Professional Documents
Culture Documents
2. Sumber-sumber penilaian
Orang yang akan menggunakan ukuran-ukuran yang objektif (realitas obyektif) sebagai
dasar penilaian-penilainnya selama ada kemungkina untuk melakuukan hal itu. Tetapi kalau
kemungkinan itu tidak ada maka orang akan mempergunakan pendapat atau kemampuan orang
lain sebagai ukuran. Dari kenyataan ini Festinger sampai kepada hipotesisnya yang kedua yaitu
bahwa jika tidak ada cara-cara yang nonsosial, maka orang akan mengunakan ukuran-ukuran
yang melibatkan orang lain.
1. Konsep Korespondensi
Istilah korespondensi digunakan oleh Jones & Davis jika suatau perilaku dari intensi yang
mendasari tingkah laku itu diperkirakan sama.
Dengan perkataan lain, korespondensi dari hubungna anatara suatu perbuatan dan niat yang
mendasari perbuatan itu akan meningkat jika si pengamat menilai bahwa ciri-ciri perilaku
tersebut berbeda atau menyimpang dari ciri-ciri perilaku orang lain pada umumnya yang berada
pada posisi yang sama.
2. Tindakan dan Efek
Tindakan (act) oleh Jones &Davis diberi definisi yang luas, yaitu keseluruhan respons
(reaksi) yang mencerminkan piligan si pelaku dan yang mempunyai akibat (efek) terhadap
lingkungannya.
Efek diartikan oleh Jones & Daivis sebagai perubahan-perubahan yang nyata yang
dihasilkan oleh tindakan. Efek dari suatu tindakan bisa satu bisa bermacam-macam. Kalau suatu
tindakan mempunyai efek ganda, maka inferensi akan jadi lebih sulit.
Oleh karena itu kita harus memahami penilaian social dari segi:
A. Skala Penilaian
Dalam hal ini bagaimana terjadinya penilaian pada diri individu, Sherf mengemukakan bahwa dalam
percobaannya dia memerikkan sejumlah benda dan setiap benda itu menyatakan mana yang lebih
berat dan mana yang lebih ringan. Disitlah jelas sifat yang akan dinilai dan makin jelas patokan-
patokan yang akan disusun agar penilaiana makin mantap. Misalnya orang diberikan barang/benda
yang dapat ditimabang yang beratnya bervariasi antara 5-100gram. Dan orang percobaan tersebut
disuruh menetapkan 50gram.sebagai patokannya, maka menggolongkan benda yang brat dan yang
ringan ini stabil. Sebaliknya kalau sifat yang ditimbang itu meragukan dan tidak ada patokan jelas,
maka penilaian akan labil.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sosiologi pendidikan merupakan ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan baik struktur,
dinamika, masalah- masalah pendidikan atau aspek-aspek lainya secara mendalam melalui analisis atau
pendekatan sosiologis. Sedangkan Antropologi adalah studi tentang umat manusia, yang berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh
pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. Sedangkan yang menjadi objek kajian
antropologi adalah kebudayaan. Yang ruang lingkupnya
Sekolah merupakan system yang terstruktur, interaksi yang terjadi antar warga sekolah tentu
tidak selamanya baik-baik saja, apalagi jika kita melihat fenomena-fenomena yang banyak terjadi di
NegaraIndonesia menganai perilaku menyimpang remaja di sekolah. Hal ini berpengaruh terhadap
system sekolah dan yang paling besar pengaruhnya yaitu terhadap pribadi dan masa depan siswa itu
sendiri
Dalam pergaulan remaja, kebutuhan untuk dapat diterima bagi setiap individu merupakan suatu
hal yang sangat mutlak sebagai mahluk sosial. Setiap anak yang memasuki usia remaja akan
dihadapkan pada permasalahan penyesuaian sosial, yang diantaranya adalah problematika pergaulan
teman sebaya. Pembentukan sikap, tingkah laku dan perilaku sosial remaja banyak ditentukan oleh
pengaruh lingkungan ataupun teman-teman sebaya.
