You are on page 1of 21

teori teori interaksi sosial

TEORI-TEORI INTERAKSI SOSIAL


A. Teori Perbandingan sosial
Teori ini di kemukakan oleh Festinger (1950, 1954). Pada dasarnya teori ini berpendapat
bahwa proses saling mempengaruhi dan perilaku saling bersaing dalam
interaksisosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self evaluation)
dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan memebandingkan diri dengan orang lain.

1. Dorongan untuk menilai pendapat dan kemampuan


Festinger mempunyai hipotesa bahwa setiap orang mempunyai dorongan (drive) untuk
menilai pendapat dan kemampuan diri sendiri dengan cara membandingkan dengan pendapat
atau kemampuan orang lain.
Akan tetapi Festinger mengingatkan bahwa dalam menilai kemampuan ada 2 macam
situasi. Situasi pertama adalah dimana kemampuan orang dinilai berdasarkan ukuran yang
objektif. Situasi kedua adalah situasi dimana kemampuan dinilai berdasarkan pendapat.

2. Sumber-sumber penilaian
Orang yang akan menggunakan ukuran-ukuran yang objektif (realitas obyektif) sebagai
dasar penilaian-penilainnya selama ada kemungkina untuk melakuukan hal itu. Tetapi kalau
kemungkinan itu tidak ada maka orang akan mempergunakan pendapat atau kemampuan orang
lain sebagai ukuran. Dari kenyataan ini Festinger sampai kepada hipotesisnya yang kedua yaitu
bahwa jika tidak ada cara-cara yang nonsosial, maka orang akan mengunakan ukuran-ukuran
yang melibatkan orang lain.

3. Memilih orang untuk perbandingan


Dalam membuat perbandingan dengan orang-orang lain, setiap orang mempunyai banyak
pilihan. Tetapi setiap oarng cenderung memilih oarng-orang yang sebaya taua rekan-rekannya
sendiri untuk dijadikan perbandingan.
Hipotesa 3 : Kecendrungan untuk membandingkan diri dengan orang lain menurun jika
perbedaan pendapat dengan orang lain itu meningkat.
Corollary 3 A : Kalau ia boleh memilih, seseorang akan memilih oarng yang pendapat atau
kemampuannya mendekati pendapat atau kemampuannya sendiri untuk dijadikan pembanding.
Corollary 3 B : Jika tidak ada kemungkinan lain keculai membandingkan diri dengan
pendapat atau kemampuan orang lain yang jauh berbeda, maka seseorang tidak akan mampu
membuat penilaian yang tepat tentang pendapat atau kemajuannya sendiri.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan


Festinger mengajukan hipotesis 4 sebagai berikut : Dalam hal ini perbedaan kemampuan,
terdapat desaka untuk perubahan searah, yaitu perubahann ke atas, yang tidak terdapat dalam
dalam hal perbedaan pendapat. Hipotesa 4 ini menurut Festinger setidak-tidaknya berlaku untuk
masyarakat seperti di Amerika serikat dimana prestasi yang tinggi sangat dihargai.
Hipotesa berikut adalh Hipotesa 5 : Ada faktor-faktor nonsosial yang menyulitkan atau tidak
memungkinkan perubahan kemampuan pada seseorang, yang hampir-hampir tidak ada pada
perubahan pendapat.
5. Berhentinya perbandingan
Deriviasi D3 : Jika perbedaan pendapat atau kemampuan dengan orang-orang lain dalam
kelompok terlalu besar, maka akan terdapat kecenderungan untuk menghentikan perbandingan-
perbandingan.
Hipotesis 6 : sejauh perbandingan yang berkepanjangan dengan orang lain menimbulkan
konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan, perhatian perbandingan akan diikuti oleh
persaan bermusuhan dan kebencian.

6. Desakan kearah keseragaman


Corollary 7 A : Desakan ke arah keseragaman pendapat atau kemampuan tergantung dari daya
tarik kelompok itu.
Corollary 7 B : Desakan kearah kseragaman bervariasi, tergantung pada relevansi pendapat
atau kemampuan bagi kelompok.
Hipotesis 8 : kecendrungan untuk memperkecil kemungkina perbandingan makin besar jika
orang-orang yang pandangan atau kemampuannya berbeda dari diri tersebut, dianggap juga
berbeda dalam sifat-sifat lain.

7. Pengaruhnya terhadap pembentukan kelompok


 Karena perbandingan hanya bisa terjadi dalam kelompok, maka untuk menilai diri sendiri
orang terdorong untuk berkelompok dan menghubungkan dirinya sendiri dengan orang lain.
 Kelompok yang paling memuaskan adalah yang pendapatnya paling dekat dengan
pendapat sendiri.

8. Konsekuensi-konsekuensi dari perbandingan yang dipaksakan


Jika perbedaan pendapat dalam kelompok terlalu besar, maka kelompok akan mengatur dirinya
sedemikian rupa sehingga perbedaan-perbedaan itu dapat didekatkan dan perbandingan-
perbandingan dapat dilakukan.

B. Teori Inferensi Korespodensi


Teori ini dikembangkan oleh Jones & davis (1965). Teori ini pada dasarnya mencoba
untuk menernagkan kesimpulan yang ditarik oleh seorang pengamat (perceiver) dari
pengamatannya atas perilaku tertentu dari orang lain. Dengan perkataan lain pengamat
mengadakan peramalan (inferences) terhadap niat (intention) orang lain dari perilaku orang lain
tersebut.
Tesis utama dari teori ini adalah sebagai berikut : perkiraan tentang intensi dari suatu
perbuatan tertentu bisa ditarik dengan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan lain yang
dapat dilakukan oleh si pelaku.

1. Konsep Korespondensi
Istilah korespondensi digunakan oleh Jones & Davis jika suatau perilaku dari intensi yang
mendasari tingkah laku itu diperkirakan sama.
Dengan perkataan lain, korespondensi dari hubungna anatara suatu perbuatan dan niat yang
mendasari perbuatan itu akan meningkat jika si pengamat menilai bahwa ciri-ciri perilaku
tersebut berbeda atau menyimpang dari ciri-ciri perilaku orang lain pada umumnya yang berada
pada posisi yang sama.
2. Tindakan dan Efek
Tindakan (act) oleh Jones &Davis diberi definisi yang luas, yaitu keseluruhan respons
(reaksi) yang mencerminkan piligan si pelaku dan yang mempunyai akibat (efek) terhadap
lingkungannya.
Efek diartikan oleh Jones & Daivis sebagai perubahan-perubahan yang nyata yang
dihasilkan oleh tindakan. Efek dari suatu tindakan bisa satu bisa bermacam-macam. Kalau suatu
tindakan mempunyai efek ganda, maka inferensi akan jadi lebih sulit.

3. Faktor-faktor yang menentukan korespondensi


 Bila suatu tindakan mengakibatkan efek ganda, maka si pengamat pertama-tama
memperkirakan bahwa ada beberapa efek tertentu yang lebih merupakan tujuan dari pelaku. Jika
dari berbagai efek itu ternyata hanya satu yang dianggap merupakan tujuan pelaku oleh
pengamat, maka ia dikatakan probabilitas.
 Aspek lain dari proses interferensi adalah signifikansi dari efek tindakan yang menjadi
tujuan kator bagi pengamat.

