You are on page 1of 41

ANALISIS PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH

PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT


PATARU LABA KOTA PAREPARE

Oleh
Azhar
Nim. 213 200 089

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2017

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Penelitian : Analisis Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada PT.

Bank Perkreditan Rakyat Pataru Laba Kota Parepare

Nama : Azhar

Nim : 213 200 089

Fakultas : Ekonomi

Program Studi : Akuntansi

Setelah diperiksa dan diteliti ulang, telah memenuhi persyaratan

untuk melakukan penelitian.

Parepare, April 2017

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dr. H. Muhammad Yunus, SE.,MS H. Djamal Abdi,S.Pd.,SE.,MA


NBM :1128 044 NBM : 1026 498

Diketahui,
Program Studi Akuntansi
Ketua,

Yasri Tarawiru, SE.,Ak.,M.Ak


NBM : 1051 110

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ............................................................................... 5

B. Penelitian Terdahulu ................................................................... 29

C. Kerangka pikir ............................................................................. 31

D. Hipotesis ..................................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 33

B. Desain Penelitian ........................................................................ 33

C. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 34

D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 34

E. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 35

F. Teknik Analisis Data ................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 37

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi adalah sebagai bagian dari

pembangunan nasional yang merupakan salah satu upaya untuk

mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk memelihara dan meneruskan

pembangunan yang berkesinambungan, para pelaku ekonomi baik

pemerintah maupun masyarakat sebagai orang perorangan dan badan

hukum sangat memerlukan dana dalam jumlah yang besar. Salah satu

sarana yang mempunyai peran strategi dalam pengadaan dana

tersebut adalah perbankan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

Tentang Perbankan. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan

Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam

lalu lintas pembayaran.

Kredit yang baik adalah kredit yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan riil debitur, sehingga dapat memperbaiki / meningkatkan

kinerja usaha debitur dan kredit dapat dikembalikan kepada bank

dengan tepat waktu dan menguntungkan bank. Pemberian fasilitas

kredit mengandung risiko sehingga bank dalam memberikan fasilitas

ii
kredit wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis atas

kemampuan debitur untuk melunasi utangnya.

Menurut Hermansyah (2008:75) Kredit bermasalah atau

nonperforming loan merupakan risiko yang terkandung dalam setiap

pemberian kredit oleh bank. Risiko tersebut berupa keadaan dimana

kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya. Kredit bermasalah

atau nonperforming loan diperbankan itu dapat disebabkan oleh

berbagai faktor, misalnya ada kesengajaan dari pihak-pihak yang

terlibat dalam proses kredit, kesalahan prosedur pemberian kredit,

atau disebabkan oleh faktor lain seperti faktor makro ekonomi.

Menurut Kuncoro, Mudrajad dan Suharjono (2002) kredit

bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak

sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank

seperti yang telah diperjanjikan. Kredit bermaslah akan berakibat pada

kerugian bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana

yang telah disalurkan maupun pendapatan bunga yang tidak dapat

diterima. Artinya bank kehilangan kesempatan mendapat bunga, yang

berakibat pada penurunan pendapatan secara total.

Jaminan dikatakan sebagai faktor penting karena pada dasarnya

jaminan bertujuan meminimalisir risiko yang mungkin timbul yaitu

dalam hal debitur tidak dapat melunasi hutangnya. Pihak bank

menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit,

mengharuskan pemohon kredit untuk menyertakan jaminan sebagai

ii
dasar pemberian kredit. Penyertaan jaminan tersebut bertujuan untuk

melindungi kepentingan pihak bank atau kreditur apabila debitur tidak

bisa melunasi kreditnya sesuai ketentuan yang terdapat dalam

perjanjian kredit.

PT. Bank Perkreditan Rakyat Pataru Laba Kota Parepare

merupakan lembaga keuangan yang bergerak dalam usaha jasa

perbankan yang memberikan pelayanan jasa pada nasabah dalam

berbagai bentuk. Salah satu pelayanan yang diberikan oleh bank

tersebut adalah dalam bentuk pemberian fasilitas kredit. Peningkatan

pemberian kredit oleh bank dapat mengakibatkan laba yaitu berupa

bunga atas pinjaman yang diberikan kepada nasabah dan juga akan

menaikkan jumlah piutang pada bank tersebut. Dengan bertambahnya

jumlah kredit akan diikuti pula oleh kemungkinan tidak tertagihnya

kredit dan yang terjerat kedalam kredit bermasalah. Maka untuk

menanggulangi atau menyelesaikan kredit bermasalah, harus

diperlukan analisis penyelesaian kredit bermasalah yang tepat.

PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pataru Laba Kota Parepare

dalam mengatasi kredit bermasalah yang dihadapinya, telah

melakukan berbagai cara dan proses yang panjang. Akan tetapi, hal

tersebut belum dapat menghilangkan risiko kredit bermasalah dalam

pemberian kreditnya. Sehingga, semakin sedikit pula kesempatan

nasabah yang lain dalam memperoleh kredit dari bank karena dana-

dana yang belum dikembalikan seutuhnya.

ii
B. Rumusan Masalah

Bagaimana proses penyelesaian kredit bermasalah pada PT.

