Professional Documents
Culture Documents
Catatan Kuliah
FI2101 Fisika Matematik IA
Semester I 2015-2016
ar
s
ba
kh
15
20
1
m
se
01
21
l fi
ku
ca
Dalam banyak hal yang berkaitan dengan besaran fisis yang direpresentasikan
dalam bentuk rumusan matematik, sering dijumpai bentuk yang merupakan
penjumlahan sejumlah besaran lainnya. Misalnya dalam representasi gerak
satu dimensi benda yang posisinya dinyatakan dengan x(t) yang dapat kon-
stan (x(t) = x0 ), berbanding lurus terhadap waktu (x(t) = x0 + vt) atau
fungsi kuadrat terhadap waktu (x(t) = x0 + vt + 21 at2 ). Kondisi lain yang
lebih kompleks misalnya melibatkan suatu fungsi pangkat 3 atau lebih besar
ar
lagi. Terlihat bahwa untuk kondisi-kondisi tersebut, persamaan posisi benda
s
ba
dapat secara umum dinyatakan dalam bentuk penjumlahan (deret) yaitu
kh
∞
15
X
x(t) = c0 + c1 t + c2 t2 + c3 t3 + . . . = cn tn (1.1)
20
n=0
1
dari suku-suku pangkat dari suatu variabel tertentu (dalam hal ini variabel
t) dan hal ini dinamakan Deret Pangkat.
01
21
l fi
ku
Secara umum, deret merupakan rangkaian bilangan atau besaran. Suatu de-
ret dapat mempunyai tak hingga suku atau mungkin juga berhingga. Hasil
penjumlahan N buah suku pertama suatu deret biasanya disebut sebagai
partial sum atau jumlah bagian, yaitu
N
X
SN = a1 + a2 + a3 + . . . + aN = an
n=1
Suatu deret dikatakan konvergen jika rangkaian bilangan pada deret tersebut
mempunyai jumlah yang berhingga (finite) untuk jumlah suku (N ) yang tak
1
2 Deret
karena nilai S tidak menuju suatu bilangan tertentu. Sedangkan deret berikut
ini adalah contoh deret konvergen
∞
1 1 1 X 1
S =1− + − + ... = (−1)n
2 3 4 n=0
n
ar
N
X −1
s
a + ar + ar2 + . . . + arN −1 = ba arn
n=0
kh
15
Selanjutnya
ca
= a − arN
SN (1 − r) = a(1 − rN )
diperoleh
a(1 − rN )
SN =
1−r
khbasar2015
c
1.2 Uji Konvergensi 3
Contoh 2
Suatu bola dijatuhkan ke atas lantai dan memantul kembali ke atas
dengan tinggi pantulan sepertiga dari ketinggian awal. Tentukan pan-
jang lintasan total yang ditempuh bola hingga pantulan ke M .
ar
s
ba
h0 h0
S3 = h0 + 2 +2 2
kh
3 3
15
h0 h0 h0 h0
Sn = h0 + 2 + 2 2 + 2 3 + . . . + 2 n−1
se
3 3 3 3
01
1 1 1
21
Sn = h0 + 2h0 + + . . . + n−1
3 9 3
l fi
ku
ca
Untuk N → ∞, nilai SN suatu deret dapat menuju suatu limit tertetu bisa
juga membesar atau mengecil tanpa batas dan bisa juga berosilasi. Untuk
mengetahui apakah suatu deret konvergen perlu dilakukan pengujian. Berikut
dipaparkan secara singkat beberapa cara untuk pengujian konvergensi deret.
khbasar2015
c
4 Deret
Uji ini sebenarnya lebih tepat dikatakan sebagai uji non-konvergensi. Jika
suku-suku suatu deret tidak menuju bilangan 0 (artinya jika limn→∞ an 6= 0),
maka deret tersebut pasti adalah deret divergen, tapi jika limn→∞ an = 0 di-
perlukan uji yang lain.
