You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU BULI-BULI

A. PENGERTIAN
Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih yang
mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika urinari atau kandung
kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat atau fosfat .
Batu vesika urinaria terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya
dengan fosfat, oksalat, dan zat-zat lainnya.
Vesikolitiasis atau batu buli-buli adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada
vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu kandung kemih .
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher
kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes
disertai dengan rasa nyeri ( Shiddiq zahrul 2016 )

B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih adalah :
1. Faktor Endogen
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hyperkalsiuria dan hiperoksalouria.
2. Faktor Eksogen.
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum.
3. Faktor lainnya.
Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan, makanan atau penduduk
yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing atau buli-buli . Batu kandung
kemih dapat disebabkan oleh kalsium oksalat atau agak jarang sebagai kalsium fosfat. Batu
vesika urinaria kemungkinan akan terbentuk apabila dijumpai satu atau beberapa faktor
pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan agregasi pembentukan batu proses
pembentukan batu kemungkinan akibat kecenderungan ekskresi agregat kristal yang lebih
besar dan kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat dalam urine. Dan beberapa medikasi
yang diketahui menyebabkan batu ureter pada banyak klien mencakup penggunaan obat-
obatan yang terlalu lama seperti antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi.
Batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal
yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium).
C. MANIFESTASI KLINIS
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan
dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung kemih
menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat
mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri
dan perut kembung.
Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung pada
penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan
cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di
daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan
berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak menimbulkan gejala atau
nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung.
Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain :
1. Hematuri.
2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih
3. Demam.
4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.
5. Mual.
6. Muntah.
7. Nyeri abdomen.
8. Disuria

D. WOC
Terlampir
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan:
1. Urine
a. pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat berbentuk
batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu
asam urat.
b. Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu, bila terjadi
infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
c. Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses
pembentukan batu saluran kemih.
d. Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi
hiperekskresi.
2. Darah
a. Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
b. Lekosit terjadi karena infeksi.
c. Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
d. Kalsium, fosfat dan asam urat.
3. Radiologis
a. Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan atau tidak.
b. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan ini dapat
dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi tidak
memberikan informasi yang memadai.
4. USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
Prosedur diagnostik:
 Vesikolitektomi ( sectio alta ):
 Mengangkat batu buli - buli atau kandung kemih.
F. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena diharapkan
batu dapat keluar spontan. Memberikan minum yang berlebihan disertai diuretik. Dengan
produksi air kemih yang lebih banyak diharapkan dapat mendorong batu keluar dari saluran
kemih. Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri, khususnya kolik, yang terjadi
menghilang dengan pemberian simpatolitik. Dan berolahraga secara teratur.

Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena itu
diberikan antibiotik. Batu strufit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah pembesarannya
bila diberikan pengobatan dengan pengasaman urin dan pemberian antiurease, seperti
Acetohidroxamic acid. Ini untuk menghambat bakteri urease dan menurunkan kadar
ammonium urin.

Pengobatan yang efektif untuk pasien yang mempunyai batu asam urat pada saluran
kemih adalah dengan alkalinisasi supaya batu asam yang terbentuk akan dilarutkan.
Pelarutan batu akan terjadi apabila pH urin menjadi lebih tinggi atau berjumlah 6,2.
Sehingga dengan pemberian bikarbonas natrikus disertai dengan makanan alkalis, batu asam
urat diharapkan larut. Potasium Sitrat (polycitra K, Urocit K) pada dosis 60 mEQ dalam 3-4
dosis perhari pemberian digunakan untuk terapi pilihan. Tetapi terapi yang berlebihan
menggunakan sediaan ini akan memicu terbentuknya deposit calsium pospat pada
permukaan batu sehingga membuat terapi tidak efektif lagi. Atau dengan usaha menurunkan
produksi kadar asam urat air kemih dan darah dengan bantuan alopurinol, usaha ini cukup
memberi hasil yang baik. Dengan dosis awal 300 mg perhari, baik diberikan setelah makan.