Bank Perkreditan Rakyat Pataru Laba Kota Parepare ?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya,

maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui Bagaimana proses penyelesaian kredit bermasalah pada

PT. Bank Perkreditan Rakyat Pataru Laba Kota Parepare.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Manfaat ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian ilmiah

pada ilmu akuntansi, khususnya terhadap kredit bermasalah.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbang saran kepada

semua pihak, khususnya kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat

Pataru Laba Kota Parepare.

ii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Tinjauan Tentang Bank

Menurut Undang-undang nomor 10 Tahun 1998 tentang

perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak.

Menurut Kasmir (2016:3) Bank diartikan sebagai lembaga

keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat

serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.

Menurut Sinungan (1997:3) Bank adalah suatu lembaga

keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa

dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

2. Tinjauan Tentang Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

a. Pengertian BPR

Menurut M. Faisal Abdullah (2003:19) Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) merupakan bank yang menerima simpanan

hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan bentuk

simpanan lainnya yang disamakan dengan itu. Dengan

ii
demikian satu hal yang membedakan antara bank perkreditan

rakyat dengan bank umum adalah jenis simpanan masyarakat

dimana bank perkreditan rakyat tidak melakukan kegiatan

simpanan dalam bentuk giro. Sedangkan hal lain yang menjadi

persamaan kedua bank, bahwasanya bank perkreditan rakyat

juga dapat melaksanakan usaha berdasarkan prinsip syariah

sebagaimana bank umum lainya.

b. Fungsi Kegiatan Usaha BPR

Menurut Julius R. Latumaerissa (2011:300) Fungsi BPR

tidak hanya sekedar menyalurkan kredit kepada para

pengusaha mikro kecil dan menengah, tetapi juga menerima

simpanan dari masyarakat. Dalam penyaluran kredit kepada

masyarakat, BPR menggunakan prinsip 3T, yaitu Tepat Waktu,

Tepat Jumlah, dan Tepat Sasaran, karena proses kreditnya

yang relatif cepat, persyaratan lebih sederhana dan sangat

mengerti kebutuhan nasabah. Selain itu peran BPR juga untuk

menghimpun dana masyarakat dalam bentuk deposito

berjangka, tabungan, dan atau bentuk lain yang serupa.

3. Tinjauan Tentang Kredit

a. Pengertian kredit

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang

Perbankan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

ii
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain

yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Menurut Kasmir (2015:112) Dalam bahasa latin kredit

disebut “credere” yang artinya percaya. Maksudnya pemberi

kredit percaya kepada penerima kredit, bahwa kredit yang

disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian.

Sedangkan bagi penerima kredit berarti menerima kepercayaan,

sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali

pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya. Oleh karena

itu, untuk meyakinkan bank bahwa nasabah benar-benar dapat

dipercaya, maka sebelum kredit diberikan terlebih dulu bank

mengadakan analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar

belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya,

jaminan yang diberikan, serta faktor-faktor lainnya. Tujuan

analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan

benar-benar aman.

Menurut Hasibuan (2001:87) kredit adalah semua jenis

pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh

peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

Menurut komarudin Sastradipoera (2004:151) kredit adalah

penyedian atau tagihan (yang disamakan dengan uang)

berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam antara Bank

ii
dengan pihak lain yang dalam hal ini peminjam berkewajiban

melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu dengan

sejumlah bunga yang ditetapkan terlebih dahulu.

b. Unsur-unsur Kredit

Menurut Kasmir (2016:114) adapun unsur-unsur yang

terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah

sebagai berikut :

1) Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi pemberi

kredit bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang,

barang atau jasa) benar-benar diterima kembali dimasa yang

akan datang sesuai jangka waktu kredit. Kepercayaan

diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi

mengapa suatu kredit berani dikucurkan. Oleh karena itu,

sebelum kredit dikucurkan harus dilakukan penelitian dan

penyelidikan terlebih dulu secara mendalam tentang kondisi

nasabah, baik secara interen maupun eksteren. Penelitian

dan penyelidikan tentang kondisi pemohon kredit sekarang

dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etikat baik

nasabah terhadap bank.

2) Kesepakatan

Di samping unsur percaya di dalam kredit juga

mengandung unsur kesepakatan antara pemberi kredit

ii
dengan penerima kredit. Kesepakan ini dituangkan dalam

suatu perjanjian dimana masing-masing pihak

menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan

ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit

dikucurkan.

3) Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu

tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian

kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa

berbentuk jangka pendek (dibawah 1 tahun), jangka

menengah (1 sampai 3 tahun), jangka panjang ( diatas 3

tahun). Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian

angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak.

Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini dapat diperpanjang

sesuai kebutuhan.

4) Risiko

Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian

kredit akan memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya

atau macet pemberian suatu kredit. Semakin panjang suatu

jangka waktu kredit, maka semakin besar risikonya,

demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan

bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah, maupun

ii
risiko yang tidak disengaja, misalnya karena bencana alam

atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur

kesengajaan lainnya, sehingga nasabah tidak mampu lagi

melunasi kredit yang diperolehnya.