Misalnya deret
∞
1 2 3 4 X n+1
+ + + ... =
2 3 4 5 n=0
n+2
adalah deret yang divergen karena limn→∞ an 6= 0.
ar
s
ba
1.2.2 Uji Pembandingan
kh
15
Untuk menggunakan uji ini diperlukan suatu deret yang telah diketahui kon-
20
vergensinya. Cara ini merupakan cara pengujian yang paling mendasar. Mi-
1
diketahui merupakan deret konvergen dan deret yang ingin diuji konvergen-
sinya adalah deret a1 + a2 + a3 + . . .. Maka jika |an | ≤ mn dapat disimpulkan
01
1 1 1
M =1+ + + + ... (1.2)
2 4 8
1
jika deret tersebut dikalikan dengan 2 maka akan diperoleh deret
1 1 1 1 1
M= + + + + ...
2 2 4 8 16
selanjutnya dengan mengurangkan kedua deret tersebut diperoleh
khbasar2015
c
1.2 Uji Konvergensi 5
1 1
M− M= M
2 2
1 1 1 1 1 1 1 1
=1+ + + + + ... − + + + + ...
2 4 8 16 2 4 8 16
=1
=⇒ M = 2
Karena jumlah suku-suku pada deret tersebut menuju nilai tertentu, ini ber-
arti deret M tersebut adalah deret yang konvergen. Selanjutnya tinjau deret
∞
1 1 1 X 1
lain misalnya A = 1 + + + +... = . Terlihat bahwa suku-suku
2 6 24 n=1
n!
pada deret A selalu kurang dari atau sama dengan suku-suku deret M , yang
berarti |an | ≤ mn . Dengan demikian jumlah deret A akan menuju bilang-
an tertentu yang kurang dari jumlah deret M , sehingga disimpulkan bahwa
deret A adalah deret yang konvergen.
Sebaliknya jika suatu deret positif yang dinyatakan dengan d1 + d2 + d3 +
. . . telah diketahui sebagai deret yang divergen, maka deret lain misalnya
|b1 | + |b2 | + |b3 | + . . . adalah juga deret divergen jika |bn | ≥ dn . Misalnya
tinjau suatu deret berikut
ar
1 1 1
s
D =1+ + + + ... ba
2 2 2
kh
yang merupakan deret divergen karena limn→∞ an 6= 0. Dan tinjau pula deret
15
∞
1 1 1 1
1
X
m
H = 1 + + + + ... =
2 3 4 n
se
n=1
01
1 1 1 1 1 1 1
l fi
D =1+ + + + + + + + ...
2 4 4 8 8 8 8
ku
ca
khbasar2015
c
6 Deret
Uji integral dapat digunakan bila deret yang akan diuji suku-sukunya ada-
lah positif dan tidak membesar (artinya an+1 ≤ an ). Perlu dicatat bahwa
uji ini tetap dapat digunakan meskipun syarat tersebut tidak dipenuhi oleh
semua suku (asalkan suku-suku yang tidak memenuhi tersebut jumlahnya
berhingga). Dalam uji integral ini dinyatakan bahwa jika 0 < an+1 < an
X∞ Z∞
untuk n > N , maka deret an akan konvergen jika nilai integral an dn
n
berhingga dan akan divergen jika nilai integral tersebut tak hingga. Pada uji
integral ini, integral yang dihitung hanya pada batas atasnya saja.
ar
dn = ln n = ∞
n
s
ba
kh
dengan demikian, berarti deret tersebut adalah deret divergen.
15
∞
X n2
20
Z∞ Z∞
n2 1 1
01
d n3 + 1
3
dn =
n +1 2 n3
+1
21
∞
l fi
3
= ln n + 1
ku
=∞
ca
=0
khbasar2015
c
1.2 Uji Konvergensi 7
=∞
ar
1.2.4 Uji Perbandingan Relatif (Rasio)
s
ba
kh
Pada uji ini suku ke-n suatu deret dibandingkan dengan suku sebelumnya.
Rasio antara suatu suku dengan suku sebelumnya, yaitu ρ didefinisikan se-
15
bagai
20
a
1
n+1
ρn =
m
an
(1.4)
se
ρ = lim ρn
01
n→∞
21
ku
1 1 1
Misalnya suatu deret yang dinyatakan dengan 1 + + + ... + + . . ..
