjuk yang berguna dalam penyelesaian laporan desiminasi manajemen
keperawatan ini.
6. Ns. Ferawati, S.Kep., M.Kep selaku preceptor akademik yang banyak
memberikan petunjuk yang berguna dalam penyelesaian laporan
desiminasi akhir manajemen keperawatan ini.
7. Para Rekan-rekan, dan semua pihak yang telah memberikan berbagai
bentuk bantuan dalam proses penyusunan laporan desiminasi akhir
manajemen keperawatan ini.
8. Ucapan terima kasih untuk lahan.
9. Orang tua dan saudara-saudara kami tercinta yang telah memberikan
dorongan semangat dan bantuan lainnya yang sangat berarti bagi penulis.

Akhirnya, sebagai hamba yang lemah, penulis menyadari bahwa laporan


desiminasi akhir manajemen kepearwatan ini tidak luput dari berbagai kelemahan
dan kekurangan. Untuk itu, penulis harapkan saran dan kritik dari pembaca. Dan
semoga laporan desiminasi akhir manajemen keperawatan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri.

Lamongan, 09 Januari 2018

Tim penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i

iii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR ………...………………………………………… iii
DAFTAR ISI …………………..………………………………………… iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………… 1
1.2 Tujuan …………………...................…………………………. 3
1.3 Manfaat………………………………………………………… 3
BAB 2 KONSEP TEORI MANAJEMEN KEPERAWATAN
2.1 Manajemen Keperawatan ……………………………………. 5
2.2 Fungsi Manajemen …………………………...………………. 5
2.3 Standar Asuhan Keperawatan …….…………………………… 9
2.4 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ……...............…… 10
2.5 Model Asuhan Keperawatan …………………………………. 11
2.6 JCIA (Joint Comition International Acreditation …….………. 13
BAB 3 PENGKAJIAN (Kajian Situasi Manajemen Keperawatan Ruang)
3.1 Kajian Situasi Rumah Sakit…………………………………..… 16
3.2 Kajian Situasi Di Ruang Bougenvile ………………………..… 17
BAB 4 PERENCANAAN
4.1 Analisa SWOT……………………………………………..…... 42
4.2 Diagram Layang Analisis SWOT…………………………..….. 52
4.3 Identifikasi Masalah ………………………………………..….. 53
4.4 Penentuan Prioritas Masalah Berdasarkan Skoring ………..….. 54
4.5 Alternatif Penyelesaian Masalah Manajemen di Ruangan……... 56
4.6 Plan Of Action (POA) Sesuai dengan Masalah…………….….. 58
4.7 Buat Rencana Strategis dan Operasional …………………...….. 61
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….……. 84
LAMPIRAN

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan unit pelayanan kesehatan dari sistem pelayanan
kesehatan dan merupakan unsur strategis dilihat dari konteks jumlah biaya
yang dikeluarkan, dimana sebagian besar dana kesehatan terserap dalam
sektor pengelolaan rumah sakit baik di negar maju maupun negara
berkembang. Pelayanan medik dan perawatan merupakan sub sistem dari
sistem pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien, sehingga
lebih bersifat individual (Depkes, 2002).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di rumah
sakit dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat.
Disamping itu, pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama
dalam pengembangan ke masa depan. Perawat harus mau mengembangkan
ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat, dan menjadi
tenaga perawat yang profesional. Pengembangan dalam berbagai aspek
keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling
mempengaruhi dan saling berkepentingan sehingga perlu adanya inovasi
dalam pendidikan keperawatan, praktik keperawatan, ilmu keperawatan dan
kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam
proses profesionalitas. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan
terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh
masyarakat, maka dituntut untuk mengembangkan dirinya dalam sistem
pelayanan kesehatan, serta mengupayakan kegiatan penyelenggaraan model
Metode Asuhan Keperawatan Profesianal (MAKP) dengan manajemen
keperawatan (Priharjo, 2005).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan yang diorganisasi. Manajemen mencakup
kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui
anggota staf untuk membebankan asuhan keperawatan secara profesional.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah
satu metode pelaksanaan asuhan secara profesional, sehingga diharapkan
keduanya saling menopang. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran
dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah melakukan
manajemen keperawatan dengan harapan adanya faktor kelola yang optimal
mampu meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan
sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan
(Nursalam, 2011).
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 08-10 Januari 2018 di
Ruang Bougenvile RSUD Dr. Soegiri Lamongan didapatkan bahwa Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang dilaksanakan adalah MAKP
jenis Tim Pelaksanaan MAKP yaitu perawat bertanggung jawab terhadap
semua aspek asuhan keperawatan. Mengenai model keperawatan ini salah satu
kritik yang dikemukakan adalah bentuk yang terlalu komplek dan teoritis
sehingga akan dapat memotivasi perawat untuk memperjelas keyakinan dan
pekerjaannya, dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam mendiskusikan
masalah dengan lebih terbuka untuk membantu para perawat lebih
bertanggung gugat secara profesional terhadap tindakan.
Pelaksanaan MAKP Tim yaitu dilakukan dengan membagi tenaga
keperawatan menjadi beberapa tim, satu tim terdiri atas 3 sampai 4 PA
(Perawat Associate) dan dipimpin oleh PJ (Penanggung Jawab shif) yang
berpendidikan S1 Keperawatan Ners dan telah mengikuti beberapa pelatihan,
dan perawat primer yang berpendidikan S1 Keperawatan Ners sedangkan
perawat associate berpendidikan S1 keperawatan dan DIII keperawatan.
Berdasarkan fenomena diatas, maka kami mencoba menerapkan Model
Praktek keperawatan Profesional dengan metode pemberian asuhan
keperawatan profesional (MAKP) Primer, dimana pelaksanaanya melibatkan 8
pasien Ruang Teratai RSUD dr. Soegiri Lamongan yang bekerjasama dengan
perawat yang bertugas di ruang tersebut.
1.2 Tujuan
3.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses pembelajaran klinik manajemen keperawatan
diharapkan mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen
keperawatan dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) dengan Model Kepeawatan Primer di Ruang
Bougenvile RSUD Dr. Soegiri Lamongan.
3.2.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran praktik klinik manajemen keperawatan
diharapkan mahasiswa mampu menerapkan beberapa aspek dalam
pengelolaan pemberian pelayanan asuhan keperawatan, yaitu:
a. Mampu menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan
hasil pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).
b. Mampu melakukan Penerimaan pasien baru dengan baik.
c. Mampu melakukan Timbang Terima baik.
d. Mampu melakukan Discharge Planning dengan baik.
e. Mampu melakukan Ronde Keperawatan dengan baik.
f. Mampu melakukan Supervisi Keperawatan dengan baik.
g. Mampu melakukan Dokumentasi dengan baik.
h. Mampu melakukan Sentralisasi obat dengan baik.
i. Mengevaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan
berdasarkan hasil pengkajian Model Asuhan Keperawatan
Profesional.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pasien
a. Pasien mendapatkan pelayanan yang cepat, tepat, efektif dan
efisien.
b. Tercapainya kepuasan klien yang optimal.
c. Pasien dan keluarga merasa dihargai dan terlibat dalam setiap
perencanaan keperawatan yang dirumuskan.
1.3.2 Bagi Perawat
a. Tercapainya tingkat keperawatan kerja yang optimal.
b. Tercapainya proses keperawatan yang efektif dan efisien.
c. Terbinanya hubungan baik antara pearwata dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan yang lain dan perawat dengan pasien dan
keluarga.
d. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin perawat.
e. Dapat diterapkannya pendokumentasian yang efektif dan efisien.
1.3.3 Bagi Rumah Sakit
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat
sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang dilaksanakan.
b. Meningkatkan mutu pelayanan.
1.3.4 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai gambaran dan bahan masukan tentang
manajemen ruangan di Ruang Bougenvile.
1.3.5 Bagi Mahasiswa
a. Sebagai pengalaman dalam mengelola suatu ruangan rawat inap,
sehingga dapat memodifikasi metode yang akan diterapkan sesuai
kebutuhan (pasien dan institusi).
b. Mampu menerapkan manajemen keperawatan sesuai dengan
kebutuhan pasien di ruangan.

BAB 2
KONSEP MANAJEMEN TEORI KEPERAWATAN

2.1 Manajemen Keperawatan


Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka
diartikan secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui
tangan orang lain. Management mendefinisikan manajemen keperawatan
sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf
keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa
aman kepada pasien, warga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 2002).
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional
yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya, kepada pasien
melalui manajemen Asuhan Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan
keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu standart Asuhan
Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol
pelayanan tersebut.
Muning jaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung 3
prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam
pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatife kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan
managerial.
Seluruh aktifitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada
dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada
satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen
keperawatan adalah yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.

2.2 Fungsi Manajemen


Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa element utama
yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), staffing
(kepegawaian), directing (pengarahan), controlling (pengendalian/evaluasi).

2.2.1 Planning (Perencanaan )


Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam
management, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi
management lainnya. Menurut Muning jaya (2004) fungsi perencanaan
merupakan landasan dasar dari fungsi management secara keseluruhan.
Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi management
lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan
memberikan pola pandang serata menyeluruh terhadap semua pekerjaan
yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan
dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Swanburg (2000)
mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan
dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Di bidang kesehatan perencanaan dapat di definisikan sebagai
proses untuk menumbuhkan merumuskan masalah-masalah kesehatan
di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun langkah-
langkah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan tersebut.
a. Tujuan perencanaan
- Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan.
- Membantu dalam koping dengan situasi kritis.
- Meningkatkan efektifitas dalam hal biaya.
- Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan yang akan datang.
b. Tahap dalam perencanaan
- Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
- Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah.
- Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin di
capai.
- Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendalan dalam
pelaksanaan program.
- Menyusun rencana kerja operasional (RKO)
c. Jenis perencanaan
- Perencanaan strategi
Perencanaan stategi merupakan suatu proses
berkesinambungan yang sistematis dalam pembuatan dan
pengambilan keputusan terhadap hasil yang di harapkan melalui
mekanisme umpan balik yang dapat di percaya.
- Perencanaan operasional
Perencanaan operasional mengga,barkan cara menyiapkan
orang-orang untuk bekerja dal.am evaluasi perawatan pasien.
d. Manfaat Perencanaan
- Membantu dalam proses management untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan.
- Memudahkan koordinasi.
- Memungkinkan manager memahami keseluruhan gambaran
operasional secara jelas.
- Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat.
- Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah di
pahami.
- Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti.
- Menghemat waktu dan biaya.
e. Keuntungan Perencanaan
- Mengurangi jenis pekerjaan yang tidak prosuktif.
- Dapat di pakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan.
- Memodifikasi gaya management.
- Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan.
f. Kelemahan Perencanaan
- Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal penetapan
informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang.
- Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak.
- Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif.

2.2.2 Organizing (Pengorganisasian)


Suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur
berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang
seseorang, pendelegasian wewenang dalam mencapai tujuan.
a. Manfaat pengorganisasian
- Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
- Pendelegasian wewenang.
- Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik.
b. Langkah-langkah pengorganisasian
- Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
- Menggolonngkan kegiatan pokok ke dalam satuan-satuan kegiatan
yang praktis.
- Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf
dan menyediakan fasilitas yang perlukan.
- Penugasan personil tepat dalam melaksanakan tugas.
- Mendelegasikan wewenang.
2.2.3 Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakanmetodologi pengaturan staf, proses yang
teratur, sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk
menentukan jumlah personil suatu organisasi yang di butuhkan dalam
situasi tertentu. Dalam perencanaan pengaturan staf pada suatu unit
keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu dalam
jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan kepada
semua pasien selama 2 jam sehari, tujut hari dalam se,inggu, 52 minggu
dalam setahun. Pegatuaran staff juga di perngaruhi oleh organisasi
defisi keperawatan. Rencana harus di tinjau ulang dan di perbarui untuk
mengatur departemen beroprasi secara efisien dan ekonomis dengan
pernyataan misi, filosofi, dan obyektif tertulis, stuktur organisasi, fungsi
dan tanggung jawab, kebijakan dan prosesudr tertulis, pengembangan
program staff efektif dan evaluasi periodik terencana.

2.2.4 Directing (Pengarahan)


Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual
yang di timbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan
untuk dapat di pahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk
perusahaan yang nyata.Seorang manager/pimpinan harus mampu untuk
memotifasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki
kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi dan
menggerakkan staff nya agar mampu melaksanakan tugas poko-pokok
organisasi.
2.2.5 Controling (Pengawasan)
Pengawasan/pengendalian merupakan pemeriksaan terhadap
sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang di
tetapkan/disepakati, intruksi yang telah di keluarkan serta prinsip-
prinsip yang telah di tentukan yang bertujuan untuk memperbaiki.
Tugas seorang management dalam usahanya menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan managerial perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut :
a. Pengawasan yang di lakukan harus di mengerti oleh staff.
b. Standart untuk kerja yang akan di awasi perlu di jelaskan oleh semua
staff, sehingga staff dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab
dan komitmen terhadap kegiatan program.

2.3 Stadart Asuhan Keperawatan


Tujuan standart keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, melindungi perawat dari
kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang
tidak terapeutik. Standart asuhan keperaatan di rumah sakit, yang meliputi :
Standart 1 : falsafah keperawatan
Standart 2 : tujuan asuhan keperawatan
Standart 3 : pengkajian keperawatan
Standart 4 : diagnose keperawatan
Standart 5 : perencanaan
Standart 6 :tindakan keperawatan
Standart 7 : evaluasi keperawatan
Standart 8 : cacatan asuhan keperawatan

2.4 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


Penulisan dan pencatatan suatu kejadian/aktifitas tertentu secara
sah/legal.
2.5.1 Tujuan Dokumentasi Keperawatan
- Alat komunikasi anggota tim
- Billing keuangan
- Bahan pendidikan
- Bahan data dalam menyusun NCP
- Audit keperawatan
- Dokumen yang legal
- Informasi statistik
- Bahan penelitian.
2.5.2 Makna Dokumentasi Keperawatan
- Hukum : semua catatan informasi tentang pasien merupakan
dokumentasi resmi dan bernilai hokum
- Jaminan mutu (kualitas pelayanan) : pencatatan data pasien yang
lengkap dan akurat akan memberi kemudahan bagi perawat dalam
membantu masalah pasien
- Komunikasi : perawat atau tenaga kesehatan akan dapat melihat
catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang di jadikan
pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
- Keuangan :semua tindakan keperawatan yang telah di berikan di
catat dengan lengkap dan dapat digunakan sebagai acuan dalam
biaya keperawatan bagi pasien.
- Pendidikan :dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya
menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang
dapat di gunakan sebagai referensi pembelajaran bagi siswa atau
profesi keperawatan.
- Penelitian : data yang terdapat di dalamya mengandung informasi
yang dapat di jadikan sebagai obyek pengembangan riset.
- Akreditasi :melalui dokumentasi keperawatan dapat di lihat sejauh
mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatn kepada pasien yang dapat bermanfaat bagi peningkatan
mutu sendiri, juga bagi individu perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan yang lebih bermutu dan professional.

2.5.3 Proses Dokumentasi Keperawatan


Proses ini mencakup : pengkajian, diagnose, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
2.5.4 Manfaat Kegunaan Dokumnetasi Implementasi
a. Mengkomunikasikan secara nyata tindakan yang telah dilakukan
untuk klien.
b. Menjadi dasar penentuan tugas.
c. Memperkuat pelayanan keperawatan.
d. Menjadi dasar perencanaan anggaran pembelanjaan.

2.5 Modal Asuhan Keperawatan


Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat di tentukan
oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional.
2.5.1 Metode Fungsional
Metode ini merupakan management klasik yang menekankan
efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.
Kepala Ruangan

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :


Pengobatan Merawat luka
Gambar 1. Bagan Pengobatan
Metode Fungsional Merawat luka
Pasien/klien

2.5.2 Metode tim


Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk
memberikan perawatan yang berpusat pada klien.

Gambar 2. Bagan Metode Tim


2.5.3 Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 2 jam terhadap asuhan keperawatan pasien melalui pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. Metode primer membutuhkan
pengetahuan keperawatan dan keterampilan management yang bersifat
kontinuitas dan komprehensif.
Gambar 3. Metode Primer
2.5.4 Metode Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat dinas. Metode penugasan kasus biasanya di terapkan pada
satu pasien satu perawat dalam perawatan khusu seperti : isolasi,
intensive care.

Gambar 4. Bagan Metode Kasus


2.5.5 Modifikasi : MAKP Tim-Primer
Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut penetapan system model MAKP ini di dasarkan pada
beberapa alasan :
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni.
b. Keperawatan tim tidak di gunakan secara murni.
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut di harapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer.
Gambar 5. Bagan Modifikasi: MAKP Tim-Primer
- Tugas dan tanggung jawab kepala ruang
1. Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait dengan
bimbingan yang di berikan PP ke pada PA.
2. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA.
3. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.
4. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian.
5. Mengidentifikasi masalah penelitian, merangcang usulan dan
melakukan penelitian.
6. Menerapkan hasil-hasil penelitian dan memberikan asuhan
keperawatan.
7. Bekerja sama dengan kepala ruang dalam hal mengevaluasi dan
mengarahkan implementasi MPKP.
8. Merancang temuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi tentang
asuhan keperawatan.
- Tugas dan Tangguang Jawab CI
1. Melihat dan membaca laporan pendahuluan peserta didik
2. Melakukan pre conferens
3. Memberi waktu kepada peseta didik untuk membaca rekam medis
pasien
4. Membimbing peserta didik untuk meningkatkan komunikasi terapeutik
5. Membimbing peserta didik dalam menerapkan rencana tindakan
keperawatan
6. Melakukan bed side teaching
7. Melakukan ronde keperawatan
8. Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan kepada diklat
apabila peserta didik tidak hadir dalam bimbingan
9. Mengkoordinasi bimbingan kepada penanggng jawab tugas sore dan
malam
- Tugas dan Tanggung Jawab Perawat Pelaksana
1. Melakukan asuhan keperawatan standart
2. Mengadakan serah terima dengan grup atau tim lain
3. melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh grup
sebelumnya
4. Merundingkan pembagian tugas dalam grupnya
5. Menyiapkan dan mendampingi dokter visite, mecatat dan
melaksanakan program pengobatan dokter
6. Membantu pelaksanaan rujuka
7. Melakukan orientasi terhadap klien mengenai tata tertib ruangan,
perawat yang bertugas
8. Menyiapkan klien pulang dan memberikan penyuluhan kesehatan
9. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan
keperawatan
10. Menulis laporan mengenai kondisi klien.

2.6 JCIA (Joint Comition International Acreditation)


JCIA (Joint Comition International Acreditation) adalah suatu tingkat
kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien yang di harapkan:
1. Sumber daya yang baik mampu meningkatkan status kesehatan,
2. Perlengkapan sarana yang cukup mampu meningkatkan pelayanan yang
efisien.
3. Meningkatnya kepuasan pasien.

- Misi JCIA: Meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan pasien di


seluruh dunia.
- Tujuan JCIA
1. Kualitas pelayanan 4. Staff safety
2. Kepercayaan masyarakat 5. Revenoe
3. Patien safety 6. Margin
7. Kesejahteraan karyawan
environtment safety
8. Daya saing.
- Manfaat JCIA
1. Meningkatkan kepercayaan publik
2. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien
3. Membangun pimpinan yang kolaboratif.

BAB 3
PENGKAJIAN

Dalam bab ini akan disajikan tahapan proses manajemen keperawatan yang
meliputi kajian situasi RSUD Dr. Soegiri Lamongan dan kajian situasi manajemen
keperawatan Ruang Bougenvile RSUD Dr. Soegiri Lamongan.

3.1 Kajian Situasi RSUD Dr. Soegiri Lamongan


3.1.1 Visi Rumah Sakit
Terwujudnya RSUD Dr. Soegiri sebagai pilihan utama pelayanan
kesehatan dan rujukan bagi masyarakat lamongan.
3.1.2 Misi Rumah Sakit
a. Meningkatnya mutu pelayanan Rumah Sakit.
b. Meningkatnya pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan sumber
daya Rumah sakit baik medis, paramedis maupun non medis.
c. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana Rumah
Sakit baik Medis, Paramedis maupun Non Medis.
3.1.3 Moto Rumah Sakit
Senyum, salam, sapa, sentuh, dan do’akan supaya lekas sembuh.
3.1.4 Tujuan Rumah Sakit
a. Terwujudnya mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas.
b. Terwujudnya sumber daya manusia yang profesional dan
berkualitas.
c. Terpentingnya sarana dan prasarana di Rumah Sakit.
3.1.5 Sasaran Rumah Sakit
a. Terlaksananya mutu pelayanan yang prima.
b. Terlaksananya mutu pemenuhan sumber daya manusia yang
profesional dan berkualitas.
c. Terlaksananya pemenuhan sarana dan prasarana di Rumah Sakit.