Dewasa ini banyak terjadi fenomena yang sangat miris terjadi pada remaja-remaja sekolah
disekeliling kita, seperti yang dialami salah satu siswi di salah satu SMA Negeri di Garut yang merasakan
pengaruh negative dari hubungan interaksi social dalam kelompok teman sebayanya
Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk membahas pengaruh negative hubungan
interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya di sekolah
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan masalah dalam pembahasan makalah ini,
diantaranya
Bagaimana pengaruh negative hubungan interaksi social dalam kelompok teman sebaya di sekolah ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan diadakannya pembahasan ini adalah untuk mengetahui pengaruh negative negative
hubungan interaksi social dalam kelompok teman sebaya di sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Interaksi Sosial
1. Pengertian Interaksi social
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu
sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok.
Interaksi mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan
masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih
dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi
baik positive ataupun negative
Menurut Gerungan (2000: 58) faktor- faktor ynag mempengaruhi interaksi sosial yaitu,
a. Faktor Imitasi : Merupakan dorongan untuk meniru orang lain, misalnya dalam hal tingkah
laku, mode pakaian dan lain- lain.
b. Faktor Sugesti : Yaitu pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang
pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari orang lain.
c. Faktor identifikasi : Merupakan suatu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain.
d. Faktor Simpati : Merupakan suatu perasaan tertarik kepada orang lain. Interaksi sosial yang
mendasarkan atas rasa simpati akan jauh lebih mendalam bila dibandingkan hanya berdasarkan sugesti
atau imitasi saja.
Jika dorongan untuk meniru oranglain sangat kuat maka ini memungkinkan individu
menggunakan interaksinya tersebut untuk melakukan cara apapun agar sama dengan temannya, atau
adanya pengaruh-pengaruh negative dari oranglain yang langsung saja diterima tanpa filter yang kuat,
dorongan untuk identik dengan oranglain. Interaksi ini akan sangat berpengaruh negative dan sekolah
merupakan sumber utama interaksi sosial remaja karena di sekolah mereka bertemu dengan banyak
orang seusia mereka.
Menurut Park dan Burgess (Santosa,2004:12) bentuk interaksi social dapat berupa:
a. Kerja sama
Kerja sama ialah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang-orang atau kelompok-kelompok
bekerja sama Bantu membantu untuk mencapai tujuan bersama. Misal, gotong-royong membersihkan
halaman sekolah.
b. Persaingan
Persaingan adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang-orang atau kelompok- kelompok
berlomba meraih tujuan yang sama. Jika persaingan itu sportif maka ini akan menjadi interaksi yang
positive tetapi jika persaingan sudah tidak sehat, akan banyak masalah yang muncul kepermukaan akibat
dari persaingan tersebut dan efeknya bisa bermacam-macam
c. Pertentangan.
Pertentangan adalah bentuk interaksi sosial yang berupa perjuangan yang langsung dan sadar
antara orang dengan orang atau kelompok dengan kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.
d. Persesuaian
Persesuaian ialah proses penyesuaian dimana orang-orang atau kelompok- kelompok yang
sedang bertentangan bersepakat untuk menyudahi pertentangan tersebut atau setuju untuk mencegah
pertentangan yang berlarut- larut dengan melakukan interaksi damai baik bersifat sementara maupun
bersifat kekal. Selain itu akomodasi juga mempunyai arti yang lebih luas yaitu, penyesuaian antara orang
yang satu dengan orang yang lain, antara seseorang dengan kelompok, antara kelompok yang satu
dengan kelompok yang lain.
e. Perpaduan
Perpaduan adalah suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan usaha-
usaha mengurangi perbedaan yang terdapat di antara individu atau kelompok. Dan juga merupakan
usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan
kepentingan dan tujuan bersama.
Menurut Shaw (Ali,2004: 88) membedakan interaksi dalam menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Interaksi verbal. Interaksi verbal terjadi apabila dua orang atau lebih melakukan kontak satu sama lain
dengan menggunkan alat- alat artikulasi. Prosesnya terjadi dalam saling tukar percakapan satu sama
lain.
b. Interaksi fisik. Interaksi fisik terjadi manakala dua orang atau lebih melakukan kontak dengan
menggunakan bahasa- bahasa tubuh.
c. Interaksi emosional. Interaksi emosional terjadi manalaka individu malakukan kontak satu sama lain
dengan melakukan curahan perasaan.
a. Dunia orang dewasa, yaitu orang tuanya, guru- gurunya dan sebagainya.
b. Dunia teman sebaya, yaitu sahabat- sahabatnya, kelompok bermain, perkumpulan- perkumpulan.