2! 3! n!
Bila digunakan uji rasio, maka dapat dinyatakan perbandingan suatu suku
dengan suku sebelumnya adalah
khbasar2015
c
8 Deret
1 1 n!
ρn = ÷ =
(n + 1)! n! (n + 1)!
n.(n − 1). . . . .3.2.1 1
= =
(n + 1).n.(n − 1). . . . .3.2.1 n+1
Selanjutnya diperoleh
1
ρ = lim ρn = lim =0
n→∞ n→∞ n+1
Dengan demikian berdasarkan uji rasio maka deret tersebut adalah deret
yang konvergen karena diperoleh ρ < 1.
Contoh
∞
X n!
Ujilah konvergensi deret menggunakan uji perbandingan.
n=0
(2n)!
sar
Selanjutnya
ba
kh
an+1 (n + 1)! (2n)! (n + 1)
ρn = = ÷ =
15
an (2n + 2)! n! (2n + 1)(2n + 2)
20
n+1
1
ρ = lim ρn = lim
m
1 1
=
lim =0
01
2 n→∞ 2n + 1
21
Pada uji ini suatu deret yang ingin diketahui konvergensinya dibandingkan
dengan deret lain yang telah diketahui konvergensinya (baik berupa deret
konvergen ataupun deret divergen). Uji ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
khbasar2015
c
1.2 Uji Konvergensi 9
∞
X
• Jika an adalah deret yang suku-sukunya tidak negatif (an ≥ 0) semen-
n=1
X∞
tara bn adalah deret positif yang konvergen dan an /bn menuju suatu
n=1
∞
X
limit tertentu, maka deret an adalah deret konvergen.
n=1
∞
X
• Jika an adalah deret yang suku-sukunya tidak negatif (an ≥ 0) semen-
n=1
X∞
tara dn adalah deret positif yang divergen dan an /dn menuju suatu
n=1
∞
X
limit tertentu (ataupun menuju +∞), maka deret an adalah deret di-
n=1
vergen.
Perhatikan bahwa untuk menggunakan uji jenis ini diperlukan suatu deret
pembanding yang telah diketahui konvergensinya (bersifat konvergen atau-
pun divergen).
Contoh 1
ar
∞ √
2n2 − 5n + 1
s
X ba
Ujilah konvergensi deret berikut .
4n3 − 7n2 + 2
kh
n=3
15
∞ √ ∞
n2 1
20
X X
Tinjau deret berikut sebagai pembanding 3
= . Deret
n n2
1
n=3 n=3
m
√
an 2n2 − 5n + 1 1
21
= 3 2
÷ 2
bn 4n − 7n + 2 n
l fi
√
n2 2n2 − 5n + 1
ku
=
4n3 − 7n2 + 2
ca
q q
n2 (n2 )2 − n5 + n12 2 − n5 + n12
= =
(n3 ) 4 − n7 + n23 4 − n7 + n23
√
q
an 2 − n5 + n12 2
lim = lim =
n→∞ bn n→∞ 4 − 7 + 23 4
n n
khbasar2015
c
10 Deret
Contoh 2
Ujilah konvergensi deret berikut
∞
X 3n − n3
n=2
n5 − 5n2
ar
menggunakan bentuk 3n . Dengan demikian untuk menguji konver-
s
ba
gensi deret tersebut di atas dapat digunakan deret pembanding yaitu
kh
∞
X 3n
.
15
n=2
n5
20
an+1
ρ = lim
01
n→∞ an
21
n+1
n5 3n5
3
l fi
= lim 5
÷ n
= lim
5 4 3 2
n→∞ (n + 1) 3 n→∞ n + 5n + 10n + 10n + 5n + 1
ku
=3
ca
∞
X 3n
Karena ρ = 3 > 1, berarti deret adalah deret divergen.
n=2
n5
Selanjutnya dengan menggunakan uji pembandingan khusus maka ak-
an dapat diperoleh
khbasar2015
c
1.3 Deret Bolak-balik 11
3n − n3 n5
an
lim = lim ×
n→∞ bn n→∞ n5 − 5n2 3n
3
!