5) Balas Jasa

Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau

pendapatan atas pemberian suatu kredit . Dalam bank jenis

konvensional balas jasa kita kenal dengan nama bunga.

Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga

membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit

yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang

berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan

dengan bagi hasil.

c. Tujuan dan Fungsi Kredit

Menurut Kasmir (2016:116) dalam praktiknya tujuan

pemberian suatu kredit sebagai berikut :

1) Mencari Keuntungan

Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk

memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh

dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas

jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada

nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup

bank, disamping itu, keuntungan juga dapat membesarkan

ii
usaha bank. Bagi bank yang terus-menerus menderita

kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan

dilikuidir (dibubarkan). Oleh karena itu, sangat penting bagi

bank untuk memperbesar keuntungannya mengingat biaya

operasional bank juga relatif cukup besar.

2) Membantu Usaha Nasabah

Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha

nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi

maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut,

maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan

memperluaskan usahanya. Dalam hal ini baik bank maupun

nasabah sama-sama diuntungkan.

3) Membantu Pemerintah

Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam

berbagai bidang. Bagi pemerintah semakin banyak kredit

yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik,

mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran

dana dalam rangka peningkatan pembangunan diberbagai

sektor, terutama sektor riil.

Disamping memiliki tujuan pemberian suatu fasilitas

kredit juga memiliki suatu fungsi yang sangat luas. Fungsi

kredit yang secara luas tersebut antara lain:

ii
1) Untuk Meningkatkan Daya Guna Uang

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna

uang, maksudnya jika uang hanya disimpan saja dirumah

tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan

diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk

menghasilkan barang atau jasa oleh penerima kredit.

Kemudian juga dapat memberikan penghasilan tambahan

kepada pemilik dana.

2) Untuk Meningkatkan Peredaran dan Lalu Lintas Uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan

beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga

suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh

kredit, maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan

uang dari daerah lainnya.

3) Untuk Meningkatkan Daya Guna Barang

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan

oleh debitur untuk mengolah barang yang semula tidak

berguna menjadi berguna atau bermanfaat. Sebagai contoh

seorang pengusaha memperoleh kucuran dana dari salah

satu bank untuk mengolah limbah plastik yang sudah tidak

dipakai menjadi barang-barang rumah tangga. Biaya

pengolahan barang tersebut diperoleh dari bank. Dengan

demikian, fungsi kredit dapat meningkatkan daya guna

ii
barang dari barang yang tidak berguna menjadi barang yang

berguna.

4) Meningkatkan Peredaran Barang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus

barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga

jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah

lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan

jumlah barang yang beredar. Kredit untuk meningkatkan

peredaran barang biasanya untuk kredit perdagangan atau

kredit ekspor-impor.

5) Sebagai Alat Stabilitas Ekonomi

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai

alat stabilitas ekonomi, karena dengan adanya kredit yang

diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan

oleh masyarakat. Kredit dapat pula membantu mengekspor

barang dari dalam negeri ke luar negeri, sehingga dapat

meningkatkan devisa negara.

6) Untuk Meningkatkan Kegairahan Berusaha

Bagi penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan

kegairahan berusaha, apa lagi bagi nasabah yang memang

modalnya pas-pasan. Dengan memperoleh kredit nasabah

bergairah untuk dapat memperbesar atau memperluas

usahanya.

ii
7) Untuk Meningkatkan Pemerataan Pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan, maka akan

semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan

pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun

pabrik, maka pabrik tersebut membutuhkan tenaga kerja,

sehingga dapat mengurangi pengangguran.

8) Untuk Meningkatkan Hubungan Internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat

meningkatkan saling membutuhkan antara penerima kredit

dengan pemberi kredit. Pemberian kredit dengan negara lain

akan meningkatkan kerja sama dibidang lainnya, sehingga

dapat pula tercipta perdamaian dunia.

d. Jenis-jenis Kredit

Menurut Ismail (2013:99) kredit dibedakan menjadi

beberapa jenis diantaranya :

1) Kredit Dilihat dari Tujuan Penggunaan

(a) Kredit Investasi

Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan

oleh bank kepada debitur untuk pengadaan barang-

barang modal (aktiva tetap) yang mempunyai nilai

ekonomis lebih dari satu tahun. Secara umum, kredit

investasi ini ditujukan untuk pendirian perusahaan baru

atau proyek baru, maupun proyek pengembangan,

ii
modernisasi mesin, dan peralatan, pembelian kendaraan

yang digunakan untuk kelancaran usaha, dan perluasan

perusahaan.

(b) Kredit Modal Kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang biasanya

habis dalam satu siklus usaha. Kredit modal kerja ini,

biasanya diberikan dalam jangka pendek yaitu lamanya

satu tahun. Kredit modal kerja diberikan untuk membeli

bahan baku, biaya upah, untuk menutup piutang dagang,

pembelian barang dagangan, dan kebutuhan dana lain

yang sifatnya hanya digunakan selama satu tahun.

(c) Kredit Konsumtif

Kredit kosumtif merupakan kredit yang diberikan

kepada nasabah untuk membeli barang dan jasa untuk

keperluan pribadi dan tidak untuk digunakan keperluan

usaha.

