Professional Documents
Culture Documents
Abstraksi
Pemimpin adalah “leader” yang artinya bergerak lebih awal di depan.
Seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang memiliki kredibilitas
artinya ia dipercaya, dan memiliki tingkah laku yang terpuji. Setiap agama
memiliki kaidah-kaidah kepemimpinan yang bersumber pada kitab suci.
Agama Hindu memiliki Konsep kepemimpinan yang disebut Astha Bratha
yang bersumber pada kitab suci Weda. Sedangkan dalam agama Islam
Konsep kepemimpinan itu bersumber pada ayat-ayat Al-Qur’an.
Agama Hindu maupun Islam mempunyai konsep yang jelas tentang
seorang pemimpin yaitu bahwa seorang pemipin hendaknya bersikap
bijaksana, tidak membeda-bedakan warga yang dipimpinnya, bersikap adil
dalam memimpin maupun bertindak (menghukum yang melanggar aturan),
berbicara tegas dan selalu menepati janji. Seorang pemimpin harus memiliki
perhatian terhadap masyarakat mengenai, kesejahteraan hidupnya,
pendidikannya dan keamanannya.
I. Pendahuluan
Manusia adalah makhluk individu dan sosial. Manusia sebagai
makhluk individu memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Sebagai
makhluk individu manusia mempunyai hak dan kewajiban untuk menjamin
kelangsungan hidupnya. Sebagai makhluk sosial dimana ia menjadi bagian
suatu komunitas, maka setiap individu berperanan untuk menciptakan
kehidupan yang damai dan sejahtera, rukun, saling menghargai dan saling
menghormati dengan sesama manusia. Sehingga dapat hidup berdampingan
dalam suasana damai tentram dan sejahtera.
Kehidupan yang harmonis dengan lingkungan akan tercipta apabila
setiap individu saling hormat-menghormati saling menghargai, saling tolong-
menolong antar sesama. Menciptakan suasana yang harmonis tentram dan
aman merupakan kewajiban setiap anggota kelompok, masyarakat maupun
suatu negara. Untuk menjaga stabilitas tersebut di perlukan adanya aturan-
aturan yang menjadi acuan bersama dalam suatu komunitas, dan yang lebih
penting adalah ada seseorang yang diteladani, djadikan panutan yaitu seorang
pemimpin.
Pemimpin adalah “leader” yang artinya bergerak lebih awal di depan.
Manusia mempelajari, mengarahkan pikiran, pendapat, tindakan orang lain
kearah yang dikehendakinya karena pengaruh kepemimpinannya
(Hassanudin, 1982; 28).
Seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang memiliki
kredibilitas artinya ia dipercaya, dan memiliki tingkah laku yang terpuji.
Manusia juga memiliki pengetahuan yang luas sehingga mampu menghadapi
setiap problema yang ada, dan mampu memecahkan masalah yang
menghadang. Dengan kata lain seorang pemimpin harus memiliki
kepribadian yang baik, yang dapat diteladani oleh masyarakat disekitarnya
atau orang yang dipimpinnya/bawahannya.
Kepemimpinan seorang pemimpin/pimpinan sangat tergantung kepada
kepribadian sang pemimpin/pimpinan itu sendiri. Pengalaman dan tingkat
pendidikan yang dimiliki tidak lebih daripada sebagai pelengkap/penunjang
belaka. Kepribadian seseorang menduduki peranan penting dalam banyak hal.
Lebih-lebih kalau orang itu memangku jabatan sebagai pemimpin atau
pimpinan. Karena kepribadian seseorang banyak pengaruhnya terhadap
kebijaksanaan dalam menunaikan tugasnya sebagai pemimpin/pimpinan
(Hasanudin, 1982, 49).
Kepemimpinan itu hanya ada jika ada pemimpin-pemimpin yang
bersifat pelopor dan perintis yang berani memberikan contoh dan teladan
1
yang baik dan juga rela mengorbankan kepentingan pribadi atau golongan
untuk kepentingan pembangunan nasional (Kartaharja, 1981:17).
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berpegang pada nilai-nilai
moral, etika yang bersumber pada ajaran agama yang dianutnya. Agar dapat
melaksanakan tugasnya dengan sempurna maka ia harus memiliki pedoman
atau konsep-konsep yang jelas dalam menjalankan kepemimpinannya di
masyarakat, kantor ataupun instansi pemerintah.
Setiap agama memiliki kaidah-kaidah kepemimpinan yang bersumber
pada kitab suci. Agama Hindu memiliki Konsep kepemimpinan yang disebut
Astha Bratha yang bersumber pada kitab suci Weda. Sedangkan dalam agama
Islam Konsep kepemimpinan itu bersumber pada ayat-ayat Al-Qur’an.