1 − 3nn
= lim =1
n→∞ 1 − n53
Karena hasil limitnya sama dengan satu dan deret yang digunak-
an sebagai pembanding adalah deret divergen, maka berarti deret
∞
X 3 n − n3
adalah deret divergen.
n=2
n5 − 5n2
1 1 1 1 (−1)n+1
1− + − + − ... + + ...
ar
2 3 4 5 n
s
ba
Terkait konvergensi dari suatu deret bolak-balik, ada dua hal yang perlu
kh
balik bersifat konvergen ketika diambil nilai mutlaknya maka disebut sebagai
20
konvergen mutlak. Bila deret tersebut diambil harga mutlaknya maka deret
1
tersebut akan menjadi deret harmonik yang merupakan deret divergen. Ini
m
se
berkurang dan menuju nol. Hal ini berarti suatu deret bolak-balik bersifat
21
∞ ∞
ku
X X
Jika suatu deret |an | bersifat konvergen maka deret an juga ber-
ca
n=0 n=0
sifat konvergen dan deret tersebut dinamakan deret yang konvergen mutlak
∞
X
(absolutely convergent). Sedangkan jika suatu deret |bn | bersifat divergen
n=0
∞
X
sementara deret bn bersifat konvergen maka deret tersebut dinamakan
n=0
deret konvergen bersyarat (conditionally convergent).
khbasar2015
c
12 Deret
Contoh 1
Ujilah konvergensi deret bolak-balik berikut
∞
X (−1)n
√
n=1
n
(−1)n
Terlihat bahwa lim √ = 0 dan nilai mutlak dari suku-suku pada
n→∞ n
1 1
deret tersebut terus berkurang yang berarti √ < √ , dengan
n+1 n
demikian deret tersebut adalah deret yang konvergen.
Contoh 2
Ujilah konvergensi deret berikut
s ar
∞ ba
X (−2)n
kh
n=1
n2
15
20
∞
X (−2)n 8 32 64
se
2
= −2 + 1 − + 1 − + − ...
n 9 25 36
01
n=1
21
1 1 1 1 (−1)n+1
1− + − + − ... + + ...
2 3 4 5 n
Deret bolak-balik tersebut suku-sukunya menuju nol (limn→∞ an = 0) dan
|an+1 | ≤ |an | sehingga bersifat konvergen. Namun bila diambil nilai mutlak
khbasar2015
c
1.5 Deret Pangkat 13
Konvergensi deret pangkat tersebut bila diuji dengan uji perbandingan relatif
(rasio) adalah sebagai berikut
cn+1 t cn+1
ρ = lim = |t| lim
ar
n→∞ cn n→∞ cn
s
ba
agar konvergen berarti syaratnya adalah
kh
cn+1
15
n→∞ cn
1
Hal ini berarti konvergensi suatu deret pangkat bergantung pada nilai va-
m
se
renanya ada rentang nilai varibel t yang menyebabkan suatu deret pangkat
21
konvergen. Rentang atau interval nilai ini disebut sebagai interval konvergensi
l fi
(interval of convergence).
ku
Contoh
ca
khbasar2015
c
14 Deret
(x + 2)n+1 (x + 2)n
ρ = lim √
÷ √
n→∞ n+2 n+1
√
n + 1
= lim (x + 2) √ = |x + 2|
n→∞ n + 2
Berdasarkan uji perbandingan relatif, deret tersebut akan konvergen
bila ρ < 1, maka berarti
ar
2 3
s
ba
yang bersifat divergen (dapat dilakukan dengan uji integral). Dengan
kh
Tinjau kembali deret pangkat tersebut di atas, koefisien c0 dari deret pang-
kat tersebut dapat diperoleh sebagai berikut
1
m
se
dx
= c1 + 2c2 t + 3c3 t2 + 4c3 t3 + . . .