2) Kredit Dilihat dari Jangka Waktunya

(a) Kredit Jangka Pendek

Kredit jangka pendek merupakan kredit yang

diberikan dengan jangka waktu maksimal satu tahun.

Kredit tersebut biasanya diberikan oleh bank untuk

ii
membiayai modal kerja perusahaan yang mempunyai

siklus usaha dalam satu tahun.

(b) Kredit Jangka Menengah

Kredit jangka menengah merupakan kredit yang

diberikan dengan jangka waktu antara satu tahun sampai

tiga tahun. Kredit ini dapat diberikan untuk ketiga jenis

kredit yaitu modal kerja, kredit ivestasi, dan kredit

konsumtif.

(c) Kredit Jangka Panjang

Kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun.

Kredit ini diberikan untuk kredit investasi, misalnya untuk

pembelian gedung, pembangunan proyek, pengadaan

mesin dan peralatan.

e. Penggolongan Kredit

Menurut Ismail (2015:223) Kredit dapat dibedakan sesuai

dengan kolektabilitas / kualitas / penggolongan kredit yaitu

performing loan dan non-performing loan. Penggolongan

tersebut didasarkan pada kriteria kualitatif dan kuantitatif.

Penilaian penggolongan kredit secara kualitatif didasarkan pada

prospek usaha debitur dan kondisi keuangan usaha debitur.

Kondisi keuangan debitur dapat dilihat dari kemungkinan

kemampuan debitur untuk membayar kembali pinjamannya dari

hasil usahanya. Penggolongan kredit sesuai kuantitatif

ii
didasarkan pada pembayaran angsuran oleh debitur yang

tercermin dalam catatan bank. Pembayaran angsuran kredit

mencakup pembayaran pinjaman pokok dan bunga.

Performing loan merupakan penggolongan kredit atas

kualitas kredit nasabah yang lancar dan atau terjadi tunggakan

sampai dengan 90 hari. Performing loan dibagi menjadi dua

yaitu :

1) Kredit Lancar

Kredit lancar adalah kredit yang tidak terdapat

tunggakan. Setiap tanggal jatuh tempo angsuran, debitur

dapat membayar pinjaman pokok maupun bunga.

2) Kredit Dalam Perhatian Khusus

Kredit dalam perhatian khusus adalah penggolongan

kredit yang tertunggak baik angsuran pinjaman pokok dan

pembayaran bunga, akan tetapi tunggakannya sampai

dengan 90 hari (tidak melebihi 90 hari kalender).

Non-performing loan merupakan kredit yang menunggak

melebihi 90 hari. Non-performing loan dibagi menjadi tiga,

yaitu :

1) Kredit Kurang Lancar

Kredit kurang lancar terjadi bila debitur tidak dapat

membayar angsuran pinjaman pokok dan atau antara 91 hari

sampai dengan 180 hari.

ii
2) Kredit Diragukan

Kredit diragukan terjadi dalam hal debitur tidak dapat

membayar angsuran pinjaman pokok dan atau pembayaran

bunga antara 181 hari sampai 270 hari.

3) Kredit Macet

Kredit macet terjadi bila debitur tidak mampu membayar

berturut-turut lebih dari 270 hari.

f. Dasar-dasar Pemberian Kredit Bank

Menurut Hermansyah (2008:62) Untuk mencegah terjadinya

kredit bermasalah di kemudian hari, penilaian suatu bank untuk

memberikan persetujuan terhadap suatu permohonan kredit

dilakukan dengan berpedoman kepada Formula 4P dan

Formula 5C.

Formula 4P dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Personality. Dalam hal ini pihak bank mencari data secara

lengkap mengenai kepribadian pemohon kredit, antara lain

mengenai riwayat hidupnya, pengalamannya dalam

berusaha, pergaulan dalam masyarakat, dan lain-lain.

2) Purpose. Selain mengenai kepribadian dari pemohon kredit,

bank juga harus mencari data tentang tujuan atau

penggunaan kredit tersebut.

3) Prospect. Dalam hal ini bank harus melakukan analisis

secara cermat dan mendalam tentang bentuk usaha yang

ii
akan dilakukan oleh pemohon kredit. Misalnya, apakah

usaha yang dijalankan oleh pemohon kredit mempunyai

prospek dikemudian hari.

4) Payment. Bahwa dalam penyaluran kredit, bank harus

mengetahui dengan jelas mengenai kemampuan dari

pemohon kredit untuk melunasi utang kredit dalam jumlah

dan waktu yang telah ditentukan.

Formula 5C dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Character. Bahwa calon nasabah debitur memiliki watak,

moral, dan sifat-sifat pribadi yang baik. Penilaian terhadap

karakter ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kejujuran,

integritas dan kemauan dari calon nasabah debitur untuk

memenuhi kewajiban dan menjalankan usahanya. Informasi

ini dapat diperoleh bank melalui riwayat hidup, riwayat usaha

dan informasi dari usaha-usaha sejenis.

2) Capacity. Dalam hal ini adalah kemampuan calon nasabah

debitur untuk mengelola kegiatan usahanya dan mampu

melihat prospektif masa depan, sehingga usaha akan dapat

berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan, yang

menjamin bahwa nasabah mampu melunasi utang kreditnya

dalam jumlah dan jangka waktu yang telah ditentukan.