4. Faktor-faktor yang menentukan assumed desirability


Assumed desirability adalah perkiraan pengamat bahwa perilaku tertentu akan dilakukan
oleh orang-orang lain pada posisi perilaku dan bahwa pelaku mengharapkan efek yang tidak
berbeda dari orang-orang lain pada posisinua.
Yang mempengaruhi assumed desirabillity adlah hal-hal seperti penampilan pelaku,
stereotipi pengamat dan lain-lain.

5. Memperhitungkan kebiasaan efek


Di atas telah disebutkan bahwa pengamat harus memperhitungkan apakah suatu efek biasa
terjadi atau tidak bisa terjadi. Ada 2 masalh yang menyangkut proses memperhitungkan
kebiasaan dari efek-efek :
 Masalah yang menyangkut identifikasi dan penentuan biasa atau tidaknya efek-efek
 Memilih efek-efek yang tida biasa dan memisahkanny dari efek-efek lain dari suatu tindakan
tertentu.

6. Korespondensi dan Keterlibatan Pribadi


Keterlibatan ini ada 2 macam yaitu : relevansi hedonik dan personalisme. Suatu tindakan
mempunyai relevansi hedonik buat pengamat jika tindakan itu mendorong atau menghambat
tercapainya tujuan-tujuan pengamat sendiri, jika tindakan itu menyenangkan atau mengecewakan
pengamat.
Di lain pihak, suatu tindakan adalah personalistik jika pengmat merasa yakin bahwa
dirinya sendirilah yang dijadikan sasaran dari tindakan termaksud.

C. Teori Atribusi Eksternal.


Teori atribusi eksternal adalah teori yang membahas tentang prilaku seseorang. Apakah
itu di sebabkan karena faktor internal, misalnya sifat, karakter, sikap, dan sebagainya. Atau
karena faktor eksternal, misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang memaksa seseorang
melakukan perbuatan tertentu. Sehingga pengamat dapat mengambil kesimpulan atas prilaku
yang sedang di tampilkan orang lain. Ini berarti setiap individu pada dasarnya adalah seorang
ilmuan semu yang berusaha mencari sebab kenapa seseorang berbuat dengan cara tertentu.
Contoh:
Seorang siswa, yang bernama topan, bertengkar dengan seorang guru matematikanya, begitu
pula dengan siswa lainnya. Hal ini menunjukkan konsensus yang tinggi. Topan pernah juga
bertengkar dengan guru matematika itu sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa konsistensi
yang tinggi. Kemudian topan tidak bertengkar dengan guru lainnya , Topan hanya bertengkar
dengan guru matematikanya saja. Maka kita akan menyimpulkan bahwa Topan marah kepada
guru matematikanya itu karena ulah gurunya sendiri, bukan karena watak topan yang pemarah.
Ini sebagai salah satu contoh atribusi eksternal yang merupakan proses pembentukan kesan
berdasarkan kesimpulan yang kita tafsirkan atas kejadian yang terjadi.
Sementara menurut Weiner (Weiner, 1980, 1992) attribution theory is probably the most
influential contemporary theory with implications for academic motivation. Artinya Atribusi
adalah teori kontemporer yang paling berpengaruh dengan implikasi untuk motivasi akademik.
Hal ini dapat diartikan bahwa teori ini mencakup modifikasi perilaku dalam arti bahwa ia
menekankan gagasan bahwa peserta didik sangat termotivasi dengan hasil yang menyenangkan
untuk dapat merasa baik tentang diri mereka sendiri.
Teori yang dikembangkan oleh Bernard Weiner ini merupakan gabungan dari dua bidang
minat utama dalam teori psikologi yakni motivasi dan penelitian atribusi. Teori yang diawali
dengan motivasi, seperti halnya teori belajar dikembangkan terutama dari pandangan stimulus-
respons yang cukup popular dari pertengahan 1930-an sampai 1950-an.
Sebenarnya istilah atribusi mengacu kepada penyebab suatu kejadian atau hasil menurut
persepsi individu. Dan yang menjadi pusat perhatian atau penekanan pada penelitian di bidang
ini adalah cara-cara bagaimana orang memberikan penjelasan sebab-sebab kejadian dan
implikasi dari penjelasan-penjelasan tersebut. Dengan kata lain, teori itu berfokus pada
bagaimana orang bisa sampai memperoleh jawaban atas pertanyaan “mengapa”? (Kelly 1973)
 Komponen dan Karakteristik Atribusi
Model Atribusi mengenai motivasi mempunyai beberapa komponen, yang terpenting
adalah hubungan antara atribusi, perasaan dan tingkah laku. Menurut Weiner, urutan-urutan logis
dari hubungan psikologi itu ialah bahwa perasaan merupakan hasil dari atribusi atau kognisi.
Perasaan tidak menentukan kognisi, misalnya semula orang merasa bersyukur karena
memperoleh hasil positif dan kemudian memutuskan bahwa keberhasilan itu berkat bantuan
orang lain. Hal ini merupakan urutan yang tidak logis (weiner, 1982 hal 204).
Hubungan antara kepercayaan, pada reaksi afektif dan tingkah laku. Penyebab
keberhasilan dan kegagalan menurut persepsi menyebabkan pengharapan untuk terjadinya
tindakan yang akan datang dan menimbulkan emosi tertentu. Tindakan yang menyusul
dipengaruhi baik oleh perasaan individu maupun hasil tindakan yang diharapkan terjadi.
Menurut teori atribusi, keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat dianalisis dalam tiga
karakteristik, yakni :
1. Penyebab keberhasilan atau kegagalan mungkin internal atau eksternal. Artinya, kita mungkin
berhasil atau gagal karena factor-faktor yang kami percaya memiliki asal usul mereka di dalam
diri kita atau karena factor yang berasal di lingkungan kita.
2. Penyebab keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat berupa stabil atau tidak stabil. Maksudnya,
jika kita percaya penyebab stabil maka hasilnya mungkin akan sama jika melakukan perilaku
yang sama pada kesempatan lain.
3. Penyebab keberhasilan atau kegagalan dapat berupa dikontrol atau tidak terkendali. Faktor
terkendali adalah salah satu yang kami yakin kami dapat mengubah diri kita sendiri jika kita
ingin melakukannya. Adapun factor tak terkendali adalah salah satu yang kita tidak percaya kita
dengan mudah dapat mengubahnya.
Merupakan factor internal yang dapat dikontrol, yakni kita dapat mengendalikan usaha dengan
mencoba lebih keras. Demikian juga factor eksternal dapat dikontrol , misalnya seseorang gagal
dalam suatu lembaga pelatihan , namun dapat berhasil jika dapat mengambil pelatihan yang lebih
mudah. Atau dapat disebut sebagai factor tidak terkendali apabila kalkulus dianggap sulit kareba
bersifat abstrak, akan tetap abstrak, tidak akan terpengaruh terhadap apa yang kita lakukan.
Secara umum, ini berarti bahwa ketika peserta didik berhasil di tugas akademik, mereka
cenderung ingin atribut keberhasilan ini untuk usaha mereka sendiri, tetapi ketika mereka gagal,
mereka ingin atribut kegagalan mereka untuk factor-faktor dimana mereka tidak memiliki
kendali, sepeti mengajarkan hal buruk atau bernasib buruk.
Menurut Weiner, factor paling penting yang mempengaruhi atribusi ada empat factor yakni
antara lain :
1. Ability yakni kemampuan, adalah factor internal dan relative stabil dimana peserta didik tidak
banyak latihan control langsung.
2. Task difficulty yakni kesulitan tugas dan stabil merupakan factor eksternal yang sebgaian
besar di luar pembelajaran control.
3. Effort yakni upaya, adalah factor internal dan tidak stabil dimana peserta didik dapat latihan
banyak control.
4. Luck yakni factor eksternal dan tidak stabil dimana peserta didik latihan control sangat kecil.
Untuk memahami seseorang dalam kaitannya dengan suatu kejadian, Weiner menunjuk dua
dimensi yaitu :
a. Dimensi internal-eksternal sebagai sumber kausalitas
b. Dimensi stabil-tidak stabil sebagai sifat kausalitas