3.2 Kajian Situasi Manajemen Keperawatan di Ruang Bougenvile RSUD Dr.


Soegiri Lamongan
Pengumpulan data dilakukan tanggal 08-10 Januari 2018, meliputi
ketenagaan, sarana dan prasarana, MAKP, sumber keuangan, dan pemasaran
(marketing). Data yang didapat dianalisis menggunakan analisis SWOT
sehingga diperoleh beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih satu sebagai
prioritas masalah.

3.2.1 Karakteristik Unit


1. Visi Ruang
Terwujudnya ruang Bougenvile sebagai pilihan utama
pelayanan kesehatan dan rujukan bagi rumah sakit umum daerah Dr.
Soeigiri Lamongan.
2. Misi Ruang
Misi ruang Bougenvile mengikuti misi RSUD Dr. Soegiri
Lamongan, yakni:
a. Meningkatnya mutu pelayanan Rumah Sakit.
b. Meningkatnya pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan
sumber daya Rumah sakit baik medis, paramedis maupun non
medis.
c. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
Rumah Sakit baik Medis, Paramedis maupun Non Medis.
3. Motto Ruang
Pelayanan Keperawatan di Ruang Bougenvile mempunyai
motto sejalan dengan motto RSUD Dr. Soegiri Lamongan yaitu “
senyum, salam, sapa, sentuh, dan doakan semoga lekas sembuh.”
4. Falsafah Ruang
Dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan perawat harus
berkeyakinan bahwa :
a. Manuusia adalah inividu yang memiliki kebbutuhan bio, psiko,
sosio, spiritual, dan kulturalbyang unik yang harus
dipertimbangkan dalam setiap pemberian Asuhan
Keperawwatan.
b. Keperawata adalah baguan bagi umat manusia yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan secara optimal pada semua
yang membutuhkan dengan tidak membedakan bangsa, suku,
agama, atau kepercayaan, dan status sosial, setiap tempat
pelayanan kesehatan.
c. Tujuan Asuhan Keperawatan dapat dicapai melalui usaha
bersama dari semua anggota tim kesehatan.
d. Dalam memberiikan Asuhan keperawatan dapat dicapai melalui
usaha bersama anggota tim kesehatan dan klien atau
keluarganya.
e. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat memiliki
wewenang melakukan asuhan Keperawatan secara utuh
berdasarkan standart Asuhan keperawatan.
f. Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan
secara terus menerus untuk pertumbuhan dan perkembangan staf
dalam penataan keperawatan.
5. Tujuan Ruang
a. Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga yang dirawat di
ruang teratai terhadap mutu asuhan keperawatan.
b. Menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial.
c. Memberikan pelayanan keperawatan seoptimal mungkin dan
bermutu yang berlandaskan pada SOP dan SAK.
d. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat, cepat, benar dan
tanggap terhadap pasien pasien yang dirawat di Ruang
Bougenvile.
3.2.2 M1 (Man)
1. Struktur Organisasi
Ruangan Bougenvile RSUD Dr. Soegiri Lamongan dipimpin
oleh kepala ruangan dan dibantu oleh 23 perawat pelaksana yang
meliputi coordinator perawatan, logistic, kebersihan, pendidikan
dan administrasi. Direktur RSUD Dr. Soegiri Lamongan memonitor
Wadir Pelayanan dan Penunjang, kemudian Wadir pelayanan dan
penunjang memonitor Subbdi Peayanan Keperawatan yang
membawahi kepala ruang Bougenvile. Kemudian kepala ruang
memonitor ketua tim ruangan.
Berikut ini adalah model sistim pemberian Asuhan
Keperawatan Profesional TIM Nursing ruang Bougenvile RSUD Dr.
Soegiri Lamongan.

KARU
Sucipto,S.Kep,Ns

KATIM 1 KATIM 2
Eli Fitriani,S.Kep,Ns Dwi Didik,S.Kep,Ns

Anggota tim 1 Anggota tim 2

Anggota tim 1 Anggota tim 2

Pasien Pasien

Bed :1 s/d 22 Bed : 1 s/d 22

2. Komposisi Ketenagaan Keperawatan Ruang Bougenvile


Tabel 1. Komposisi Tenaga Perawat Berdasarkan Kualifikasi

No. Kualifikasi Jumlah

1. S1 Keperawatan 5 orang

2. D3 Keperawatan 19 orang

Tabel 2. Kompetensi SDM di Ruang Bougenvile

No. Nama Pendidikan Pelatihan yang


pernah diikuti

1. Sucipto, S.Kep,Ns S1 Keperawatan Ners BLS

2. Eli Fitriani, S.Kep,Ns S1 Keperawatan Ners BLS


3. Didik Kurniawan , S1 Keperawatan Ners BLS,
S.Kep,Ns

4. Khoirul Anam S.Kep,Ns S1 Keperawatan Ners BLS

5. Edi Sumono amd. Kep DIII Keperawatan BLS

6. Fitria Rosyidah S.Kep,Ns S1 Keperawatan Ners BLS

7. Eko Hany, Amd.Kep DIII Keperawatan BLS

8. Nurul Islami, Amd.Kep DIII Keperawatan BLS

9. Lina Anisatul, S.Kep,Ns S1 Keperawatan BLS

10. M. Rizki Alfan Tinno DIII Keperawatan BLS


,Amd.Kep

11. Diniatul, Amd.Kep DIII Keperawatan BLS

12. Nina Puspita, Amd.Kep DIII Keperawatan BLS

13. Poniti Dwi , Amd.Kep DIII Keperawatan BLS

14. Satria Budi, Amd.Kep DIII Keperawatan BLS

15. Ulma Rofah, Amd.Kep DIII Keperawatan BLS

16. Ilham Fakhul, Amd.Kep DIII Keperawatan BLS

17. Malisa Lutika, Amd.Kep DIII Keperawatan BLS

18. Zakka Zudah, Amd.Kep DIII Keperawatan BLS

19. Yeti Avrika, Amd.Kep DIII Keperawatan BLS

20. Septika Dyan, Amd.Kep DIII Keperawatan BLS

21. Wisnu Widi, Amd.Kep DIII Keperawatan BLS

22. Solfiatul , Amd.Kep DIII Keperawatan BLS

23. Lilis Suryaningsih, DIII Keperawatan BLS


Amd.Kep

24. Linda Wulan, Amd.Kep DIII Keperawatan BLS

Tabel 3. Komposisi Tenaga Non Keperawatan di Ruang Bougenvile


No. Kualifikasi Jumlah

1. Cleaning service 5 orang

Tabel 4. Komposisi Ketenagaan Medis di Ruang Bougenvile

No. Kualifikasi Jumlah

1. Dokter Spesialis Urologi 1 Orang

2. Dokter Spesialis Bedah 3 Orang

3. Dokter Spesialis Ortopedi 1 Orang

4 Dokter Bedah Saraf 1 Orang

3. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga


Keperawatan di Ruang Bougenvile RSUD SoegiriLamongan
Perhitungan tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan
perawat menurut Douglas.
Tanggal 08 Januari 2018
Tingkat Ketergantungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Tingkat
Pasien Pagi Sore Malam
ketergantungan
Minimal care 18 18 x 0,17 = 18x 0,14= 2,52 18 x 0,07 = 1,26
3,06
Partial care 4 4 x0,27= 1,08 4x 0,15 = 0,6 4x 0,10 = 0,4
Total care 9 9 x 0. 36 = 9x 0.36 = 3,24 9 x 0,2 = 1,8
3,24
Total 31 7,38 6,36 3,46
Jumlah perawat yang 7 6 4
jaga pada setiap shift
Total tenaga perawat :
Pagi : 7,38
Sore : 6,36
Malam : 3,46
Total : 17 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari :

86 x 17 = 5 orang
279
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk bertugas
per hari: 18 orang pelaksana + 1 orang structural (1 kepala ruangan)
+5 orang lepas dinas = 24 Orang.
Kenyataan tenaga perawat di ruang Buegenvile :
18 Perawat pelaksana + 3 orang structural (1 kepala ruangan dan 2
katim) + 3 orang lepas dinas = 24 orang. Jadi kebutuhan tenaga
perawat di ruang Boegenvile pada tanggal 08 Januari 2018
terpenuhi.

4. Perhitungan tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan


perawat menurut Gillies
Tanggal 08 Januari 2018
Ketergantungan minimal : 18 X 1 jam= 18 jam
Ketergantungan parsial : 4 X 3 jam = 12 jam
Ketergantungan total : 9 X 6 jam = 54 jam
84 jam
Jumlah keperawatan tidak langsung : 35 X 1 = 35 +
jam
Pendidikan kesehatan : 35 X 0,25 = 8,75 jam
Sehingga jumlah total jam keperawatan/ klien/ hari :
60 jam + 35 jam + 8,75 jam
35 orang
= 2,96 jam/klien/hari

Jadi, jumlah tenaga yang dibutuhkan :


2,96 X 35 X 365 37.814 37.814
(365 – 86) X 7 279 X 7 1953
= == 19 orang
Kesimpulan : Perhitungan tingkat ketergantungan pasien dan
kebutuhan perawat menurut Douglas dan Gillies menunjukkan hasil
yang tidak jauh berbeda yaitu; pada tanggal 08 Januari 2018
sebanyak 17 orang pada perhitungan Douglas dan Gillies 19 orang .
5. Alur pasien masuk ruang Boegenvile

PASIEN

IGD IRJ
1. Pelayanan
2. Terapi medis
3. Diagnostic medis
MRS 4. Keperawatan
5. Penunjang medis
6. Gizi Instalasi
7. Rehab medic
Pemulasaran
8. Konsultasi
Dirujuk Pulang paksa Bougenvile
KRS Boleh pulang Jenazah
Meninggal
6. Tingkat kepuasan pasien terhadap tingkat kinerja perawat di
ruang Bougenvile RSUD Dr. Soegiri Lamongan
Berdasarkan pengumpulan data dalam hal ketenagaan di
ruang Boegenvile RSUD Dr. Soegiri Lamongan dilakukan melalui
observasi dan wawancara yang disebarkan kepada perawat ruangan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan didapatkan data
bahwa sebagian besar (87%) perawat cukup puas dengan kondisi
lingkungan kerja dan struktur organisasi yang telah ada di ruangan,
pembagian tugas di ruangan secara struktural sudah baik dan dalam
pelaksanaannya sudah cukup jelas. 15 perawat menyatakan bahwa
kinerja kepala ruangan sudah optimal dan ketua tim kompeten
dengan tugasnya (100%). Sebagian besar (79%) perawat masih
berlatar belakang pendidikan D3 Keperawatan bahwa seluruh
perawat membutuhkan kesempatan untuk melanjutkan kejenjang
yang lebih tinggi dan mengikuti seminar, pelatihan dan workshop
tentang keperawatan.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa ruangan
Bougenvile dipimpin oleh seorang kepala ruangan dibantu oleh 2
ketua tim dan 21 perawat pelaksana serta 5 orang bertugas sebagai
cleaning servis.
Tingkat ketergantungan di Ruang Bougenvile 10 Januari
2018 didapatkan hasil tingkat ketergantungan minimal shift pagi
sebesar 0%, sore 0% dan malam 0%. Tingkat ketergantungan parsial
shift pagi 6,75%, sore 3,75%, malam 2,5%. Tingkat ketergantungan
total shift pagi 0%, sore 0%, malam 0%.
7. Jenis Penyakit
Jumlah 11 penyakit terbanyak di Ruang Bougenvile selama
bulan Januari-Februari 2016
1) Batu Ureter : 21 pasien
2) Fraktur : 58 pasien
3) Batu Renal : 33 pasien
4) BPH : 16 pasien
5) Ulkus Pedis : 14 pasien
6) COR : 14 pasien
7) Selulitis : 10 pasien
8) Hemoroid : 11 pasien
9) Abses : 10 pasien
10) Colik Abdomen : 10 pasien
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 20
pasien di Ruang Bougenvile tentang kepuasan pasien didapatkan
didapatkan sebanyak 9 orang (45%) menyatakan puas dengan
kinerja perawat dan menyatakan cukup puas sebanyak 6 orang
(30%) dengan kinerja perawat, serta 5 orang (25%) sangat puas
terhadap pelayanan di ruang Bougenvile.
Total jumlah perawat adalah 24 orang dengan pendidikan D
III Keperawatan 19 orang dan S1 Keperawatan 5 orang dan dibagi
menjadi 3 shift kerja yakni, shift pagi (07.00-14.00), shift sore
(14.00-21.00) dan shift malam (21.00-07.00).
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada 15 perawat
di ruang Bougenvile tentang kepuasan perawat didapatkan hasil
66,7% perawat cukup puas terhadap kompensasi yang diberikan
rumah sakit atas kinerjanya, dan 33,3% perawat sangat puas
terhadap kompensasi yang diberikan rumah sakit atas kinerjanya.

3.2.3 M2 (Material)
a. Lokasi
Ruang Bougenvile merupakan bagian dari ruang perawatan
rawat inap bedah RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Ruang Bougenvile
terdiri dari 2 lantai atas dan lantai bawah, dengan batas : bagian
timur berbatasan dengan ruang Melati, bagian selatan berbatasan
dengan ruang Dahlia, bagian barat berbatasan dengan ruang
Kemuning, bagian utara berbatasan dengan ruang ICU, bagian atas
(lantai 3) ruang Lavender. Dalam ruangan Bougenvile terbagi
menjadi beberapa ruang yaitu : lantai 1 (Nurse station, ruang Kepala
Ruang, ruang penyimpanan oksigen, ruang tindakan, mushola,
pantry, spool hock, kamar mandi, gudang, ruang kelas 1 no. 1-7,
ruang kelas 2 no. 8-9 dan ruang tindakan ESWL 1-3). Lantai 2
(Nurse station, ruang Kepala Ruang, ruang penyimpanan oksigen,
ruang tindakan, mushola, pantry, spool hock, ruang linen, kamar
mandi, gudang, ruang kelas 1 no. 10-16, ruang kelas 2 no. 17-18
dan ruang isolasi). Nurse station di dalamnya terdapat meja antara
lain berisi map-map status pasien, kursi, lemari kaca yang berisi
dokumen-dokumen SOP tindakan keperawatan, komputer, struktur
organisasi ruangan.
b. Fasilitas Petugas Kesehatan
1. Nurse Station berada di tengah-tengah ruang perawatan pasien
yang berdampingan langsung dengan ruang kepala ruang.
2. Kamar mandi pegawai berada di dalam ruang tindakan.
3. Ruang oksigen berdampingan langsung dengan ruang tindakan.
4. Mushola bersebelahan dengan ruang tindakan dan ruang pantry
(ruang makan).
5. Spool hock berdampingan dengan ruang rawat inap kelas 1dan
di belakangnya terdapat gudang.
6. Kipas angin terdapat 2 unit.
7. AC terdapat 12
8. Kulkas terdapat 2 unit.
9. Loker terdapat 2 unit.
10. Kamar mandi: 2
c. Fasilitas Pasien
1. Bad : 44 bad
2. Kamar mandi : 24
3. Lemari pasien : 41
4. Tempat sampah : 6
5. AC : 23
6. Wastafel : 10
7. Kipas angin : 1
8. Jam dinding : 24
d. Denah Lokasi Ruang Bougenvile
e. Peralatan Kesehatan
Tabel 5. Peralatan Kesehatan Ruang Bougenvile
No. Nama Barang Jumlah Kondisi
1. Bak instrument 2 Baik
2. Com 1 Baik
3. Cucing 2 Baik
4. Pinset 6 Baik
5. Gunting AJ 2 Baik
6. Gunting 1 Baik
7. Bengkok 3 Baik
8. Gunting plester 2 Baik
9. Troli 4 Baik
10. Tensimeter 5 Baik
11. Suction 3 Baik
12. Kursi roda 4 Baik
13. Troli obat 2 Baik
14. O2 sentral 44 Baik
15. Nebulizer 1 Baik
16. Bad pasien paramount 44 Baik
17. Lemari kaca 5 Baik
18. Kursi beroda 4 Baik
19. Kursi kantor tidak beroda 18 Baik
20. Stetoscope 5 Baik
21. Ambubag 2 Baik
22. Komputer set 2 Baik
23. ECG 2 Baik
24. Tempat leser 2 Baik
25. Standart infuse 46 Baik
26 Kursi tunggu 3 Baik
27. Brangkart 2 Baik
28. Sampah medis 7 Baik
29. Sampah non medis 8 Baik
30. Sampah linen 4 Baik
31. Syiring pump 5 Baik
32. Rak sepatu 4 Baik
33. Apar 8 Baik
34. Wastafel 5 Baik
35. Pain light 2 Baik
36. Thermometer 1 Baik
37. Bantal 25 Baik

Dari tabel diatas diperoleh peralatan rawat luka yang belum


mencukupi yakni 2 bak instrument, 1 com, 2 cucing, 6 pinset, 2
gunting AJ, 3 bengkok dan 1 gunting. Selain itu peralatan emergency
yang masih kurang terutama untuk anak-anak, salah satu contohnya
ambubag tidak ada untuk ukuran anak-anak.
f. Dokumentasi Sarana dan Prasarana
1. Dokumentasi jadwal dinas perawat
2. Dokumentasi absensi mahasiswa.
3. Daftar inventaris alat kesehatan dan non kesehatan.
4. Buku laporan harian.
5. Buku injeksi
6. Buku TTV.
7. Buku gizi
8. Buku lab
Perlengkapan dokumentasi sudah lengkap namun pengisian
dokumentasi yang belum dilakukan secara optimal.
g. Daftar Protap Keperawatan
Diruang rawat inap bedah kelas 1 dan kelas 2 Bougenvile
terdapat lebih dari 300 protap, 30 diantaranya yakni : SOP
komunikasi terapeutik, SOP komunikasi secara langsung, SOP cuci
tangan biasa dan steril, SOP memakai sarung tangan steril, SOP
menyiapkan tempat tidur, SOP mengganti alat tenun tempat tidur
dengan atau tanpa pasien di atasnya, SOP menghitung nadi, SOP
memandikan pasien di tempat tidur, SOP mencuci rambut, SOP
membersihkan mulut, SOP menjaga keselamatan pasien di tempat
tidur, SOP melaksanakan ambulasi dan mobilisasi dini, SOP
mengukur tekanan darah, SOP menghitung pernafasan, SOP
mengukur suhu, SOP memberikan obat melalui intramuskuler,
intravena, sub cutan, intra cutan, SOP memberikan oksigen, SOP
pemberian makan lewat NGT, SOP memasang infuse, SOP
pemasangan kateter urine, SOP melepas infuse, SOP rekaman EKG
12 lead, SOP pemasangan bidai, SOP penanganan syok anafilaxis,
hemoragik, hipovolemik, SOP mengganti balutan luka, SOP
merawat luka bakar dan combusio, SOP suction, SOP pemberian
terapi dengan nebulizer, SOP pemberian penyuluhan kesehatan
individu, SOP pasien pulang, dan SOP rawat luka.
h. Inventaris Alat Tenun
Tabel 6. Inventaris Alat Tenun Ruang Bougenvile
No Nama Barang Jumlah Kondisi
Baik Rusak
1. Sprei 110 √ -
2. Slimut 86 √ -
3. Sarung bantal 110 √ -
4. Stick laken 98 √ -
5. Bantal 49 √ -
6. Baju OK 15 √ -
7. Perlak 78 √ -
Dari tabel diatas menunjukkan jumlah inventaris alat tenun di
Ruang Bougenvile sudah mencukupi kebutuhan setiap hari, yakni
jumlah alat tenun lebih banyak dari jumlah bad yang ada di Ruang
Bougenvile sehingga dapat digunakan secara bergantian .
3.2.4 M3 (Methode)
a. Penerapan MAKP
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan empat unsur yakni : standart proses keperawatan,
pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut
berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini, dan akan
menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan (Nursalam,
2008).
Dari hasil wawancara pada perawat tentang model asuhan
keperawatan profesional yang digunakan saat ini didapatkan bahwa
model asuhan keperawatan yang digunakan adalah Team Nursing.
Sebagian besar perawat mengerti atau memahami model yang
digunakan.
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang
Bougenville menggunakan MAKP tim dengan kepala ruangan
adalah seorang S1 Keperawatan Ners yang berpengalaman. MAKP
tim diterapkan dengan adanya 2 tim, dimana masing – masing tim
terdiri dari 1 katim dan beberapa perawat pelaksana. Berdasarkan
hasil wawancara 100 % perawat berpendapat bahwa MAKP yang
digunakan di ruangan adalah MAKP tim.
Dari hasil wawancara tentang efektivitas dan efesiensi model
asuhan keperawatan saat ini cukup efektif. Perawat mengatakan
bahwa kepercayaan pasien tidak ada penurunan. Hal ini dilihat dari
BOR rata-rata pasien sebanyak 51,11%. Perawat menyatakan bahwa
model yang digunakan saat ini lebih memudahkan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, akan tetapi
penerapan yang kurang optimal karena masih adanya perawat yang
bertukar shift diluar jadwal shift.
Data yang diperoleh dari wawancara tentang mekanisme
pelaksanaan model asuhan keperawatan didapatkan hasil bahwa
sebagian besar perawat mengatakan bahwa komunikasi antar profesi
sudah terlaksana dengan baik. Rencana asuhan keperawatan antar
shift berkelanjutan. Hal ini didukung dengan adanya data
dokumentasi keperawatan. Perawat mengatakan menerima segala
masukan-masukan dari ketua tim untuk perkembangan kinerjanya.
Perawat mengatakan bahwa merasa telah melakukan tugasnya
sesuai standart yang ditetapkan.
Data yang diperoleh dari wawancara tentang tanggung jawab
dan pembagian tugas (Job Description) di Ruang Bougenville sudah
jelas. Perawat juga mengenal atau mengetahui tentang kondisi
pasien dan dapat menilai tingkat ketergantungan pasien.
b. Penerimaan pasien baru
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima
kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan
pasien baru disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan,
perawatan medis, dan tata tertib ruangan.
Penerimaan pasien baru diterima oleh perawat ruang
Bougenville yang sedang menjalani shift. Pasien baru bisa datang
dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau Poli Klinik yang diantar
oleh petugas IGD, dengan membawa status pasien dan lembar
persetujuan rawat inap. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan
beberapa hal mengenai keadaan umum pasien, keluhan pasien, obat-
obatan yang sudah diberikan, sebelum menerima pasien, perawat
akan mempersiapkan paket perawatan untuk pasien (misal bed dan
linen).
Dalam penerimaan pasien baru perawat memberi tahu pasien
dan keluarga tentang aturan rumah sakit dan ruangan, belum
menjelaskan alat-alat rumah sakit yang dapat digunakan serta belum
mengorientasikan denah ruangan secara langsung pada pasien dan
keluarga. Sehingga menerima pasien baru di ruang Bougenville
cukup optimal.
Bagan penerimaan pasien baru di Ruang Bougenvile

