Professional Documents
Culture Documents
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori,
seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan.
Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006)
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses diterimanya, stimulus
oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu
menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi (Yosep, 2009)
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Factor
predisposisi dapat meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetic. (Yosep,
2009)
1) Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu
akan mengalami stress dan kecemasan.
2) Faktor sosiokultural
Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan, sehingga orang
tersebut merasa kesepian dilingkungan yang membesarkannya.
3) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami stress
yang berlebihan, maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti buffofenon dan dimethytrenferase (DMP).
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat
adiktif. Berpengaruh pada ketidakmampuanklien dalam mengambil keputusan demi masa depannya.
Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa factor
keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Factor presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran, tidak aman, gelisah,
bingung, dan lainnya.
Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu :
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penyalahgunaan obat,
demam, kesulitan tidur.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi
berupa perintah memaksa dan menakutkan.
3) Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahyakan.
Klien asyik dengan halusinasinya seolah merupakan temapat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan hidup, ritinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas
ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.
3. Tanda dan Gejala
f. Menutup mata.
g. Mulut komat-kamit
i. Tersenyum
j. Gelisah
k. Menyendiri, melamun
Menurut Yosep, 2009 proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap yaitu:
a. Tahap pertama
Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan dengan tingkat ansietas sedang, secara umum
halusinasi bersifat menyenangkan. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang
berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa takut serta mencoba
memusatkan penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas.
b. Tahap kedua
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat kecemasan yang berat.
Adapun karakteristik yang tampak pada individu yaitu individu merasa kehilangan kendali dan mungkin
berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersiapkan, individu mungkin merasa malu
dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain.
c. Tahap ketiga
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat ansietas berat, pengalaman
sensori yang dirasakan individu menjadi penguasa. Adapun karakteristik yang tampak pada individu
adalah orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasinya dan membiarkan
halusinasi tersebut menguasai dirinya, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori
tersebut berakhir.
d. Tahap keempat
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat ansietas panic. Adapun
karakteristik yang tampak pada individu adalah pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu
tidak mengikuti perintah, dimana halusinasi bisa berlangsung beberapa jam atau beberapa hari, apabila
tidak ada intervensi terapeutik.
5. Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress, termasuk upaya
penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan melindungi diri.
Mekanisme koping menurut Yosep, 2009 meliputi cerita dengan orang lain (asertif), diam
(represi/supresi), menyalahkan orang lain (sublimasi), mengamuk (displacement), mengalihkan kegiatan
yang bermanfaat (konversi), memberikan alasan yang logis (rasionalisme), mundur ke tahap
perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan ke objek lain, memarahi tanaman atau binatang
(proyeksi).
a. Medis (Psikofarmako)
1) Chlorpromazine
a) Indikasi
Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran
diri terganggu, daya ingat norma social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental
seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali,
berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social dan
melakukan kegiatan rutin.
b) Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya system ekstra pyramidal.
c) Efek samping
- Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar sadar atau tidak sadar.
- Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik, seperti mulut kering, kesulitan
dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan irama
jantung.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan kesadaran),
kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran disebabkan oleh depresan.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg. Apabila kondisi klien sudah stabil
dosisnya di kurangi menjadi 1x100mg pada malam hari saja.
2) Haloperidol (HLP)
a) Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,
baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
b) Mekanisme kerja
Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya
system limbic dan system pyramidal.
c) Efek samping
- Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan kesadaran),
kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk injeksi 3x5mg IM pemberian ini
dilakukan 3x24 jam. Sedangkan pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.
3) Trihexyphenidil (THP)
a) Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca
encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab yang
jelas). Sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.
b) Mekanisme kerja
Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson, dan antikolinergik lainnya.
c) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi (gerakan motorik yang
menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP), glaucoma sudut sempit, psikosis
berat psikoneurosis, hipertropi prostat, dan obstruksi saluran edema.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai anti parkinson.
b. Keperawatan
Tindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi berkelompok (TAK) Terapi Aktifitas
Kelompok.
a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian, nomor
rekam medic
b. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis, factor psikologis,
social budaya, dan factor genetic
c. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa tidak mampu,
putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif,
kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada umunya
mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam perasaan, afek
pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive
g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan adalah:
a. Jenis halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data objektif dapat dikaji dengan
cara melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi
pasien.