D. Teori Penilaian Sosial.


Teori penilaian sosial adalah suatu teori yang memusatkan bagaimana kita membuat
penilaian tentang opini atau pendapat yang kita dengar dengan melibatkan ego dalam pendapat
tersebut.
Teori ini dikemukakan oleh Sherif dan Hovland (1961)mencoba menggabungkan sudut
pandangan psikologi, sosiologi dan antropologi.mereka mengatakan bahwa dalil yan mendasar
dari teorinyaini adalah oan yang membentuk situasi yang penting buat dirinya. Jadi ia tidak
ditentukan oleh factor intern (sikap, situasi dan motif) maupun ekstern (obyek, orang-orang dan
lingkungan fisik). Interaksi dan factor intern dan ekstern inilah yang menjadi kerangka acuan
dari setiap perilaku. Pasokan-[sokan inilah yang dianalisis oleh Sherif dalam teorinya dan dicari
sejah mana pengaruhnya terhadap penilaian social dilakukan oleh individu.
Jadi teori penilaian social ini khususnya mempelajari proses psikologis yang mendasari
pernyataan sikap dan perubahan sikap melalui komunikasi. Anggapan dasarnya adalah bahwa
dalam menilai manusia membuat deskripsi dan kategorisasi khusus. Dalam kategorisasi manusia
melakukan perbandingan-perbandingan diantara berbagai alternatifyang disusun oleh individu
untuk menilai stimulus-stimulus yang dating dari luar.
Oleh karena itu kita harus memahami penilaian social dari segi
Dalam hal ini bagaimana terjadinya penilaian pada diri individu, Sherf mengemukakan bahwa
dalam percobaannya dia memerikkan sejumlah benda dan setiap benda itu menyatakan mana
yang lebih berat dan mana yang lebih ringan. Disitlah jelas sifat yang akan dinilai dan makin
jelas patokan-patokan yang akan disusun agar penilaiana makin mantap. Misalnya orang
diberikan barang/benda yang dapat ditimabang yang beratnya bervariasi antara 5-100gram. Dan
orang percobaan tersebut disuruh menetapkan 50gram.sebagai patokannya, maka
menggolongkan benda yang brat dan yang ringan ini.stabil. sebaliknya kalau sifat yang
ditimbang itu meragukan dantidaka ada patokan jelas, maka penilaian akan labil.
B. Efek asimilsi dan kontras
Dalam kehidupan sehari-hari, kadang orang-orang haruse menggunakan patokan-patokan
diluar batas-batas yang diberikan oleh stimulus yang ada. Efek dari patokan ini bergantung dari
jauh dekatnya patokan dari stimulus. Jadi penilaian yang mendekati patokan disebut asimilasi.
Yaitu patokan yang dimasukkan kedalam rangkaian stimulus dalam batas rangkaian stimulus
diperbesar. Sehingga mencakupi paotkan. Dan penilaian yang menyalahi patokan disebut
kontras.
C. Garis lintang penerimaan, penolakan dan ketidakterlibatan
Perbedaan akan variasi antara individu akan mendorong timbulnyakonsep-konsep tentang
garis-garis lintang. Garis lintang penerimaan adalah rangakaian posisi sikap yang dapat diberikan
, diterima dan ditolerir oleh indivudu. Garis lintang penolakan adalah rangkaian posisi sikap
yang dapat tidak diberikan , tidak dapat diterima dan tidak bias ditolerir oleh indivudu. Garis
lintang ketidak terlibatan adalah posisi-posisi yang termasuk dalam lintang yang pertama. Jari
garis-garis lintang ini akan menentukan sikap indiviru terhadap pernyataan dalamsituasitertentu.
D.Pola penerimaan dan penolakan
Jika seorang individu melibatkan sendiri dalam situasi yang dinilainya sendirimaka ia akan
menjadi patokan. maka makin tinggi ia terliat makin tinggi pula dan sedikait hal-hal yang
ditermanya. Sebalikanya ambang penolakan semakin rendah sehingga makin banyak hal-
halyangtidakbiasditerimanya.
E. Penilaian social dan penilaian sikap
Komunikasi menurut Sherif dan holand bisamendekatkan sikap individu dengansikap orang
lain.tetapi bias juga menjahui orang lain. Hal ini tergantung dari posisi awal tersebut terhadap
individu lain. Jika posisi awal mereka saling berdekatan, komunikasi akan semakin memperjelas
persamaan-persamaan diantara mereka dan sehingga terjadilah pendekatan. Tetapi sebaliknya,
jika posisi awal saling berjauhan, maka komuniksi akan mempertegas perbedaan dan posisi
mereka akan saling menjahui.