Pasien Masuk

Instalasi Rawat Jalan Instalasi Rawat Darurat


(UMUM, BPJS) (UMUM, BPJS)

Anamnese
Ruang Perawatan Pemeriksaan
Bougenville Tindakan
Pemeriksaan
Penunjang
Pulang / keluar

Sembuh Dirujuk Meninggal Pindah Ruangan Pulang Paksa

Kasir

Pasien pulang / keluar

c. Timbang terima
Timbang terima pasien (operan) adalah teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang telah
dilaksanakan / belum dan perkembangan pasien saat itu (Nursalam,
2009).
Diruang Bougenvile prosedur timbang terima saat ini sudah
dilakukan setiap pergantian shift jaga. Pada shift pagi (07.00 WIB),
timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan atau katim, sedangkan
pada shift siang (14.00 WIB) dan malam (21.00), timbang terima
dilakukan oleh perawat pelaksana atau perawat yang menerima
delegasi timbang terima. Isi timbang terima disampaikan secara
lisan berdasarkan dokumentasi yang ada, dapat dijelaskan mulai
dari diagnosa pasien, tindakan kolaboratif yang sudah dikerjakan
atau yang belum dikerjakan sesuai perkembangan pasien pada saat
itu. Proses timbang terima perawat dilakukanjuga ke bed pasien.
Bagan Proses Timbang Terima Di Ruang Bougenvile

d. Discharge planning
Discharge planning keperawatan merupakan komponen yang
terkait dengan rentang kinerja keperawatan sering pula disebut
dengan keperawatan. Discharge planning di ruang Bougenvile
sudah dilakukan dan dilaksanakan oleh semua perawat. Dalam
melakukan discharge planning dokter menjelaskan tentang penyakit
yang diderita pasien, cara mengatasi penyakitnya saat visite terakhir
dan sebelum pulang perawat memberi tahu kapan harus kontrol lagi
ke rumah sakit, menjelaskan tentang gizi dan anjuran perawatan
khusus setelah pulang. Pendokumentasian tentang discharge
planning sudah dilakukan di lembar kontrol untuk pasien pulang.
Alur Discharge Planning
Menyambut kedatangan pasien
Orientasi ruangan, jenis pasien, peraturan dan
denah ruangan
Pasien MRS Memperkenalkan pasien pada teman sekamar,
perawat, doker dan tenaga kesehatan lain
Melakukan pengkajian keperawatan

Pemeriksaan klinis dan penunjang yang lain


Melakukan asuhan keperawatan Perawat
Pasien Selama Penyuluhan kesehatan: penyakit, perawatan,
dirawat pengobatan, diet, aktivitas, kontrol Dokter
Tim kesehatan lain

Perencanaan Pulang

Penyelesaian administrasi Lain-lain

Program HE :
Pengobatan / control
Pasien KRS Kebutuhan nutrisi
Aktivitas dan istirahat
Perawatan dirumah

Monitoring oleh petugas kesehatan dan


keluarga

e. Ronde keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh
perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer, konselor, kepala ruangan, perawat
associate dan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011).
Kriteria pasien yang dipilih untuk ronde keperawatan, yaitu:
 Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan.
 Pasien dengan kasus baru atau langka.
Dari hasil wawancara didapatkan bahwa sebenarnya tim
ronde telah dibuat dan sebagian besar perawat sudah mengerti
tentang ronde keperawatan. Ronde keperawatan diruangan belum
prnah dilakukan namun jika ada pasien dengan kondisi yang jelek
perawat jaga menelepon dokter jaga sehingga dilakukan konsultasi.
Jika masih bisa ditangani biasanya dirawat diruangan jika tidak
sanggup akan dirujuk ke Rumah Sakit yang memiliki perawatan
medis yang lebih lengkap.
Tahap Pra PP

Alur Pelaksanaan Supervisi


Penetapan Pasien
Ka. Bid Perawatan
Persiapan Pasien
Informed Consent
Hasil pengkajian / validasi dataKasi Keperawatan

Tahap Pelaksanaan di Apa diagnosa keparawatan ?


Nurse Station Apa data yang mendukung ?
Ka. Perawatan IRNA
Penyajian Masalah Bagaimana intervensi yang sudah
Menetapkan Kegiatan dan dilakukan ?
Apa hambatan ditemukan ?
tujuan serta instrument / Kepala Ruangan
alat ukur
Tahap Pelaksanaan di Supervisi
Validasi data di bed
Kamar pasien pasien

Menilai kinerja perawat


Pasca Ronde PP 1
Kesimpulan dan rekomendasi PP 2 – Diskusi di
Lanjutan
(Nurse Station) solusi masalah nurse station
f. Supervisi keperawatan Delegasi
Fair
Feed Back Supervisi merupakan upaya membantu pembinaan dan
PA PA
Follow Up. Pemecahan Masalah.
peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat
Reward reinforcement
melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien
Kualitas Pelayanan dan Kinerja
Perawat

Keterangan : Kegiatan Supervisi


Delegasi dari Supervisi
dan efektif (Sujana D, 2004). Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan, supervisi keperawatan diruang Bougenville dilakukan
oleh kepala ruangan setiap saat (tidak terjadwal) tetapi belum ada
pendokumentasian secara tertulis mengenai hasil supervisi. Belum
ada format baku untuk supervisi ruangan. Diruang Bougenville
superfisi dilakukan tidak terjadwal atau mendadak dan kurang
terstruktur. kepala ruangan dan superfision secara langsung
melakukan superfisi kepada perawat yang bersangkutan secara
langsung dan menyelesaikan masalah pada saat itu juga.

g. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan
managemen asuhan keperawatan professional. Perawat profesional
diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung jawab dan
tanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanakan.
Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin meningkat
sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan
(Nursalam, 2008).
Komponen penting dalam pendokumentasian adalah
komunikasi, proses keperawatan dan standart asuhan keperawatan.
Efektifitas dan efisiensi sangat bermanfaat dalam pengumpulan
informasi yang relevan serta akan meningkatkan kualitas
dokumentasi keperawatan (Nursalam, 2008).
Dari hasil wawancara kepada perawat ruangan, perawat
mengatakan bahwa sistem dokumentasi yang digunakan adalah
sistem POR. Dokumentasi keperawatan meliputi pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi yang sudah terisi
lengkap. Dokumentasi keperawatan dilakukan oleh perawat ruangan
sesuai dengan format yang sudah disediakan, selain itu perawat
mengatakan bahwa dokumentasi dilakukan segera setelah
melakukan tindakan kepada pasien. Dokumentasi dirasa sudah tidak
memberatkan lagi karena sudah ada format yang baku dan
memudahkan perawat untuk melakukan pengkajian
Dokter kepada pasien.
Resep Obat PP
pencatatan berisikan jawaban terhadap nasehat dokter dan tindakan
Pendekatan Perawat Surat persetujuan
mandiri perawat. dari observasi mahasisiwa semua perawat dapat
sentralisasi obat.
melakukan pendokumentasian
Keluarga Pasien dibuktikan dari semua setatus pasien
terisi lengkap molai dari jaga pagi, siang, dan malam.
h. Sentralisasi Obat
Farmasi/Apotik
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh
obat akan diberikan
Pengaturan kepada oleh
dan pengelolaan pasien diserahkan pengelolaan
petugas
sepenuhnya oleh farmasi
perawat (Nursalam, 2002).Lembar
Tujuan pengelolaan
serah terima obat,
obat adalah menggunakan obat secara benar buku serah
(benar terimabenar
pasien, obat.
Penerimaan,
obat, benar pendistribusian,
dosis, benar carapemberian, benar waktu,benar indikasi,
penyipanan oleh perawat
benar dokumentasi) .
Di ruang Bougenville sentralisasi obat telah dilakukan oleh
Pasien/Keluarga
perawat. Resep yang diberikan oleh dokter kemudian diberikan

Obat Habis

Keterangan :

Garis Komando :
Garis Koordinasi :
kepada keluarga pasien untuk selanjutnya dibeli di apotek. Dalam
melakukan sentralisasi obat, sudah ada buku khusus untuk serah
terima obat injeksi, cairan dan obat oral. Sudah ada lembar
persetujuan dari klien atau keluarga klien, selain itu sudah adanya
ruang khusus tempat sentralisasi obat. Penyimpanan obat masih
disimpan diruang tindakan berupa rak dan lemari es. Sudah ada
tempat khusus untuk penyimpanan obat emergency sepert atropine,
epineprin, adrenalin, diazepam dll, dan obat-obat tertentu seperti
dulcolac sup, novorapid, dan lain-lain disimpan di lemari es.
Sebagian perawat sudah melaksanakan pengelolaan obat.

3.2.5 M4 (Money)
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang didapatkan bahwa
keuangan di ruang Bougenvile RSUD Dr. Soegiri Lamongan di atur
langsung oleh manajemen RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Pendapatan
keuangan didapatkan dari BPJS dan dibayarkan berdasarkan klaim
BPJS dan setiap perawat memiliki jaminan pelayanan kesehatan BPJS
baik PNS maupun Non-PNS.
Setiap biaya perbaikan sarana dan prasarana ruangan di atur
langsung oleh manajemen keuangan rumah sakit melalui IPS (Instalasi
Pemeliharaan Sarana), ruangan hanya memberikan laporan mengenai
apa yang ingin di lakukan termasuk renovasi ruangan.
Biaya pasien di Ruang Bougenvile juga di atur dalam system
pembayaran biaya perawatan satu pintu (central), mulai dari biaya
tindakan perawatan, kamar, dan dokter. Berikut tarif kamar dan dokter
di Ruang Bougenvile berdasarkan kelas perawatan.
Tabel 7. Tarif Kamar dan Dokter di Ruang Boeugenvile
Kelas Kamar Dokter Total

Kelas I 155.000 65.000 230.000

Kelas II 85.000 65.000 150.000

Dalam urusan biaya pasien semua diatur dalam system


pembayaran dari manajemen RSUD Dr. Soegiri lamongan. system
pelayanan sama antara BPJS maupun Umum, perbedaan tarif
disesuaikan dengan kelas perawatan.

3.2.6 M5 (Mutu)
Pelanggan yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di RSUD
dr. Soegiri berasal dari Lamongan, tetapi ada sebagian dari luar
Lamongan, usia pelanggan bervariasi kisaran usia antara di atas 11
tahun sampai 80 tahun. RSUD dr. Soegiri merupakan rumah sakit
terakreditasi Paripurna yang didapat dari Komisi Akreditasi Rumah
Sakit (KARS) tahun 2012, dengan fasilitas sarana dan prasarana yang
menonjol. Dilain pihak perawat tidak memiliki tugas khusus sebagai
tim marketing secara langsung untuk mencari pelanggan dalam mencari
pelayanan jasa kesehatan. Perawat memberikan pelayanan seoptimal
mungkin dengan memberikan perawatan secara paripurna, sehingga
pelayanan di ruangan layak untuk dipromosikan sebagai bahan
pemasaran untuk mencari pelanggan.
a. BOR Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian, di dapatkan gambaran
kapasitas tempat tidur di ruang Bougenvile yaitu 44 bed
dengan rincian 42 bed layak pakai dan 2 bed dalam keadaan
rusak.
Shift
No Ruang
Pagi Siang Malam
1. A.10 – A.18 20 bed tersedia 20 bed tersedia 20 bed tersedia
(6 bed terpakai) (6 bed terpakai) (6 bed terpakai)
2. B.1 – B.9 22 bed tersedia 22 bed tersedia 22 bed tersedia
(17 bed terpakai) (17 bed terpakai) (17 bed terpakai)
3. R. Isolasi 1 bed tersedia 1 bed tersedia 1 bed tersedia
(0 bed terpakai) (0 bed terpakai) (0 bed terpakai)
4. R. ESWL 1 - 3 2 bed tersedia 2 bed tersedia 2 bed tersedia
(0 bed terpakai) (0 bed terpakai) (0 bed terpakai)
BOR 23/45 x 100% = 23/45 x 100% = 23/45 x 100% =
51,11% 51,11% 51,11%

b. Mutu Pelayanan Keperawatan


1. Kepuasan Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian kepuasan pasien terhadap
pelayanan perawat pada hari Selasa tanggal 9 Januari 2018
dengan pemberian angket pada 20 responden menunjukkan
sebanyak 9 orang (45 %) menyatakan puas dengan kinerja
perawat dan yang menyatakan cukup puas sebanyak 6 orang
(30%) dengan kinerja perawat 5 orang (25%) sangat puas
terhadap pelayanan di ruang Bougenville.
2. Keselamatan Pasien
Indikator peningkatan mutu pelayanan dapat dilihat dari aspek,
antara lain :
1) Kesalahan pemberian obat tidak terjadi selama bulan Oktober
– November 2017. Pemberian obat dilakukan secara benar
sesuai indikasi yang diberikan oleh dokter.
2) Kejadian pasien jatuh tidak terjadi selama bulan Oktober –
November 2017, tetapi ada 29 pasien dengan resiko jatuh.
3) Kejadian pasien dekubitus pada bulan Oktober – November
2017 sebanyak 0 kejadian.
4) Pada bulan Oktober – November 2017 kejadian cidera akibat
restrain tidak ada.
5) Pada bulan Oktober – November 2017 kejadian infeksi luka
operasi 0 pasien.
6) Pada bulan Oktober – November 2017 kejadian infeksi
saluran kemih 0 pasien.
7) Pada bulan Oktober – November 2017 kejadian infeksi aliran
darah primer 0 pasien.
8) Pada bulan Oktober – November 2017 kejadian infeksi
system saluran cerna 0 pasien.
9) Pada bulan Oktober – November 2017 kejadian infeksi tulang
dan sendi 0 pasien.
10) Pada bulan Oktober – November 2017 kejadian medical
error sebanyak nol kejadian.
3. Keunggulan ruang Bougenville
Ruang Bougenville mempunyai 2 lantai yaitu bougenville atas
dan bougenville bawah. Masing masing lantai mempunyai
pengorganisasian yang jelas.
Perawat Ruang Bougenvile juga senantiasa memberikan
penyuluhan kesehatan (Health Education) kepada keluarga
pasien tentang cuci tangan serta selalu memberikan motivasi
kepada keluarga untuk merawat pasien dengan baik agar
membantu proses penyembuhan. Perawat Bougenville cepat dan
cekatan dalam pemberian pelayanan kesehatan. Pegawai yang
ramah juga menjadi keunggulan ruang Bougenville.
BAB 4
PERENCANAAN
4.1 Analisa SWOT
NO Analisa SWOT BOBOT RATING BxR Komentar
(B) (R)
1. M1 (KETENAGAAN)
Internal Factor (IFAS) S-W
STRENGTH 10,4 -2,1
a. Sebagian besar perawat mempunyai 0,7 3 2.1 = 8,3
kemauan untuk melanjutkan
pendidikan kejenjang yang lebih tinggi
b. Sebagian besar perawat menyatakan 0,8 3 2,4
pembagian tugas sesuai dengan
struktur organisasi yang ada
c. Jenis ketenagaan diruangan: 0,5 3 1.5
S1 Keperawatan : 5
DIII Keperawatan : 19
d. Adanya perawat yang pernah 0,8 4 3.2
mengikuti pelatihan
e. Jumlah keperluan perawat sebanding 0,6 2 1.2
dengan jumlah pasien
Total 3,4 15 10.4

WEAKNESS (kelemahan)
a. Perawatan pre-post opt dapat 0,5 3 1.5
meningkatkan beban kerja perawat
b. Sebagian perawat belum mengikuti 0,3 2 0.6
pelatihan MAKP
Total 0,8 5 2,1

External factor (EFAS)


OPPORTUNITY (peluang) O-T
a. Adanya kesempatan melanjutkan 0,5 3 1.5 4,6 – 5,1
pendidikan kejenjang lebih tinggi = -0,5
b. Adanya kerjasama yang baik antar 0,5 2 1.0
mahasiswa Ners Keperawatan dengan
perawat ruangan
c. Adanya program akreditasi rumah 0,7 3 2.1
sakit dari pemerintah dimana MAKP
merupakan salah satu penilaian.