Jenis halusinasi
Data objektif
Data subjektif
Halusinasi dengar
- Menutup telinga
Halusinasi Penglihatan
- Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartoon, melihat hantu atau monster
Halusinasi penghidu
- Menutup hidung
- Membaui bau-bauan sperti bau darah, urin, feces, kadang-kadang bau itu menyenangkan
Halusinasi pengecapan
- Sering meludah
- Muntah
Halusinasi
Perabaan
b. Isi halusinasi
Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil pengkajian tentang jenis halusinasi.
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien.
Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi
terjadinya halusinasi apakah terus menerus atau hanya sekal-kali? Situasi terjadinya apakah kalau
sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk menetukan intervensi khusus pada
waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan
mengetahui frekuensi terjadinya halusinasinya dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah
terjadinya halusinasi.
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan
pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan
kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi
perilaku pasien saat halusinasi timbul.
2. Pohon masalah
Akibat
Gangguan sensori/persepsi:
Halusinasi penglihatan
Masalah utama
Isolasi sosial
Penyebab
b. Isolasi sosial
c. Tindakan keperawatan
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi saudara dapat melakukannya dengan cara berdiskusikan
dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi yang menyebabkan halusiansi muncul dan respon pasien saat muncul.
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi saudara dapat melatih pasien empat cara
yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi :
a) Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi yang muncul. Pasien
dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan
halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti
halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan
larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan halusinasi orang lain. Ketika
pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; focus perhatian pasien akan beralih dari
halusiansi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktifitas
yang teratur. Dengan beraktifitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang
sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien mengalami halusinasi biasa dibantu
untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktifitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur
malam, tujuh hari dalam seminggu.
· Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang telah dilatih. Upayakan pasien
mempunyai aktifitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
· Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan penguatan terhadap perilaku pasien yang
positif.
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat secara
teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat dirumah seringkali mengalami putus
obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila terjadi kekambuhan maka untuk mencapai
kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program
dan berkelanjutan.
· Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara,
benar waktu, benar dosis)
5. Implementasi
Menurut Depkes, 2000 Implementasi adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah di rencanakan perawat
perlu memvalidasi rencana tindakan keperawatan yang masih di butuhkan dan sesuai dengankondisi
klien saat ini.
6. Strategi Pelaksanaan
Halusinasi
Pasien
Sp1
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
SP II p
2. Melaih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
SP III p
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa
dilakukan pasien)
SP IV p
Keluarga
SP 1 k
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami pasien
beserta proses terjadinya.
SP III k
1. Membantu keluarga membuat jadwal kegiatan aktifitas di rumah termasuk minum obat
7. Evaluasi
Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien.
A : analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan apakah masalah masih ada,
munculnya masalah baru, atau ada data yang berlawanan dengan masalah yang masih ada.
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Inisial : Nn.R.M
Umur : 34 tahun
Pasien pernah masuk Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. V.L Ratumbuysang. Pertama kali masuk pada bulan
September tahun 2008 dan masuk keluar RSJ sebanyak 2 kali, dan terakhir pasien kembali masuk RSJ
pada bulan Mei 2013. Pasien pernah diberikan pengobatan tapi kurang berhasil karena pasien berobat
tidak teratur. Pasien pernah putus dengan pacarnya dahulu. Disebabkan karena pacarnya sudah punya
kekasih lain. Dalam anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita sakit jiwa.
4. PSIKOSOSIAL
a. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
111 : Pasien
: Orang yang tinggal serumah
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
2) Identitas diri
Pasien mampu menyebut identitasnya dengan baik, yaitu nama, umur, agama, alamat, status perkawinan
3) Peran
Pasien berperan sebagai anak didalam keluarganya. Sedangkan di rumah sakit pasien berperan sebagai
pasien.