2. Litotripsi
Pemecahan batu telah mulai dilakukan sejak lama dengan cara buta, tetapi dengan kemajuan
tehnik endoskopi dapat dilakukan dengan cara lihat langsung. Untuk batu kandung kemih,
batu dipecahkan dengan litotriptor secara mekanis melalui sistoskop atau dengan memakai
gelombang ultrasonic atau elektrohidrolik. Makin sering dipakainya gelombang kejut luar
tubuh (ESWL = Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang dapat memecahkan batu
tanpa perlukaan ditubuh sama sekali. Gelombang kejut dialirkan melalui air ke tubuh dan
dipusatkan di batu yang akan dipecahkan. Batu akan hancur berkeping-keping dan keluar
bersama kemih.

3. Terapi pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor, alat gelombang kejut atau bila
cara non bedah tidak berhasil. Walaupun demikian kita harus memerlukan suatu indikasi.
Misalnya apabila batu kandung kemih selalu menyebabkan gangguan miksi yang hebat
sehingga perlu diadakan tindakan pengeluarannya. Litotriptor hanya mampu memecahkan
batu dalam batas ukuran 3 cm kebawah. Batu diatas ukuran ini dapat ditangani dengan batu
kejut atau sistolitotomi.

a. Transurethral Cystolitholapaxy: tehnik ini dilakukan setelah adanya batu ditunjukkan


dengan sistoskopi, kemudian diberikan energi untuk membuat nya menjadi fragmen
yang akan dipindahkan dari dalam buli dengan alat sistoskopi. Energi yang digunakan
dapat berupa energi mekanik (pneumatic jack hummer), ultrasonic dan elektrohidraulik
dan laser.
b. Percutaneus Suprapubic cystolithopaxy: tehnik ini selain digunakan untuk dewasa juga
digunakan untuk anak- anak, tehnik percutaneus menggunakan endoskopi untuk
membuat fragmen batu lebih cepat hancur lalu dievakuasi.sering tehnik ini digunalan
bersama tehnik yang pertama denagn tujuan stabilisasi batu dan mencegah irigasi yang
ditimbulkan oleh debris pada batu.
c. Suprapubic Cystostomy: tehnik ini digunakan untuk memindah batu dengan ukuran
besar, juga di indikasikan untuk membuang prostate, dan diverculotomy. Pengambilkan
prostate secara terbuka diindikasikan jika beratnya kira- kira 80-100gr. Keuntungan
tehnik ini adalah cepat, lebih mudah untuk memindahkan batu dalam jumlah banyak,
memindah batu yang melekat pada mukosa buli dan kemampuannya untuk memindah
batu yang besar dengan sisi kasar. Tetapi kerugian penggunaan tehnik ini adalah pasien
merasa nyeri post operasi, lebih lama dirawat di rumah sakit, lebih lama menggunakan
kateter.
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Biodata
2) Keluhan utama : Nyeri.
3) Riwayat penyakit sekarang
Nyeri skala sekarang sedang sampai berat pada perut bagian bawah setelah
dilaksanakan Laparotomy, nyeri terasa seperti teriris-iris, kwalitas nyeri intermiten.
4) Riwayat penyakit dahulu
Infeksi, air minum dapat merupakan factor predisposisi/pendukung terjadinya batu
traktus urinaruis, pernah menderita penyakit hipertensi atupun diabetes mellitus
dapat mengalami keterlambatan penyembuhan luka.
5) Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga mungkin ada yang menderita penyakit batu traktus urinarius.
6) Riwayat psikososial-spiritual
Psikologi : klien cemas dan gelisah
Sosial : terjadi perubahan interaksi social
Spiritual : keyakinan klien terhadap penyakitnya, tergantung pada masing-masing
individu.
b. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum : lemah kesadaran normal/menurun
b) Tekanan darah : meningkat/dalam batas normal
c) Nadi : bradikardi/takikardi
d) Nafas : bradipneu, takpineu
e) Suhu : peningkatan suhu jika terjadi infeksi
2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala : muka pucat
b) Mata : konjungtiva anemis pada perdarahan
c) Mulut : mukosa mulut kering
d) Perut : terdapat luka insisi pada perut bagian bawah, terdapat nyeri tekan, nyeri
pada suprapubik.
e) Genetalia : kencing menetes, hematuria
c. Activity Daily Live
a) Nutrisi : terapi puasa post-op
b) Aktivitas : kelemahan dalam melakukan aktivitas
c) Istirahat todur : gangguan pola tidur kurang dari kebutuhan
d) Eliminasi : perubahan pola eliminasi urine
e) Personal higiene : peningkatan ketergantungan kebutuhan personal hygiene.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi bedah, tekanan dan mitasi
kateter/ badan.

2. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih, refleks spasme otot :
prosedur bedah dan atau tekanan dari balon kandung kemih.

3. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh

4. Mual berhubungan dengan Episode kolik renal sehingga menimbul gejala gastrointestinal

5. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap : prosedur bedah,
prosedur alat invasif, alat selama pembedahan kateter, irigasi kandung kemih.

I. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih, refleks spasme otot :
prosedur bedah dan atau tekanan dari balon kandung kemih.

DEFINISI:pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa (international association for the study of pain) awitan yang tiba – tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi
dan berlangsung <6 bulan.

BATASAN KARAKTERISTIK

 Perubahan selera makan  Laporan isyarat


 Perubahan tekanan darah  Diaforesis
 Perubahan frekuensi janutng  Sikap melindungi area nyeri
 Perubahan frekuensi pernapasan  Fokus menyempit (mis.., gangguan
 Perilaku distraksi (mis., berjalan mondar persepsi nyeri, hambatan proses
mandir, mencari orang lain dan atau berpikir, penurunan interaksi
aktivitas lain, aktivitas yang berulang) dengan orang dan lingkungan)
 Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah,  Indikasi nyeri yanh dapat diamati
merengek, menangis, waspada,  Perubahan posisi untuk
iritabilitas, mendesah) menghindari nyeri
 Masker wajah (mis., mata kurang  Sikap tubuh melindungi
bercahaya, tampak kacau, gerakan mata  Dilatasi pupil
berpencar atau tetap pada satu fokus,  Melaporkan nyeri secara verbal
meringis)  Fokus pada diri sendiri
 Gangguan tidur.

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

o Agens cedera (mis., biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan selama …x 24 jam,


nyeri yang dirasakan klien berkurang
KriteriaHasil :

1. Klien melaporkan nyeri berkurang (5)


2. Klien dapat mengenal lamanya (onset) nyeri (5)
3. Klien dapat menggambarkan faktor penyebab (5)
4. Klien dapat menggunakan teknik non farmakologis (5)
5. Klien menggunakan analgesic sesuai instruksi (5)
6. Klien melaporkan nyeri berkurang (5)
7. Klien tidak tampak mengeluh dan menangis (5)
8. Ekspresi wajah klien tidak menunjukkan nyeri (5)
9. Klien tidak gelisah (5)

Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
NIC Label : Pain Management NIC Label : Pain Management

1. Kaji secara komprehensip terhadap 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri


nyeri termasuk lokasi, karakteristik, pasien
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas 2. Untuk mengetahui tingkat
nyeri dan faktor presipitasi ketidaknyamanan dirasakan oleh
2. Observasi reaksi ketidaknyaman pasien
secara nonverbal 3. Untuk mengalihkan perhatian pasien
3. Gunakan strategi komunikasi dari rasa nyeri
terapeutik untuk mengungkapkan 4. Untuk mengetahui apakah nyeri yang
pengalaman nyeri dan penerimaan dirasakan klien berpengaruh terhadap
klien terhadap respon nyeri yang lainnya
4. Tentukan pengaruh pengalaman 5. Untuk mengurangi factor yang dapat
nyeri terhadap kualitas hidup( napsu memperburuk nyeri yang dirasakan
makan, tidur, aktivitas,mood, klien
hubungan sosial) 6. untuk mengetahui apakah terjadi
5. Tentukan faktor yang dapat pengurangan rasa nyeri atau nyeri
memperburuk nyeriLakukan yang dirasakan klien bertambah.
evaluasi dengan klien dan tim 7. Pemberian “health education” dapat
kesehatan lain tentang ukuran mengurangi tingkat kecemasan dan
pengontrolan nyeri yang telah membantu klien dalam membentuk
dilakukan mekanisme koping terhadap rasa nyer
6. Berikan informasi tentang nyeri 8. Untuk mengurangi tingkat
termasuk penyebab nyeri, berapa ketidaknyamanan yang dirasakan
lama nyeri akan hilang, antisipasi klien.
terhadap ketidaknyamanan dari 9. Agar nyeri yang dirasakan klien tidak
prosedur bertambah.
7. Control lingkungan yang dapat 10. Agar klien mampu menggunakan
mempengaruhi respon teknik nonfarmakologi dalam
ketidaknyamanan klien( suhu memanagement nyeri yang dirasakan
ruangan, cahaya dan suara) 11. Pemberian analgetik dapat
8. Hilangkan faktor presipitasi yang mengurangi rasa nyeri pasien
dapat meningkatkan pengalaman
nyeri klien( ketakutan, kurang
pengetahuan)
9. Ajarkan cara penggunaan terapi non
farmakologi (distraksi, guide
imagery,relaksasi)
10. Kolaborasi pemberian analgesik