Setiap agama mempunyai tujuan yang sama yaitu memberikan
panutan kepada para penganutnya sehingga mampu berbuat yang baik dan
utama yang pada akhirnya mengharumkan nama agamanya tersebut. Setiap
agama bertujuan baik yaitu menciptakan masyarakat yang damai, adil dan
sejahtera. Hanya dalam pelaksanaan, tata cara, cara pengungkapannya yang
berbeda. Oleh karena itu sebagai umat beragama agar tumbuh rasa saling
menghargai, saling menghormati maka perlu mengadakan perbandingan
antara agama satu dengan yang lain. Dengan mengetahui pokok-pokok ajaran
yang di anut oleh masing-masing agama di Indonesia maka akan mendapat
gambaran tentang persamaan dan perbedaan konsep kepemimpinan tersebut.
II. Pembahasan
1. Konsep Kepemimpinan Dalam Perspektif Agama Hindu
Agama Hindu mempunyai konsep kepemimpinan yang disebut dengan
istilah Astha Brata. Konsep Astha Brata ini merupakan nasehat dari Sri Rama
kepada Wibisana tentang tata cara seseorang pemimpin atau raja untuk
memegang pemerintahan atau delapan landasan mental/moral bagi seorang
pemimpin.
2
Astha Brata berasal dari kata Astha “delapan” brata berarti
pandangan atau azas. Jadi Astha Bratha adalah delapan asas atau laku utama
yang harus dilakukan oleh seorang raja (Wibisana) dalam mengatur dan
mengendalikan tampuk pemerintahan. Kedelapan konsep kepemimpinan itu
adalah :
1. Indra Brata : Selalu murah hati dalam memberi kesejahteraan
kepada masyarakat, utamapya kepada mereka
yang tekun menjalankan swadharmanya masing-
masing.
2. Yama Brata : Selalu menegakkan hukum dan kadilan kepada
masyarakat tanpa pilih kasih siapa pelanggarnya.
“Yama brata dumandha karena ala sirakana
malung malting yan pejah umelwa kita malwa
ngolah salah asing ngumamrang sarat prih pati”
3
“Anginta kita yat panginte ulah, kuma wruhana
budining rat kabeh, sucara yapanonta tata katon,
ya dibya guna suksma bayu brata”.
Artinya :
Agar seperti angin itulah engkau ketika
menyelidiki keadaan rakyat, supaya engkau
mengetahui kehendak masyarakat yang
sebenarnya kepandaian sehagai penglihatanmu
yang kamu tidak ketahui itu, adalah sifat utama
yang amat rahasia bernama bayu brata.
4
8. Agni Brata : Bersifat Ksatria yang bagaikan api membakar
korbannya sampai hancur berpuing-puing (dalam
melenyapkan segala bentuk petualangan atau
penyelewengan).
“Lanang gesengi satru bahni brata, galakta
rimusuh yeka puw, asing saina santa sirna pasah,
yetekana sinanguhagni brata”.
(Kakawin Ramayana, 21.18)
Artinya :
Yang selalu membasmi musuh itu adalah agni
brata, semangat membasmi musuh itu sebagai
kobarannya, setiap musuh yang akan dihadapinya
hancur berantakan, yang demikian itulah bratanya
Sang Hyang Agni.
Konsep Astha Brata ini termuat dalam kitab Manawa Dharma sastra
dalam Bab VII (Adhyaya VII) bait 4 s.d 13 yang antara lain disebutkan
sebagai berikut :
“Indranilayamarkanam agnecca warunasya ca
candrawittecayoccaiwa matra nirhrtya cacwatih”.
Artinya :
5
engkau menuruti hawa nafsu, karena nanti ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah”.
2. Surat Al- Maidah ayat : 8
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum
(golongan) menyebabkan kamu tidak adil. Berlaku adilah, karena adil
itu lebih dekat kepada Takwa”
3. Surat Asy-syura ayat.15 ;
“................Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah
dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu”.
4. Surat An-Nisa ‘ayat 58:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum diantara manusia supaya kamu adil”.
5. Surat Ali-Imron ayat 134;
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan”
6. Surat Ali-Imron ayat 159;
“Maka disebabkan rakhmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Seandainya kamu bersikap keras dan berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka dan mohonlah ampun bagi mereka. Dan
musyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu (urusan duniawi).
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad (sepakat), maka
bertakwalah kepada Allah”.
7. Surat All-Hujurat ayat 11-12;
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum (golongan)
mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok itu)”.
8. Surat AI-Humazah ayat 1; dan surat A1-Bagarah ayat : 191;
6
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela” “............fitnah
itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan............................”