4) Ideal diri
5) Harga diri
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga terutama dengan orang tuanya dalam keadaan baik.
Pasien menyadari bahwa dirinya sakit.
c. Hubungan Sosial
Dalam kehidupan pasien orang yang paling berarti adalah orangtua. Namun di tempat pasien dirawat,
orang yang paling berarti adalah teman.
d. Kehidupan Spiritual
Pasien menganut agama Kristen Protestan. Menurut pasien sebelum dirawat di RSJ Ratumbuysang,
pasien hampir tiap hari minggu beribadah di gereja. Saat masuk rumah sakit pasien rutin mengikuti
ibadah tiap hari rabu bersama pasien lain.
5. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi, gigi kotor, rambut jarang disisir, kuku kotor
b. Pembicaraan
d. Alam perasaan
e. Afek pasien
Pasien kooperatif, mendengar apa yang ditanyakan dan menjawabnya sesuai dengan pertanyaan yang
ditanyakan serta kontak mata baik
g. Gangguan persepsi
Saat pengkajian pasien mengalami halusinasi penglihatan dengan waktu selalu muncul pada malam hari
sebelum pasien tidur. Frekuensi 1-2 jam, isinya adalah melihat seorang hantu laki-laki yang ingin
memeluknya. Sedangkan responnya, pasien memanggil perawat yang bertugas di ruangan tapi mereka
tidak mendengarkannya dan pasien pun merasa kesepian dan menyendiri.
h. Proses pikir
i. Tingkat kesadaran
j. Memori
Pasien mudah beralih yaitu saat bertanya, pasien menjawab diluar pertanyaan
l. Kemampuan penilaian
Pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, yaitu dapat mengambil keputusan sederhana
dengan bantuan orang lain.
Pasien makan 3x/hr, yaitu pagi, sore, dan malam secara mandiri
b. BAB/BAK
c. Mandi
Pasien mandi 2x/hr, yaitu pagi dan sore, hanya memakai sabun
Tidur siang ±½ jam, tidur malam ± 8 jam, tidak mengalami gannguan tidur
f. Penggunaan obat
Pasien minum obat 3x/hr, setelah makan THP 2mg ( 2 x ½ ), Vit C (2 x 1), Diasepam (0-0-1), Haloperidol (2
x 1)
7. MEKANISME KOPING
8. ASPEK MEDIS
NO
DATA
MASALAH
1.
2.
3.
DS :
DO :
- Pasien pernah dirawat sebelumnya namun kurang berhasil karena putus obat
- Pasien takut
DS :
DO :
DS :
DO :
Isolasi sosial
C. POHON MASALAH
Masalah utama Perubahan persepsi sensorik :
halusinasi penglihatan
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Isolasi sosial
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI
RASIONAL
DS :
DO :
- Pasien pernah dirawat sebelumnya namun kurang berhasil karena putus obat
TUM
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 hari, pasien dapat mengontrol halusinasi.
TUK
(Sapa pasien dengan ramah, perkenalkan nama, tanyakan nama pasien, buat kontrak, tanyakan perasaan
pasien.
2.3.Diskusikan dengan pasien apa yang dirasakan dan beri kesempatan pasien mengungkapkan
perasaannya.
1. Dengan adanya hubungan saling percaya menjadi dasar interaksi perawat dengan pasien
4.3 Meningkatkan semangat agar bisa mempraktekkan apa yang sudah diajarkan
2.