TEORI-TEORI INTERAKSI SOSIAL


A. Teori Perbandingan Sosial
Teori perbandingan sosial adalah proses saling mempengaruhi dalam interaksi sosial yang
ditimbulkan karena adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri dengan membandingkan diri dengan
orang lain.
Permasalahannya adalah orang seperti apa yang dijadikan standar atau pembanding? Menurut
Brigham (1991), pada umumnya yang dijadikan perbandingan adalah orang yang dinilai mempunyai
kasamaan atribut dengannya, misalnya sama dalam hal usia, jenis kelamin, sikap, emosi, pendapat,
kemampuan atau pengalaman. Melalui perbandingan tersebut, seseorang akan memperoleh
persamaan dan keunikan diri. Oleh karena itu, melalui perbandingan sosial, orang tidak hanya
mendapatkan penilaian diri saja tetapi juga dapat mengembangkan pribadinya.
Konsekuensi dari pembandingan adalah adanya penilaian sesuatu lebih baik atau lebih buruk dari
yang lain. Melalui perbandingan sosial kita juga menyadari posisi kita di mata orang lain dan
masyarakat. Kesadaran akan posisi ini tidak akan melahirkan prasangka bila kita menilai orang lain
relatif memiliki posisi yang sama dengan kita. Prasangka terlahir ketika orang menilai adanya
perbedaan yang mencolok (Myers, 1999). Dalam masyarakat yang perbedaan kekayaan
anggotanya begitu tajam prasangka cenderung sangat kuat. Sebaliknya bila status sosial ekonomi
relatif setara prasangka yang ada kurang kuat.
Para sosiolog menyebutkan bahwa prasangka dan diskriminasi adalah hasil dari stratifikasi sosial
yang didasarkan distribusi kekuasaan, status, dan kekayaan yang tidak seimbang diantara
kelompok-kelompok yang bertentangan (Manger, 1991). Dalam masyarakat yang terstruktur dalam
stratifikasi yang ketat, kelompok dominan dapat menggunakan kekuasaan mereka untuk
memaksakan ideologi yang menjustifikasi praktek diskriminasi untuk mempertahankan posisi
menguntungkan mereka dalam kelompok sosial. Hal ini membuat kelompok dominan berprasangka
terhadap pihak-pihak yang dinilai bisa menggoyahkan kepercayaan mereka. Sementara itu
kelompok yang didominasi pun berprasangka terhadap kelompok dominan karena kecemasan akan
dieksploitasi.
B. Teori Inferensi Korespondensi.
Teori inferensi korespondensi adalah jika tingkah laku individu berhubungan dengan sikap atau
karakteristik seseorang, berarti seorang individu dapat melihat individu lain berdasarkan sikap dan
karakteristik individu yang di lihatnya.
C. Teori Atribusi Eksternal
Teori atribusi eksternal adalah teori yang membahas tentang prilaku seseorang. Apakah itu di
sebabkan karena faktor internal, misalnya sifat, karakter, sikap, dan sebagainya. Atau karena faktor
eksternal, misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang memaksa seseorang melakukan
perbuatan tertentu. Sehingga pengamat dapat mengambil kesimpulan atas prilaku yang sedang di
tampilkan orang lain. Ini berarti setiap individu pada dasarnya adalah seorang ilmuan semu yang
berusaha mencari sebab kenapa seseorang berbuat dengan cara tertentu.
Contoh:
Seorang siswa, yang bernama topan, bertengkar dengan seorang guru matematikanya, begitu pula
dengan siswa lainnya. Hal ini menunjukkan konsensus yang tinggi. Topan pernah juga bertengkar
dengan guru matematika itu sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa konsistensi yang tinggi.
Kemudian topan tidak bertengkar dengan guru lainnya , Topan hanya bertengkar dengan guru
matematikanya saja. Maka kita akan menyimpulkan bahwa Topan marah kepada guru
matematikanya itu karena ulah gurunya sendiri, bukan karena watak topan yang pemarah. Ini
sebagai salah satu contoh atribusi eksternal yang merupakan proses pembentukan kesan
berdasarkan kesimpulan yang kita tafsirkan atas kejadian yang terjadi.
Sementara menurut Weiner (Weiner, 1980, 1992) attribution theory is probably the most influential
contemporary theory with implications for academic motivation. Artinya Atribusi adalah teori
kontemporer yang paling berpengaruh dengan implikasi untuk motivasi akademik. Hal ini dapat
diartikan bahwa teori ini mencakup modifikasi perilaku dalam arti bahwa ia menekankan gagasan
bahwa peserta didik sangat termotivasi dengan hasil yang menyenangkan untuk dapat merasa baik
tentang diri mereka sendiri.
Teori yang dikembangkan oleh Bernard Weiner ini merupakan gabungan dari dua bidang minat
utama dalam teori psikologi yakni motivasi dan penelitian atribusi. Teori yang diawali dengan
motivasi, seperti halnya teori belajar dikembangkan terutama dari pandangan stimulus-respons yang
cukup popular dari pertengahan 1930-an sampai 1950-an.
Sebenarnya istilah atribusi mengacu kepada penyebab suatu kejadian atau hasil menurut persepsi
individu. Dan yang menjadi pusat perhatian atau penekanan pada penelitian di bidang ini adalah
cara-cara bagaimana orang memberikan penjelasan sebab-sebab kejadian dan implikasi dari
penjelasan-penjelasan tersebut. Dengan kata lain, teori itu berfokus pada bagaimana orang bisa
sampai memperoleh jawaban atas pertanyaan “mengapa”? (Kelly 1973)
• Komponen dan Karakteristik Atribusi
Model Atribusi mengenai motivasi mempunyai beberapa komponen, yang terpenting adalah
hubungan antara atribusi, perasaan dan tingkah laku. Menurut Weiner, urutan-urutan logis dari
hubungan psikologi itu ialah bahwa perasaan merupakan hasil dari atribusi atau kognisi. Perasaan
tidak menentukan kognisi, misalnya semula orang merasa bersyukur karena memperoleh hasil
positif dan kemudian memutuskan bahwa keberhasilan itu berkat bantuan orang lain. Hal ini
merupakan urutan yang tidak logis (weiner, 1982 hal 204).
Hubungan antara kepercayaan, pada reaksi afektif dan tingkah laku. Penyebab keberhasilan dan
kegagalan menurut persepsi menyebabkan pengharapan untuk terjadinya tindakan yang akan
datang dan menimbulkan emosi tertentu. Tindakan yang menyusul dipengaruhi baik oleh perasaan
individu maupun hasil tindakan yang diharapkan terjadi.
Menurut teori atribusi, keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat dianalisis dalam tiga
karakteristik, yakni :
1. Penyebab keberhasilan atau kegagalan mungkin internal atau eksternal. Artinya, kita mungkin
berhasil atau gagal karena factor-faktor yang kami percaya memiliki asal usul mereka di dalam diri
kita atau karena factor yang berasal di lingkungan kita.
2. Penyebab keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat berupa stabil atau tidak stabil.
Maksudnya, jika kita percaya penyebab stabil maka hasilnya mungkin akan sama jika melakukan
perilaku yang sama pada kesempatan lain.
3. Penyebab keberhasilan atau kegagalan dapat berupa dikontrol atau tidak terkendali. Faktor
terkendali adalah salah satu yang kami yakin kami dapat mengubah diri kita sendiri jika kita ingin
melakukannya. Adapun factor tak terkendali adalah salah satu yang kita tidak percaya kita dengan
mudah dapat mengubahnya.
Merupakan faktor internal yang dapat dikontrol, yakni kita dapat mengendalikan usaha dengan
mencoba lebih keras. Demikian juga factor eksternal dapat dikontrol , misalnya seseorang gagal
dalam suatu lembaga pelatihan , namun dapat berhasil jika dapat mengambil pelatihan yang lebih
mudah. Atau dapat disebut sebagai factor tidak terkendali apabila kalkulus dianggap sulit karena
bersifat abstrak, akan tetap abstrak, tidak akan terpengaruh terhadap apa yang kita lakukan. Secara
umum, ini berarti bahwa ketika peserta didik berhasil di tugas akademik, mereka cenderung ingin
atribut keberhasilan ini untuk usaha mereka sendiri, tetapi ketika mereka gagal, mereka ingin atribut
kegagalan mereka untuk factor-faktor dimana mereka tidak memiliki kendali, sepeti mengajarkan hal
buruk atau bernasib buruk.
Menurut Weiner, factor paling penting yang mempengaruhi atribusi ada empat factor yakni antara
lain :
1. Ability yakni kemampuan, adalah factor internal dan relative stabil dimana peserta didik tidak
banyak latihan control langsung.
2. Task difficulty yakni kesulitan tugas dan stabil merupakan factor eksternal yang sebgaian besar di
luar pembelajaran control.
3. Effort yakni upaya, adalah factor internal dan tidak stabil dimana peserta didik dapat latihan
banyak control.
4. Luck yakni factor eksternal dan tidak stabil dimana peserta didik latihan control sangat kecil.
Untuk memahami seseorang dalam kaitannya dengan suatu kejadian, Weiner menunjuk dua
dimensi yaitu :
a. Dimensi internal-eksternal sebagai sumber kausalitas
b. Dimensi stabil-tidak stabil sebagai sifat kausalitas
D. Teori Penilaian Sosial
Teori penilaian sosial adalah suatu teori yang memusatkan bagaimana kita membuat penilaian
tentang opini atau pendapat yang kita dengar dengan melibatkan ego dalam pendapat tersebut.
Teori ini dikemukakan oleh Sherif dan Hovland (1961)mencoba menggabungkan sudut pandangan
psikologi, sosiologi dan antropologi.mereka mengatakan bahwa dalil yan mendasar dari teorinya ini
adalah yang membentuk situasi yang penting buat dirinya. Jadi ia tidak ditentukan oleh factor intern
(sikap, situasi dan motif) maupun ekstern (obyek, orang-orang dan lingkungan fisik). Interaksi dan
faktor intern dan ekstern inilah yang menjadi kerangka acuan dari setiap perilaku. Pasokan-pasokan
inilah yang dianalisis oleh Sherif dalam teorinya dan dicari sejah mana pengaruhnya terhadap
penilaian sosial dilakukan oleh individu.
Jadi teori penilaian social ini khususnya mempelajari proses psikologis yang mendasari pernyataan
sikap dan perubahan sikap melalui komunikasi. Anggapan dasarnya adalah bahwa dalam menilai
manusia membuat deskripsi dan kategorisasi khusus. Dalam kategorisasi manusia melakukan
perbandingan-perbandingan diantara berbagai alternatifyang disusun oleh individu untuk menilai
stimulus-stimulus yang dating dari luar.