ca
dt t=0
t=0
= c1
dx
=⇒ c1 =
dt t=0
Selanjutnya bila dicari turunan kedua fungsi x(t) dan mengevaluasinya untuk
t = 0 maka akan dapat diperoleh ungkapan untuk konstanta c2
khbasar2015
c
1.5 Deret Pangkat 15
d2 x
2
= 2c2 + (3)(2)c3 t + (4)(3)c3 t2 + . . .
dt t=0
t=0
= 2c2
1 d2 x
=⇒ c2 =
2 dt2 t=0
Proses yang sama dapat dilakukan untuk mendapatkan konstanta c yang lain,
secara umum akan dapat diperoleh bahwa
1 dn x
cn = (1.7)
n! dtn t=0
dn x
dengan n! = (1)(2)(3) . . . (n) dan n menyatakan turunan ke-n dari fungsi
dt
x terhadap variabel t. Dengan demikian persamaan 1.1 tersebut di atas dapat
dinyatakan kembali menjadi
dx 1 d2 x
x(t) = x0 + t + t2 + ...
dt t=0 2 dt2 t=0
∞ n n (1.8)
X t d x
=
n! dtn t=0
n=0
ar
Ungkapan persamaan 1.8 disebut sebagai uraian deret Taylor untuk x(t) di
s
ba
sekitar t = 0 (atau disebut juga uraian deret Maclaurin). Persamaan tersebut
kh
dapat dipahami sebagai berikut: nilai suatu fungsi x(t) pada t tertentu dapat
diperoleh sebagai uraian deret pangkat dalam variabel t dengan koefisien
15
Dapat juga dipahami sebagai berikut: nilai suatu fungsi x(t) di sekitar t = 0
1
Semakin jauh dari titik t = 0 diperlukan suku yang lebih banyak untuk
se
Tinjau kembali persamaan 1.1, tentu saja fungsi x(t) dapat pula dinyatak-
21
∞
ca
X
x(t) = a0 + a1 (t − t0 ) + a2 (t − t0 )2 + a3 (t − t0 )3 + . . . = an (t − t0 )n (1.9)
n=0
khbasar2015
c
16 Deret
∞
X (t − t0 )n dn x
x(t) = (1.11)
n! dtn t=t0
n=0
Persamaan 1.8 juga dapat dimaknai bahwa jika terdapat suatu fungsi konti-
nu yang mempunyai turunan, maka fungsi tersebut dapat dinyatakan dalam
bentuk deret pangkat. Hal ini membawa pengertian tentang mengekspansikan
suatu fungsi dalam bentuk deret. Jika menggunakan uraian deret Maclaurin,
maka suatu fungsi sembarang f (x) dapat dinyatakan dalam deret pangkat
sebagai berikut:
∞
X x dn f
f (x) = (1.12)
n! dxn x=0
n=0
ar
Contoh 1
s
ba
Ekspansikan fungsi f (x) = sin(x) dalam deret pangkat.
kh
15
Karena
20
d
sin(x) = cos(x)
1
dx
m
d2
se
sin(x) = − sin(x)
dx2
01
d3
21
sin(x) = − cos(x)
dx3
l fi
dst.
ku
ca
maka
∞
x3 x5 x7 X x2n+1
sin(x) = x − + − + ... = (−1)n
3! 5! 7! n=0
(2n + 1)!
Contoh 2
khbasar2015
c
1.6 Ekspansi Fungsi Menggunakan Deret Pangkat 17
Karena
df d2 f d3 f
= ex , = ex , = ex , dst.
dx dx2 dx3
maka diperoleh
∞
x2 x3 x4 X xn
ex = 1 + x + + + + ... =
2! 3! 4! n=0
n!
Deret pangkat dalam banyak hal dapat diperlakukan seperti polinom, mi-
salnya: ditambah atau dikurangi, dan dikalikan. Selain itu variabel pada su-
atu deret pangkat juga dapat diganti (substitusi) untuk memperoleh deret
pangkat yang lain.