TUM
TUK :
Mau berkenalan
Penyebab tidak merawat diri, Manfaat menjaga perawatan diri, Tanda-tanda bersih dan rapih
- Pasien menyebutkan frekuensi menjaga dan pasien dapat menjelaskan cara perawatan diri
:Frekuensi gosok gigi, Frekuensi berhias/berdandan, Frekuensi gunting kuku
(Sapa pasien dengan ramah, perkenalkan nama, tanyakan nama pasien, buat kontrak, tanyakan perasaan
pasien
2. Diskusikan dengan pasien penyebab pasien tidak merawat diri, manfaat menjaga perawatan diri,
tanda-tanda perawatan diri yang baik
3.1.Diskusikan frekuensi menjaga perawatan diri selama mandi, gosok gigi, keramas, berpakaian, berhias,
gunting kuku
3.1.Bantu pasien saat perawatan diri mandi, gosok gigi, keramas, ganti pakaian, berhias, gunting kuku
5.1.Pantau pasien dalam melaksanakan perawatan diri mandi, gosok gigi, keramas, ganti pakaian,
berhias, gunting kuku
2. Membantu pasien agar mengerti apa itu kebersihan diri dengan penjelasan-penjelasan yang singkat
dan mudah dimengerti
3. Mengetahui potensi pengetahuan klien tentang kebersihan diri membantu pasien untuk mengerti
mengenai kebersihan diri
DX
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1.
2.
08.00
08.00
08.00
G
Rabu, 19 Juni 2013
14.00
Kamis, 20 Juni 2013
08.30
SP 1
P : Selamat pagi
P : Kenalkan nama saya Christiany Porong, bisa di panggil Titie adalah mahasiswa Keperawatan yang
praktek di RS ini selama 3 hari dan ini adalah hari peratama saya praktek disini. Nama anda ? dan senang
dipanggil apa ?
PS : Baik ses
P : Apakah Nn. R ada keluhan ? karena ses disini ingin membantu Nn. R untuk memberikan solusi dari
masalah Nn. R
PS : iya ses, tadi malam di kamar mandi saya melihat bayangan laki-laki yang ingin memeluk saya.
P : Oh, bagaimana kalau kita berbinang-bincang sebentar ? Nn. R mau ? Nn. R mau didalam atau diluar ?
PS : didalam ses
P : baiklah, kita akan berbicang-binang tentang halusinasi penglihatan yang Nn. R alami. Maunya berapa
lama ?
PS : 20 menit ses
Fase Kerja
P : baiklah, Nn. R yang Nn. R lihat itu adalah halusinasi. Nn. R tau apa itu halusinasi ?
PS : tidak ses
P : Halusinasi itu adalah sesuatu yang Nn. R lihat tapi tidak nyata. Halusinasi ada 5 macam, pendengaran,
penglihatan, perabaan, penciuman, pengecapan. Yang Nn. R alami saat ini adalah halusinasi penglihatan.
Tapi ses akan memberikan Nn. R cara untuk mengatasinya agar sembuh. Nn. R maukan ?
PS : mau ses
P : Ada 4 cara untuk mengatasinya dan ses akan mengajarkan cara yang pertama yaitu dengan
menghardik. Kalau Nn. R melihat bayangan itu lagi, Nn. R harus mengatakan “Pergi, kamu tidak nyata”
sambil menutup mata. Apa Nn. R sudah mengerti ?
P : kalau begitu coba ulangi yang saya katakan tadi sambil mempragakannya
PS : “pergi, kamu tidak nyata” (sambil menutup mata)
P : Bagus, sekarang Nn. R sudah mengerti cara menghardik jika bayangan-bayangan itu datang lagi.
Bagaimana perasaan Nn. R sekarang setelah mengetahui bagaimana cara menghardik halusinasi?
P : kalau begitu Nn. R bisa mempraktekkannya dalam jadwal kegiatan Nn. R yang akan di buat oleh
perawat
PS : Iya ses
Fase Terminasi
P : Sepertinya waktu kita sudah habis yah, nanti kita lanjutkan sebentar dan ses akan mengajarkan Nn. R
cara yang kedua. Nn. R bisa jam 10 sebentar ?
PS : iya ses
P : baiklah kalau begitu kita ketemuan ditempat ini pada jam 10 yah. Sampai ketemu sebentar
SP 2
Fase Orientasi
P : bagaimana perasaan hari ini ? apakah Nn. R masih melihat bayangan itu? Sesuai dengan janji kita tadi,
kita akan berbincang-bincang sedikit yah. Mau Nn. R berapa lama ?