Oleh karena itu kita harus memahami penilaian social dari segi:

A. Skala Penilaian
Dalam hal ini bagaimana terjadinya penilaian pada diri individu, Sherf mengemukakan bahwa dalam
percobaannya dia memerikkan sejumlah benda dan setiap benda itu menyatakan mana yang lebih
berat dan mana yang lebih ringan. Disitlah jelas sifat yang akan dinilai dan makin jelas patokan-
patokan yang akan disusun agar penilaiana makin mantap. Misalnya orang diberikan barang/benda
yang dapat ditimabang yang beratnya bervariasi antara 5-100gram. Dan orang percobaan tersebut
disuruh menetapkan 50gram.sebagai patokannya, maka menggolongkan benda yang brat dan yang
ringan ini stabil. Sebaliknya kalau sifat yang ditimbang itu meragukan dan tidak ada patokan jelas,
maka penilaian akan labil.

B. Efek asimilsi dan kontras


Dalam kehidupan sehari-hari, kadang orang-orang haruse menggunakan patokan-patokan diluar
batas-batas yang diberikan oleh stimulus yang ada. Efek dari patokan ini bergantung dari jauh
dekatnya patokan dari stimulus. Jadi penilaian yang mendekati patokan disebut asimilasi. Yaitu
patokan yang dimasukkan kedalam rangkaian stimulus dalam batas rangkaian stimulus diperbesar.
Sehingga mencakupi paotkan. Dan penilaian yang menyalahi patokan disebut kontras.
C. Garis lintang penerimaan, penolakan dan ketidakterlibatan
Perbedaan akan variasi antara individu akan mendorong timbulnyakonsep-konsep tentang garis-
garis lintang. Garis lintang penerimaan adalah rangakaian posisi sikap yang dapat diberikan ,
diterima dan ditolerir oleh indivudu. Garis lintang penolakan adalah rangkaian posisi sikap yang
dapat tidak diberikan , tidak dapat diterima dan tidak bias ditolerir oleh indivudu. Garis lintang
ketidak terlibatan adalah posisi-posisi yang termasuk dalam lintang yang pertama. Jari garis-garis
lintang ini akan menentukan sikap indiviru terhadap pernyataan dalam situasi tertentu.

D. Pola penerimaan dan penolakan


Jika seorang individu melibatkan sendiri dalam situasi yang dinilainya sendirimaka ia akan menjadi
patokan. maka makin tinggi ia terliat makin tinggi pula dan sedikait hal-hal yang ditermanya.
Sebalikanya ambang penolakan semakin rendah sehingga makin banyak hal-hal yang tidak bias
diterimanya.

E. Penilaian social dan penilaian sikap


Komunikasi menurut Sherif dan holand bisamendekatkan sikap individu dengansikap orang
lain.tetapi bias juga menjahui orang lain. Hal ini tergantung dari posisi awal tersebut terhadap
individu lain. Jika posisi awal mereka saling berdekatan, komunikasi akan semakin memperjelas
persamaan-persamaan diantara mereka dan sehingga terjadilah pendekatan. Tetapi sebaliknya, jika
posisi awal saling berjauhan, maka komuniksi akan mempertegas perbedaan dan posisi mereka
akan saling menjahui.
DAFTAR PUSTAKA
Sarlito W.Sarwono. 2008. Teori-Teori Psikologi Sosial. Rajawali Pers. Jakarta.

TEORI-TEORI INTERAKSI SOSIAL

A. Teori Perbandingan Sosial.


Teori perbandingan sosial adalah proses saling mempengaruhi dalam interaksi
sosial yang ditimbulkan karena adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri dengan
membandingkan diri dengan orang lain.
Permasalahannya adalah orang seperti apa yang dijadikan standar atau
pembanding? Menurut Brigham (1991), pada umumnya yang dijadikan perbandingan
adalah orang yang dinilai mempunyai kasamaan atribut dengannya, misalnya sama dalam
hal usia, jenis kelamin, sikap, emosi, pendapat, kemampuan atau pengalaman. Melalui
perbandingan tersebut, seseorang akan memperoleh persamaan dan keunikan diri. Oleh
karena itu, melalui perbandingan sosial, orang tidak hanya mendapatkan penilaian diri saja
tetapi juga dapat mengembangkan pribadinya.
Konsekuensi dari perbandingan adalah adanya penilaian sesuatu lebih baik atau
lebih buruk dari orang lain.Melalui perbandingan sosial kita juga dapat menyadari posisi kita
di mata orang lain dan masyarakat.