3) Capital. Dalam hal ini harus terlebih dahulu melakukan

penelitian terhadap modal yang dimiliki oleh pemohon kredit.

ii
Penyelidikan ini tidaklah semata-mata didasarkan pada

besar kecilnya modal, akan tetapi lebih difokuskan kepada

bagaimana distribusi modal ditempatkan oleh pengusaha

tersebut, sehingga segala sumber yang telah ada dapat

berjalan secara efektif.

4) Collateral. Adalah jaminan untuk persetujuan pemberian

kredit yang merupakan sarana pengaman atas risiko yang

mungkin terjadi atas wanprestasinya nasabah debitur

dikemudian hari, misalnya terjadi kredit macet. Jaminan ini

diharapkan mampu melunasi sisa utang kredit baik utang

pokok maupun bunganya.

5) Condition of economy. Dalam pemberian kredit oleh bank,

kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha

pemohon kredit perlu memperoleh perhatian dari bank untuk

memperkecil risiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan

oleh kondisi ekonomi tersebut.

g. Proses Pemberian Kredit Bank

Menurut Hermansyah (2008:68) proses pemberian kredit

oleh suatu bank dengan bank lain tidak jauh berbeda. Kalaupun

ada perbedaan hanya terletak pada persyaratan dan ukuran

penilaian yang ditetapkan oleh bank dengan pertimbangan

masing-masing dengan tetap memperhitungkan unsur

ii
persaingan atau kompetisi. Proses pemberian kredit oleh bank

secara umum akan dijelaskan sebagai berikut .

1) Pengajuan Permohonan/Aplikasi Kredit

Bahwa untuk memperoleh kredit dari bank, maka tahap

pertama yang dilakukan adalah mengajukan permohonan/

aplikasi kredit kepada bank yang bersangkutan. Dalam

pengajuan permohonan/aplikasi oleh perusahaan sekurang-

kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut:

(a) Profil perusahaan beserta pengurusnya

(b) Tujuan dan manfaat kredit

(c) Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit

(d) Cara pengembalian kredit

(e) Agunan atau jaminan kredit

Permohonan/aplikasi kredit tersebut dilampirkan dengan

dokumen-dokumen pendukung yang dipersyaratkan, yaitu:

(a) Akta pendirian perusahaan

(b) Identitas (KTP) para pengurus

(c) Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

(d) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

(e) Neraca dan laporan rugi laba tiga tahun terakhir

(f) Fotokopi sertifikat yang dijadikan jaminan.

Sedangkan untuk permohonan/aplikasi kredit bagi

perorangan adalah sebagai berikut :

ii
(a) Mengisi aplikasi kredit yang telah disediakan oleh bank

(b) Tujuan dan manfaat kredit

(c) Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit

(d) Cara pengembalian kredit

(e) Agunan atau jaminan kredit (kalau diperlukan).

Permohonan/ aplikasi kredit tersebut dilengkapi dengan

melampirkan semua dokumen pendukung yang

dipersyaratkan, yaitu :

(a) Fotokopi identitas (KTP) yang bersangkutan

(b) Kartu Keluarga (KK)

(c) Slip gaji yang bersangkutan.

2) Penelitian Berkas Kredit

Setelah permohonan/aplikasi kredit tersebut diterima

oleh bank, maka bank akan melakukan penelitian secara

mendalam dan mendetail terhadap berkas aplikasi kredit

yang diajukan. Apabila dari hasil penelitian yang dilakukan

itu, bank berpendapat bahwa berkas aplikasi tersebut telah

lengkap dan memenuhi syarat, maka bank akan melakukan

tahap selanjutnya yaitu penilaian kelayakan kredit.

Adapun apabila ternyata berkas aplikasi kredit yang

diajukan tersebut belum lengkap dan memenuhi persyaratan

yang ditentukan, maka bank akan meminta kepada

pemohon kredit untuk melengkapinya.

ii
3) Penilaian Kelayakan Kredit (Studi Kelayakan Kredit)

Dalam tahap penilaian kelayakan kredit ini, banyak

aspek yang akan dinilai, yaitu :

(a) Aspek Hukum. Yang dimaksud dengan aspek hukum

adalah penilaian terhadap keaslian dan keabsahan

dokumen-dokumen yang diajukan oleh pemohon kredit.

(b) Aspek Pasar dan Pemasaran. Dalam aspek ini yang akan

dinilai adalah prospek usaha yang dijalankan oleh

pemohon kredit untuk masa sekarang dan akan datang.

(c) Aspek Keuangan. Dalam aspek ini yang digunakan

adalah aspek keuangan perusahaan yang dilihat dari

laporan keuangan yang termjuat dalam neraca dan

laporan laba rugi yang dilampirkan dalam aplikasi kredit.

(d) Aspek Teknis/Opersional. Aspek lain yang juga dialkukan

penilaian adalah aspek teknis atau opersional dari

perusahaan yang mengajukan aplikasi kredit, misalnya

mengenai lokasi tempat usaha, kondisi gedung, beserta

sarana dan prasarana pendukung lainnya.