Setiap kelompok memiliki peraturan- peraturanya sendiri, tersurat maupun tersirat, memiliki tata
sosialnya sendiri, mempunyai harapan- harapannya sendiri bagi para anggotanya. Setiap kelompok
sebaya juga mempunyai kebiasaan- kebiasaan, tradisi-tradisi, perilaku, bahkan bahasa sendiri. Kelompok
sebaya merupakan lembaga sosialisasi yang penting disamping keluarga, sebab kelompok sebaya juga
turut serta mengajarkan cara- cara hidup bermasyarakat. Biasanya anatar umur empat dan tujuh tahun
dunia sosial anak mengalami perubahan secara radikal, dari dunia kecil yang berpusat di dalam keluarga
ke dunia yang lebih luas yang berpusat pada kelompok sebaya. Anak cenderung merasa nyaman berada
bersama- sama teman- teman sebayanya daripada berada bersama orang- orang dewasa, meskipun
orang- orang dewasa tersebut bersikap menerima dan penuh pengertian.
Menurut Hurlock (1999 : 215) ada beberapa lima macam kelompok teman sebaya dalam remaja,
antara lain :
a. Teman Dekat : Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat.
b. Teman Kecil : Kelompok ini biasanya terdiri dari kelompok teman- teman dekat.
c. Kelompok Besar : Kelompok besar terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat,
berkembang dengan meningkatnya minat akan pesta dan berkencan. Karena kelompok ini besar maka
penyesuaian minat berkurang di antara anggota- anggotanya sehingga terdapat jarak social yang lebih
besar di antara mereka.
d. Kelompok Terorganisasi : Kelompok pemuda yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh sekolah dan
organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai kelompok
besar. Banyak remaja yang mengikuti kelompok seperti ini merasa diatur dan berkurang minatnya ketika
berusia 16- 17 tahun.
e. Kelompok Gang : Remaja yang tidak termasuk kelompok besar dan tidak merasa puas dengan
kelompok yang terorganisasi, mungkin akan mengikuti kelompok gang. Anggota biasanya terdiri dari
anak- anak sejenis dan minat mereka melalui adalah untuk menghadapi penolakan teman- teman
melalaui perilaku anti sosial.
BAB III
FENOMENA
Deskripsi cerita:
Awal saya masuk sekolah saya sudah dimusuhi oleh salah satu kelompok yang paling disegani di
sekolah karena saya cantik dan banyak kakak tingkat yang suka sama saya.
Saya kerap dianiaya oleh mereka, di kata-katain, dijambak sampai di tendang, suatu ketika saya
bernegosiasi dengan mereka untuk masuk ke kelompok mereka, karena saya tidak mau dimusuhi oleh
mereka saya masuk ke kelompok mereka, sejak saat itu saya menjadi salah satu cewe modis, popular
dan berkuasa disekolah, persahabatan kami sangat dekat kami sangat setia kawan,
Dari mereka saya nyoba-nyoba merokok, minum alcohol, taruhan dapetin pacar, bolos dari kelas, dan itu
sangat menyenangkan, mereka sangat baik, setia kawan, suka ngejajain, saling pinjam baju. saat itu
saya tidak merasa ada yang salah, saya senang saja diakui dan menjadi siswa popular di sekolah lagi
pula mereka sangat baik.
Namun suatu ketika saya disuruh oleh ketua kelompok untuk melabrak teman dekat saya sebelum saya
berteman dengan mereka.