B. Teori Inferensi Korespondensi.


Teori inferensi korespondensi adalah jika tingkah laku individu berhubungan dengan
sikap atau karakteristik seseorang, berarti seorang individu dapat melihat individu lain
berdasarkan sikap dan karakteristik individu yang di lihatnya.
C. Teori Atribusi Eksternal.
Teori atribusi eksternal adalah teori yang membahas tentang prilaku seseorang.
Apakah itu di sebabkan karena faktor internal, misalnya sifat, karakter, sikap, dan
sebagainya. Atau karena faktor eksternal, misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu
yang memaksa seseorang melakukan perbuatan tertentu. Sehingga pengamat dapat
mengambil kesimpulan atasprilaku yang sedang di tampilkan orang lain. Ini berarti setiap
individu pada dasarnya adalah seorang ilmuan semu yang berusaha mencari sebab kenapa
seseorang berbuat dengan cara tertentu.
D. Teori Penilaian Sosial.
Teori penilaian sosial adalah suatu teori yang memusatkan bagaimana kita
membuat penilaian tentang opini atau pendapat yang kita dengar dengan melibatkan ego
dalam pendapat tersebut.

PENGARUH NEGATIVE HUBUNGAN


INTERAKSI SOCIAL DALAM KELOMPOK
TEMAN SEBAYA (GANG) DI SEKOLAH
DIPOSKAN OLEH YAYU RESTI PURWITASARIDI 07.320 KOMENTAR

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Sosiologi pendidikan merupakan ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan baik struktur,
dinamika, masalah- masalah pendidikan atau aspek-aspek lainya secara mendalam melalui analisis atau
pendekatan sosiologis. Sedangkan Antropologi adalah studi tentang umat manusia, yang berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh
pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. Sedangkan yang menjadi objek kajian
antropologi adalah kebudayaan. Yang ruang lingkupnya

Sekolah merupakan system yang terstruktur, interaksi yang terjadi antar warga sekolah tentu
tidak selamanya baik-baik saja, apalagi jika kita melihat fenomena-fenomena yang banyak terjadi di
NegaraIndonesia menganai perilaku menyimpang remaja di sekolah. Hal ini berpengaruh terhadap
system sekolah dan yang paling besar pengaruhnya yaitu terhadap pribadi dan masa depan siswa itu
sendiri

Dalam pergaulan remaja, kebutuhan untuk dapat diterima bagi setiap individu merupakan suatu
hal yang sangat mutlak sebagai mahluk sosial. Setiap anak yang memasuki usia remaja akan
dihadapkan pada permasalahan penyesuaian sosial, yang diantaranya adalah problematika pergaulan
teman sebaya. Pembentukan sikap, tingkah laku dan perilaku sosial remaja banyak ditentukan oleh
pengaruh lingkungan ataupun teman-teman sebaya.

Dewasa ini banyak terjadi fenomena yang sangat miris terjadi pada remaja-remaja sekolah
disekeliling kita, seperti yang dialami salah satu siswi di salah satu SMA Negeri di Garut yang merasakan
pengaruh negative dari hubungan interaksi social dalam kelompok teman sebayanya

Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk membahas pengaruh negative hubungan
interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya di sekolah

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan masalah dalam pembahasan makalah ini,
diantaranya

Bagaimana pengaruh negative hubungan interaksi social dalam kelompok teman sebaya di sekolah ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan diadakannya pembahasan ini adalah untuk mengetahui pengaruh negative negative
hubungan interaksi social dalam kelompok teman sebaya di sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Interaksi Sosial
1. Pengertian Interaksi social

Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu
sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok.

Interaksi mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan
masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih
dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi
baik positive ataupun negative

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi interaksi social

Menurut Gerungan (2000: 58) faktor- faktor ynag mempengaruhi interaksi sosial yaitu,

a. Faktor Imitasi : Merupakan dorongan untuk meniru orang lain, misalnya dalam hal tingkah
laku, mode pakaian dan lain- lain.

b. Faktor Sugesti : Yaitu pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang
pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari orang lain.

c. Faktor identifikasi : Merupakan suatu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain.

d. Faktor Simpati : Merupakan suatu perasaan tertarik kepada orang lain. Interaksi sosial yang
mendasarkan atas rasa simpati akan jauh lebih mendalam bila dibandingkan hanya berdasarkan sugesti
atau imitasi saja.

Jika dorongan untuk meniru oranglain sangat kuat maka ini memungkinkan individu
menggunakan interaksinya tersebut untuk melakukan cara apapun agar sama dengan temannya, atau
adanya pengaruh-pengaruh negative dari oranglain yang langsung saja diterima tanpa filter yang kuat,
dorongan untuk identik dengan oranglain. Interaksi ini akan sangat berpengaruh negative dan sekolah
merupakan sumber utama interaksi sosial remaja karena di sekolah mereka bertemu dengan banyak
orang seusia mereka.

3. Bentuk- bentuk Interaksi Sosial

Menurut Park dan Burgess (Santosa,2004:12) bentuk interaksi social dapat berupa:

a. Kerja sama

Kerja sama ialah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang-orang atau kelompok-kelompok
bekerja sama Bantu membantu untuk mencapai tujuan bersama. Misal, gotong-royong membersihkan
halaman sekolah.
b. Persaingan

Persaingan adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang-orang atau kelompok- kelompok
berlomba meraih tujuan yang sama. Jika persaingan itu sportif maka ini akan menjadi interaksi yang
positive tetapi jika persaingan sudah tidak sehat, akan banyak masalah yang muncul kepermukaan akibat
dari persaingan tersebut dan efeknya bisa bermacam-macam

c. Pertentangan.

Pertentangan adalah bentuk interaksi sosial yang berupa perjuangan yang langsung dan sadar
antara orang dengan orang atau kelompok dengan kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.

d. Persesuaian

Persesuaian ialah proses penyesuaian dimana orang-orang atau kelompok- kelompok yang
sedang bertentangan bersepakat untuk menyudahi pertentangan tersebut atau setuju untuk mencegah
pertentangan yang berlarut- larut dengan melakukan interaksi damai baik bersifat sementara maupun
bersifat kekal. Selain itu akomodasi juga mempunyai arti yang lebih luas yaitu, penyesuaian antara orang
yang satu dengan orang yang lain, antara seseorang dengan kelompok, antara kelompok yang satu
dengan kelompok yang lain.

e. Perpaduan

Perpaduan adalah suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan usaha-
usaha mengurangi perbedaan yang terdapat di antara individu atau kelompok. Dan juga merupakan
usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan
kepentingan dan tujuan bersama.

4. Jenis- jenis Interaksi

Menurut Shaw (Ali,2004: 88) membedakan interaksi dalam menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Interaksi verbal. Interaksi verbal terjadi apabila dua orang atau lebih melakukan kontak satu sama lain
dengan menggunkan alat- alat artikulasi. Prosesnya terjadi dalam saling tukar percakapan satu sama
lain.

b. Interaksi fisik. Interaksi fisik terjadi manakala dua orang atau lebih melakukan kontak dengan
menggunakan bahasa- bahasa tubuh.

c. Interaksi emosional. Interaksi emosional terjadi manalaka individu malakukan kontak satu sama lain
dengan melakukan curahan perasaan.