PS : disini saja
Fase Kerja
PS : iya ses
Fase Terminasi
PS : senang ses
P : bagaimana kalau latihan bercakap-cakap kita masukkan dalam daftar kegiatan harian ? maunya jam
berapa ?
P : baiklah kalau begitu, Nn. R juga bisa mempragakan saat melihat bayangan itu lagi
PS : iya ses
P : sepertinya waktu kita sudah selesai, nanti ses datang besok pagi lagi untuk mengajarkan cara yang
ketiga. Kita jumpa disini lagi jam 8 yah
PS : iya ses
SP 3
Fase Orientasi
PS : iya ses
PS : iya ses
P : bagus, kalau begitu sesuai janji kita kemarin kita akan belajar cara yang ketiga yaitu kegiatan
terjadwal. Mau dimana kita bicara ?
PS : iya ses
Fase Kerja
P : wah banyak sekali kegiatannya yah. Bagaimana kalau kita latih 2 kegiatan hari ini ? sekarang Nn. R
menyanyi setelah itu berdoa yah. Nn. R bisa kan ?
P : bagus sekali ternyata Nn. R bisa memperagakannya. Kegiatan ini bisa Nn. R lakukan agar mencegah
bayangan tersebut muncul.
PS : iya ses
Fase terminasi
PS : senang ses
P : wah bagus! Coba sebutkan 3 cara yang sudah kita belajar untuk mencegah bayangan tersebut.
PS : menyebutkan (menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal)
P : bagus sekali! Mari kita masukkan dalam kegiatan jadwal harian Nn. R yahh. Bagaimana kalau besok
kita belajar cara keempat cara mencegah halusinasi yaitu dengan menggunakan obat yang baik.
Bagaimana kalau jam 8 ?
PS : iya ses
P : kita bertemu disini lagi yah, sampai jumpa besok lagi yah
SP4
Fase Orientasi
P : selamat pagi Nn. R
P : bagaimana perasaan Nn. R hari ini ? apakah bayangannya masih muncul lagi ? apakah Nn. R memakai
ketiga cara yang kita diskusikan pada hari sebelumnya ?
PS : iya ses
PS : sudah ses
P : oh bagus! Bagaimana kalau kita mendiskusikan obat-obat yang Nn. R minum ? kita akan
mendiskusikan 20 menit saja yah di tempat ini
PS : iya ses
Fase Kerja
P : Nn. R minum obat sangatlah penting supaya bayangan yang Nn. R lihat dan mengganggu selama ini
tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang diminum?
PS : ada 4 ses
P : iya warna yang putih (THP) 2 kali sehari jamnya 7 pagi dan 7 malam, gunanya untuk rileks dan tidak
kaku. Sedangkan yang merah jambu (HLP) 2 kali sehari jamnya sama gunanya untuk pikiran biar tenang
dan yang kuning untuk daya tahan tubuh biar Nn. R tidak sakit.
PS : iya ses
P : Kalau bayangan sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti dikonsultasikan dengan
dokter, sebab kalau putus obat, Nn. R akan kambuh dan sulit mengembalikan kekeadaan yang semula.
PS : iya ses
P : Kalau obat habis Nn. R bsia minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Nn. R harus minum obat
teratur dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya.
PS : iya ses
PS : senang ses
PS : sudah 4 ses
P : bagus ternyata Nn. R masih ingat. Mari kita masukan jadwal minum obat pada kegiatan harian Nn. R .
PS : iya ses
P : kalau begitu ses permisi dulu yah karena waktu kita sudah habis. Nanti kita bertemu lagi lain waktu.
Selamat siang Nn. R
SP1
Fase Orientasi
P : Selamat Pagi. Kenalkan nama saya Christiany Porong mahasiswa Poltekkes Jurusan Keperawatan
yang praktek di RS ini selama 3 hari mulai dari hari ini sampai tanggal 20 Juni 2013. Nama Nona siapa ?
Senang dipanggil sapa ?