Total 1,7 8 4,6

THREATENED (Ancaman)
a. Adanya tuntutan tinggi dari pasien 0,5 3 1,5
dan keluarga untuk pelayanan yang
lebih professional
b. Jumlah tenaga perawat yang 0,7 3 2,1
berpendidikan D3 lebih banyak
dibanding jumlah tenaga S1
c. Terbatasnya kuota tenaga keperawatan
yang melanjutkan pendidikan tiap 0,5 3 1,5
tahun
Total 1,7 9 5,1

2 M2 (MATERIAL/SARANA DAN
PRASARANA)
Internal factor (IFAS)
STRENGTH(kekuatan)
1. Mempunyai sarana dan prasarana 1 3 3 S-W = 8,1
yang memadai untuk pasien dan -8,7 = -0,6
tenaga kesehatan
2. Mempunyai peralatan oksigenasi 0,8 3 2,4
(oksigen sentral) dan semua perawat
ruangan mampu menggunakanya
3. Terdapat administrasi penunjang 0,4 3 1,2
(buku penunjang)
4. Tersedianya nurse station 0,5 3 1,5

Total 2,7 12 8,1

WEAKNESS (kelemahan)
1. Kurangnya kelengkapan 0,8 3 2,4
dokumentasi ruangan.
2. Terbatasnya penyediaan 0,9 4 3,6
alat untuk rawat luka

3. Terbatasnya alat 0,9 3 2,7


emergency terutama untuk anak
Total 2,5 10 8,7

External factor (EFAS)


O-T =
OPPORTUNITY (Peluang) 4,2 – 4,0 =
1. Adanya pengadaan sarana prasarana 0,6 3 1,8 0,2
yang rusak dari bagian pengadaan
barang
2. Adanya kesempatan untuk mengganti 0,8 3 2,4
alat alat yang tidak layak pakai

Total 1,4 6 4,2


THREATNED (Ancaman )
1. Adanya tuntutan yang tinggi dari klien
untuk melengkapi sarana dan 0,5 4 2
prasarana
2. Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan 0,5 4 2
Total
1,0 8 4
3. M3 METHODE (MAKP)
Penerapan model
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH (Kekuatan)
1. Sudah ada model asuhan keperawatan 0,5 4 2 S-W =
yang digunakan yaitu metode TIM 6,7 – 3=
2. Ruangan sudah memiliki visi, misi, 0,5 4 2 3,7
dan motto sebagai acuan
melaksanakan kegiatan pelayanan
3. Mempunyai protap setiap tindakan 0,3 3 0,9
4. Terlaksananya komunikasi yang 0,6 3 1,8
adekuat perawat dan tim kesehatan
lain
Total 1,9 14 6,7

WEAKNESS (kelemahan)
a. Hanya sebagian perawat yang 0,5 3 1,5
melaksanakan model yang ada.
b. MAKP model TIM belum terlaksana 0,5 3 1,5
secara maksimal (Masih ada perawat
yang bertukar shift).
Total 1 6 3

Faktor Eksternal (EFAS)


OPPORTUNITY (Peluang)
1) Adanya mahasiswa S1 keperawatan 1 3 3 O-T =
praktik manajemen. 4,5-5,9=
2) Adanya kebijakan pemerintah tentang 0,5 3 1,5 -1,4
profesionalisme perawat
Total 1,5 6 4,5
THREATENED (Ancaman)
1. Persaingan dengan rumah sakit lain 0,5 4 2
2. Tuntutan masyarakat akan pelayanan 0,7 3 2,1
yang maksimal
3. Beberapa perawat tidak dapat 0,6 3 1,8
mengikuti metode tim (karena urusan
diluar kerja)
Total 1,8 10 5,9
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Faktor internal (IFAS)
STRENGTH (kekuatan)
1. Tersedianya sarana dan prasarana 0,4 2 0,8
(administrasi penunjang) S-W =
2. Dokumentasi keperawatan yang 0,5 3 1,5 6-5,3 =
dilakukan meliputi pengkajian 0,7
menggunakan sistem head to toe dan
ROS, serta diagnosis keperawatan
sampai dengan evaluasi dengan
menggunakan SOAP
3. Format asuhan keperawatan sudah ada 0,4 3 1,2
4. Semua perawat mengerti cara 0,5 2 1,0
pengisian format dokumentasi yang
digunakan dengan benar dan tepat
5. Semua perawat mengatakan 0,5 3 1,5
melakukan dokumentasi segera setelah
melakukan tindakan
Total 2,3 13 6
WEAKNESS (Kelemahan)
1. Dari observasi status pasien, pengisian 0,4 3 1,2
kurang lengkap : waktu, nama dan jam
belum dicamtumkan, respon pasien
pasca tindakan kurang terpantau
2. SOP belum maksimal digunakan 0,7 3 2,1
3. Pengawasan terhadap sistematika 0,5 4 2,0
pendokumentasian belum
dilaksanakan secara optimal
Total 1,6 10 5,3
Faktor Eksternal (EFAS)
OPPORTUNITY (Peluang)
1. Adanya program pelatihan 0,9 4 3,6 O-T =
2. Peluang perawat untuk meningkatkan 0,5 3 1,5 4,3-3,6=
pendidikan (pengembangan SDM) dan 0,7
adanya kerjasama yang baik antara
mahasiswa dengan perawat ruangan
3. Kerja sama yang baik antara perawat 0,4 3 1,2
dan mahasiswa
Total 1,8 10 4,3
THREATENED (Ancaman)
1. Adanya kesadaran pasien dan keluarga 0,6 3 1,8
akan tanggung jawab dan tanggung
gugat
2. Akreditasi rumah sakit tentang sistem 0,6 3 1,8
dokumentasi
Total 1,2 6 3,6
RONDE KEPERAWATAN
Faktor Internal (IFAS)
STRENGTH (Kekuatan) S-W=
1. Ruangan mendukung adanya kegiatan 0,6 3 1,8 2,8-3 =
ronde keperawatan -0,2
2. Adanya kasus yang memerlukan 0,5 2 1,0
perhatian khusus ( kegawat daruratan)
oleh perawat ruangan dan kepala
ruangan misalnya Cholelitiasis, BPH,
Farm.
Total 1,1 5 2,8
WEAKNESS (Kelemahan)
1. Ronde keperawatan adalah kegiatan 1 3 3
yang belum pernah dilaksanakan di
ruangan Bougenvile
Total 1 3 3
Faktor Eksternal (EFAS) O-T =
OPPORTUNITY (Peluang) 3,6-3,8=
1. Adanya pelatihan dan seminar tentang 0,8 3 2,4 -0,2
management keperawatan
2. Adanya kesempatan dari kepala 0,4 3 1,2
ruangan untuk mengadakan ronde
keperawatan
Total 1 6 3,6
THREATENED (Ancaman)
1. Sulitnya menyesuaikan waktu 0,8 3 2,4
senggang dari beberapa tenaga
kesehatan yang ada.
2. Kurangnya keterlibatan tenaga 0,7 2 1,4
kesehatan lain dalam ronde
keperawatan.
Total 1,5 5 3,8
PENERIMAAN PASIEN BARU
Faktor Internal (IFAS)
STRENGTH (Kekuatan)
1. Melakukan pengkajian asuhan 0,4 3 1,2 S-W =
keperawatan sesuai dengan format dan 8,4 – 2,7 =
mengukur tanda-tanda vital 6,7
2. Adanya rekam medis misalnya status 1 6 6
pasien dan data penunjang (hasil Lab,
Foto, dll)
3. Menjelaskan persetujuan tindakan 0,4 3 1,2
medis dan keperawatan
Total 1,8 12 8,4
WEAKNESS (Kelemahan)
1. Perawat yang mengorientasi terkadang 0,5 2 1,0
lupa memperkenalkan diri
2. Keluarga pasien dijelaskan tentang 0,3 3 0,9
layanan gizi yang ada di ruangan dan
tata tertib ruangan tapi sering lupa
3. Tingkat pendidikan dari keluarga 0,4 4 0,8
pasien yang rendah sehingga
memungkinkan terjadinya kurang
pahamnya informasi yang diberikan
( sering lupa).
Total 1,2 9 2,7
Faktor Eksternal (EFAS)
OPPORTUNITY (Peluang)
1. Adanya mahasiswa S1 Ners yang 0,6 3 1,8 O-T =
praktek management keperawatan 3,6 – 4,9 =
2. Adanya kerjasama yang baik antara 0,6 3 1,8 -1,3
mahasiswa dengan perawat klinik
Total 1,2 6 3,6
THREATENED (Ancaman)
1. Antusias keluarga yang kurang dalam 0,5 3 1,5
menerima informasi dari perawat.
2. Tingkat kecemasan keluarga pasien
terhadap pasien yang tinggi saat awal 0,8 2 1,6
masuk rumah sakit.
3. Kurangnya pemahaman alur 0,6 3 1,8
penerimaan pasien baru karena tidak
tersedianya papan informasi alur
penerimaan pasien baru.
Total 1,9 8 4,9
SENTRALISASI OBAT
Faktor Internal (IFAS)
STRENGTH (Kekuatan)
1. Semua perawat mengemukakan 0,3 3 0,9 S-W =
jawaban mengerti tentang sentralisasi 6,0 – 6,9=
obat -0,9
2. Di ruangan tersebut ada sentralisasi 0,3 3 0,9
obat, ini bisa dilihat adanya tempat
khusus obat setiap pasien
3. Sudah dilaksanakan kegiatan 0,4 3 1,2
Sentralisasi obat oleh perawat dengan
berkolaborasi dengan depo farmasi
4. Adanya buku injeksi dan obat oral 0,5 3 1,5
bekerjasama dengan depo farmasi
5. Ada lembar pendokumentasian obat 0,5 3 1,5
yang diterima disetiap status pasien
Total 2,0 15 6
WEAKNESS (Kelemahan)
1. Pelaksanaan sentralisasi obat belum 0,7 3 2,1
optimal karena keterbatasan tempat
dan tenaga.
2. Kurangnya pemahaman pasien dan 0,9 3 2,7
keluarga tentang pelaksanaan dan
pengelolaan sentralisasi obat di Ruang
Bougenvile.
3. Sentralisasi obat belum terlaksana 0,7 3 2,1
dengan baik (obat yang tersedia tidak
optimal)
Total 2,1 9 6,9
Faktor Eksternal (EFAS)
OPPORTUNITY (Peluang)
1. Kerjasama yang baik antara perawat 0,7 3 2,1
dan mahasiswa O-T =
2. Adanya mahasiswa S1 Ners yang 0,5 3 1,5 3,6-2,4=
praktek management keperawatan 1,2
Total 1,2 6 3,6
THREATENED (Ancaman)
1. Adanya tuntutan akan pelayanan yang 0,8 3 2,4
professional.
Total 0,8 3 2,4
SUPERVISI
Faktor Internal (IFAS)
STRENGTH (Kekuatan)
1. Adanya kemauan perawat untuk 0,7 3 2,1
berubah S-W =
2. Kepala ruang Bougenvile mendukung 0,5 3 1,5 3,6-0,6 =
kegiatan supervisi demi peningkatan 3,0
mutu pelayanan keperawatan. 1,2 6 3,6
Total
WEAKNESS (Kelemahan)
1) Supervisi dilakukan secara 0,2 3 0,6
mendadak dan tanpa persiapan
Total 0,2 3 0,6
Faktor Eksternal (EFAS)
OPPORTUNITY (Peluang)
1. Adanya teguran kepala ruang bagi 0,9 3 2,7
tenaga perawat yang tidak O-T =
melaksanakan tugas dengan baik. 4,2-1,2 =
2. Hasil supervise dapat dilakukan 0,5 3 1,5 3,0
sebagai pedoman untuk daftar
penilaian prestasi pegawai.
Total 1,4 6 4,2
THREATENED (Ancaman)
Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk 0,4 3 1,2
mendapatkan pelayanan yang profesional
dan bermutu sesuai dengan peningkatan
biaya perawatan
Total 0,4 3 1,2

OPERAN (timbang terima)


Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH (Kekuatan) S-W =
1. Operan merupakan kegiatan rutin, 0,9 3 2,7 9,0-5,2 =
yaitu dilaksanakan tiga kali dalam 3,8
sehari
2. Diikuti oleh semua perawat yang 0,4 3 1,2
telah dan akan dinas
3. Operan dipimpin oleh kepala 0,7 2 1,4
ruangan
4. Adanya klarifikasi, tanya jawab, dan 0,5 3 1,5
validasi terhadap semua yang
dioperkan
5. Semua perawat tau hal-hal yang 0,6 2 1,2
perlu disiapkan dalam operan
6. Semua perawat mengetahui prinsip- 0,5 2 1,0
prinsip tentang tekhnik penyampaian
operan didepan pasien.
Total 3,6 15 9,0
WEAKNESS (Kelemahan)
1. Terkadang operan di laksanakan 0,6 4 2,4
dimeja perawat
2. Kurangnya fokus perawat saat operan 0,7 4 2,8
(adanya topik bahasan lain yang
masuk operan).
Total 13 8 5,2
Faktor Eksternal (EFAS)
OPPORTUNITY (Peluang) O-T =
1. Adanya mahasiswa S1 Ners yang 0,8 4 3,2 5,3 – 3,3 =
praktek manajemen di ruangan 2
2. Adanya kerja sama yang baik antara 0,7 3 2,1
mahasiswa dengan perawat ruangan,
Sarana dan prasarana penunjang cukup
tersedia.
Total 1,5 7 5,3
TREATENED (Ancaman)
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 0,4 3 1,2
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan yang
profesional
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat 0,7 3 2,1
tentang tanggung jawab dan tanggung
gugat perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan
Total 1,1 6 3,3
DISCHARGE PLANNING
Faktor internal (IFAS)
STRENGTH (Kekuatan)
1. Adanya surat kontrol. 0,9 3 2,7 S-W =
2. Memberikan pendidikan kesehatan 0,6 2 1,2 4,5- 4,8 =
kepada pasien dan keluarga saat akan -0,3
pulang.
3. Perawat menggunakan bahasa 0,2 3 0,6
Indonesia/ bahasa Jawa saat
melakukan perencanaan pulang.
Total 1,7 8 4,5
WEAKNESS (Kelemahan)
1. Tidak tersedianya brosur/leaflet untuk 0,7 3 2,1
pasien saat melakukan perencanaan
pulang
2. Pendidikan kesehatan belum 0,6 3 1,8
terdokumentasi.
3. Keterbatasan waktu dan tenaga 0,3 3 0,9
perawat.
Total 1,6 9 4,8
Faktor Eksternal (EFAS)
OPPORTUNITY (Peluang)
1. Adanya mahasiswa S1 Ners yang 0,7 3 2,1 O-T =
melakukan praktek di ruangan 6,7 – 6,6 =
2. Adanya kerja sama yang baik antara 0,6 3 1,8 0,1
mahasiswa dengan perawat ruangan
3. Kemauan pasien atau keluarga 0,7 4 2,8
terhadap anjuran perawat
Total 2 10 6,7
THREATENED (Ancaman)
1. Antusias keluarga yang kurang dalam 0,7 3 2,1
menerima informasi dari perawat.
2. Kurangnya keluarga yang menunggu 0,8 3 2,4
pasien.
3. Keluarga pasien tidak mau 0,7 3 2,1
meluangkan waktu karena ingin segera
pulang. 2,2 9 6,6
Total
4. M4 (MONEY)
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH (Kekuatan)
a. Ada pendapatan dari jasa medik, 0,7 3 2,1 S-W =
untuk pasien dengan biaya BPJS yang
dapat diklaim setelah perawatan. 7,3 – 6,1=
b. Ada pendapatan dari IRNA. 1,0 4 4,0 1,2
Total 1,7 7 6,1
WEAKNESS (kelemahan)
a. Jasa intensif untuk pelayanan dan jasa 0,6 2 1,2
medik yang diberikan sama untuk
semua perawat.
Total 2,3 9 7,3

External factor (EFAS)


OPPORTUNITY (peluang) O –T =
a. Ada kesempatan untuk menggunakan 0,8 3 2,4 2,4-2,1 =
instrumen medis dengan re-use 0,3
sehingga menghemat pengeluaran.
Total 0,8 3 2,4
THREATENED (Ancaman)
a. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 0,7 3 2,1
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang lebih
profesional sehingga membutuhkan
pendanaan yang lebih besar untuk
mendanai sarana dan prasarana.
Total 0,7 3 2,1
5. M5 (MUTU)
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH (Kekuatan)
a. Kepuasan pasien terhadap pelayanan 0,5 4 2 S-W =
di ruangan. 5,7 – 3 =
b. Rata – rata BOR cukup baik. 0,5 2 1 2,7
c. Adanya fariasi karakteristik dari 0,6 2 1,2
pasien (BPJS, UMUM, ASURANSI,
SWASTA).
d. Sebagai tempat praktik mahasiswa 0,5 3 1,5
keperawatan D3 maupun S1
Total 2,1 11 5,7
WEAKNESS (Kelemahan)
a. LOS yang memanjang karena 1 3 3
perawatan yang lama.
Total 1 3 3
Faktor Eksternal (EFAS)
OPPORTUNITY (Peluang) O–T=
a. Adanya mahasiswa S1 Ners yang 0,5 3 1,5 3,0 – 3,0 =
praktek management di ruangan. 0
b. Adanya kerja sama yang baik antara 0,5 3 1,5
mahasiswa dengan perawat ruangan,
Sarana dan prasarana penunjang
cukup tersedia
Total 1 6 3
TREATENED (Ancaman)
a. Adanya peningkatan standart 0,6 3 1,8
masyarakat yang harus terpenuhi
b. Persaingan RS yang memberikan 0,4 3 1,2
pelayanan keperawatan
Total 1 6 3
4.2 Diagram Layang Analisis SWOT

Keterangan:
M1 : Ketenagakerjaan
SO : Metode Sentralisasi Obat
M2 : Sarana dan Prasarana
TT : Metode Timbang Terima
RK : Metode Ronde Keperawatan
PB : Penerimaan Pasien Baru
DP : Metode Dischart Planning
M3 : Method MAKP
4.3 Identifikasi Masalah
4.3.1 M1 (Ketenagaan)
1. Adanya tuntutan tinggi dari pasien dan keluarga untuk pelayanan
yang lebih professional
2. Jumlah tenaga perawat yang berpendidikan D3 lebih banyak di
banding jumlah tenaga S1.
3. Terbatasnya kuota tenaga keperawatan yang melanjutkan
pendidikan tiap tahun.
4.3.2 M2 (Sarana dan prasarana)
1. Kurangnya kelengkapan dokumentasi ruangan.
2. Terbatasnya penyediaan alat untuk rawat luka
3. Terbatasnya alat emergency terutama untuk anak
4.3.3 M3 (Method)
1. Penerapan Model
a. Persaingan dengan rumah sakit lain
b. Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang maksimal
c. Beberapa perawat tidak dapat mengikuti metode tim (karena
urusan diluar kerja)
2. Ronde keperawatan
a. Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum pernah
dilaksanakan di ruangan Bougenvile
b. Sulitnya menyesuaikan waktu senggang dari beberapa tenaga
kesehatan yang ada.
c. Kurangnya keterlibatan tenaga kesehatan lain dalam ronde
keperawatan.
3. Penerimaan Pasien baru
a. Antusias keluarga yang kurang dalam menerima informasi dari
perawat.
b. Tingkat kecemasan keluarga pasien terhadap pasien yang tinggi
saat awal masuk rumah sakit.
c. Kurangnya pemahaman alur penerimaan pasien baru karena
tidak tersedianya papan informasi alur penerimaan pasien baru.
4. Sentralisasi Obat
a. Pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal karena
keterbatasan tempat dan tenaga.
b. Kurangnya pemahaman pasien dan keluarga tentang
pelaksanaan dan pengelolaan sentralisasi obat di Ruang
Bougenvile.
c. Sentralisasi obat belum terlaksana dengan baik (obat yang
tersedia tidak optimal).
5. Discharge Planning
a. Tidak tersedianya brosur/leaflet untuk pasien saat melakukan
perencanaan pulang.
b. Pendidikan kesehatan belum terdokumentasi.
c. Keterbatasan waktu dan tenaga perawat.
5.3.4 M4 (Money)
Tidak ada masalah dalam keuangan.
5.3.5 M5 (Mutu)
Dalam mutu tidak ada masalah, karena antara peluang dan ancaman
tidak ada perbedaan yang signifikan.
4.4 Penentuan Prioritas Masalah Berdasarkan Skoring
1. M3 (Methode):
a. Penerapan Model
1) Persaingan dengan rumah sakit lain.
2) Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang maksimal.
3) Beberapa perawat tidak dapat mengikuti metode tim (karena
urusan diluar kerja).
b. Penerimaan Pasien baru
1) Antusias keluarga yang kurang dalam menerima informasi dari
perawat.
2) Tingkat kecemasan keluarga pasien terhadap pasien yang tinggi
saat awal masuk rumah sakit.
3) Kurangnya pemahaman alur penerimaan pasien baru karena tidak
tersedianya papan informasi alur penerimaan pasien baru.
c. Sentralisasi Obat:
1. Pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal karena keterbatasan
tempat dan tenaga.
2. Kurangnya pemahaman pasien dan keluarga tentang pelaksanaan
dan pengelolaan sentralisasi obat di Ruang Bougenvile.
3. Sentralisasi obat belum terlaksana dengan baik (obat yang tersedia
tidak optimal).
2. M2 (Sarana dan prasarana):
a. Kurangnya kelengkapan dokumentasi ruangan.
b. Terbatasnya penyediaan alat untuk rawat luka
c. Terbatasnya alat emergency terutama untuk anak
3. M1 (SDM)
a. Adanya tuntutan tinggi dari pasien dan keluarga untuk pelayanan
yang lebih professional
b. Jumlah tenaga perawat yang berpendidikan D3 lebih banyak di
banding jumlah tenaga S1.
c. Terbatasnya kuota tenaga keperawatan yang melanjutkan pendidikan
tiap tahun
4. M3 (Method)
a. Discharge Planning
1. Tidak tersedianya brosur/leaflet untuk pasien saat melakukan
perencanaan pulang.
2. Pendidikan kesehatan belum terdokumentasi.
3. Keterbatasan waktu dan tenaga perawat.
b. Ronde keperawatan::
1) Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum pernah
dilaksanakan di ruangan Bougenvile
2) Sulitnya menyesuaikan waktu senggang dari beberapa tenaga
kesehatan yang ada.
3) Kurangnya keterlibatan tenaga kesehatan lain dalam ronde
keperawatan.