Gara-gara saya teman dekat saya jadi menderita, dan saya juga menyadari ternyata selama ini saya
diamanfaatkan oleh mereka, dari sana saya memutuskan untuk pindah sekolah
BAB IV
ANALISIS FENOMENA
Interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya bisa berpengaruh positive maunpun negative
Fenomena interaksi social yang terjadi pada Erna menunjukan interaksi yang menyimpang, Dalam
kelompok tersebut terjadi hubungan timbal balik lebih dari dua orang, mereka memainkan peran secara
aktif. Jenis kelompok teman sebaya yang Erna alami yaitu jenis gang yaitu kelompok remaja yang tidak
termasuk kelompok besar dan tidak merasa puas dengan kelompok yang terorganisasi, sehingga mereka
mendirikan kelompok gang. Anggota biasanya terdiri dari anak- anak sejenis dan minat mereka adalah
untuk menghadapi penolakan teman- teman melalui perilaku antisosial
Gang memiliki sifat antisocial, mereka mengeklusifkan diri mereka dan bertindak seenaknya,
mereka lebih suka memikirkan hal-hal yang dekat, terjangkau dan berbau senang-senang atau fun. Pada
umumnya mereka ditolak oleh teman-teman yang lainnya maupun oleh masyarakat, sehingga mereka
memiliki kohesivitas yang tinggi.
Gang yang Erna ikuti merupakan kelompok wanita popular, paling cantik dan modis, dan
menguasai sekolah sehingga ketika ada siswi baru yang lebih cantik dan menjadi popular lebih dari
mereka, mereka tidak akan terima kemudian mereka berusaha membuat anak baru itu menderita.
Sebelumnya Erna menjadi korban kekerasan anggota gang tersebut namun pada akhirnya
karena factor sugesti yaitu pengaruh psikis yang dirasakan oleh Erna, suatu perasaan tidak ingin
diperlakukan tidak baik lagi sehingga dia menerima tawaran untuk bergabung dengan gang tersebut.
ditengah-tengah dia merasakan kebahagiaan namun pada akhirnya dia menyadari bahwa interaksi
tersebut berpengaruh negative terhadap dirinya.
Kasus Erna menunjukkan bahwa pengaruh negative interaksi sosial dalam kelompok teman
sebaya dalam hal ini gang, mengarah kepada perilaku menyimpang, karena terdapat penyimpangan
perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma social yang berlaku.
Dalam persahabatan dalam hal ini gang interaksi yang terjalin sangat begitu kuat karena
didalamnya ada suatu system dan norma-norma kelompok yang mengatur, seperti harus mengerjai siswa
baru yang blagu, ini sudah menjadi kesepakan bersama dan menjadi pemersatu, mereka sulit
dipisahkan, individu yang keluar dari kelompok itu, maka dia akan mendapatkan sanksi sosial dari
masyarakat dan dari kelompoknya sendiri, justru dengan berkumpul dengan gangnya dia akan lebih
percaya diri dan merasa ada yang melindungi.
Jadi pengaruh negative interaksi sosial dalam gang yaitu erat sekali akan terjadinya perilaku
menyimpang yaitu kenakalan remaja. Remaja yang masuk ke dalam gang, dia akan terikat oleh norma-
norma kelompok dan melakukan penyimpangan sebagai bentuk anti sosial
Teori sosiologi atau teori belajar memandang penyimpangan muncul dari konflik normatif di mana
individu dan kelompok belajar norma-norma yang membolehkan penyimpangan dalam keadaan tertentu.
Pembelajaran itu mungkin tidak kentara, misalnya saat orang belajar bahwa penyimpangan tidak
mendapat hukuman. Tetapi pembelajaran itu bisa juga termasuk mangadopsi norma-norma dan nilai-nilai
yang menetapkan penyimpangan diinginkan atau dibolehkan dalam keadaan tertentu..
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku
menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat
penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma social yang
berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan
tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna
bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah
menyimpang.
