You are on page 1of 19

BAB 1

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan
setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah).
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama
satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi,
tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).

B. Klasifikasi Infertilitas
Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu:
1) Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun koitus teratur dan
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
2) Infertilitas sekunder yaitu disebut infertilitas sekunder jika perempuan pernah hamil, akan tetapi
kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
3)
C. Etiologi Infertilitas
1) Penyebab infertilitas pada perempuan (istri)
a. Faktor penyakit
a) Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di
lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di
tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim
(lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis, atau bisa juga terletak
di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut.
b) Infeksi Panggul
Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi
wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur,
atau dinding dalam panggul.

c) Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang
ada di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar,
lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering
menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam
(lapisan endometrium).
d) Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya
diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh
kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan
pertemuan sperma-sel telur dan lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal
janin akan susah tumbuh.
e) Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran) yang
tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh manusia. Terdapat
berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda terhadap
kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua
kista harus dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan
operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan infertilitas adalah
sindrom ovarium polikistik.
f) Saluran Telur yang Tersumbat
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan
sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan.
g) Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya
merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi).
Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium
polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid.
Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah
haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi
di luar itu semua, maka sebaiknya untuk periksa ke dokter.
b. Faktor fungsional
a) Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan
(immunologis)
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
b) Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)
Ovulasi atau proses pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi
gangguan hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui
sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang normal.
c) Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran
telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat
memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka
perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang
berperan adalah gerakan di dalam rahim yang mendorong sperma bertemu
dengan sel telur matang. Jika gerakan rahim terganggu, (akibat kekurangan
hormon prostaglandin) maka gerakan sperma melambat.
d) Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim
Setelah sel telur dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi
embrio, selanjutnya terjadi proses nidasi (penempelan) pada endometrium.
Perempuan yang memiliki kadar hormon progesteron rendah, cenderung
mengalami gangguan pembuahan. Diduga hal ini disebabkan oleh antara lain
karena struktur jaringan endometrium tidak dapat menghasilkan hormon
progesteron yang memadai

c. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia,
dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ
reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan

2) Penyebab pada laki-laki (suami)


a. Kelainan pada alat kelamin
- Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada
permukaan testis
- Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung
kemih
-Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh zakar terlalu
besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang yang
berarti mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan
- Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun
b. Kegagalan fungsional
- Kemampuan ereksi kurang
- Kelainan pembentukan spermatozoa
- Gangguan pada sperma
c. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)
Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas
mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis
dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat
terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi
yang bisa dilakukan untuk peningkatan testosterone adalah dengan terapi hormon.
d. Gangguan di daerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau
infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik,
sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis
sebagai “pabrik” sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu
tubuh, yaitu 34–35 °C, sedangkan suhu tubuh normal 36,5–37,5 °C. Bila suhu
tubuh terus-menerus naik 2–3 °C saja, proses pembentukan sperma dapat
terganggu.

e. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)


Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan
dengan lancar, biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan
sejak lahir, terkena infeksi penyakit seperti tuberkulosis (Tb), serta vasektomi
yang memang disengaja.
f. Tidak adanya semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila
tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini
biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang
belakang.
g. Kurangnya hormon testosterone
Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan testis dalam
memproduksi sperma.
h. Lingkungan
Pada lingkungan yang sering terkena paparan Radiasi dan obat-obatan anti
kanker.

3) Penyebab pada suami dan istri


a. Gangguan pada hubungan seksual
Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi tak sempurna ke
vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan
kelainan anatomik seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.
b. Factor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)
1) Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil
2) Masalah dalam pendidikan
3) Emosi karena didahului orang lain hamil

D. Patofisiologi
1) Perempuan
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak
adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi.
Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas,
diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan
tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan
hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi.
Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik
mempegaruhi proses pemasukan sperma.
Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang
menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak
berkembang dengan baik.
2) Laki-laki
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan
hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup
memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok,
penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma
dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang
mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya
akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang
mengakibatkan komposisi sperma terganggu.
E. Manifestasi Klinis
1) Perempuan
- Terjadi kelainan system endokrin
- Hipominore dan amenore
- Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan
masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetic
- Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal
- Wanita infertil dapat memiliki uterus
- Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,
adhesi, atau tumor
- Traktus reproduksi internal yang abnormal