2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi bedah, tekanan dan mitasi kateter/
badan.
DEFINISI : Disfungsi eliminasi urine

BATASAN KARAKTERISTIK

 Anyang-anyangan  Inkontinensia urine


 Disuria  Nokturia
 Dorongan berkemih  Retensi urine
 Retensi urine  Inkontinesia urine

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

 Gangguan sensori motorik  Obstruksi anatomik


 Infeksi saluran kemih  Penyebab multiple

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamat ...x24 jam diharapkan


klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat

KriteriaHasil :
1. Kandung kemih kosong secara penuh (5)
2. Pasien mengatakan peningkatan rasa nyaman (5)
3. Bebas dari ISK (5)

Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji pola berkemih pasien 1. Mengetahui jumlah output klien


2. Dorong pasien untuk 2. Agar memudahkan untuk intervensi
mengungkapkan perasaan dan selanjutnya
keluhan
3. Jelaskan kondisi perkemihan 3. Agar klien dan keluarga mengetahui
pasien kepada keluarga kondisi perkemihannya
4. Dorong asupan cairan yang
adekuat 4. Membantu untuk mengrluarkan
urine yang adekuat
3. Mual berhubungan dengan Episode kolik renal sehingga menimbul gejala gastrointestinal

DEFINISI: sensasi seperti gelombang di belakang tenggorok, epigastrium, atau abdomen yang
bersifat subjektif dan tidak menyenangkan yang dapat menyebabkan dorongan atau keinginan
untuk muntah.

BATASAN KARAKTERISTIK

 Keengganan terhadap makanan  Peningkatan menelan


 Sensasi muntah  Melaporkan mual
 Peningkatan salivasi  Rasa asam di dalam mulut

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

Biofisik Situasional

 Gangguan biokimia (mis., uremia,  Ansietas


ketoasidosis diabetik)  Takut
 Penyakit esofagus  Bau yang tidak
 Distensi lambung menyenangkan
 Iritasi lambung  Rasa makanan / minumsn
 Penignkatan tekanan intrakranial ysng tidak enak di lidah
 Tumor intra abdomen  Nyeri
 Labirinitis  Faktor psikologis
 Peregangan kapsul hati  Stimulasi penglihatan yang
 Tumor terlokalisasi (mis., neuroma akustik, tidak menyenangkan
tumor otak primer atau sekunder, metastasis
tulang di dasar tengkorak) Terapi
 Pemyakit meniere
 Meningitis  Distensi lambung
 Mabuk perjalanan  Iritasi lingkungan
 Nyeri  Farmaseutikal (ramuan obat)
 Penyakit pankreas
 Kehamilan
 Peregangan kapsul limpa
 Toksin (mis., peptida yang diproduksi tumor,
metabolit abnormal akibat kanker)

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 15 jam diharapkan tidak


terjadi mual

KriteriaHasil :
NOC Label >> Nausea and Vomiting Control
1. Pasien dapat menghindari faktor penyebab nausea dengan baik (5)
2. Pasien melakukan acupressure point P6 untuk mencegah mengurangi mual (5)
NOC Label >>Nausea &vomiting severity
1. Pasien mengatakan tidak mual (5)
2. Pasien mengatakan tidak muntah (5)
3. Tidak ada peningkatan sekresi saliva (5)

Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
NIC Label >> Nausea Management NIC Label >> Nausea Management
1. Mengidentifikasi keefektifan
1. Lakukan pengkajian lengkap rasa intervensi yang diberikan
mual termasuk frekuensi, durasi,
tingkat mual, dan faktor yang
menyebabkan pasien mual. 2. Mengidentifikasi pengaruh mual
2. Evaluasi efek mual terhadap nafsu terhadap kualitas hidup pasien.
makan pasien, aktivitas sehari-hari,
dan pola tidur pasien 3. Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
3. Ajnurkan makan sedikit tapi sering dan menegah mual
dan dalam keadaan hangat
4. Anjurkan pasien mengurangi 4. Untuk menghindari terjadinya mual
jumlah makanan yang bisa
menimbulkan mual.
5. Berikan istirahat dan tidur yang 5. Untuk menghindari efek mual
adekuat untuk mengurangi mual
6. Lakukan akupresure point P6 3 jari 6. Membantu mengurangi efek mual dan
dibawah pergelangan tangan menegah muntah
pasien. Lakukan selama 2-3 menit
setiap 2 jam selama kemoterapi.
7. Kolaborasi pemberian antiemetik : 7. Menurangi mual dengan aksi
ondansentron 4 mg IV jika mual sentralnya pada hipotalamus

4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh

DEFINISI : Suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal karena kegagalan termoregulasi
Tujuan :setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam hipertermi klien teratasi

KriteriaHasil :
1.peningkatansuhukulit (5)
2.hipertermia (5)
3. dehidrasi (5)
4. sakitkepala (5)
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
1. Dorongkonsumsicairan 1. Cairan yang terpenuhi mengurangi
dehidrasi pasien karna hipertermi
2. Monitor suhu sesering mungkin
2. Mengetahui tingkat perkembangan
klien
3. Kompres hangat membukapori
3. Berikan kompres hangat pada pasien
porikulit yang mempercepat proses
pada lipat paha dan aksila penguapan suhu tubuh

4. Pemberian antipiretik yang tepat


4. Kolaborasi dengan tim dokter dalam mempercepat proses penyembuhan
pemberian antipiretik pasien

5. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap : prosedur bedah,
prosedur alat invasif, alat selama pembedahan kateter, irigasi kandung kemih.

DEFINISI: mengalami peningkatan risiko terserang organisme patogenik

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 2 jam diharapkan pasien dapat
terhindar dari risiko infeksi,

Kriteria hasil :

NOC label : Tissue Integrity: Skin and Mucous membranes

1. Integritas kulit klien normal (5)


2. Temperatur kulit klien normal (5)
3. Tidak adanya lesi pada kulit (5)

NOC label: Wound healing: primary and secondary jaringan:

1. Tidak ada tanda-tanda infeksi (5)


2. menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera
berulang (5)

FAKTOR RISIKO

 Penyakit kronis  Ketidakadekuatan pertahanan sekunder


o Diabetes melitus o Penurunan haemoglobin
o Obesitas o Leukopenia
 Pengetahuan yang tidak cukup o Supresi respon inflamasi
untuk menghindari pemajanan  Vaksinasi tidak adekuat
patogen  Pemajanan tehadap patogen lingkungan meningkat
 Pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat  Malnutrisi
o Gangguan peristaltik
o Kerusakan integritas kulit
(pemasangan kateter
intravena, prosedur invasif)
o Perubahan sekresi ph
o Penurunan kerja siliaris
o Pecah ketuban dini
o Pecah ketuban lama
o Merokok
o Stasis cairan tubuh
o Trauma jaringan (mis.,
trauma, destruksi jaringan)

Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
NIC label : Wound Care NIC label : Wound Care

1. Monitor karakteristik, warna, 1. Untuk mengetahui keadaan luka dan


ukuran, cairan dan bau luka perkembangannya
2. Bersihkan luka dengan normal salin 2. Normal salin merupakan cairan
3. Rawat luka dengan konsep steril isotonis yang sesuai dengan cairan di
4. Ajarkan klien dan keluarga untuk tubuh
melakukan perawatan luka 3. Agar tidak terjadi infeksi dan
5. Berikan penjelasan kepada klien dan terpapar oleh kuman atau bakteri
keluarga mengenai tanda dan gejala 4. Memandirikan pasien dan keluarga
dari infeksi 5. Agar keluarga pasien mengetahui
6. Kolaborasi pemberian antibiotik tanda dan gejala dari infeksi
6. Pemberian antibiotic untuk
NIC label : Infection Control mencegah timbulnya infeksi