9. Surat Al- Mu’minun ayat 8;
“Sesungguhnya akan memperoleh kemenangan orang-orang yang
memelihara amanat dan menepati janji”.
10. Sabda Muhammad Rosulullah SAW di padang Arafah ketika
menunaikan Haji Wada
“Barang siapa yang memikul sesuatu amanah, wajiblah menunaikan
kepada orang yang mengamanahkannya”.
11. Sabda Rosulullah SAW
“Kamu tak akan bisa menguasai/ mempengaruhi manusia dengan harta
kekayaanmu, tetapi bisa kamu pengaruhi mereka itu dengan bermuka
manis dan berbudi bahasa yang baik”.
(H. R Abu Ya’la).
7
diatas adalah sebagai berikut : Bijaksana, jujur, adil, simpatik, tegas dan
sebagainya. Kebijaksanaan bagi seorang pemimpin itu perlu. Bagi seorang
pemimpin yang bijaksana tidak akan membeda-bedakan anggota masyarakat
baik itu yang berasal dari kaumnya atau tidak. Hal ini sesuai dengan uraian
yang terdapat dalam kitab suci Bhagawad Gita Bab V pasal 18 hal 144 sbb.
“suni caiwa svapake ca paraditah sama- darsinah”
Artinya :
Orang arif bijaksana melihat semuanya sama, baik brahmana budiman
dan rendah hati maupun seekor sapi, gajah, dan anjing ataupun orang
hina papa tanpa kasta.
Artinya :
8
Adalah yang disebut abhayadana, lebih utama dari sarwadana, (semua
jenis pemberian lainnya) misalnya : derma tanah dan sebagainya;
keterangannya; abhaya, tiada rasa takut, dana sesuatu yang
didermakan kepada semua makhluk, tegasnya tidak membuat takutnya
semua makhluk; orang yang demikian keadaannya, tidak akan
mendapat bahaya di dunia, karenanya pasti cinta, belas kasihan tunduk
berbakti sekalian makhluk kepadanya kelak.
Artinya :
Karena kata-kata engkau mendapat kebahagiaan
Karena kata-kata engkau menemui ajalmu
Karena kata-kata engkau menderita nestapa
Karena kata-kata engkau mendapat kawan.
Dalam buku slokantara oleh Prof. Dr. Tjok Rai Sudharta, M.A. Sloka
60 (39) disebutkan. Bahwa ada empat larangan yang harus dijauhi oleh
seorang pemimpin yang terungkap dalam sloka berikut :
Wadanam bahuiwakyam nam wacanani punah-punah,
Jnana gamya dusitaq nagrahitwya wicaksnaih.
9
Artinya :
Caci makian, bualan kosong, janji-janji palsu, dan nafsu yang tak
kenal batas, semuanya ini harus tidak dibiasakan oleh orang yang
bijaksana. Tidak berguna untuk dilakukan.
III. Penutup
Simpulan
Perilaku yang baik wajib dilakukan oleh setiap orang. Demikian pula
halnya seorang pemimpin, karena pemimpin akan menjadi panutan, teladan
dan contoh bagi yang dipimpinnya. Masyarakat akan hidup sejahtera apabila
pemimpin berprilaku yang baik sesuai dengan ajaran agama masing-masing.
Agama Hindu maupun Islam mempunyai konsep yang jelas tentang
seorang pemimpin yaitu bahwa seorang pemipin hendaknya bersikap
bijaksana, tidak membeda-bedakan warga yang dipimpinnya, bersikap adil
dalam memimpin maupun bertindak (menghukum yang melanggar aturan),
berbicara tegas dan selalu menepati janji. Seorang pemimpin harus memiliki
perhatian terhadap masyarakat mengenai, kesejahteraan hidupnya,
pendidikannya dan keamanannya.
Disamping itu untuk menjadi pemimpin yang baik dan disukai oleh
rakyat, maka pemimpin harus menjauhkan diri dari sikap dan tindakan
kekerasan. Seorang pemimpin hendaknya bersikap lemah lembut, mempunyai
tutur kata yang baik. Hendaknya selalu menjaga persahabatan dengan
masyarakat dalam ...................................................................... pemimpin
hendaknya mampu membina bawahannya menjadi mahir, bersemangat,
....................bekerja loyal dan bermoral tinggi juga kita membangkitkan
kekuatan nasional dan emosional yang positif dan pemimpin mampu
mengembangkan segenap potensi dalam iklim sosial yang menyenangkan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Puja, G. Sudharta, Tjok. Gde Rai. 1995. Manawa Dharma Sastra (Manu
Dharma Sastra). Jakarta : CV Felita Nursatama Lestari.
11
DAFTAR ISI
ii
12