4.5 Alternatif Penyelesaian Masalah Manajemen di Ruang Bougenvile


NO Masalah Alternatif Penyelesaian Masalah
1 M3 Methode : Penerapan Model Pemberian motivasi untuk
a. Persaingan dengan rumah sakit melakukan inovasi model sturktur
lain. organisasi ruangan dengan cara
b. Tuntutan masyarakat akan praktikan melakukan penerapan
pelayanan yang maksimal. model perawat primer dalam praktik
c. Beberapa perawat tidak dapat manajemen keperawatan.
mengikuti metode tim (karena
urusan diluar kerja).
2 M3 Methode: Penerimaan Pasien baru 1. Menjelaskan tentang prosedur
a. Antusias keluarga yang kurang tindakan kepada keluarga pasien
dalam menerima informasi dari tentang penerimaan pasien baru.
perawat. 2. Pembuatan papan informasi alur
b. Tingkat kecemasan keluarga pasien penerimaan pasien baru.
terhadap pasien yang tinggi saat
awal masuk rumah sakit.
c. Kurangnya pemahaman alur
penerimaan pasien baru karena
tidak tersedianya papan informasi
alur penerimaan pasien baru.
3 M3 Methode : Sentralisasi Obat: Memberikan penjelasan kepada klien
a. Pelaksanaan sentralisasi obat dan keluarga mengenai sentralisasi
belum optimal karena obat.
keterbatasan tempat dan tenaga.
b. Kurangnya pemahaman pasien
dan keluarga tentang pelaksanaan
dan pengelolaan sentralisasi obat
di Ruang Bougenvile.
3. Sentralisasi obat belum terlaksana
dengan baik (obat yang tersedia
tidak optimal).
4 M2 (Sarana dan prasarana): Pengoptimalan penggunaan sarana
a. Kurangnya kelengkapan dan prasarana untuk
dokumentasi ruangan. pendokumentasian inventaris dengan
b. Terbatasnya penyediaan alat melibatkan tenaga non medis (clining
untuk rawat luka servis).
c. Terbatasnya alat emergency
terutama untuk anak
5 M1 (SDM) Memaksimalkan tindakan dengan
1. Adanya tuntutan tinggi dari menerapkan sikap humanis meliputi
pasien dan keluarga untuk senyum, salam, sapa, dan
pelayanan yang lebih mendo’akan pasien agar segera
professional sembuh.
2. Jumlah tenaga perawat yang
berpendidikan D3 lebih banyak di
banding jumlah tenaga S1.
3. Terbatasnya kuota tenaga
keperawatan yang melanjutkan
pendidikan tiap tahun.
6 M3 Methode : Discharge Planning Pemberian penyuluhan kesehatan
a. Tidak tersedianya brosur/leaflet secara sederhana kepada keluarga
untuk pasien saat melakukan pasien dan pasien sebelum pasien
perencanaan pulang. pulang dengan media leaflet.
b. Pendidikan kesehatan belum
terdokumentasi.
c. Keterbatasan waktu dan tenaga
perawat.
7 M3 (Methode) Pemberian motivasi untuk
Ronde keperawatan:: melakukan ronde keperawatan
a. Ronde keperawatan adalah dengan cara praktikan melakukan
kegiatan yang belum pernah role play ronde keperawatan.
dilaksanakan di ruangan
Bougenvile.
b. Sulitnya menyesuaikan waktu
senggang dari beberapa tenaga
kesehatan yang ada.
c. Kurangnya keterlibatan tenaga
kesehatan lain dalam ronde
keperawatan.
4.6 Plan Of Action (POA) Sesuai dengan Masalah
No Masalah Tujuan Rencana Tindakan Indikator Tanggal PJ
Pelaksanaan
1. M3 Methode : Penerapan Model Mampu Pemberian motivasi MAKP model tim- Selasa, 16 Defri
a. Persaingan dengan rumah sakit lain. meningkatkan untuk melakukan inovasi primer di terapka Januari 2018 Pria
b. Tuntutan masyarakat akan pelayanan penerapan MAKP model sturktur organisasi secara baik. Pukul 07:00 Wicaks
yang maksimal. model tim-primer ruangan dengan cara WIB ana,
c. Beberapa perawat tidak dapat praktikan melakukan S.Kep
mengikuti metode tim (karena penerapan model perawat
urusan diluar kerja). primer dalam praktik
manajemen keperawatan.

2. M3 Methode: Penerimaan Pasien baru Diharapkan setelah a. Menjelaskan tentang 1. Adanya papan Senin, 22 Nava
a. Antusias keluarga yang kurang dilakuakn proses prosedur tindakan informasi alur Januari 2018 Yulis
dalam menerima informasi dari penerimaan pasien kepada keluarga penerimaan Pukul 10:04 Anita
perawat. baru lebih optimal pasien tentang pasien baru WIB Sari,
b. Tingkat kecemasan keluarga pasien penerimaan pasien 2. Karu dan PP S.Kep
terhadap pasien yang tinggi saat baru mampu
awal masuk rumah sakit. b. Pembuatan papan mempersiapkan
c. Kurangnya pemahaman alur informasi alur keluarga dan
penerimaan pasien baru karena tidak penerimaan pasien klien setiap baru
tersedianya papan informasi alur baru. dating
penerimaan pasien baru.
3. M3 Methode : Sentralisasi Obat: Sentralisasi obat Memberikan penjelasan Seluruh obat pasien Kamis, 18 Widya
a. Pelaksanaan sentralisasi obat belum dilaksanakan kepada klien dan sudah tersebtralisasi Januari 2018 Sarasw
optimal karena keterbatasan tempat secara rutin keluarga mengenai dengan baik Pukul 10:08 ati
dan tenaga. sentralisasi obat. WIB Nurida,
b. Kurangnya pemahaman pasien dan S.Kep
keluarga tentang pelaksanaan dan
pengelolaan sentralisasi obat di
Ruang Bougenvile.
c. Sentralisasi obat belum terlaksana
dengan baik (obat yang tersedia
tidak optimal).
4. M2 (Sarana dan prasarana): Mengupayakan Pengoptimalan 1. Terpenuhinya Rabu, 17 Sri
a. Kurangnya kelengkapan terpenuhinya penggunaan sarana dan kelengkapan Januari 2018 Ernawa
dokumentasi ruangan. kebutuhan fasilitas
prasarana untuk dokumentasi Pukul 07:35 ti,
b. Terbatasnya penyediaan alat untuk pelayanan pendokumentasian ruangan. WIB S.Kep
rawat luka inventaris dengan 2. Terpenuhinya
c. Terbatasnya alat emergency terutama melibatkan tenaga non kebutuhan alat
untuk anak medis (clining servis). habis pakai.
3. Tersedianya
5. M1 (SDM) Peningkatan Memaksimalkan Tingkat kepuasan Setiap Fitri
a. Adanya tuntutan tinggi dari pasien kualitas dan tindakan dengan pasien dan keluarga tindakan Nur
dan keluarga untuk pelayanan yang kuantitas SDM menerapkan sikap yang meningkat. keperawatan. Azizah,
lebih professional humanis meliputi S.Kep.
b. Jumlah tenaga perawat yang senyum, salam, sapa, dan
berpendidikan D3 lebih banyak di mendo’akan pasien agar
banding jumlah tenaga S1. segera sembuh.
c. Terbatasnya kuota tenaga
keperawatan yang melanjutkan
pendidikan tiap tahun.
6. M3 Methode : Discharge Planning Discharge Planning Pemberian penyuluhan Setiap pasien mulai Jum’at, 19 Cicik
a. Tidak tersedianya brosur/leaflet dilaksankan secara kesehatan secara masuk sampai Januari 2018 Dwi
untuk pasien saat melakukan optimal dan sederhana kepada pulang sudah Pukul 10:45 Yulianti
perencanaan pulang. terdokumentasi keluarga pasien dan mendaptkan WIB , S.Kep
b. Pendidikan kesehatan belum dengan baik. pasien sebelum pasien discharge planning
terdokumentasi. pulang dengan media dengan media leaflet
c. Keterbatasan waktu dan tenaga leaflet.
perawat.
7 M3 (Methode) Ronde keperawatan Pemberian motivasi Ronde keperawatan Rabu, 24 Faisal
Ronde keperawatan:: terlaksana dengan untuk melakukan ronde sudah terlaksanan Januari 2018 Dani
a. Ronde keperawatan adalah kegiatan optimal sesuai keperawatan dengan cara bersama perawat Pukul 10:00 Sabry,
yang belum pernah dilaksanakan di prosedur. praktikan melakukan role ruangan WIB S. Kep
ruangan Bougenvile. play ronde keperawatan.
b. Sulitnya menyesuaikan waktu
senggang dari beberapa tenaga
kesehatan yang ada.
c. Kurangnya keterlibatan tenaga
kesehatan lain dalam ronde
keperawatan.
4.7 Buat Rencana Strategis dan Operasional
Untuk efektifitas pelaksanaan model asuhan keperawatan profesional
dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal yang sifatnya umum,
kelompok menyusun struktur organisasi sebagai berikut :
Ketua : Fishal Dany Sabri, S.Kep
Wakil Ketua : Defri Pria Wicaksana, S.Kep
Sekretaris : Nava Yulis Anita Sari, S.Kep
Bendahara : Sri Ernawati, S.Kep
Sie Pubdekdok : 1. Agus Budi Mulyono, S.Kep.
2. Fifin Shoikhatun Ni’mah, S.Kep
Sie Konsumsi : 1. Warsikah, S.Kep
2. Fitri Nur Azizah, S.kep
Sie Humas : 1. Cicik Dwi Yulianti, S.kep
2. Widya Saraswati Nurida, S.Kep.
Penanggung Jawab MAKP :Widya Saraswati N, S.Kep.
Penanggung Jawab Timbang Terima : Fitri Nur Azizah, S.kep
Penanggung Jawab Penerimaan Pasien Baru : Nava Yulis Anita S, S.Kep
Penanggung Jawab discharge planning : Cicik Dwi Yulianti, S.kep
Penanggung Jawab supervise :1. Agus Budi M, S.Kep.
2. Warsikah, S.Kep
Penanggung Jawab ronde keperawatan : Sri Ernawati, S.Kep
Penanggung Jawab Dokumentasi Keperawatan : Faishal Dany Sabri, S.Kep
Penanggung Jawab Sentralisasi Obat : Defri Pria W, S.Kep
Koordinator Penyuluhan : Fifin Shoikhatun N, S.Kep
Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka diselenggarakan
pengorganisasian dengan pembagian peran sebagai berikut :
1. Kepala Ruangan
2. Perawat Primer
3. Perawat Assosiate
Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan, setelah pelaksanaan
model asuhan keperawatan profesional di ruangan.
Setelah dilakukan analisa masalah dengan menggunakan pendekatan
analisa SWOT, maka kelompok praktik klinik manajemen keperawatan di
ruang Bougenvile RSUD Dr. Soegiri Lamongan menerapkan model asuhan
keperawatan professional yaitu perawat Primer.
Model Perawatan Primer merupakan metode penugasan dimana satu
orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien melalui pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Model
ini mendorong kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana
asuhan keperawatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan selama pasien
dirawat. Konsep dasar dan model ini adalah tanggung jawab dan tanggung
gugat.Berikut sistem pemberian asuhan keperawatan Primer.

TEAM MEDIS DAN KEPALA SARANA RS


TEAM LAIN RUANGAN

PERAWAT PRIMER
PERAWAT PRIMER

PERAWAT PERAWAT
ASSOCIATE ASSOCIATE

KLIEN

(8 ORANG)

Keterangan :

: Garis Komando

: Garis Koordinasi

Diagram 3.1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primer

Dalam penerapan MAKP model Primer terdapat beberapa kelebihan dan


kelemahan.
Kelebihan :
1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2. Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan memungkinkan pengembangan diri
3. Pasien merasa diperlakukan sewajarnya karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu
4. Tercapainya pelayanan kesehatan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan proteksi, informasi dan advokasi.
Kelemahan :
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan pengambilan keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, accountable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin
profesi.
1. Job Description Model Keperawatan “Primer”
a. Kepala Ruangan
Seorang perawat professional yang diberi wewenang dan
tanggung jawab dan mengelola kegiatan pelayanan perawatan di
satu ruang rawat.
Tugas Pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan
keperawatan di ruang rawat yang berada diwilayah tanggung
jawabnya
Uraian Tugas
1. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
a. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta
tenaga lain sesuai kebutuhan
b. Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang
diperlukan sesuai kebutuhan
c. Merencanakan dan menetukan jenis kegiatan/asuhan
keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan
pasien
2. Melaksanakan fungsi penggerakkan dan pelaksanaan, meliputi:
a. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan
pelayanan ruang rawat
b. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan
tenaga lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan atau
peraturan yang berlaku
c. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan
baru atau tenaga lain yang akan bekerja diruang rawat
d. Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga
perawatan untuk melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
ketentuan/standar.
e. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara
bekerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam
pelayanan di ruang rawat
f. Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksanaan
perawatan dan tenaga lain yang berada diwilayah tanggung
jawabnya.
g. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang
perawatan antara lain melalui pertemuan ilmiah.
h. Mengenal jenis dan kegunaan barang/peralatan serta
mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar
tercapai pelayanan yang optimal
i. Menyusun permintaan rutin meliputi alat, obat dan bahan
lain yang diperlukan diruang rawat
j. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan
agar selalu dalam keadaan siap pakai
k. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventarisasi
peralatan
l. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan
keluarganya, meliputi penjelasan tentang peraturan rumah
sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada cara
penggunannya serta kegiatan rutin sehari-hari diruangan.
m. Mendampingi dokter selama kunjungan keliling ( visite
dokter) untuk pemeriksaan pasien dan mencatat program
pengobatan, serta menyampaikan kepada staf untuk
melaksanakannya
n. Mengelompokan pasien dan mengatur penempatannya di
ruang rawat menurut tingkat kegawatanya, infeksi dan non
infeksi untuk memudahkan pemberian asuhan keperawatan.
o. Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat
untuk mengetahui keadaanya dan menampung keluhan serta
membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.
p. Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.
q. Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien atau
keluarga dalam batas kewenangan.
r. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan
terlindungi selama pelaksanaan pelayanan perawatan
berlangsung.
s. Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan dan
pelaporan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang
dilakukan secara tepat dan benar untuk tindakan perawatan
selanjutnya
t. Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruang
yang lain, seluruh kepala bidang, kepala bagian , kepala
instalasi dan kepala unit di RS.
u. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik
antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga
memberikan ketenangan.
v. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
w. Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan
makanan berdasarkan macam dan jenis makanan pasien
,kemudian memeriksa dan meneliti ulang saat penyajian
sesuai dengan diitnya.
x. Memelihara buku register dan berkas catatan medic
y. Membuat laporan harian dan bulanan mengenai
pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan , serta kegiatan
lain di ruang rawat
3. Melaksanaan fungsi pengawasan , pengendalian dan penilaian
meputi:
a. Mengasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang
telah di tentukan.
b. Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan di bidang perawatan.
c. Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan
serta obat obatan secara efektif dan efesien.
d. Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan
kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di
ruang rawat.
b. Perawat Primer
Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan
untuk memberikan pelayanan keparawatan secara komprehensif
kepada klien.
Tugas Pokok
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif.
2) Menbuat tujuan dan rencana keperawatan.
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek bila
diperlukan.
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang di
berikan oleh disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
5) Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan .
6) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan
lembaga sosial di masyarakat.
7) Membuatperjanjian klinik.
8) Mangadakan kunjungan rumah bila perlu.
9) Bertanggungjawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah
sakit.
10) Mengikuti timbang trima.
11) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komperhensif.
12) Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
13) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas.
14) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin ilmu maupun perawat lain.
15) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
16) Menerima dan menyesuaikan rencana.
17) Menyiapakan penyuluhan untuk pulang.
18) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan
lembaga sosial di masyarakat.
19) Membuat jadwal perjanjian klinik.
20) Mengadakan kunjungan rumah.
21) Melaksanakan sentralisasi obat.
22) Mendampingi visite
23) Melaksanakan ronde keperawatan bersama dengan kepala
ruangan dan perawat associate
24) Melaporkan perkembangan pasien kepada kepala ruangan.

c. Perawat Assiciate
Seseorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan
untuk memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada klien.
Tugas Pokok
1) Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses
keperawatan dengan sentuhan kasih sayang.
a) Melaksanakan tindakan perawatan yang telah disusun.
b) Mengevaluasi tindakan keperwawatan yang telah diberikan.
c) Mencatat dan melaporkan semua tindakan keperawatan dan
dan respons klien pada catatan perawatan.
2) Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab
a) Pemberian obat.
b) Pemeriksaan laboratorium.
c) Persiapan klien yang akan dioperasi.
3) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, dan
spiritual, dari klien:
a) Memelihara kebersihan klien dan lingkungan.
b) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman
,nyaman dan ketenangan
c) Pendekatan dengan komunikasi terapeutik
4) Mempersiapakan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan perawatan dan pengobatan serta diagnostic
5) Melatih klien untuk menolong dirinya sendirisesuai
kemampuanya.
6) Memberi pertolongan segera pada klien gawat.
a) Membantu kepala ruangan dalam tatalaksanaan ruangan
secara administratif.
b) Menyiapkan data klien baru ,pulng atau meninggal
c) Sensus harian dan fomulir
d) Rujukan atau penyuluhan PKMRS
7) Mengatur dan menyiapkan alat alat yang ada diruangan
8) Menciptakan dan memelihara kebersihan ,keamanan ,kenyamanan
dan keindahan ruangan
9) Melaksanakan tugas dinas pagi /malam /sore secara bergantian.
10) Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan
dengan penyakitnya
11) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan
maupun tertulis
12) Membuat laporan harian
13) Mengikuti timbang trima .
14) Mengikuti kegiatan ronde keperawatan
15) Melaksanakan rencana keperawatan yang dibuat oleh perawat
primer.
16) Berkoordinasi dengan perawat associate yang lain dan perawat
primer.
17) Melakukan evaluasi formatif
18) Pendokumentasian tindakan dan catatan perkembangan pasien
19) Melaporkan segala perubahan yang terjadi atas pasien kepada
perawat primer.

1. M3 (Methode): Penerapan Model


Penanggung jawab : Widya Saraswati Nurida,S.Kep
Waktu : Senin, 15 Januari 2018 (Pukul 07:00 WIB)
Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan praktek manajemen
oleh mahasiswa di ruang Bougenvile mampu menerapkan MAKP Primer
secara optimal.
Rencana strategi :
1) Mendiskusikan bentuk dan penerapan model asuhan keperawatan
professional (MAKP) yang dilaksanakan yaitu model Primer.
2) Mengajukan proposal MAKP dan melaksanakan desiminasi awal
3) Sosialisasi hasil desiminasi
4) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat
5) Melakukan pembagian peran perawat
6) Menentukan deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat
7) Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat
8) Menerapkan model MAKP yang direncanakan.

Kriteria evaluasi :
1) Struktur :
a. Menentukan penanggungjawab MAKP
b. Mendiskusikan bentuk dan penerapan MAKP yaitu Primer.
c. Merencanakan kebutuhan tenaga perawat
d. Melakukan pembagian peran perawat
e. Menentukan diskripsi tugas dan tanggung jawab perawat
f. Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat.
2) Proses :
Menerapkan MAKP :
a. Tahap aplikasi pada tanggal 15 Januari-2 Februari 2017
3) Hasil :
Mahasiswa mampu menerapkan MAKP Primer sesuai dengan job
description.
2. M3 (Methode): Penerimaan Pasien Baru
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima
kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien
baru disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan
medis, dan tata tertib ruangan.
Penerimaan pasien baru diterima oleh perawat ruang Bougenville
yang sedang menjalani shift. Pasien baru bisa datang dari Instalasi Gawat
Darurat (IGD) atau Poli Klinik yang diantar oleh petugas IGD, dengan
membawa status pasien dan lembar persetujuan rawat inap. Dalam
penerimaan pasien baru disampaikan beberapa hal mengenai keadaan
umum pasien, keluhan pasien, obat-obatan yang sudah diberikan, sebelum
menerima pasien, perawat akan mempersiapkan paket perawatan untuk
pasien (misal bed dan linen).
Dalam penerimaan pasien baru perawat memberi tahu pasien dan
keluarga tentang aturan rumah sakit dan ruangan , belum menjelaskan alat-
alat umah sakit yang dapat digunakan serta belum mengorientasikan denah
ruangan secara langsung pada pasien dan keluarga. Sehingga menerima
pasien baru di ruang Bougenville cukup optimal.
Bagan penerimaan pasien baru di Ruang Bougenvile

Pasien Masuk

Instalasi Rawat Jalan Instalasi Rawat Darurat


(UMUM, BPJS) (UMUM, BPJS)

Anamnese
Ruang Perawatan Pemeriksaan
Bougenville Tindakan
Pemeriksaan
Penunjang
Pulang / keluar

Sembuh Dirujuk Meninggal Pindah Ruangan Pulang Paksa

Kasir

Pasien pulang / keluar


a. Kriteria evaluasi
1. Penanggung jawab : Nava Yulis Anita Sari, S.Kep
2. Waktu : Kamis, 25 Januari 2018 (Pukul:09.04 WIB)
3. Tujuan : Setelah dilakukan praktek manajemen
keperawatan, diharapkan semua perawat diruang Bougenvile dan
mahasiswa Stikes ICSADA Bojonegoro mampu melakukan
proses penerimaan pasien baru lebih optimal.
4. Rencana strategi :
a. Menentukan penanggung jawab penerimaan pasien baru.
b. Menentukan materi penerimaan pasien baru dan pemasangan
papan informasi alur penerimaan pasien baru di ruangan.
c. Menentukan klien yang akan dijadikan subjek penerimaan
pasien baru.
d. Menentukan jadwal pelaksanaan penerimaan pasien baru.
e. Melaksanakan Penerimaan pasien baru.
5. Evaluasi
Evaluasi Struktur:
a. Persiapan klien, peralatan, status, kartu dan lingkungan
b. Penyusunan stuktur tim pelaksanaan penerimaan pasien baru.
Evaluasi proses:
a. Penerimaan pasien baru dilakukan pada semua pasien baru.
b. Materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan klien
Evaluasi hasil:
Terdokumentasikannya pelaksanaan penerimaan pasien baru.