(e) Aspek Manajemen. Penilaian terhadap aspek

manajemen ini adalah untuk menilai pengalaman dari

perusahaan yang memohon kredit dalam mengelola

kegiatan usahanya, termasuk sumber daya manusia

yang mendukung kegiatan usaha tersebut.

ii
(f) Aspek Sosial Ekonomi. Untuk melakukan penilaian

terhadap dampak dari kegiatan usaha yang djalankan

oleh perusahaan yang memohon kredit khususnya bagi

masyarakat baik secara ekonomis maupun sosial.

4. Tinjauan Tentang Kredit Bermasalah

Menurut Ismail (2015:222) Kredit bermasalah adalah suatu

keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar

sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang

telah diperjanjikan. (Kuncoro, Mudrajad dan suharjono,2002) kredit

bermasalah akan berakibat pada kerugian bank, yaitu kerugian

karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan

maupun pendapatan bunga yang tidak dapat diterima. Artinya bank

kehilangan kesempatan mendapat bunga, yang berakibat pada

penurunan pendapatan.

Menurut Hasanuddin Rahman (1998:120) Kredit bermasalah

adalah kredit dengan kolektabilitas macet ditambah dengan kredit-

kredit yang memiliki kolektabilitas diragukan yang mempunyai

potensi menjadi macet.

Menurut S. Mantayborbir (2002:23) suatu kredit dikatakan

bermasalah karena debitur wanprestasi atau ingkar janji atau tidak

menyelesaiakn kewajibannya sesuai dengan perjanjian baik jumlah

maupun waktu, misalnya pembayaran atas perhitungan bunga

maupun utang pokok.

ii
Menurut subarjo Joyosumarto (1994:13) kredit bermasalah

adalah yang angsuran pokok dan bunganya tidak dapat dilunasi

selama lebih dari 2 masa angsuran ditambah 21 bulan, atau

penyelesaian kredit telah diserahkan kepada pengadilan atau

Badan Urusan Piutang Lelang Negara atau telah diajukan ganti rugi

kepada perusahaan angsuran kredit.

5. Penyebab Terjadinya kredit Bermasalah

a. Faktor Intern Bank

1) Analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi

apa yang akan terjadi dalam kurung waktu selama jangka

waktu kredit. Misalnya , kredit diberikan tidak sesuai dengan

kebutuhan, sehingga nasabah tidak mampu membayar

angsuran yang melebihi kemampuan.

2) Adanya kolusi antara pejabat bank yang menangani kredit

dan nasabah, sehingga bank menemukan kredit yang tidak

seharusnya diberikan.

3) Keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadap jenis

usaha debitur, sehingga tidak dapat melakukan analisis

dengan tepat dan akurat.

4) Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait, misalnya

komisaris, direktur bank sehingga petugas tidak independen

dalam memutuskan kredit.

ii
5) Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring

kredit debitur.

b. Faktor Eksternal Bank

1) Unsur kesengajaan yang dilakukan oleh nasabah.

(a) Nasabah sengaja untuk tidak melakukan pembayaran

angsuran kepada bank, karena nasabah tidak memiliki

kemauan dalam memenuhi kewajibannya.

(b) Debitur melakukan ekspansi terlalu besar, sehingga dana

yang dibutuhkan terlalu besar. Hal ini akan memiliki

dampak terhadap keuangan perushaan dalam memenuhi

kebutuhan modal kerja.

(c) Penyelewengan yang dilakukan nasabah dengan

menggunakan dana kredit tersebut tidak sesuai dengan

tujuan penggunaan (side streaming).

2) Unsur Ketidaksengajaan.

(a) Debitur mau melaksanakan kewajiban sesuai perjanjin,

akan tetapi kemampun perusahaan sangan terbatas,

sehingga tidak dapat membayar angsuran.

(b) Perusahaannya tidak dapat bersaing dengan pasar,

sehingga volume penjualan menurun dan rugi.

(c) Perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah yang

berdampak pada usaha debitur.

(d) Bencana alam yang dapat menyebabkan kerugian.

ii
6. Prosedur Penyelesaian Kredit Bermasalah

Menurut Kasmir (2012:120) penyelamatan terhadap kredit

macet dilakukan dengan beberapa metode, yaitu :

a. Rescheduling (penjadwalan kembali)

Yaitu dengan cara:

1) Memperpanjang jangka waktu kredit

Dalam hal ini debitur diberikan keringanan dalam

masalah jangka waktu kredit, misalnya perpanjangan jangka

waktu kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga

debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk

mengembalikannya.

2) Memperpanjang jangka waktu angsuran

Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka

waktu kredit. Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya

diperpanjang pembayarannya, misalnya dari 36 kali menjadi

48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi

mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran.

b. Reconditioning (persyaratan kembali)

Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada

seperti :

1) Kapitalisasi bunga, yaitu dengan cara bunga dijadikan utang

pokok.

ii
2) Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu.

Maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda

pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus

dibayar seperti biasa.

3) Penurunan suku bunga

Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih

meringankan beban nasabah. Sebagai contoh, jika bunga

pertahun sebelumnya dibebankan 17% diturunkan menjadi

15%. Hal ini tergantung pertimbangan bank bersangkutan.

Penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah

angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan

dapat membantu meringankan nasabah.