B. Kelompok Teman Sebaya


1. Pengertian kelompok teman sebaya
Kelompok adalah kumpulan dua orang atau lebih yang saling berkaitan, berinteraksi dan saling
mempengaruhi dalam perilaku untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok teman sebaya adalah
kelompok persahabatan yang mempunyai nilai- nilai dan pola hidup sendiri, di mana persahabatan dalam
periode teman sebaya penting sekali karena merupakan dasar primer mewujudkan nilai- nilai dalam
suatu kontak sosial. Jadi kelompok teman sebaya merupakan media bagi anak untuk mewujudkan nilai-
nilai sosial tersendiri dalam melakukan prinsip kerjasama, tanggungjawab dan kompetisi.

2. Hakekat kelompok teman sebaya

Anak berkembang di dalam dua dunia sosial:

a. Dunia orang dewasa, yaitu orang tuanya, guru- gurunya dan sebagainya.

b. Dunia teman sebaya, yaitu sahabat- sahabatnya, kelompok bermain, perkumpulan- perkumpulan.

Setiap kelompok memiliki peraturan- peraturanya sendiri, tersurat maupun tersirat, memiliki tata
sosialnya sendiri, mempunyai harapan- harapannya sendiri bagi para anggotanya. Setiap kelompok
sebaya juga mempunyai kebiasaan- kebiasaan, tradisi-tradisi, perilaku, bahkan bahasa sendiri. Kelompok
sebaya merupakan lembaga sosialisasi yang penting disamping keluarga, sebab kelompok sebaya juga
turut serta mengajarkan cara- cara hidup bermasyarakat. Biasanya anatar umur empat dan tujuh tahun
dunia sosial anak mengalami perubahan secara radikal, dari dunia kecil yang berpusat di dalam keluarga
ke dunia yang lebih luas yang berpusat pada kelompok sebaya. Anak cenderung merasa nyaman berada
bersama- sama teman- teman sebayanya daripada berada bersama orang- orang dewasa, meskipun
orang- orang dewasa tersebut bersikap menerima dan penuh pengertian.

3. Macam- macam Kelompok teman sebaya

Menurut Hurlock (1999 : 215) ada beberapa lima macam kelompok teman sebaya dalam remaja,
antara lain :

a. Teman Dekat : Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat.

b. Teman Kecil : Kelompok ini biasanya terdiri dari kelompok teman- teman dekat.

c. Kelompok Besar : Kelompok besar terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat,
berkembang dengan meningkatnya minat akan pesta dan berkencan. Karena kelompok ini besar maka
penyesuaian minat berkurang di antara anggota- anggotanya sehingga terdapat jarak social yang lebih
besar di antara mereka.

d. Kelompok Terorganisasi : Kelompok pemuda yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh sekolah dan
organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai kelompok
besar. Banyak remaja yang mengikuti kelompok seperti ini merasa diatur dan berkurang minatnya ketika
berusia 16- 17 tahun.

e. Kelompok Gang : Remaja yang tidak termasuk kelompok besar dan tidak merasa puas dengan
kelompok yang terorganisasi, mungkin akan mengikuti kelompok gang. Anggota biasanya terdiri dari
anak- anak sejenis dan minat mereka melalui adalah untuk menghadapi penolakan teman- teman
melalaui perilaku anti sosial.
BAB III
FENOMENA
Deskripsi cerita:

Nama saya Erna siswi di salah satu SMA Negeri di Garut

Awal saya masuk sekolah saya sudah dimusuhi oleh salah satu kelompok yang paling disegani di
sekolah karena saya cantik dan banyak kakak tingkat yang suka sama saya.

Saya kerap dianiaya oleh mereka, di kata-katain, dijambak sampai di tendang, suatu ketika saya
bernegosiasi dengan mereka untuk masuk ke kelompok mereka, karena saya tidak mau dimusuhi oleh
mereka saya masuk ke kelompok mereka, sejak saat itu saya menjadi salah satu cewe modis, popular
dan berkuasa disekolah, persahabatan kami sangat dekat kami sangat setia kawan,

Dari mereka saya nyoba-nyoba merokok, minum alcohol, taruhan dapetin pacar, bolos dari kelas, dan itu
sangat menyenangkan, mereka sangat baik, setia kawan, suka ngejajain, saling pinjam baju. saat itu
saya tidak merasa ada yang salah, saya senang saja diakui dan menjadi siswa popular di sekolah lagi
pula mereka sangat baik.

Namun suatu ketika saya disuruh oleh ketua kelompok untuk melabrak teman dekat saya sebelum saya
berteman dengan mereka.

Gara-gara saya teman dekat saya jadi menderita, dan saya juga menyadari ternyata selama ini saya
diamanfaatkan oleh mereka, dari sana saya memutuskan untuk pindah sekolah
BAB IV
ANALISIS FENOMENA

Interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya bisa berpengaruh positive maunpun negative
Fenomena interaksi social yang terjadi pada Erna menunjukan interaksi yang menyimpang, Dalam
kelompok tersebut terjadi hubungan timbal balik lebih dari dua orang, mereka memainkan peran secara
aktif. Jenis kelompok teman sebaya yang Erna alami yaitu jenis gang yaitu kelompok remaja yang tidak
termasuk kelompok besar dan tidak merasa puas dengan kelompok yang terorganisasi, sehingga mereka
mendirikan kelompok gang. Anggota biasanya terdiri dari anak- anak sejenis dan minat mereka adalah
untuk menghadapi penolakan teman- teman melalui perilaku antisosial

Gang memiliki sifat antisocial, mereka mengeklusifkan diri mereka dan bertindak seenaknya,
mereka lebih suka memikirkan hal-hal yang dekat, terjangkau dan berbau senang-senang atau fun. Pada
umumnya mereka ditolak oleh teman-teman yang lainnya maupun oleh masyarakat, sehingga mereka
memiliki kohesivitas yang tinggi.

Gang yang Erna ikuti merupakan kelompok wanita popular, paling cantik dan modis, dan
menguasai sekolah sehingga ketika ada siswi baru yang lebih cantik dan menjadi popular lebih dari
mereka, mereka tidak akan terima kemudian mereka berusaha membuat anak baru itu menderita.

Sebelumnya Erna menjadi korban kekerasan anggota gang tersebut namun pada akhirnya
karena factor sugesti yaitu pengaruh psikis yang dirasakan oleh Erna, suatu perasaan tidak ingin
diperlakukan tidak baik lagi sehingga dia menerima tawaran untuk bergabung dengan gang tersebut.
ditengah-tengah dia merasakan kebahagiaan namun pada akhirnya dia menyadari bahwa interaksi
tersebut berpengaruh negative terhadap dirinya.

Kasus Erna menunjukkan bahwa pengaruh negative interaksi sosial dalam kelompok teman
sebaya dalam hal ini gang, mengarah kepada perilaku menyimpang, karena terdapat penyimpangan
perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma social yang berlaku.

Dalam persahabatan dalam hal ini gang interaksi yang terjalin sangat begitu kuat karena
didalamnya ada suatu system dan norma-norma kelompok yang mengatur, seperti harus mengerjai siswa
baru yang blagu, ini sudah menjadi kesepakan bersama dan menjadi pemersatu, mereka sulit
dipisahkan, individu yang keluar dari kelompok itu, maka dia akan mendapatkan sanksi sosial dari
masyarakat dan dari kelompoknya sendiri, justru dengan berkumpul dengan gangnya dia akan lebih
percaya diri dan merasa ada yang melindungi.