1. Bersihkan lingkungan setelah NIC label : Infection Control


dipakai klien lain
2. Instruksikan pengunjung untuk 1. Meminimalkan risiko infeksi
mencuci tangan saat berkunjung dan 2. meminimalkan patogen yang ada di
setelah berkunjung sekeliling pasien
3. Gunakan sabun anti mikroba untuk 3. mengurangi mikroba bakteri yang
cuci tangan dapat menyebabkan infeksi
J. REFERENSI
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2015-
2017/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi
Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri
Praptiani. Jakarta; EGC.
Moorhed, (et al). 2015. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition. Missouri: Mosby
Elsevier
Gloria M. Bulechek, (et al).2015. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier
Shiddiq zahrul. 2016. Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Batu Buli-Buli,
Mojokerto Sekolah Tinggi Kesehatan Majapahit.
Komplikasi.
Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini adalah :
a. Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal menyerupai
sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik
ureter dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine.
Sementara urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa dikeluarkan. Bila hal ini terjadi
maka, akan timbul nyeri pinggang, teraba benjolan basar didaerah ginjal dan secara
progresif dapat terjadi gagal ginjal.
b. Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring
hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala,
penglihatan kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine.
c. Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke ginjal
dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi disertai
mengigil, sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.
d. Gagal ginjal akut sampai kronis
e. Obstruksi pada kandung kamih
f. Perforasi pada kandung kemih
g. Hematuria atau kencing darah
h. Nyeri pingang kronik
i. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu.
Penyebab spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari batu kalsium oksalat
dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan) dapat memicu
pembentukan batu kemih seperti asam sitrat memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan dan
intibitor belum di kenali sepenuhnya dan terjadi peningkatan kalsium oksalat, kalsium fosfat
dan asam urat meningkat akan terjadinya batu disaluran kemih. Adapun faktor tertentu yang
mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih, mencangkup infeksi saluran ureter atau
vesika urinari, stasis urine, priode imobilitas dan perubahan metabolisme kalsium. Telah
diketahui sejak waktu yang lalu, bahwa batu kandung kemih sering terjadi pada laki-laki
dibanding pada wanita, terutama pada usia 60 tahun keatas serta klien yang menderita
infeksi saluran kemih. ( Brunner and Suddarth. 2001 ) Kelainan bawaan atau cidera, keadan
patologis yang disebabkan karena infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor,
keadan tersebut sering menyebabkan bendungan.

Teori Supersaturasi/ Kristalisasi


Urin memiliki kemampuan melarutkan lebih banyak zat yg terlarut bila dibandingkan
air biasa. Campuran ion aktif dalam urin dapat menimbulkan interaksi sehingga
mempengaruhi kelarutan elemen2 urin. Dg adanya molekul2 zat organic (urea, asam urat,
sitrat) juga akan mempengaruhi kelarutan zat2 lain. Bila konsentrasi zat2 yg relative tdk
larut dlm urin (Ca, oksalat, fosfat) ↑ -> akan terbentuk kristalisasi (batu) zat tsb
Supersaturasi Ca, oksalat dan asam urat dalam urin dipengaruhi oleh adanya inhibitor
kristalisasi. Hal ini yg dapat menjelaskan mengapa pd sebagian individu tjd pembentukan
batu, sedangkan pd individu lain tidak, meskipun sama2 terjadi supersaturasi. Ternyata pd
pasien BSK, tdk terdapat zat yg bersifat sbg inhibitor dlm pembentukan batu. Magnesium,
sitrat dan pirofosfat diketahui dapat menghambat nukleasi spontan Kristal Ca. Beberapa
jenis glikosaminoglikans (Chondroitin sulfat) dpt menghambat pertumbuhan Kristal Ca yg
telah ada.Zat lain yg punya peran inhibitor : asam ribonukleat, asam amino terutama alanin,
sulfat, flourida dan seng.

You might also like