4) Pembebasan Bunga

Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah

dengan pertimbangan nasabah sudah tidak akan mampu

lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi, nasabah tetap

mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya

sampai lunas.

c. Restructuring (penataan kembali)

Yaitu dengan cara :

1) Menambah jumlah kredit

2) Menambah equity

ii
d. Kombinasi

Merupakan kombinasi dari ketiga jenis metode yang diatas.

Misalnya kombinasi antara Restructuring dengan

Reconditioning atau Rescheduling dengan Restructuring.

e. Penyitaan jaminan

Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila

nasabah sudah benar-benar tidak punya iktikad baik atau sudah

tidak mampu lagi untuk membayar semua utang-utangnya.

B. Penelitian Terdahulu

Akbar. L (2012) dengan judul “Analisis Strategi Penagihan Kredit

Bermasalah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Cabang

Parepare”, menunjukkan bahwa, Strategi penagihan kredit bermaslah

pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Cabang Parepare.

Telah sesuai dengan sistem penagihan kredit bermasalah yang

diterapkan di Indonesia. Tentunya melalui beberapa tahap terlebih

dahulu. Salah satunya adalah proses peninjauan lapangan yang

dilakukan oleh para Loan Account Officer. Dalam hal penyelesaian

strategi penagihan kredit bermasalah pihak bank terlebih dahulu

melakukan penyelamatan, sehingga tidak akan menimbulkan

kerugian, terutama bagi kredit yang terkena musibah. Dalam

menyalurkan kredit pihak bank terlebih dahulu melihat kondisi

keuangan calon debitur sehingga bank tidak mendapatkan kerugian

karena diterimanya kembali dana yang telah disalurkan. Sedangkan

ii
kredit bermasalah tidak mengalami penurunan dari tahun 2007 hingga

tahun 2012.

Rahma Ayu Ashary (2016) dengan judul “Analisis Pengaruh Kredit

Macet Terhadap Profitabilitas PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk Cabang Parepare”, menunjukkan bahwa, Dalam penanganan

kredit macet yang dilakukan pada BRI ada beberapa cara

penanganannya yaitu Rescheduling sebanyak 4 orang,

Reconditioning, Restructuring, kombinasi dan penyitaan jaminan

sebanyak 3 orang nasabah debitur kredit macet. Tingkat implementasi

pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Cabang Parepare

mengalami penurunan yang diakibatkan karena kredit macet yang

terjadi pada periode 2014 tidak teratasi sehingga begitu sangat

mempengaruhi tingkat profitabilitas pada periode 2015.

Muzakkar Herman (2016) dengan judul “Analisis Prosedur

Penyelesaian Kredit Usaha Rakyat Bermasalah Pada PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Parepare”, menunjukkan

bahwa, untuk menilai kelayakan calon debitur yang mengajukan

permohonan kredit KUR maka pihak Bank BRI cabang parepare

melakukan analisis 5 C untuk melihat apakah debitur telah memenuhi

syarat untuk diberikan kredit KUR. Analisis 5 C yang dimaksud yaitu

Characters, Capital, Capacity, Collateral, dan Condition of Economy.

Pada tahun 2013 rasio kredit KUR bermasalah sebesar 1,2% dari total

kredit KUR, pada tahun 2014 rasio kredit KUR bermasalah sebesar

ii
2,2% dari total kredit KUR, pada tahun 2015 rasio kredit KUR

bermasalah sebesar 1,2% dari total kredit KUR. Rasio total kredit KUR

bermasalah pada Bank BRI cabang Parepare selama tiga tahun

terakhir yaitu 1,5% dari total kredit KUR tiga tahun terakhir.

C. Kerangka pikir

Pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Pataru Laba Kota parepare

melakukan prosedur pemberian kredit dengan baik agar dapat

terhindar dari kredit bermasalah. Ketika dalam pemberian kredit oleh

bank terdapat kredit bermasalah maka peneliti akan memfokuskan

penelitian pada bagaimana prosedur penyelesaian kredit bermasalah

pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Pataru Laba Kota Parepare.

Untuk lebih jelasnya maka penulis sajikan bagan kerangka pikir

penelitian sebagai berikut :

PT. Bank Perkreditan


Rakyat Pataru Laba
Kota Parepare

Prosedur Pemberian
Kredit

Kredit Bermasalah

Prosedur Penyelesaian
kredit Bermasalah
ii
D. Hipotesis

Diduga Bahwa penyelesaian kredit bermasalah telah berjalan

sesuai dengan prosedur pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Pataru

Laba Kota Parepare.

ii
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian pada PT.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pataru Laba Kota Parepare yang

beralamatkan di Jl. Bau Massepe No. 30 kota Parepare.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari bulan

April sampai dengan bulan Juni.

B. Desain Penelitian

Dalam melaksanakan suatu penelitian sangat perlu dilakukan

perencanaan penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan

dengan baik. Kemudian setelah melakukan perencanaan selanjutnya

adalah pelaksanaan, dalam langkah ini penulis melaksanakan tentang

apa saja yang telah direncanakan. Dalam penelitian ini, penulis

merencanakan proses penelitian deskriptif kualitatif untuk menjawab

rumusan masalah pada penelitian ini.