2) Laki-laki
- Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
- Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
- Hipertiroidisme dan hipotiroid
- Tumor hipofisis atau prolactinoma
- Disfungsi ereksi berat
- Ejakulasi retrograt
- Hypo/epispadia
- Mikropenis
- Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
- Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
- Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
- Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
- Abnormalitas cairan semen
F. Pemeriksaan Diagnostic
a. Pemeriksaan fisik:
a) Hirsutisme diukur dengan skala ferryman dan gallway, jerawat
b) Pembesaran kel tiroid
c) Galaktorea
d) Inspeksi lender serviks di tunjukan dengan kualitas mucus
e) PDV untuk menunjukan adanya tumor uterus/ adneksa

b. Pemeriksaan penunjang
1. Analisis sperma
Bila dijumpai hasil analisis sperma yang kurang atau kurang baik, maka biasanya
diperlukan pemeriksaan ulang 1 minggu sesudahnya pada keadaan yang lebih
sehat/ nyaman guna mengkonfirmasi hal tersebut. Perlu diingat bahwa apapun
hasil analis sperma, sangat berguna untuk penentuan terapi, tindakan, dan
pemilihan penatalaksanaan infertilitas.
2. Deteksi ovulasi
a) Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus ovulatoar
b) Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1⁰C setelah ovulasi : Bifasik
c) Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir serviks
encer,daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun pakis dan
terjadi Estradiol meningkat
3. Hormonal : FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat memberikan tentang sebab infertilitas,
dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui keterangan tentang hubungan
hipotalamus dengan hipofise dan ovarial aksis. Hormon yang diperiksa adalah gonadotropin
(follicle stimulation hormone (FSH), hormone luteinisasi (LH), dan hormone (estrogen dan
progesterone, prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini diharapkan dapat menerangkan
kemungkinan infertilitas dari kegagalannya melepaskan telur (ovulasi)..
4. Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
5. Uji pasca senggama
Pemeriksaan uji pasca senggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
tembus spermatozoa menyerbu lender serviks.
6. Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya
dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
7. Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat
dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan
adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
8. Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
9. Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,
perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uteri

G. Penatalaksanaan
1) Perempuan
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu
yang tepat untuk coital
b. Pemberian terapi obat, seperti;
a) Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
b) Terapi penggantian hormon
c) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
d) Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
e) GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
f) Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara
luas
g) Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
h) Pengangkatan tumor atau fibroid
i) Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi

2) Laki-laki
a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
d. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan
nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung
spermatisida
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILITAS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, status sipil,
pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
 Wanita
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah
b) Riwayat infeksi genitorurinaria
c) Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
d) Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
e) Tumor hipofisis atau prolaktinoma
f) Riwayat penyakit menular seksual
g) Riwayat kista
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Endometriosis dan endometrits
b) Vaginismus (kejang pada otot vagina)
c) Gangguan ovulasi
d) Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
e) Autoimun
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
d. Riwayat Obstetri
1) Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
2) Mengalami aborsi berulang
3) Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
 Pria
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi,
rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
2) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
3) Riwayat infeksi genitorurinaria
4) Hipertiroidisme dan hipotiroid
5) Tumor hipofisis atau prolactinoma
6) Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
7) Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
8) Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi
prostat, operasi tumor saluran kemih
9) Riwayat vasektomi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Disfungsi ereksi berat
2) Ejakulasi retrograt
3) Hypo/epispadia
4) Mikropenis
5) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
6) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
7) Saluran sperma yang tersumbat
8) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
9) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
10) Abnormalitas cairan semen
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
B. Pemeriksaan Fisik
Terdapat kelainan pada organ genital wanita maupun pria
a. Pemeriksaan wanita
Ø Pemeriksaan vagina
Masalah vagina yang dapat mengahambat penyimpanan air mani ke dalam vagina sekitar
serviks ialah adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau
disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan atau perolehan.
Ø Pemeriksaan leher Rahim
Pemeriksaan standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP Smear (smear test) ini perlu
dilakukan 3-5 tahun sekali pada setiap wanita dewasa dengan kehidupan seks yang aktif.
Vagina dibuka dengan spekulum dan contoh sel permukaan lehir rahim diambil dengan alat
spatula, lalu dibawa ke lab untuk dianalisa, jangan melakukan hubungan seksual, Douche /
menggunakan produk pembersih vagina selama 24 jam setelah PAP Smear.
b. Pemeriksaan Pria
Ø Mengamati kelainan fisik
Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran rambut dan lemak yang tidak rata,
atau konsistensi testis, bisa menjadi tanda akibat ketidakseimbangan hormonal kelainan fisik
lain dari alat reproduksi pria yang perlu diperiksa adalah kemungkinan adanya parut atau
varises pada scrotumyang dapat mempengaruhi jumlah dan kemampuan bergerak (mobilitas)
sperma. Salah satu testis tidak turun (kroptorkismus) berarti memperkecil kemampuan
produksi sperma.
Ø Penampungan air mani
Air mani ditampung dengan jalam masturbasi langsung kedalam botol gelas yang bermulut
lebar (atau gelas minum), setelah abstensi 3-5 hari. Sebaiknya penampungan dilakukan
dirumah kemudian dibawa kelaboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
4. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Dx.1 : Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan ansietas klien berkurang
Kriteria Hasil:
1) Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
2) Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertile
3) Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan tujuan test dan prosedur Menurunkan cemas dan takut terhadap
diagnosis dan prognosis
Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, Biarkan pasien / orang terdekat
contoh : menolak, depresi, dan marah. mengetahui ini sebagai reaksi yang
normal Perasaan tidak diekspresikan
dapat menimbulkan kekacauan internal
dan efek gambaran diri
Dorong keluarga untuk menganggap Meyakinkan bahwa peran dalam keluarga
pasien seperti sebelumnya dan kerja tidak berubah
Kolaborasi : berikan sedative, Mungkin diperlukan untuk membantu
tranquilizer sesuai indikasi pasien rileks sampai secara fisik mampu
untuk membuat startegi koping adekuat
2.Dx.2 : Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien mengalami perubahan
harga diri
Kriteria Hasil:
1) Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
2) Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
3) Klien mampu Mengidentifikasi aspek positif diri
INTERVENSI RASIONAL
Tanyakan dengan nama apa pasien Menunjukan kesopan santunan /
ingin dipanggil penghargaan dan pengakuan personal
Identifikasi orang terdekat dari siapa Memungkinkan privasi untuk hubungan
pasien memperoleh kenyaman dan siapa personal khusus, untuk mengunjungi atau
yang harus memberitahuakan jika untuk tetap dekat dan menyediakan
terjadi keadaan bahaya kebutuhan dukungan bagi pasien
Dengarkan dengan aktif masalah dan Menyampaikan perhatian dan dapat
ketakutan pasien dengan lebih efektif mengidentifikasi
kebutuhan dan maslah serta strategi
koping pasien dan seberapa efektif
Dorong mengungkapkan perasaan, Membantu pasien / orang terdekat untuk
menerima apa yang dikatakannya memulai menerima perubahan dan
mengurangi ansietas mengenai perubahan
fungsi / gaya hidup
Diskusikan pandangan pasien terhadap Persepsi pasien mengenai perubahan
citra diri dan efek yang ditimbulkan dari pada citra diri mungkin terjadi secara
penyakit / kondisi tiba- tiba atau kemudian