Jadi pengaruh negative interaksi sosial dalam gang yaitu erat sekali akan terjadinya perilaku
menyimpang yaitu kenakalan remaja. Remaja yang masuk ke dalam gang, dia akan terikat oleh norma-
norma kelompok dan melakukan penyimpangan sebagai bentuk anti sosial

Teori sosiologi atau teori belajar memandang penyimpangan muncul dari konflik normatif di mana
individu dan kelompok belajar norma-norma yang membolehkan penyimpangan dalam keadaan tertentu.
Pembelajaran itu mungkin tidak kentara, misalnya saat orang belajar bahwa penyimpangan tidak
mendapat hukuman. Tetapi pembelajaran itu bisa juga termasuk mangadopsi norma-norma dan nilai-nilai
yang menetapkan penyimpangan diinginkan atau dibolehkan dalam keadaan tertentu..

Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku
menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat
penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma social yang
berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan
tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna
bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah
menyimpang.

Sangat terlihat bentuk penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial dari bahwa
mereka kerap nyoba-nyoba merokok, minum alcohol, taruhan dapetin pacar, bolos dari kelas hal ini akan
sangat membahayakan kondisi fisik dan psikis individu itu sendiri juga kelangsungan masa depan
bangsa. Sekolah resah, masyarakat resah dan yang paling penting orangtua akan sangat sedih melihat
perilaku anak-anaknya. Lebih bahaya lagi jika perilaku menyimpang tersebut oleh masyarakat dianggap
bukan perilaku menyimpang, melainkan hal yang biasa dan dibiarkan. Untuk itu perlu adanya upaya-
upaya agar remaja Indonesia dapat menyalurkan minat dan kreativitasnya pada hal yang positive, dan
bisa memanfaatkan interaksi dengan teman sebayanya secara positive sehingga hasil yang diperolehpun
akan membanggakan dirinya dan orangtuanya, upaya tersebut diantaranya :

1. Keluarga : keluarga adalah sumber pendidikan yang pertama dan utama, interaraksi sosial lebih banyak
terjadi pada lingkungan keluarga, semakin meningkatnya keberfungsian sosial sebuah keluarga dalam
melaksanakan tugas kehidupan, peranan, dan fungsinya maka akan semakin rendah tingkat kenakalan
anak-anaknya atau kualitas kenakalannya semakin rendah. Di samping itu penggunaan waktu luang
yang tidak terarah merupakan sebab yang sangat dominan bagi remaja untuk melakukan perilaku
menyimpang, oleh karena itu perlu adanya hubungan interpersonal yang harmonis antara anak dan
anggota keluarga lainnya, sikap permusuhan, iri hati, bertengkar atau kurang memperhatikan nilai-nilai
moral, hal ini akan memicu terjadinya kenakalan remaja

2. Sekolah : sekolah dapat menjadi menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi siswa, bagi remaja yang
melakukan penyimpangan, sekolah akan menjadi tempat subur untuk melakukan aksinya, maka dari itu
sekolah harus menerapkan nilai-nilai moral dan agama yang tinggi, interaksi sosial antar warga
sekolahpun harus harmonis.

3. Masyarakat : Dikatakan oleh (Eitzen, 1986:10) bahwa seorang dapat menjadi buruk/jelek oleh karena
hidup dalam lingkungan masyarakat yang buruk. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya pada
masyarakat yang mengalami gejala disorganisasi sosial, norma dan nilai sosial menjadi kehilangan
kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya
berbagai bentuk penyimpangan perilaku. Di dalam masyarakat yang disorganisasi sosial, seringkali yang
terjadi bukan sekedar ketidak pastian dan surutnya kekuatan mengikat norma sosial, tetapi lebih dari itu,
perilaku menyimpang karena tidak memperoleh sanksi sosial kemudian dianggap sebagai yang biasa
dan wajar.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengaruh negative interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya (gang) di sekolah berkorelasi
dengan perilaku menyimpang yaitu kenakalan remaja, maka pengaruh negative yang ditimbulkan oleh
interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya yang jenisnya gang adalah kenakalan remaja, bentuk
kenakalan remaja bermacam-macam dan akibatnyapun bermacam-macam, sebagai mahluk sosial selain
berpengaruh terhadap pelakunya sendiri juga berpengaruh terhadap system sekolah dan system
masyarakat

Kenakalan remaja lahir dari suatu system, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat, keluarga
yang tidak harmonis akan membuat remaja mencari pelarian, sekolah yang tidak menerapkan budaya
normative dan disiplin yang baik maka sekolah akan menjadi tempat yang subur bagi kenakalan remaja,
kemudian moral yang lemah di masyarakat akan membuat perilaku menyimpang sudah menjadi hal
biasa. Maka dari itu iklim-iklim yang menjunjung tinggi nilai keharmonisan, normative dan moral harus
sangat diperhatikan dan diterapkan bersama dalam suatu system sosial.

B. SARAN
1. Kepada pihak sekolah agar menciptakan interaksi sosial antara semua warga sekolah yang harmonis,
menerapkan budaya normative serta disiplin yang baik. Ciptakan di lingkungan keluarga dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Babam Suryaman (2010). Makalah Sosilogi Antropologi Pendidikan. [online], tersedia di


:www.kosmaext2010.com. [19 April 2011]

Iwang (2010). Kenakalan Remaja Sebagai Perilaku Menyimpang Hubungannya Dengan Keberfungsian
Sosial Keluarga. [online]. Tersedia di
:http://iwangeodrsgurusosiologismamuhammadiyah1tasikmalaya.yolasite.com/perilaku-menyimpang.php.
[19 April 2011]

Iwang (2010). Teori-Teori Umum Tentang Perilaku Menyimpang. [online]. Tersedia di


:http://iwangeodrsgurusosiologismamuhammadiyah1tasikmalaya.yolasite.com/perilaku-menyimpang.php.
[19 April 2011]

Wani (2009). Makalah Sosilogi Antropologi Pendidikan http://wanipintar.blogspot.com/2009/06/makalah-


sosiologi-pendidikan.html

Syamsu Yusuf (2008). Mental Hygiene. Bandung : Maestro

_______Keluarga, Teman Sebaya Dan Pendidikan . [online]. Tersedia di


:http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_162.html [19 April 2011]

Meirina (2010).Geng Remaja dan Kegagalan Pendidikan Kita. [online] Tersedia di


:http://memeichan.blogspot.com/2010/05/geng-remaja-dan-kegagalan-pendidikan.html. [19 April 2011]

___________()Pengertian Interaksi Sosial. [online] Tersedia di : http://jurnal-


sdm.blogspot.com/2009/05/interaksi-sosial-definisi-bentuk-ciri.html. [19 April 2011]

Relawan YAI. (2007) Waspadai, Tekanan Teman Sebaya Menjerumuskan. [online] tersedia di
:http://rafiqrokhanzen.wordpress.com/2007/12/14/waspadai-tekanan-teman-sebaya-menjerumuskan/ [
19

You might also like