Penelitian deskriptif kualitatif secara garis besar merupakan

kegiatan penelitian yang hendak membuat gambaran suatu peristiwa

atau gejala secara sistematis, faktual dengan penyusunan yang

akurat. Penelitian ini akan menjelaskan bagaimana cara atau proses

yang dilakukan PT. Bank Perkreditan Rakyat Pataru Laba Kota

ii
Parepare dalam menyelesaikan atau menanggulangi kredit

bermasalahnya.

C. Definisi Operasional Variabel

1. Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank atau lembaga keuangan

yang melakukan kegiatan usaha dalam bentuk konvensional yang

dalam kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran.

2. Kredit adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah dengan

perjanjian akan mengembalikan sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan.

3. Kredit Bermasalah adalah keadaan dimana nasabah atau debitur

tidak mampu lagi membayar atau melunasi kewajibannya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Cholid Narbuko, H. Abu Achmadi (2007:70) Untuk

mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan teknik atau metode,

sebagai berikut :

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-

gejala yang diselidiki.

2. Interview (Wawancara)

Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap

muka mendengarkan secara lanngsung informasi-informasi atau

ii
keterangan-keterangan. Dewasa ini teknik wawancara banyak

dilakukan di Indonesia sebab merupakan salah satu bagian

terpenting dalam setiap survai. Tanpa wawancara penelitian akan

kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan bertanya

lansgung kepada responden.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

melihat, membaca, dan menyelidiki laporan-laporan tertulis atau

dokumen-dokumen yang dimiliki, terutama dokumen yang

berhubungan dengan penelitian

E. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk

angka, baik yang berasal dari transformasi data kuantitatif

maupun sejak semula sudah bersifat kuantitatif sebagai data

yang banyak dipergunakan dalam penelitian.

b. Data Kualitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk

kalimat atau uraian.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis memperoleh dari berbagai sumber

yakni :

ii
a. Person, data yang diperoleh dari perusahaan melalui

wawancara langsung dengan pimpinan perusahaan maupun

staf yang dianggap berkompeten terhadap judul penelitian.

b. Paper, data yang diperoleh berupa dokumen-dokumen atau

catatan-catatan yang dimiliki perusahaan yang berhubungan

dengan anggaran kas dan realisasinya serta laporan-laporan

maupun formulir yang berkaitan dengan penulisan ini.

c. Place, data yang diperoleh langsung dari tempat penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif yaitu suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena

alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa

berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan,

kesamaan dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan

fenomena yang lainnya. Atau deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang

menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena

yang terjadi dan dilakukan dengan jalan berbagai metode yang ada.

Penelitian dekriptif melalui pendekatan kualitatif ini dilakukan dengan

cara observasi dan wawancara.

ii
DAFTAR PUSTAKA

Abu Achmadi, Cholid Narbuko. 2007. Metodologi Penelitian. Edisi 8. PT.


Bumi Aksara : Jakarta

Ade Sanjaya. 2015. Pengertian Kredit Bermasalah Definisi Faktor


Penyebab Menurut Perspektif KUH Perdata.
(http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-kredit-
bermasalah-definisi.html Diakses 11 Februari 2017 Pukul 13:17).

Akbar L. 2012. Analisis Strategi Penagihan Kredit Bermasalah Pada PT.


Bank Tabungan Negara (persero) Tbk, Cabang Parepare.

Annida Nur. 2014. Pengertian Kredit Menurut Para Pakar.


(http://pengertiankreditannida.blogspot.com/2014_10_01_archive.
htmlDiakses 11 Februari 2017 Pukul 11:20).

Faisal Abdullah. 2003. Manajemen Perbankan. Edisi 1. Universitas


Muhammadiyah Malang (UMM) : Malang.

Fakultas Ekonomi. 2016. Panduan Penyusunan Skripsi. Umpar Perss:


Parepare.

Frenky. 2012. Pengertian Bank Menurut Para Ahli.


(http://ahlibaca.com/pengertian-bank-menurut-para-ahli. html.
Diakses Tanggal 13 Februari 2017 Pukul 11:45).

Ismail. 2013. Manajemen Perbankan. Edisi 3. Kencana Prenadamedia


Group : Jakarta.

Ismail. 2015. Akuntansi Bank Teori dan Aplikasi dalam Rupiah. Kencana
Prenadamedia Group : Jakarta.

Hermansyah. 2008. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Edisi 2.


Kencana Prenada Media Group : Jakarta.

Kasmir. 2012. Manajemen Perbankan. Edisi 11. PT. Raja Grafindo


Persada : Jakarta.

Kasmir. 2016. Dasar-dasar Perbankan. Edisi 14. PT. Raja Grafindo


Persada : Jakarta.

Latumaerissa Julius R. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.


Salemba Empat : Jakarta Selatan.

ii
Muzakkar Herman. 2016. Analisis Prosedur Penyelesaian kredit Usaha
Rakyat Bermasalah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero)
Tbk, Cabang Parepare.

Rahma Ayu Ashary. 2016. Analisis Pengaruh Kredit Macet Terhadap


Profitabilitas PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk, Cabang
Parepare.

ii

You might also like