Sangat terlihat bentuk penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial dari bahwa
mereka kerap nyoba-nyoba merokok, minum alcohol, taruhan dapetin pacar, bolos dari kelas hal ini akan
sangat membahayakan kondisi fisik dan psikis individu itu sendiri juga kelangsungan masa depan
bangsa. Sekolah resah, masyarakat resah dan yang paling penting orangtua akan sangat sedih melihat
perilaku anak-anaknya. Lebih bahaya lagi jika perilaku menyimpang tersebut oleh masyarakat dianggap
bukan perilaku menyimpang, melainkan hal yang biasa dan dibiarkan. Untuk itu perlu adanya upaya-
upaya agar remaja Indonesia dapat menyalurkan minat dan kreativitasnya pada hal yang positive, dan
bisa memanfaatkan interaksi dengan teman sebayanya secara positive sehingga hasil yang diperolehpun
akan membanggakan dirinya dan orangtuanya, upaya tersebut diantaranya :
1. Keluarga : keluarga adalah sumber pendidikan yang pertama dan utama, interaraksi sosial lebih banyak
terjadi pada lingkungan keluarga, semakin meningkatnya keberfungsian sosial sebuah keluarga dalam
melaksanakan tugas kehidupan, peranan, dan fungsinya maka akan semakin rendah tingkat kenakalan
anak-anaknya atau kualitas kenakalannya semakin rendah. Di samping itu penggunaan waktu luang
yang tidak terarah merupakan sebab yang sangat dominan bagi remaja untuk melakukan perilaku
menyimpang, oleh karena itu perlu adanya hubungan interpersonal yang harmonis antara anak dan
anggota keluarga lainnya, sikap permusuhan, iri hati, bertengkar atau kurang memperhatikan nilai-nilai
moral, hal ini akan memicu terjadinya kenakalan remaja
2. Sekolah : sekolah dapat menjadi menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi siswa, bagi remaja yang
melakukan penyimpangan, sekolah akan menjadi tempat subur untuk melakukan aksinya, maka dari itu
sekolah harus menerapkan nilai-nilai moral dan agama yang tinggi, interaksi sosial antar warga
sekolahpun harus harmonis.
3. Masyarakat : Dikatakan oleh (Eitzen, 1986:10) bahwa seorang dapat menjadi buruk/jelek oleh karena
hidup dalam lingkungan masyarakat yang buruk. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya pada
masyarakat yang mengalami gejala disorganisasi sosial, norma dan nilai sosial menjadi kehilangan
kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya
berbagai bentuk penyimpangan perilaku. Di dalam masyarakat yang disorganisasi sosial, seringkali yang
terjadi bukan sekedar ketidak pastian dan surutnya kekuatan mengikat norma sosial, tetapi lebih dari itu,
perilaku menyimpang karena tidak memperoleh sanksi sosial kemudian dianggap sebagai yang biasa
dan wajar.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengaruh negative interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya (gang) di sekolah berkorelasi
dengan perilaku menyimpang yaitu kenakalan remaja, maka pengaruh negative yang ditimbulkan oleh
interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya yang jenisnya gang adalah kenakalan remaja, bentuk
kenakalan remaja bermacam-macam dan akibatnyapun bermacam-macam, sebagai mahluk sosial selain
berpengaruh terhadap pelakunya sendiri juga berpengaruh terhadap system sekolah dan system
masyarakat
Kenakalan remaja lahir dari suatu system, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat, keluarga
yang tidak harmonis akan membuat remaja mencari pelarian, sekolah yang tidak menerapkan budaya
normative dan disiplin yang baik maka sekolah akan menjadi tempat yang subur bagi kenakalan remaja,
kemudian moral yang lemah di masyarakat akan membuat perilaku menyimpang sudah menjadi hal
biasa. Maka dari itu iklim-iklim yang menjunjung tinggi nilai keharmonisan, normative dan moral harus
sangat diperhatikan dan diterapkan bersama dalam suatu system sosial.
B. SARAN
1. Kepada pihak sekolah agar menciptakan interaksi sosial antara semua warga sekolah yang harmonis,
menerapkan budaya normative serta disiplin yang baik. Ciptakan di lingkungan keluarga dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Iwang (2010). Kenakalan Remaja Sebagai Perilaku Menyimpang Hubungannya Dengan Keberfungsian
Sosial Keluarga. [online]. Tersedia di
:http://iwangeodrsgurusosiologismamuhammadiyah1tasikmalaya.yolasite.com/perilaku-menyimpang.php.
[19 April 2011]
Relawan YAI. (2007) Waspadai, Tekanan Teman Sebaya Menjerumuskan. [online] tersedia di
:http://rafiqrokhanzen.wordpress.com/2007/12/14/waspadai-tekanan-teman-sebaya-menjerumuskan/ [
19