You are on page 1of 7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Kardio artinya denyut jantung dan Toko yaitu kontraksi uterus. Jadi, secara khusus
CTG adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur DJJ pada saat kontraksi maupun
tida sedangkan secara umum CTG merupakan suatu alat untuk mengetahui kesejahteraan
janin di dalam rahim, dengan merekam pola denyut jantung janin dan hubungannya dengan
gerakan janin atau kontraksi rahim.Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus
secara normal dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia
kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.
Cardiotokografi merupakan pemeriksaan denyut jantung janin untuk menilai
kesejahteraanya (fetal-wellbeing).

Dalam Cardiotokografi terdapat 3 hal yang di catat :

1. Denyut jantung janin

2. Kontraksi Rahim

3. Gerakan janin.

Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (DJJ) dalam hubungannya dengan
gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan
frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak
diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.

Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam


waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi
yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin
diperlukan.

B. Indikasi

Pemeriksaan Cardiotokografi biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan


indikasinya terdiri dari :

1. IBU

a. Pre-eklampsia-eklampsia

b. Ketuban pecah
c. Diabetes mellitus

d. Kehamilan > 40 minggu

e. Vitium cordis

f. Asthma bronkhiale

g. Inkompatibilitas Rhesus atau ABO

h. Infeksi TORCH

i. Bekas SC

j. Induksi atau akselerasi persalinan

k. Persalinan preterm.

l. Hipotensi.

m. Perdarahan antepartum.

n. Ibu perokok.

o. Ibu berusia lanjut.

p. Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru,
penyakit jantung, dan penyakit tiroid.

2. JANIN

a. Pertumbuhan janin terhambat (PJT)

b. Gerakan janin berkurang

c. Suspek lilitan tali pusat

d. Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin

e. Hidrops fetalis

f. Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.

g. Mekoneum dalam cairan ketuban

h. Riwayat lahir mati

i. Kehamilan ganda

j. Dan lain-lain
C. Syarat Pemeriksaan Cardiotokografi

1. Usia kehamilan > 28 minggu.

2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).

3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.

4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada Cardiotokografi
terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.

D. Kontra Indikasi Cardiotokografi

Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan Cardiotokografi terhadap


ibu maupun janin.

E. Persiapan Pasien

1. Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara


pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini
dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).

2. Kosongkan kandung kencing.

3. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.

4. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin,
ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.

5. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punctum


maksimum DJJ.

6. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah
kontraksi berakhir..

7. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum
maksimum.

8. Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel
yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama
perekaman cardiotokografi.

9. Hidupkan komputer dan Cardiotokograf.

10. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin
dicapai).

11. Lakukan pencetakkan hasil rekaman Cardiotokografi.


12. Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).

13. Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali alat
pada tempatnya.

14. Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.

15. Berikan hasil rekaman cardiotokografi kepada dokter penanggung jawab atau
paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap kepada
dokter.

F. Cara Melakukan

Persiapan tes tanpa kontraksi :

Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh
diberikan sedativa.

Prosedur pelaksanaan :

1. Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri

2. Tekanan darah diukur setiap 10 menit

3. Dipasang kardio dan tokodinamometer

4. Frekuensi jantung janin dicatat

5. Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi

6. Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit

7. Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak reaktif,
pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan ulang 2 jam
kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan)

8. Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara


individual

G. Cara Membaca

Pembacaan hasil :

1. Reaktif, bila :

a. Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit


b. Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit

c. Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih
dalam 20 menit

d. Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang reaktif
berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian

e. Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari, tipe
yang lain diulang setiap minggu

2. Tidak reaktif, bila :

a. Denyut jantung basal 120-160 kali per menit

b. Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit

c. Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit

d. Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari
luar

Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang reaktif.
Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena pemakaian obat seperti :
barbiturat, demerol, penotiasid dan metildopa.

Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan dianjurkan
CTG diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan pemeriksaan tes
dengan kontraksi (OCT).

3. Sinusoidal, bila :

a. Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal

b. Tidak ada gerakan janin

c. Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin matur,
janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasi-RH.

Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam


waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test).
Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih
lanjut mungkin diperlukan.
4. Hasil pemeriksaan CTG disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif) apabila
ditemukan :

a. Bradikardi

b. Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm, yang
lamanya 60 detik atau lebih

Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin sudah
viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable.

Hasil CTG yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik
sampai 1 minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga pemeriksaan
ulang dianjurkan 1 minggu kemudian. Namun bila ada faktor resiko seperti
hipertensi/gestosis, DM, perdarahan atau oligohidramnion hasil CTG yang reaktif
tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik sampai 1 minggu
kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1 minggu). Hasil CTG
non reaktif mempunyai nilai prediksi positif yang rendah <30%, sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CST atau pemeriksaan yang mempunyai nilai
prediksi positif yang lebih tinggi (Doppler-USG). Sebaiknya CTG tidak dipakai
sebagai parameter tunggal untuk menentukan intervensi atau terminasi kehamilan
oleh karena tingginya angka positif palsu tersebut (dianjurkan untuk menilai profil
biofisik janin yang lainnya).

5. Saat persalinan….

a. Hasil tekanan positif menunjukkan penurunan fungsi plasenta janin, hal ini
mendorong untuk melakukan seksio sesarea.

b. Gawat janin relatif cukup banyak (14,7%) dan terutama pada persalinan,
sehingga memerlukan pengawasan dengan kardiotokografi

c. Hal – hal yang diperhatikan untuk indikasi Seksio sesarea ,dilakukan bila
terdapat :

Ø Deselarasi lambat berulang

Ø Variabilitas yang abnormal (< 5 dpm)

Ø pewarnaan mekonium

Ø Gerakan janin yang abnormal (<5/20 menit )

Ø Kelainan obstetri (berat bayi >4000g, Kelainan posisi, partus > 18 jam)
DAFTAR PUSTAKA

AbarwatiA, E R , Sunarsih,T, (2011), KDPK Kebidanan Teori & Aplikasi, Nuha Medika,
Yogyakarta,

Jee, Lofever, J, ( 1997 ), Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik, Edisi 6, EGC,
Jakarta.

http://citraabadi2010.blogspot.com/2012/02/cardiotokografi.html

You might also like