Contoh 1
ar
ex sin(x) dapat diperoleh dengan mengalikan kedua deret yang mem-
s
ba
bentuknya, yaitu
kh
x2 x3 x4 x3 x5 x7
15
x
e sin(x) = 1 + x + + + + ... x− + − + ...
2! 3! 4! 3! 5! 7!
20
x3 x5
1
= x + x2 + − + ...
m
3 30
se
01
Contoh 2
21
l fi
x3 x5 x7
sin x = x − + − + ...
3! 5! 7!
khbasar2015
c
18 Deret
x2 x4 x6
cos x = 1 − + − + ...
2! 4! 6!
sehingga
x3 x5 x7
sin x x− 3! + 5! − 7! + ...
tan x = = x2 x4 x6
cos x 1− 2! + 4! − 6! + ...
diperoleh
x3 2x5
tan x = x +
+ + ...
3 15
Sedangkan bentuk uraian deret pangkat dari ex adalah
x2 x3
ex = 1 + x + + + ...
2! 3!
Dengan demikian akan diperoleh
2
x3 2x5
x 3
2x 5
x+ 3 + 15 + ...
etan x =1 + x + + + ... +
3 15 2!
3 5
3
x + x3 + 2x 15 + . . .
ar
+ + ...
3!
s
2
ba
x 1 1 3 1 1
=1 + x + + + x + + x4 + . . .
kh
2 3 6 3 6
15
x2 x3
=1 + x + + + ...
20
2 2
1
m
se
01
Persamaan 1.6 menunjukkan bahwa nilai suatu fungsi f (x) pada x tertentu
ca
df
dengan f 0 (0) = yang menyatakan gradien garis singgung fungsi f (x)
dx x=0
di titik x = 0. Ilustrasinya ditunjukkan dalam gambar 1.1. Terlihat bahwa
nilai fungsi f (x) pada x = a dapat didekati menggunakan aproksimasi deret
MacLaurin hanya jika nilai a sangat kecil. Jika a semakin besar (artinya
titik a semakin jauh dari 0) maka diperlukan tambahan suku berikutnya
khbasar2015
c
1.7 Penggunaan Deret Pangkat 19
dari deret MacLaurin agar diperoleh nilai hampiran (aproksimasi) yang lebih
mendekati nilai sebenarnya fungsi tersebut. Jadi deret MacLaurin digunakan
untuk mengaproksimasi nilai suatu fungsi di sekitar x = 0.
Untuk aproksimasi nilai suatu fungsi di sekitar x = x0 6= 0 digunakan
uraian deret Taylor. Prinsipnya sama dengan uraian deret MacLaurin seba-
gaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
y
f (x)
f (a)
garis singgung di titik x = 0
(f 0 (0))
f (0) af 0 (0)
a
x
0 a
ar
Gambar 1.1 Aproksimasi nilai fungsi f (x) pada x = a menggunakan uraian de-
s
ba
ret pangkat (deret MacLaurin) sampai suku kedua. Dalam hal ini dapat dinyatakan
f (a) ' f (0) + af 0 (0).
kh
15
khbasar2015
c
ca
ku
l fi
21
01
se
m
1
20
15
kh
ba
sar
Paket Soal Bab 1
ar
a. n
b. √ c.
n2 n ln n
s
n=1 n=1 n=2
ba
3. Gunakan uji integral untuk menentukan konvergensi deret berikut
kh
∞ ∞ ∞
X 1 X en X 1
15
a. b. 2n
c. √
n ln n e +9 2
n +9
20
deret berikut
se
∞ ∞ ∞ p
X n! X 10n X (2n)!
a. b. c.
01
(2n)! (n!)2 n!
n=0 n=1 n=0
21
berikut
ku
∞ ∞ ∞
X n(n + 1) X 1 X n2 + 3n + 4
ca
a. 2
b. n 2
c.
n=0
(n + 2) (n + 3) n=5
2 −n n=1
n + 7n3 + 6n − 3
4
21
22 Paket Soal Bab 1
ar
s
ba
kh
15
20
1
m
se
01
21
l fi
ku
ca
khbasar2015
c
ca
ku
l fi
21
01
se
m
1
20
15
kh
ba
sar