3. M3 (Methode): Discharge planning


Perencanaan pelaksanaan discharge planning adalah suatu dokumentasi
untuk menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi pasien yang akan
pulang dan asuhan keperawatan yang dirumah.
b. Tujuan :
Untuk pasien keluarga :
1. Pasien dan keluarga mendapatkan tindakan perencanaan pulang
dengan baik
2. Pasien dan keluarga mendapat pengetahuan perwatan dirumah
tentang : a) rencana untuk kontrol, b) obat yang harus diminum,
c) perawatan luka, d) aktivitas dan e) diet
3. Pasien dan keluarga dapat melakukan perawatan dirumah secara
mandiri
Untuk perawat :
1. Adanya perencanaan dokumentasi dengan benar
2. Terjadinya kerjasama dengan antar tim.
c. Perencanaan pasien pulang
1. Kepala ruangan
Bertanggung jawab penuh terhadap pelayanan keperawatan
diruangan
2. PP: Bertanggung jawab dalam melakukan asuhan keperawatan
pasien sejak masuk sampai pasien pulang berdasarkan diagnosa
keperawatan hasil pengkajian.
3. PA: Ikut membantu dalam melakukan asuhan keperawatan yang
sudah direncanakan oleh PP.
d. Langkah-langkah dalam perencanaan pulang
1. Pra discharge planning
 KARU/PP mengidentifikasi pasien yang direncanakan untuk
pulang
 KARU/PP melakukan identifikasi kebutuhan pasien yang akan
pulang
 KARU/PP membuat perencanaan pasien pulang
 Melakukan kontak waktu dengan pasien dan keluarga
2. Tahap pelaksanaan discharge planning
 Menyiapkan pasien dan keluarga, peralatan, status, kartu dan
lingkungan
 Perawat primer dibantu perawat associate melakukan
pemeriksaan fisik sesuai kondisi klien
 Perawat primer memberikan pendidikan kesehatan yang
diperlukan pasien dan keluarga untuk keperawatan dirumah
tentang : 1) rencana untuk kontrol, 2) obat yang harus diminum
dirumah, 3) aturan diet, 4) aktivitas, 5) yang harus dibawa
pulang, 6) yang perlu dibawa saat kontrol, 7) prosedur kontrol
dan, 8) jadwal pesan khusus
 PP memberi kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya bila belum mengerti
3. Tahap post pelaksanaan discharge planning
 Karu melakukan evaluasi terhadap perencanaan pulang
 Karu memberikan reinforcement reward kepada pasien dan
keluarga jika dapat melakukan dengan benar apa yang sudah
diajarkan dan follow up
e. Kriteria evaluasi
6. Penanggung jawab : Cicik Dwi Yulianti, S.Kep
7. Waktu : Senin, 22 Januarai 2018 (Pukul 10:45)
8. Tujuan : Setelah dilakukan praktek manajemen
keperawatan, diharapkan semua perawat diruang Bougenvile dan
mahasiswa Stikes ICSADA Bojonegoro mampu melakukan
Discharge Planning secara optimal dan terdokumentasi dengan
baik.
9. Rencana strategi :
f. Menentukan penanggung jawab discharge planning
g. Menentukan materi discharge planning
h. Menentukan klien yang akan dijadikan subjek discharge
planning
i. Menentukan
Menyambut jadwal pelaksanaan
kedatangan pasien discharge planning
j. Melaksanakan discharge
Orientasi ruangan, jenisplanning
pasien, peraturan
10. Evaluasi dan denah ruangan
Memperkenalkan
Evaluasi Struktur: pasien pada teman
Pasien sekamar,
c. Persiapan klien,perawat, dokter
peralatan, dan kartu
status, tenagadan lingkungan
kesehatan lain
d. Penyusunan stuktur tim pelaksanaan discharge planning
masuk
Melakukan pengkajian keperawatan
Evaluasi proses:
c. Discharge planning dilaksanakan pada semua pasien pulang
d. Materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan klien
Evaluasi hasil:
a. Terdokumentasikannya pelaksanaan perencanaan pasien
Pemeriksaan klinis dan penunjang yang Perawat
pulang
lain Dokter
b. Pasien dan keluarga
Melakukan dapat mengetahui tentang : Tim
asuhan keperawatan 1) rencana
Pasien selama Penyuluhan kesehatan : penyakit, kesehata
untuk kontrol , 2) obat yang harus diminum dirumah, n3)lain
aturan
dirawat perawatan, pengobatan, diet, aktivitas,
diet,kontrol
4) aktivitas, 5) yang harus dibawa pulang, 6) yang perlu
dibawa, 7) dan prosedur control.

Pasien
keluar
Alur Discharge Planing
Perencanaan pulang

Penyelesaian
administrasi Lain-lain

Program HE :

Pengobatan/ control
Kebutuhan nutrisi
Aktivitas dan istirahat
Perawatan di rumah

Monitoring oleh petugas kesehatan


dan keluarga
4. M3 (Methode): Ronde keperawatan
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan disamping klien, membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan
oleh perawat primer, kepala ruangan, perawat associate serta melibatkan
seluruh anggota tim.
1) Kriteria klien yang dilakukan ronde :
a. Klien dengan penyakit kronis
b. Klien dengan komplikasi
c. Klien dengn penyakit akut
2) Karakteristik :
a. Klien dilibatkan secara langsung
b. Klien merupakan focus kegiatan
c. PA,PP dan konselor melakukan diskusi bersama
d. Konselor memfasilitasi kreatifitas
e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP untuk
meningkatakan kemampuan mengatasi masalah
3) Tujuan :
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis
b. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari maslah klien
c. Meningkatkan kemampuan justifikasi
d. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
e. Meningkatkan kemampuan untuk rencana keperawatan
4) Peran :
1. Katim dan PP
- menjelaskan keadaan dan data demografi klien
Tahap Pra……….................................. PP
- menjelaskan masalah keperawatan utama
- menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan
dilakukan
Penetapan
- menjelaskan tindakan pasien
selanjutnya
- menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
2. Katim dan atau konselor
- Memberikan justifikasi
Persiapan
- Memberikan pasien :
reinforcement
Informend consent intervensi keperawatan
- Menilai kebenaran suatu masalah,
Hasil
serta tindakan yang pengkajian atau
rasional
validasi
- Mengarahkan dan mengoreksidata
- Mengintegrsikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
5) DiAlur
Tahap Pelaksanaan ronde keperawatan
Nurse Penyajian data Apakah diagnosis
Station………………………….. keperawatan ?

Apa data yang mendukung ?

Bagaimana intervensi yang


sudah dilakukan ?

Apa hambatan yang


ditemukan ?

Validasi data

Tahap ronde pada bed klien ……………………………..... Diskusi PP-PP


Konselor, KARU

Lanjutan – Diskusi di nurse


station

Kesimpulan dan
Tahap pasca Ronde …………………………………... rekomendasi solusi masalah
6) Prosedur pelaksanaan ronde keperawatan
1. Persiapan
- Penepatan kasus minimal 1 hari sebelumnya waktu
pelaksanaan ronde
- Pemberian informend consent kepada klien/keluarga
2. Pelaksanaan ronde
- Penjelasan tentang klien oleh PP dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih
prioritas yang perlu didiskusikan
- Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
- Pemberian justifikasi oleh PP atau konselor / kepala
ruangan tentang masalah klien serta rencana tindakan yang
akan dilakukan
- Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah
dan akan ditetapkan
3. Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut
serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
7) Penerapan Role Play ronde keperawatan
1) Penanggung jawab : Sri Ernawati,S. Kep
2) Pelaksanaan : Senin, 29 Januari 2018 Pukul 10:00 WIB
3) Tujuan : Setelah dilakukan praktek manajemen
keperawatan diharapkan di ruang Bougenvile mampu
menerapkan ronde keperwatan secara optimal
4) Rencana strategi
a) Menentukan klien yang akan dijadikan subjek dalam ronde
keperawatan
b) Menentukan strategi ronde keperawatan yang akan
dilakukan
c) Menentukan materi dalam pelaksanaan ronde keperawatan
d) Menyiapkan petunjuk tehniks pelaksanaan ronde
keperawatan
e) Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama kepala
ruangan dan staf keperawatan
5) Kriteria evaluasi
- Struktur
a) Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan
b) Mendapatkan kasus yang akan dirondekan
c) Memberikan informant consent kepada klien dan keluarga
- Proses
a) Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama kepala
ruangan dan staf keperawatan
b) Penjelasan tentang klien oleh PP dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan
intervensi yang telah dilaksanakan tetapi belum mampu
mengatasi masalah pasien
c) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
d) Pemberian masukan solusi tindakan yang lain yang
mampu mengatasi masalah klaen tersebut
- Hasil
a) Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk
menyelesaikan masalah pasien.
b) Hasil diskusi yang disampaikan dapat tindak lanjuti dan
dilaksanakan
5. M3 (Methode): Sentralisasi Obat
Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat merupakan
salah satu peran perawat sehingga perlu dilakukan dalam suatu pola/ alur
yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar dikontrol oleh
perwat sehingga resiko kerugian baik material maupun non material dapat
dieliminir, upaya sistematik meliputi uraian terinci tentang pengelolaan
obat secara ketat oleh perawat diperlukan sebagai bentuk tanggung jawab
perawat dalam menyelenggarakan kegiatan keperawatan. Teknik
pengelolaan obat kontrol penuh (sentralisasi) adalah pengelolaan obat di
mana seluruh obat yang diberikan pada klien diserahkan sepenuhnya pada
perawat.
Pengeluaran dan pembagiaan obat sepenuhnya dilakukan perawat:
1. Penanggung jawab dalam pengelolaan adalah kepala ruangan
diserahkan operasional dapat didelegasikan pada staf yang di tunjuk
(PP).
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
3. Penerimaan obat
a. Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh keluarga
diserahkan kepada perawat dengan menandatangani lembar serah
terima obat
b. Perawat menuliskan nama klien, register, jenis obat, jumlah dan
sediaan serta dosis obat dalam lembar kontrol obat dan diketahui
(tanda tangan) oleh keluarga dalam lembar kontrol obat
c. Klien / keluarga untuk selanjutnya dapat melakukan kontrol
keberadaan obat pada lembar kontrol obat yang ada di sisi klien
(sisi bed klien)
d. Obat yang sudah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat
dalam kotak obat
e. Keluarga dan klien wajib mengetahui letak kotak obat
4. Pembagian obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku
sentralisasi obat dan lembar kontrol obat
b. Obat-obat yang telah diterima disimpan untuk selanjutnya
diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang telah
tercantum dalam buku sentralisasi obat dan lembar kontrol obat
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping kemudian memberi
kode dan tandatangan setelah melakukan pemberian obat
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi oleh kepala
ruangan / petugas yang ditunjuk (PP) dan didokumentasikan dalam
buku sentralisasi dan lembar kontrol obat.
5. Penambahan obat baru
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan rute pemberian obat, maka informasi ini akan
dimasukkan dalam buku sentralisasi obat dan lembar kontrol obat.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu), maka
dokumentasi tetap di catat pada buku sentralisasi obat dan lembar
kontrol obat
6. Obat khusus
a. obat tersebut khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan rute pemberian yang cukup sulit, memiliki
efeksamping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu
tertentu saja
b. pemberian obat khusus tetap dicatat pada buku sentralisasi obat
yang dilaksanakan oleh PP
c. informasi yang diberikan pada klien / keluarga ; nama obat,
kegunaan, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian. Wadah obat sebaiknya diserahkan / ditujukan pada
klien atau keluarga

Alur pelaksanaan sentralisasi obat

DOKTER
PERAWAT
Surat persetujuan
sentralisasi obat Pendekatan
dari perawat perawat
PASIEN / KELUARGA

FARMASI / APOTEK

PASIEN / KELUARGA
Lembar serah
terima obat ,
PP / PERAWAT YANG MENERIMA buku serah
terima

PENGATURAN DAN
PASIEN / KELUARGA
PENGELOLAAN PERAWAT
Keterangan :
: Garis Komando : Garis Koordinasi

1) Persiapan Sentralisasi Obat


a. Penanggung jawab : Defri Pria Wicaksana, S. kep
b. Waktu : Kamis, 25 Januari 2018 (Pukul 10:04 WIB)
c. Tujuan : Setelah dilakukan peraktek manajemen
keperawatan, diharapkan diruang Bougenvile mampu menerapkan
sentralisasi obat secara optimal
d. Rencana strategi :
1. Menentukan penanggung jawab sentralisasi obat
2. Menyusun proposal sentralisasi obat
3. Melaksanakan sentralisasi obat klien bekerja sama dengan perawat,
dokter dan bagian farmasi
4. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan sentralisasi
obat
5. Melaksanakan sentralisasi obat klien bekerja sama dengan perawat
dokter dan bagian farmasi
6. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan sentralisasi
obat
e. Kriteria evaluasi
1) Struktur :
a) Menentukan penanggung jawab sentralisasi obat
b) Menyiapkan sentralisasi obat
2) Proses :
a) Melaksanakan sentralisasi obat klien bersama-sama dengan
perawat, dokter dan bagian farmasi
b) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengolaan sentralisasi
3) Hasil :
a) Klien menerima sistem sentralisasi obat
b) Perawat mampu mengelola obat klien
c) Mutu pelayanan kepada klien terutama dalam pemberian obat
meningkat
d) Dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat baik secara
moral
e) Pengelolaan obat efektif dan efisien

BAB 5
PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Pada bab ini akan diuraikan Model Asuhan Keperawatan Profesional


(MAKP) model primary nursing yang dilaksanakan dalam Praktik Profesi
Manajemen Keperawatan di Ruang Bougenvile RSUD Dr. Soegiri Lamongan
pada tanggal 07 Januari–03 Februari 2018. Pelaksanaan MAKP ditekankan pada
komponen utama yaitu (1) Penerimaan Pasien Baru, (2) Sentralisasi Obat, (3)
Ronde Keperawatan, (4) Timbang Terima, (5) Supervisi, (6) Discharge Planning
(7) Dokumentasi.

5.1 Pengorganisasian

Untuk efektifitas pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional


dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal yang sifatnya umum
kelompok menyusun struktur organisasi sebagai berikut:
Ketua : Faishal Dany Sabri, S.Kep
Wakil Ketua : Defri Pria Wicaksana, S.Kep
Sekretaris : Nava Yulis Anita Sari, S.Kep
Bendahara : Sri Ernawati, S.Kep
Sie Pubdekdok : 1. Agus Budi Mulyono, S.Kep.
2. Fifin Shoikhatun Ni’mah, S.Kep
Sie Konsumsi : 1. Warsikah, S.Kep
2. Fitri Nur Azizah, S.kep
Sie Humas : 1.Cicik Dwi Yulianti, S.kep
2. Widya Saraswati Nurida, S.Kep.
Penanggung Jawab MAKP :Widya Saraswati N, S.Kep.
Penanggung Jawab Timbang Terima : Fitri Nur Azizah, S.kep
Penanggung Jawab Penerimaan Pasien Baru : Nava Yulis Anita S, S.Kep
Penanggung Jawab discharge planning : Cicik Dwi Yulianti, S.kep
Penanggung Jawab supervise :1. Agus Budi M, S.Kep.
2. Warsikah, S.Kep
90

Penanggung Jawab ronde keperawatan : Sri Ernawati, S.Kep


Penanggung Jawab Dokumentasi Keperawatan : Faishal Dany Sabri, S.Kep
Penanggung Jawab Sentralisasi Obat : Defri Pria W, S.Kep
Koordinator Penyuluhan : Fifin Shoikhatun N, S.Kep
Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka diselenggarakan
pengorganisasian dalam pembagian peran sebagai berikut :
1. Kepala Ruangan
2. Perawat Primer
3. Perawat Associate
Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan, setelah pelaksanaan
Model Asuhan Keperawatan Profesional Model Primer di Ruang Bougenvile.

5.2 Model Pemberian Asuhan Keperawatan


5.2.1 Persiapan
Berdasarkan hasil pengkajian, kelompok menerapkan model
asuhan keperawatan (MAKP) Primer. Adapun bagan model asuhan
keperawatan adalah:

TEAM MEDIS DAN KEPALA


SARANA RS
TEAM LAIN RUANGAN
PERAWAT PRIMER PERAWAT PRIMER
PERAWAT PERAWAT
ASSOCIATE (4 ASSOCIATE (3
perawat) perawat)

KLIEN (4 ORANG) KLIEN (3 ORANG)