3. Dx.3 : Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk


Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien mampu
melakukan mekanisme koping yang baik
Kriteria Hasil:
1) Klien Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan harapan untuk
masa depan
2) Klien menunjukkan fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan
INTERVENSI RASIONAL
Berikan lingkungan yang terbuka pasien kemampuan komunikasi terapeutik
merasa bebas untuk dapat mendiskusikan seperti aktif mendengarkan, diam, selalu
perasaan dan masalah secara realitas bersedia, dan pemahaman dapat
memberikan pasien kesempatan untuk
berbicara secara bebas dan berhadapan
dengan perasaan
Identifikasi tingkat rasa duka / disfungsi : Kecermatan akan memberikan pilihan
penyangkalan, marah, tawar - menawar, intervensi yang sesuai pada waktu
depresi, penerimaan induvidu menghadapi rasa berduka dalam
berbagai cara yang berbeda
Dengarkan dengan aktif pandangan Proses berduka tidak berjalan dalam cara
pasien dan selalu sedia untuk membantu yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan
jika diperlukan berbagai aspek dari berbagai tingkat yang
muncul pada suatu kesempatan yang lain
Identifikasi dan solusi pemecahan Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan
masalah untuk keberadaan respon – untuk berhadapan dengan aspek – aspek
respon fisik, misalnya makan, tidur, fisik dari rasa berduka
tingkat aktivitas dan hasrat seksual
Kaji kebutuhan orang terdekat dan bantu Identifikasi dari masalah – masalah
sesuai petunjuk berduka disfungsional akan
mengidentifikasi intervensi induvidual
Kolaborasi : rujuk sumber – sumber Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan
lainnya misalnya konseling, psikoterapi untuk mengatasi rasa berduka, membuat
sesuai petunjuk rencana, dan menghadapi masa depan

4. Dx.4 :
Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri klien berkurang
Kriteria Hasil:
1) Ekspresi klien terlihat tenang
2) Napas klien teratur
3) Skala nyeri 0-3
4) Ttv dalam rentang normal
5) Klien mengetahui penyebab nyeri
6) Kliem mampu menggunakan teknik distraksi relaksasi dengan baik
INTERVENSI RASIONAL
Lakukan komunikasi terapeutik kemampuan komunikasi terapeutik
seperti aktif mendengarkan, diam, selalu
bersedia, dan pemahaman dapat
memberikan pasien kesempatan untuk
berbicara secara bebas dan berhadapan
dengan perasaan
Pantau lokasi, lamanya intensitas dan Perhatikan tanda nonverbal, contoh
penyebaran (PQRST) peningkatan TD dan nadi, gelisah,
merintih
Untuk menentukan intervensi selanjutnya
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya Memberikan kesempatan untuk
melaporkan ke staff terhadap pemberian analgesik sesuai waktu
karakteristik nyeri
Berikan tindakan relaksasi, contoh Menurunkan tegangan otot dan
pijatan, lingkungan istirahat meningkatan koping efektif
Bantu atau dorong penggunaan nafas Mengarahkan kembali perhatian dan
efektif membantu dalam relaksasi otot
Bimbingan imajinasi Mengontrol aktivitas terapeutik
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal
Bedah).
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah
selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat
kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Klasifikasi infertilitas :
1. Infertilitas Primer
2. Infertilitas Skunder
Penanganan pasangan mandul atau kurang subur merupakan masalah medis yang
kompleks dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran, sehingga memerlukan
konsultasi dan pemeriksaan yang kompleks pula. Penilaian yang cermat harus dapat
mengenali kemungkinan penyebab 85%-90% kasus infertilitas. Yang membahagiakan
meskipun tanpa diberikan terapi, 15-20% pasangan infertil dapat diharapkan hamil
sejalan dengan waktu, tetapi selain fertilisasi in vitro (IVF) dapat menyebabkan
kehamilan pada 50%-60% kasus.

B. Saran
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat
mengharapkan saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan makalah
ini,karna dari saran yang kami terima dapat mengkoreksi makalah yang kami buat ini.atas
saran dari teman-teman kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas; Kesehatan Wanita, Bayi Dan Keluarga, Edisi 18.
Jakarta: EGC
Bobak. 2004. Buku ajar keperawatan maternitas edisi 4. Jakarta : EGC
Manuaba.IBG.2001.Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Jakarta:EGC
Benson, Ralph.2008. Buku saku obstetri dan ginekologi.. Jakarta:Arcan
Wiknjosastro.Hanifa.2005.Ilmu Kandungan.Jakarta :YBP-SP
Burner and, suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan. Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC

You might also like