PS : sudah mandi jam 5 dan belum sikat gigi, tidak ada sikat gigi
P : baiklah bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kebersihan diri tujuannya untuk R dapat
mengetahui jenis-jenis kebersihan diri, sehingga tidak terserang penyakit. Pertama yaitu mandi. Sebelum
diajarkan Berapa lama kita berbicara ? 20 menit ya ? Mau dimana ? disini aja ya di ruang tengah. Setuju ?
PS : setuju Suster.
Fase Kerja
P : Berapa kali R mandi dalam sehari? Menurut R apa kegunaannya mandi ? Menurut R apa
manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri
dengan baik seperti apa ya ?
PS : 1 hari sekali, kadang tidak gosok gigi, alasannya tidak ada sikat gigi, agar gigi bersih mulut bau.
P : Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri terutama gigi masalah apa menurut R yang bisa
muncul ?
PS : gigi ompong.
P :Betul sekali, jadi, suster disini akan mengajarkan cara gosok gigi yang benar sesuai janji kita 20 menit.
Baiklah caranya . Pertama, kumur-kumur dengan air bersih. Lalu oleskan pasta gigi ke sikat gigi. Gosok
gigi dengan sikat gigi dari atas ke bawah beberapa kali, lalu gosok kesisi depan gigi sampai kebelakang
gigi, depan gigi dan bagian dalam gigi, tengah-tengah gigi juga. Lalu buang busa atau cairan dari gosok
gigi tadi. Dan terakhir kumur-kumur 2-3x. Apa R bisa mengerti? Coba di praktekkan kembali ?
P : Bagus, baiklah kegiatan menggosok gigi kita masukkan ke jadwal kegiatan harian,setelah makan
pagi dan makan siang jam 8 pagi dan jam 2 siang. Setuju ?
PS : iya suster.
Fase Terminasi
P : bagaimana perasaan R saat berbincang-bincang tadi, coba R jelaskan dan mempraktekkan kembali
cara menggosok gigi dengan benar. R dapat melakukannya dengan baik, baiklah pertemuan kita sampai
disini. Besok kita akan berbincang-bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat dan mempraktekkan
perawatan diri yang kedua dan ketiga yaitu berdandan/berhias dengan gunting kuku.
PS : iya ses
P : berapa lama R punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau 20
menit saja?”
P : Ya sudah... bagaimana kalau besok kita melakukannya di ruangan tengah ini lagi ?selamat pagi sampai
jumpa besok.
SP 2
Fase orientasi
P :Selamat Pagi R masih ingat dengan saya?
P : Benar, Bagaimana perasaannya hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin R lakukan? sesuai dengan
janji kita kemarin, hari ini R akan melakukan perawatan diri yang kedua yaitu berdandan/berhias sesuai
dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya selama 20 menit, kesepakatan kita kemarin
Kita akan melakukannya di ruang tengah, Agar tubuh tetap terawat apakah setuju ?
PS : Setuju Suster.
Fase Kerja
P : Sebelum kita lanjut , coba R perlihatkan kepada saya bagaimana cara menggosok gigi sesuai yang
kemarin dijelaskan dan dipraktekkan ?
P : Hebat, R dapat melakukannya dengan baik... sekarang, mari kita mempraktekkannya perawatan diri
yang kedua berdandan/berhias. Caranya siapkan sisir, bedak, dan kaca. sisir rambut, kemudian mulai
berdandan sesuai yang dinginkan. Ketiga menggunting kuku kaki, caranya siapkan alat gunting kuku,
kemudian gunting kuku dari ibu jari samapi jari kelinci. bagaimana masih bisa ???
PS : iya ses
Fase Terminasi
P : bagus, nah R sudah dapat mempraktekkan 3 perawatan diri yang telah diajarkan, Baiklah...
pertemuan hari ini kita akhiri. Nanti kita bertemu lagi di lain waktu karena ses sudah selesai praktek
disini yah
08.20
S : Pasien mengatakan mengerti cara menghardik halusinasi
10.30
08.30
14.20
08.50
S : Pasien megatakan bajunya masih belum rapih, Pasien mengatakan kukunya sudah bersih