Keterangan :
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
Diagram 5.1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primer.
5.2.2 Pelaksanaan
Uji coba penerapan model asuhan keperawatan profesional
dilaksanakan pada minggu kedua pada tanggal 15 Januari 2018.
Masing-masing anggota kelompok berperan sebagai Kepala Ruangan,
PP, PA dengan jadwal dinas pagi, sore dan malam.
Pada minggu kedua sampai minggu keempat tanggal 15 – 31
Januari 2018 kelompok dibagi menjadi 3 shift (pagi, sore, malam)
dengan peran yang terjadwal sebagai Kepala Ruangan, Perawat
Primer, Perawat Associate. (Jadwal peran dan jadwal dinas terlampir).
Pada minggu ke empat tanggal 01- 03 Januari 2018 pelaksanaan
MAKP terbatas hanya pada shift pagi karena ada persiapan dan
seminar desiminasi akhir.
5.2.3 Hambatan dan Dukungan
Pada minggu awal pelaksanaan model asuhan keperawatan
profesional (MAKP) Primer di Ruang Bougenvile RSUD Dr. Soegiri
Lamongan ditemukan beberapa hambatan, antara lain:
a. Tingkat adaptasi mahasiswa terhadap peran bervariasi.
b. Peran mahasiswa masih belum optimal dan masih terbatas karena
praktek managemen ini merupakan praktek yang pertama.
Namun hambatan tersebut dapat diminimalkan oleh kerjasama
antar anggota dalam kelompok dengan bantuan kepala ruangan
(pembimbing klinik), perawat ruangan dan supervisor. Ruangan
memberi kesempatan dan dukungan kepada mahasiswa praktikan
managemen dalam mengaplikasikan peran pada penerapan model
asuhan keperawatan profesional (MAKP) primer.
5.3 Penerimaan Pasien Baru
5.3.1 Persiapan
1. KARU menerima telfon dari IGD atau Poli rawat
jalan.
2. KARU memberitahu PP bahwa akan ada pasien
baru dan meminta PP menyiapkan dokumen penerimaan pasien
baru serta kamar rawat untuk pasien.
3. PP menyiapkan hal-hal yang diperlukan dalam
penerimaan pasien baru, diantaranya lembar pasien masuk RS,
lembar pengkajian, lembar informed consent, status pasien,
nursing kit, lembar tata-tertib pasien, lembar kepuasan pasien. PP
meminta bantuan PA untuk mempersiapkan tempat tidur pasien
baru.
4. PA memberitahu PP bahwa tempat tidur pasien
sudah siap, kemudian PP mengecek langsung ke tempat tidur
pasien yang sudah disiapkan.
5. KARU menanyakan kembali pada PP tentang
kelengkapan untuk penerimaan pasien baru dan memeriksa
kelengkapan dokumen yang telah disiapkan.
6. PP menyebutkan hal-hal yang telah dipersiapkan.
5.3.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan Penerimaan pasien baru di mulai tanggal 22-31
Januari 2018, dan Role play pasien baru dilaksanakan pada hari sabtu
tanggal 25 Januari 2018 pukul 09.00 WIB, dilakukan pada klien Tn. F
dengan diagnosa medis BPH (Benign Prostatic Hyperplasia). Pasien
datang dari poli urologi langsung diantar oleh PA ke kamar rawat yang
sudah disiapkan. PP mengisi lembar pasien masuk serta menjelaskan
mengenai beberapa hal yang tercantum dalam lembar penerimaan
pasien baru dan melakukan timbang terima transfer pasien dengan
perawat poli urologi. Karu dan PP mendatangi pasien dan keluarga
dengan memberi salam serta memperkenalkan diri, KARU, PP, dan
PA pada klien/keluarga. KARU menyerahkan tugas penerimaan pasien
baru kepada PP kemudian PP memberikan penjelasan tentang identitas
perawat yang bertanggung jawab, tentang penyakit yang diderita ,
tindakan-tindakan yang akan diberikan, dokter penanggung jawab dan
tenaga non keperawatan (ahli gizi dan farmasi), fasilitas yang ada di
ruang Bougenvile, tata tertib rumah sakit, dan tata tertib penunggu di
ruang Bougenvile, serta mengorientasikan pasien pada
ruangan/lingkungan rumah sakit. PP dibantu PA untuk melakukan
pengkajian keperawatan dan pemeriksaan fisik pada klien. PP
menanyakan kembali pada pasien dan keluarga mengenai hal-hal yang
belum dimengerti. PP pasien dan keluarga menandatangani lembar
penerimaan pasien baru. Karu, PP dan PA kembali ke Nurse Station
kemudian KARU memberikan reward kepada PP dan PA.
5.3.3 Hambatan dan Dukungan
Hambatan dari mahasiswa dalam penerimaan pasien baru adalah
lupa memberikan salam dan memperkenalkan diri ketika menerima
pasien baru. Kegiatan yang dilakukan PA ketika memeriksa pasien
baru harus di ajak berbincang-bincang karena yang ditangani adalah
pasien, dan tugas KARU mengecek form apa saja yang di persiapkan
ketika ada pasien baru. Tugas PP seharusnya memperkenalkan pasien
baru itu dengan pasien yang lain atau sebelah bed-nya. Fokus
penerimaan pasien baru tidak melenceng dari pembahasan
(sentralisasi obat). Perawat juga harus menguasai pelaksaanan
penerimaan pasien baru ketika meminta penandatanganan lembar
penerimaan pasien baru yang telah disediakan tidak perlu di bed
pasien hanya di nurse station saja.
Dukungan dari ruangan bagi mahasiswa dalam penerimaan pasien
baru adalah ruangan mendukung dan mengikuti penerimaan pasien
baru saat mahasiswa melakukan kegiatan penerimaan pasien baru.
Bahkan dukungan dari ruangan sangat tampak dengan pembimbing
klinik dan supervisor memberikan arahan dalam pelaksanaan
penerimaan pasien baru.
Hambatan dari ruangan dalam penerimaan pasien baru adalah
tidak adanya pasien baru saat role play dilaksanakan sehingga kita
memakai probandus mahasiswa sendiri.

5.4 Sentralisasi Obat


5.4.1 Persiapan
Persiapan yang dilakukan dalam sentralisasi obat:
1. Menyiapkan sarana sentralisasi obat: format inform consent
sentralisasi obat, format pemberian obat, lembar serah terima obat,
lemari obat.
2. Mengadakan pendekatan dengan keluarga tentang pelaksanaan
sentralisasi obat dan meminta persetujuan dalam inform consent
5.4.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan sentralisasi obat di mulai tanggal 25 Januari 2018
sampai tanggal 03 Januari 2018, dan Role play sentralisasi obat
dilaksanakan pada hari kamis tanggal 25 Januari 2018 pukul 10.30
WIB, dilakukan pada Tn. “F” dengan diagnose medis BPH.
Sentralisasi obat dilaksanakan oleh PP setelah diberi informasi oleh
kepala ruangan. Pasien disambut oleh KARU, PP, dan PA.Pasien baru
diberi penjelasan tentang pengertian, tujuan, alur, serta prosedur
sentralisasi obat diruangan. Setelah pasien dan keluarga diberikan
penjelasan dan telah menyetujui, pasien dan keluarga diminta untuk
menandatangani inform consent untuk dilakukan sentralisasi obat.
Kemudian setelah keluarga pasien mengambil obat dari Farmasi, obat
diserahkan keluarga ke nurse station. PP memberitahukan tempat
obatnya, kemudian PA menjelaskan jenis obat yang sudah didapat
serta efek sampingnya dan waktu pemberian obat pada pasien. PP dan
keluarga pasien meminta tanda tangan serah terima obat pasien.
5.4.3 Hambatan dan Dukungan
Hambatan dari ruangan Bougenvile RSUD Dr. Soegiri Lamongan
pelaksanaan sentralisasi obat dari ruangan memakai sistem ODD
modifikasi karena tidak ada petugas asisten apoteker yang bekerja
pada shift malam, sehingga pemberian obat malam atau pagi dan pada
format daftar pemberian obat tidak semuanya bisa ditanda tangani
pasien atau keluarga. Pada obat yang diberikan pada saat dinas malam,
karena pasien atau keluarga sudah tidur.
Hambatan dalam proses sentralisasi obat yaitu karena adanya
kebijakan dari Rumah Sakit dimana obat oral tidak boleh disimpan
oleh perawat,tetapi harus dikasihkan ke pasien atau disimpan oleh
pasien dan keluarga pasien sendiri, namun agar sistem sentralisasi
obat tetap terlaksana, kelompok mencoba mengaplikasikan dengan
cara, meskipun obat itu tidak disimpan oleh perawat, kelompok
mengingatkan pasien waktu minum obat dan memperhatikan proses
minum obat dengan cara mendatangi kekamar rawat pasien. Hal
tersebut memang kurang begitu efektif jika dinilai dari segi
kepraktisan waktu, namun cara tesebut dapat digunakan sebagai solusi
terbaik untuk mengurangi kekeliruan konsumsi obat pada pasien.
Dukungan dari ruangan dalam sentralisasi obat adalah kerja sama
antara kelompok dan keluarga pasien, perawat berjalan dengan cukup
baik karena adanya tempat persediaan obat untuk per-shiftnya dan
keluarga selalu menyerahkan obat yang telah diresepkan ke pihak
perawat.

5.5 Ronde Keperawatan


5.5.1 Persiapan
1. Menentukan kasus dan topic
2. Menentukan tim ronde
3. Menentukan literature
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan pasien
6. Diskusi pelaksanaan
5.5.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan role play ronde keperawatan dilakukan pada hari
senin tanggal 29 Januari 2018 dengan pasien Ny. R dengan diagnosa
medis Diabetes Melitus dan Gangren Pedis Dextra. Kegiatan ini
terdapat 3 langkah yang pertama adalah Pra-ronde yang meliputi
menentukan kasus dan topik, menentukan tim ronde, menentukan
literatur, membuat proposal, mempersiapkan pasien, diskusi
pelaksanaan. Langkah yang kedua pelaksanaan ronde diantaranya
penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan
dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu
didiskusikan, diskusi antara anggota tim tentang kasus tersebut,
pemberian justifikasi oleh perawat primer, perawat konselor, kepala
ruangan, farmasi, ahli gizi, dan dokter tentang masalah pasien serta
rencana tindakan yang akan dilakukan. Langkah yang terakhir adalah
pasca-ronde yaitu evaluasi, revisi dan perbaikan, kesimpulan dan
rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi keperawatan
selanjutnya.
5.5.3 Hambatan dan Dukungan
Hambatan dari mahasiswa dalam pelaksanaan ronde keperawatan
saat dilakukan oleh kelompok belum maksimal karena penentuan
kasus dan topik yang berubah-ubah sebanyak 3 kali pindah pasien,
saat pelaksanaan tidak ada validasi data ke pasien setelah PP
menyampaikan asuhan keperawatan Ny. R. Kemudian, susunan
laporan yang kurang sistematis dalam pencatatan follow up pasien
mulai dari catatan perkembangan, hasil lab, terapi, dan diit ang
diberikan yang membuat laporan kasus kurang praktis untuk
dipahami. Selain itu, prioritas masalah keperawatan yang kurang
sesuai dengan data fokus pada analisa data. PP dan PA dalam
menuliskan proposal askep untuk ronde keperawatan masih kurang
karena tindakan keperawatan belum dicantumkan secara jelas
seharusnya ditulis setiap pergantian shift agar tahu perkembangan
pasien.
Dukungan dari ruangan adalah ruangan mengikuti ronde
keperawatan saat mahasiswa melakukan kegiatan ronde keperawatan.
Bahkan dukungan dari ruangan sangat tampak dengan pembimbing
klinik dan supervisor memberikan arahan dalam pelaksanaan ronde
keperawatan.

5.6 Timbang Terima


5.6.1 Persiapan
Persiapan timbang terima mulai dilaksanakan pada minggu kedua.
Persiapan yang dilakukan antara lain:
a. Membentuk penanggung jawab dari pelaksanaan timbang terima
keperawatan.
b. Menyusun format atau buku timbang terima keperawatan serta
petunjuk teknis pengisiannya.
c. Menyiapkan kasus kelolaan yang akan dilakukan timbang terima
keperawatan
d. Menyiapkan pelaksanaan timbang terima.
5.6.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan timbang terima dilaksanakan pada tanggal 15 sampai
31 Januari 2018. Dilakukan pada pergantian shift pagi dan sore pada
jam 14.00 WIB, sore dan malam pada jam 21.00 WIB, serta shift
malam dan pagi pada jam 07.00 WIB. pelaksanaan role play timbang
terima dilakukan pada hari senin tanggal 15 Januari 2018 jam 13.00
WIB antara PA pagi dengan Perawat Primer siang yang diikuti
perawat pelaksana dan kepala ruangan dengan jumlah pasien kelolaan
7 orang. Untuk mendapatkan persepsi yang sama dan peningkatan
keterampilan, pengetahuan dan sikap mengenai pelaksanaan timbang
terima yang benar, kelompok telah mempraktikkan timbang terima
setiap pergantian shift jaga yang dibimbing dan diarahkan oleh
pembimbing klinik. Adapun alur pelaksanaannya dimulai pada nurse
station dimana PP atau PA yang bertugas shift itu menyampaikan
identitas, diagnosa, masalah keperawatan pasien, data
subjektif/obyektif, intervensi yang sudah dilaksanakan dan intervensi
yang belum/akan dilaksanakan serta pesan khusus/hal-hal penting,
setelah itu timbang terima dilanjutkan ke bed pasien untuk validasi
dimana waktu untuk timbang terima setiap pasien tidak lebih dari 5
menit. Kemudian kembali ke nurse station untuk klarifikasi dan
merencenakan tidakan keperawatan apa yang selanjutnya akan
diberikan dan akhirnya penandatanganan timbang terima oleh PP antar
shift dan karu pada dinas pagi dan sore diikuti penyerahan buku
laporan.
5.6.3 Hambatan dan Dukungan
Selama pelaksanaan timbang terima terdapat beberapa hambatan
antara lain dari ruangan didapatkan hambatan timbang terima yang
hanya merujuk pada tindakan kolaborasi dan tidak membahas masalah
keperawatan secara lengkap, selain itu sarana prasarana timbang
terima belum optimal karena dalam melakukan timbang terima belum
mengaplikasikan pengoperan dengan menggunakan buku status pasien
saat dinurse station namun hanya menggunakan buku timbang terima.
Ruangan mendukung dan mengikuti timbang terima saat
mahasiswa melakukan kegiatan timbang terima keperawatan. Bahkan
dukungan dari ruangan sangat tampak dibuktikan dengan pemberian
arahan serta contoh setiap harinya baik oleh Karu bersama dengan
perawat ruangan dalam pelaksanaan timbang terima pada pasien.

5.7 Supervisi
5.7.1 Persiapan
Persiapan supervisi keperawatan meliputi konsep supervisi,
materi supervisi dan administrasi penunjang yang meliputi instrumen
supervisi lengkap dengan parameter penilaian, laporan kegiatan
supervise, serta pendokumentasian hasil supervisi.
Pada tahap ini kelompok mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Menetapkan kegiatan perawatan luka bersih post op debridement.
b. Menetapkan pasien, lokasi dan waktu untuk pelaksanaan supervisi
rawat luka.
5.7.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan Role Play supervisi keperawatan dilaksanakan
Jumat, 26 Januari 2018 jam 09.00 WIB. Kegiatan ini dihadiri oleh
seluruh aggota kelompok dan di dampingi pembimbing klinik, dan
supervisor.
Adapun alur pelaksanaannya dimulai dari kepala ruang
memberitahukan informasi kepada PP bahwa akan diadakan Supervisi
tentang rawat luka. Kemudian PP memberikan informasi kepada PA
yang lain terkait supervisi menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan
untuk tindakan supervisi rawat luka. PP dan PA melakukan tindakan
keperawatan. KARU melakukan supervisi ke ruangan. KARU
memanggil PP dan PA ke nurse station. KARU melakukan evaluasi
tindakan yang sudah dilakukan oleh PP dan PA dengan tiga tahapan
pembinaan yaitu :fair, feed back, dan follow up.
5.7.3 Hambatan dan Dukungan
Dalam role play supervisi ini kelompok mengalami hambatan
yaitu PA lupa melakukan cuci tangan sebelum dan setelah melakukan
tindakan dari pasien, padahal pada SOP seharusnya cuci tangan
dilakukan sebelum dan sesudah tindakan pada pasien serta kurang
sigap dalam asistensi PP. PP dan PA kurang menjaga prinsip steril
selama proses perawatan, dan tidak mengkaji fase penyembuhan luka,
serta tidak menanyakan perasaan pasien setelah dilakukan perawatan
luka. PP dan PA tidak memperkenalkan diri ke pasien hanya
memastikan nama pasien dengan pertanyaan tertutup. Selama proses
supervisi KARU tidak harus membawa lembar evaluasi. Lembar
evaluasi di isi saat di nurse station atau ruang kepala ruang.
Dukungan pembimbing klinik, dan supervisor selama kegiatan
supervisi sangat baik dengan memberikan saran dan masukan untuk
kegiatan supervisi.

5.8 Discharge Planning


5.8.1 Persiapan
Persiapan yang dilakukan antara lain:
a. Menyiapkan kasus kelolaan yang akan dilakukan discharge
planning.
b. Menyiapkan proposal discharge planning, resume keperawatan,
kartu discharge planning, lembar discharge planning, serta leaflet.
c. Mengadakan pendekatan dengan pasien dan keluarga mengenai
rencana pelaksanaan discharge planning.
5.8.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan role play discharge planning yang didampingi oleh
pembimbing klinik, supervisor dan dilaksanakan pada hari Senin , 22
Januari 2018 pukul 09.00 WIB. Discharge planning diberikan kepada
keluarga Ny. S dengan diagnosa post op Fraktur Ulnaris sinistra.
Pasien dievaluasi dan dibekali informasi tentang, aktifitas dan
istirahat, mobilisasi, jadwal, dan tempat kontrol, diet pasien selama
dirumah. Kemudian keluarga dan PP menandatangani format
discharge planning sebagai bukti telah mendapatkan discharge
planning dari perawat. Pada akhirnya kegiatan discharge planning
berjalan sesuai dengan alur dan mekanisme yang telah disusun serta
semua anggota kelompok dapat berperan sesuai dengan peran masing-
masing.
5.8.3 Hambatan dan Dukungan
Dalam pelaksanaan kegiatan discharge planning kelompok
mendapatkan hambatan yaitu terkadang mahasiswa sendiri tidak
terlalu paham dengan penyakit penyakit tertentu, sehingga membuat
jalannya Discharge planning tidak bisa mendapatkan hasil yang
optimal.
Koordinasi yang baik antara anggota kelompok dan pasien beserta
keluarga yang sangat kooperatif. Pembimbing klinik, pembimbing
akademik dan supervisor memberikan dukungan penuh pada
kelompok untuk melaksanakan discharge planning pada pasien yang
akan pulang.

5.9 Dokumentsi Asuhan Keperawatan


5.9.1 Persiapan
Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan sejak awal
pelaksanaan MAKP dengan mempersiapkan kelengkapan format
asuhan keperawatan yang terdiri dari format penerimaan pasien baru,
general inform consent, transfer pasien, format pengkajian dengan
pendekatan Review of System dan catatan keperawatan dengan model
PIE (Problem, Intervensi, Evaluasi per shift), format observasi TTV,
format timbang terima, format catatan perkemangan, lembar
discharge planning, informed concent sentralisasi obat, format serah
terima obat serta format kontrol pemakaian obat.
5.9.2 Pelaksanaan
Format pengkajian pada praktik manajemen keperawatan di
Ruang Bougenvile RSUD Dr. Soegiri Lamongan menggunakan
pendekatan Review of System dan dokumentasi catatan keperawatan
dengan menggunakan model PIE. Proses pelaksanaan dokumentasi
pada pengkajian, perencanaan dan pengisian catatan keperawatan,
format timbang terima dilakukan oleh PP sedangkan pelaksanaan
tindakan keperawatan, pengisian lembar observasi klien, lembar
kontrol obat dilakukan oleh PP.
Apabila PP mempunyai kesibukan dan sedang melaksanakan
tugas yang lain, pengisian catatan keperawatan dapat didelegasikan
kepada PA dengan pemantauan dari PP. Kelompok menerapkan sistem
pendokumentasian PIE dengan pertimbangan format ini tepat
digunakan untuk model pemberian asuhan keperawatan profesional
(MAKP) Primer pada pasien, PP dapat melaksanakan dan mencatat
pengkajian waktu klien masuk dan dilakukan evaluasi setiap shift. PA
melaksanakan tindakan sesuai yang didelegasikan PP.
5.9.3 Hambatan dan Dukungan
Hambatan yang dialami dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut:
1. Pengisian pendokumentasian belum dilaksanakan secara lengkap
pada saat minggu kedua sampai minggu keempat sudah dilakukan
dokumentasi untuk tiap shift.
2. Terjadi perubahan advis dokter dalam sehari sesuai divisi masing-
masing
3. Kurangnya pemahaman anggota kelompok terhadap cara pengisian
format pada awal pelaksanaan manajemen
4. Tidak adanya petunjuk teknis pengisian format dokumentasi
keperawatan.
5. Belum adanya penerapan lembar asuhan keperawatan yang selama
ini digunakan belum sesuai dengan MAKP.
Dukungan dari kepala ruangan dan tenaga keperawatan ruangan
memberikan dukungan terhadap pelaksanaan praktik profesi
managemen keperawatan dengan memberikan masukan dan saran
tentang dokumentasi keperawatan.

5.10 Evaluasi
5.11.1 Penataan Ketenagaan Keperawatan
a. Evaluasi struktur penataan ketenagaan Keperawatan:
Dalam penataan ketenagakerjaan kelompok mempersiapkan format
yang diisi oleh kepala ruangan yang berisi tentang jumlah pasien
hari ini (Bed Occupation Rate/BOR) dan tingkat ketergantungan
pasien dengan mempertimbangkan konsep pembagian pasien pada
MAKP Primer dengan jumlah kelolaan 7 bad pasien.
b. Evaluasi proses Penataan ketenagaan keperawatan:
Pada awal pelaksanaan penataan ketenagaan keperawatan
kelompok mengalami beberapa hambatan terutama dalam alokasi
ketenagaan berdasarkan perhitungan tingkat ketergantungan pasien
dan kebutuhan perawat menurut Douglas yang disesuaikan dengan
MAKP.
c. Evaluasi Hasil Penataan Ketenagakerjaan Keperawatan
Kebutuhan tenaga perawat rata-rata perhari selama pelaksanaa
praktik manajemen keperawatan dapat terpenuhi sesuai tingkat
ketergantungan pasien. Pemenuhan kebutuhan pasien terpenuhi
dan pasien menyatakan puas dengan pelayanan yang ada, dan
beban kerja perawat tidak terlalu tinggi karena ada tenaga yang
membantu.

5.11.2 Penataan Sarana dan Prasarana


a. Evaluasi Penataan Ruangan:
Pada saat praktik manajemen mahasiswa STIKES Icsada
Bojonegoro mempunyai Ners station sendiri di dekat ruang pasien
kelolan, sehingga lebih optimal dalam memberikan pelayanan dan
asuhan keperawatan dalam menunjang praktek manajemen. Dalam
praktek manajemen kita mempunyai tempat untuk sentralisasi obat
yang diletakkan di ruang manajemen, sehingga kita dapat
melakukan penyimpanan dan pengawasan obat.
b. Evaluasi Sarana Prasarana:
Sarana prasarana praktek manajemen STIKes ICsada Bojonegoro
diruang cukup memadahi, diantaranya : adanya 1 meja dan 3 kursi,
stuktur organisasi, alur penerimaan pasien baru, file – file
dokumentasi keperawatan yang ditata rapi setiap file di rak yang
sudah tersedia, terdapat buku laporan harian pasien, buku ttv dan
diit, dan file untuk rekam medis pasien. Untuk sentralisasi obat ada
rak khusus untuk sentralisasi cairan, obat injeksi, spuit, aboket, dan
blood set ataupun infus set.
c. Evaluasi Proses:
Dalam pelaksanaan MAKP seperti penerimaan pasien baru,
timbang terima, ronde keperawatan, dischart planning, dan
Sentralisasi Obat serta supervisi. dilakukan pada minggu kedua
masih ikut di nurse station ruang Bouegnvile. Pada minggu ketiga
pelaksanaan MAKP mulai diterapkan pada nurse station sendiri
dan kamar pasien sesuai dengan proposal yang sudah dibuat.

5.11.3 Evaluasi struktur pengorganisasian


Dalam pelaksanaan pengorganisasian pada pasien kelolaan kelompok
di Ruang Bougenvile RSUD Dr. Soegiri Lamongan berjalan sesuai
fungsi pada setiap pergantian shift. Selain itu, tim telah membuat
sarana dan prasarana untuk penerapan MAKP yakni: struktur
organisasi kelompok, ganchart, jadwal dinas, daftar peran, tempat
sentralisasi obat, tempat pendokumentasian keperawatan, serta format
dokumentasi keperawatan. Dalam setiap kegiatan telah ditentukan
penanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan tersebut mulai dari
tahap persiapan, pelaksanaan serta melaksanaan evaluasi atas kegiatan
tersebut.

5.11.4 Evaluasi proses pengorganisasian


Pada pelaksanaan pengorganisasian, setiap hari ada kepala
ruangan memimpin timbang terima yang dilaksanakan pergantian
shift yaitu malam ke pagi dan pagi ke sore serta sore kemalam. PP
pagi menyampaikan timbang terima pada PA berikutnya. PA
melaksanakan tugas sesuai dengan yang telah diprogamkan PP.
Penataan pengorganisasian, kelompok tidak mengalami hambatan
yang berarti karena sesuai dengan acuan yang telah ada.
Dalam pelaksanaan MAKP seperti penerimaan pasien baru,
timbang terima, ronde keperawatan, dischart planning, dan
Sentralisasi Obat serta supervise, dilakukan pada minggu kedua masih
ikut di nurse station ruang Bouegnvile. Pada minggu ketiga
pelaksanaan MAKP mulai diterapkan pada nurse station sendiri dan
kamar pasien sesuai dengan proposal yang sudah dibuat.

5.11.5 Evaluasi hasil pengorganisasian


Pengorganisasian ini terdiri dari satu orang kepala ruangan, dua
orang PP, 5 orang PA dan dua orang libur tiap hari. Setiap shift pagi
ada kepala ruang, 1 PP dan 1-2 PA, pada shift sore ada 1 PP dan 2 PA,
dan pada shift malam ada 2 PA.
Perawat menggunakan asuhan keperawatan perawat primer yang
dikutip dari Nursalam (2016). Sedangkan sistem perawatan pasien di
minggu kedua dibagi menjadi 2, yakni: PP 1 dan 4 PA nya mengelola
kamar 6A, 6B, 7A, dan 7B; sedangkan PP 2 mengelola 8A, 8B, dan
ESWL 3. Dan minggu ketiga dibagi 1 pasien 1 perawat, agar
perawatan dapat fokus perindividu.
5.11.6 Evaluasi strategi pelaksanaan
Tabel 5.1 Evaluasi Strategi Pelaksanaan
No. Masalah Tujuan Pelaksanaan Evaluasi
1. Penerimaan Tidak terjadi salah Penerimaan pasien baru Evaluasi proses :
pasien baru paham antara dilaksanakan pada tanggal
1. KARU, PP, PA jangan lupa memberikan salam dan
perawat dan 25Januari 2018, pada minggu
memperkenalkan diri ketika menerima pasien baru.
keluarga pasien kedua sampai keempat 2. Kegiatan dipersiapkan dengan sangat baik dan matang.
tentang pelayanan dilaksanakan pada setiap shift, 3. PA ketika memeriksa pasien baru harus di ajak berbincang-

dan tata tertib yaitu shift pagi, sore dan malam bincang karena yang ditangani adalah pasien.
4. Seharusnya KARU mengecek form apa saja yang di persiapkan
ruangan. dilakukan oleh perawat primer.
ketika ada pasien baru.
Penerimaan pasien baru 5. PP seharusnya memperkenalkan pasien baru itu dengan pasien
dilaksanakan pada pasien yang lain atau sebelah bed-nya.
kelolaan yaitu Ruang 6, 7, 8 dan 6. Fokus penerimaan pasien baru tidak melenceng dari

ESWL 3. pembahasan (sentralisasi obat).


7. Perawat juga harus menguasai pelaksaanan penerimaan pasien
baru ketika meminta penandatanganan lembar penerimaan
pasien baru yang telah disediakan tidak perlu di bed pasien
hanya di nurse station saja.
Evaluasi hasil

a) Kegiatan dihadiri undangan 1 orang Preceptor Klinik dan 1


orang Preceptor Akademik serta 1 orang supervisor.
b) Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis,
serta tata tertib ruangan
c) Pasien sudah mendatangani lembar penerimaan pasien baru
d) Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa
tercapai
e) Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas
masing - masing
f) Hasil penerimaan pasien baru didokumentasi dengan benar
g) Acara dimulai dengan waktu yang ditentukan
2. Sentralisasi 1. Optimalnya Sentralisasi obat dilaksanakan Evaluasi hasil :
pelaksanaa
obat tanggal 25Januari 2018. Pada
sentralisasi obat. 1. Kegiatan dihadiri oleh 1 orang perceptor klinik dan 1 orang
2. Adanya format minggu ketiga sampai minggu
persetujuan perceptor klinik dan 1 orang supervisor.
keempat praktik manajemen 2. Informed consent sentralisasi obat sudah ada sesuai standart
senralisasi obat
bagi pasien. keperawatan, sentralisasi obat 3. Klien mengetahui tentang sentralisasi obat dan setuju untuk
3. Alat-alat dilakukan sentralisasi obat.
dilaksanakan pada setiap shift,
kesehatan 4. Perawat primer mendokumentasikan sentralisasi obat.
tercukupi. yaitu shift pagi, sore dan malam 5. Perawat primer mendokumentasikan resep dari dokter pada
4. teknik
hari dilakukan oleh perawat lembar serah terima obat dan alat kesehatan.
sentralisasi obat
jelas asosiate. Sentralisasi obat 6. Perawat associete memberikan obat sesuai prinsip pemberian

dilaksanakan pada pasien obat.


7. Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas
kelolaan kelompok yaitu Ruang
masing-masing.
6,7,8, dan ESWL 3. 8. Kegiatanberjalandenganlancar dan tujuanmahasiswatercapai
9. Acara di mulaisesuaidenganwaktu yang ditentukan.
3. Ronde Untuk mengatasi Kegiatan role play ronde Evaluasi Proses :
Keperawatan masalah keperawatan dilaksanakan pada
Dalam ronde keperawatan menjelaskan tentang masalah
keperawatan yang hari Senin, 29Januari 2018 jam
keperawatan yang terjadi pada klien, intervensi yang telah dilakukan
belum teratasi. 10.00 WIB
dengan rinci, dan telah dijelaskan intervensi yang dilakukan belum
mampu mengatasi masalah klien. Diskusi berjalan lancar yang
dipimpin oleh kepala ruangan yang diperankan oleh mahasiswa.
Tanya jawab terjadi antara perawat primer, perawat associate, dan
ahli gizi. Masukan dari ahli gizi, menghasilkan intervensi tambahan
untuk mengatasi masalah klien. Intervensi didelegasikan oleh kepala
ruangan kepada perawat primer dan perawat associate yang
bertanggung jawab terhadap klien. Ronde keperawatan sudah
dilakukan namun belum optimal, untuk Ronde keperawatan di
Ruang Bougenvile sendiri sudah pernah dilaksanakan.

Evaluasi Hasil :

1. Pemberian nutrisi Susu tipe DM Nefropati melalui NGT 6 x


100 cc per hari.
2. Pemberian insulin dengan metode RCI dan cek GDA.
3. Observasi TTV, GCS dan K/U pasien.
4. Observasi balance cairan dan pemberian terapi intravena.
4. Timbang Mengkomunikasikan Pelaksanaan roleplay timbang Evaluasi hasil
terima keadaan pasien dan terima dilaksanakan pada hari
Role play, kegiatan dihadiri oleh Pembimbing klinik 1 orang dan
menyampaikan Senin, 22 Januari 2018.
Pembimbing Akademik sebanyak 1 orang, Supervisor sebanyak 1
informasi yang
orang dan 10 mahasiswa praktikan manajemen.
penting dalam atau
tiap shift. 1. Kepala ruangan terlihat masih canggung.
2. Peran pemain role play masih terlihat kaku semua data dan
kondisi pasien kelolaan dipaparkan semua padahal seharusnya
yang dipaparkan adalah tindakan yang penting dan yang
belum dilakukan.
3. Peran KARU sudah bagus tetapi masih kurang karena belum
memberikan reward kepada kinerja PP dan PA.
4. Lembar Observasi harus didokumentasikan dengan jelas dan
akurat.
5. Pada lembar observasi harus diganti setiap hari dan diprogram
6. Setting tempat kurang diperhatikan sehingga PP dan PA
kurang komunikasi.
5. Supervisi 1. Tercipta nya Kegiatan role play supervisi Evaluasi hasil
program kerja keperawatan dilaksanakan pada
dan uraian yang hari Jumat, 26Januari 2018 jam Supervisi dapat terlaksana sesuai tujuan dan lancar dengan
jelas sesuai 09.00 WIB tambahan refisi pada pelaksanaannya. KARU, PP dan PA berperan
standart yang dengan baik sesuai dengan tugas masing-masing. KARU tidak lupa
telah di tetapkan. memberika reward dan saran kepada PA setelah dilakukan supervisi.
2. Tersedia nya
format supervisi
yang baku di
ruangan sesuai
standart
keperawatan
untuk setiap
tindakan.
6. Discharge Terlaksana nya Role Play discharge planning Evaluasi Proses :
planning rencana pulang dilaksanakan pada hari Senin,
Discharge planningdilakukan pada klien Ny. S dengan diagnose
sesuai dengan tanggal 22 Januari 2018 pukul
medis FrakturUlnaris. Discharge planning dilaksanakan oleh PP
standart kemampuan 13.30 WIB
setelah diberi informasi oleh kepala ruangan. Karu menanyakan
perawat
kesiapan discharge planning pada PP dan PA. Pasien baru diberi
meningkatkan dalam
penjelasan tentang pendidikan kesehatan tentang, tanggal dan
memberikan
tempat kontrol, diit khusus (mereview kembali pointnya), obat yang
pendidikan
kesehatan (rencana di minum selama di rumah, aktivitas dan istirahat selama di rumah,
pulang) saat pasien latihan mobilisasi (di demonstrasikan) evaluasi atau
akan pulang redemonstrasikan. PP dan PA memberi tambahan informasi jika
pasien pulang akan diberi kartu discharge planning.

Setelah pasien dan keluarga diberikan penjelasan dan telah


menyetujui, pasien dan keluarga diminta untuk menandatangani
informed consent untuk dilakukan discharge planning.

Evaluasi hasil :

Kegiatan dihadiri undangan 1 orang preceptor klinik, dan 1


supervisor

1. Selama kegiatan masing–masing mahasiswa bekerja sesuai


dengan tugasnya.
2. Format discharge planning, Resume keperawatan, Leaflet sesuai
kasus (Fraktur berulang discarge planning sesuai standar)
3. Klien mengetahui tentang discharge planning dan setuju untuk
dilakukan discharge planning.
h) Perawat primer mendokumentasikan discharge planning.
i) Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas
masing-masing.
j) Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa
tercapai
k) Acara di mulai sesuai dengan waktu yang ditentukan.
7. Dokumentasi Untuk Pelaksanaan dokumentasian di Evaluasi proses :
keperawatan mendokumentasi mulai pada tanggal 15 – 31
Pelaksanaan proses pendokumentasian menggunakan model PIE
lembar penerimaan Januari 2018.
modifikasi yang melibatkan seluruh perawat baik PP maupun PA. PP
pasien baru, lembar
melakukan pengkajian, menentukan problem, dan intervensi.
pengkajian
Implementasi di delegasikan kepada PA, PP yang bertugas
keperawatan, lembar
melakukan evaluasi keadaan pasien sesuai intervensi yang telah
pemeriksaan
dilakukan setiap shift.
laboratorium, analisa
data (disesuaikan
berdasarkan
Evaluasi hasil :
prioritas), asuhan
keperawatan Dokumentasi keperawatan dapat berjalan dengan lancar.
(diagnosa, intervensi Kelengkapan format dokumentasi, pembagian tugas yang jelas
keperawatan, antara PP dan PA, serta kemampuan kelompok dalam menguasai
implementasi kasus dan melakukan dokumentasi askep sangat membantu dalam
keperawatan, kelancaran pelaksanaan dokumentasi.
evaluasi), lembar
observasi, discharge
planning, resume
keperawatan, lembar
serah terima obat,
daftar pemberian
obat, surat
persetujuan tindakan
medis, surat
penolakan tindakan
medis.
5.11 Program Mutu dan Kesehatan Pasien
5.11.1 Kepuasan Pasien
Tingkat keberhasilan pelaksanaan penerapan metode asuhan
keperawatan profesional (MAKP) Primer di ruang Bougenvile
diketahui dari hasil kuesioner tingkat kepuasan pasien selama
perawatan. Pelaksanaan evaluasi, kami melakukan dengan
mempersiapkan kuesioner yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan
yang berjumlah 25 soal berbentuk pilihan jawaban “1 : Sangat tidak
puas, 2 : Tidak puas, 3 : Puas, 4 : Sangat Puas”. Pada minggu
keempat, dilakukan evaluasi terhadap MAKP dengan hasil lebih dari
sebagian yakni 85,71 % dari 21 angket yang disebarkan kepada pasien
ruang Bougenvile menyatakan puas terhadap pelayanan yang
diberikan.

5.11.2 Pasien Safety


a. Hasil Rekapitulasi Pasien Safety Di Ruang Bougenvile
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Soegiri Lamongan
Tabel 5.2 Hasil Rekapitulasi Pasien Safety
Tanggal 16 s/d 31 Januari 2018 (sasaran pasien kelolaan)
NO Variabel penilian Jumlah Prosentase

1. Jumlah px dekubitus baru 0 0%

Jumlah px beresiko decubitus 1

2. Pemberian obat salah px 0 0%

Pemberian obat salah obat 0 0%

Pemberian obat salah rute pemberian 0 0%

Pemberian obat salah dosis 0 0%

Pemberian obat salah dokumentasi 0 0%

Jumlah pasien yang dapat terapi 21

3. Jumlah kejadian px jatuh 0 0%

Jumlah px beresiko tinggi jatuh 4

4. Jumlah px phlebitis 1 4,76%


Jumlah px yang terpasang infuse 21

5. Jumlah kejadian INOS:


b. Infeksi luka operasi 0 0%
c. Infeksi aliran darah primer 0 0%
d. Infeksi sistem saluran cerna 0 0%
e. Infeksi tulang dan sendi 0 0%

Jumlah pasien 21

Berdasarkan tabel diatas, dapat dijabarkan bahwa dari 5


variabel yang dinilai pada tanggal 16 sampai 31 Januari 2018, 4
variabel bernilai 0% angka kejadiannya dan 1 variabel bernilai 4,76 %
yakni 1 kejadian plebitis dari total 21 pasien kelolaan mahasiswa
praktik manajemen STIkes Icsada Bojonegoro di Ruang Bougenvile.
b. Penilaian Tingkat Ketergantungan Pasien
Tabel 5.3 Tingkat Ketergantungan Pasien
No. Tingkat Ketergantungan Pasien Jumlah Prosentase
1. Total Care 5 23,81%
2. Partial Care 9 42,86%
3. Minimal Care 7 33,33%
Total 21 100%

Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah pasien kelolaan berdasarkan


tingkat ketergantungannya bahwa sepertiga pasien dalam tingak
partial care yakni sejumlah 9 orang (42,86%). Sebab pasien di Ruang
Bougenvile memerlukan observasi post operasi. Hal ini menunjukkan
bahwa kurang dari sebagia pasien kelolaan memerlukan bantuan
perawat dan keluarga dalam kebutuhannya.

c. Penilaian Perawatan Diri


Tabel 5.4 Perawatan Diri
NO. KRITERIA JUMLAH PROSENTASE
PERAWATAN DIRI
1 Personal hygiene 21 100%
2. Oral Hygene 21 100%
3. Makan 21 100%
4. Berpakaian 21 100%
5. Eliminasi 21 100%
Total pasien 21 100%

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 100 % dari jumlah pasien
kelolaan kebutuhan perawatan dirinya terpenuhi. Walaupun
memerlukan bantuan orang lain untuk personal hygiene kebutuhan
perawatan diri seperti mandi, berpakaian dan eliminasi terpenuhi.
d. Distribusi Penyakit
Tabel 5.4 Distribusi Penyakit.
NO. PENYAKIT JUMLAH PROSENTASE
1 URS + Pasang DJ stent 6 28,57%
2. Fraktur 5 23,81%
3. Struma 5 23,81%
4. FAM 3 14,29%
5. BPH 2 9,52%
Total pasien 21 100%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa penyakit pada pasien


kelolaan mahasiswa praktik profesi manajemen keperawatan periode
16 Januari 2018 – 31 Januari 2018 adalah URS + Pasang DJ stent
sebanyak 28,57% (6 pasien). .

5.11.3 BOR
Shift
No Ruang
Pagi Siang Malam
1. 6A - 6B 2 bed tersedia 2 bed tersedia 2 bed tersedia
(2 bed terpakai) (2 bed terpakai) (2 bed terpakai)
2. 7A – 7B 2 bed tersedia 2 bed tersedia 2 bed tersedia
(17 bed terpakai) (17 bed terpakai) (17 bed terpakai)
3. 8A – 8B 2 bed tersedia 2 bed tersedia 2 bed tersedia
(0 bed terpakai) (0 bed terpakai) (0 bed terpakai)
4. R. ESWL 3 1 bed tersedia 1 bed tersedia 1 bed tersedia
(1 bed terpakai) (1 bed terpakai) (1 bed terpakai)
BOR 23/45 x 100% = 23/45 x 100% = 23/45 x 100% =
51,11% 51,11% 51,11%

5.11.4 LOS
Tabel LOS Pasien Kelolaan Mahasiswa di Ruang Bougenvile
Praktik Profesi Manajemen Mahasiswa STIKES ICSADA
Bojonegoro
No. LOS Jumlah Prosentase (%)
Klien
1. ≥7 hari 3 orang 14,3%
2. 5-6 hari 6 orang 28,6 %
3. 3-4 hari 5 orang 23,81 %
4. 1-2 hari 7 orang 33,3 %
Total 21 100%

Selama periode 16 Januari – 31 Januari 2018 didapatkan


hari rawat inap klien kelolaan terbanyak adalah 1-2 hari yaitu
sebanyak 7 orang (33,3%).

BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
6.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2002). Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Edisi Ke 1,

direktorat Pelayanan Keperawatan. Direktorat Jenderal Pelayanan

Medik, Departemen Kesehatan. Jakarta: Depkes RI


Gillies, D. A. (1994). Nursing Management: a System Approach (3Edition).

Philadelphia : W. B. Sounders
Priharjo, R. (1995). Praktek Keperawatan Profesional : Konsep Dasar dan

Hukum. Jakarta : Edition


Surjarwati. (2002). Manajement Sumber Daya Manusia dalam Keperawatan. Di

Sampaikan Dalam Seminar Nasional Versi. Jakarta


Nursalam. (2008). Manajement Keperawatan Aplikasi dalam Praktik

Keperawatan Professional. Edisi 2. Jakarta : EGC


Nursalam. (2016). Manajement Keperawatan Aplikasi dalam Praktik

Keperawatan Professional. Edisi 6. Jakarta : EGC

You might also like