You are on page 1of 11

Laporan pendahuluan Harga Diri Rendah

Disusun oleh :

Cindy Dwi Sastika 616080716005


Dwi Fadhila Rahma 616080716008
Hirma Delviana 616080716016
Kerty windy wulandari 616080716019
Lia Veranica 616080716021
Muhammarudin
Rosna Wati S 616080716049

Stikes Mitra Bunda Persada Batam


Prodi S1 keperawatan tk 2
TA 2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN.

A. Konsep penyakit.
1. Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadp diri sendiri atau
kemampuan diri.Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1998).
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan
orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk.
Harga diri meningkat bila diperhatikan/dicintai dan dihargai atau
dibanggakan.Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai
rendah. Harga diri tinggi/positif ditandai dengan ansietas yang rendah, efektif
dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Individu yang memiliki harga diri
tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif
untuk berubah serta cenderung merasa aman sedangkan individu yang memiliki
harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai
ancaman (Yoseph, 2009).

2. Etiologi

Berdasarkan hasil riset Malhi (2008, dalam http:www.tqm.com)


menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita
seseorang.Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai
tujuan.Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah.Selanjutnya, hal ini
menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal.Dalam tinjauan life span
history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering
disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya.Saat individu, mencapai masa
remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima.Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau
pergaulan.Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan
menuntut lebih dari kemampuannya.

Dalam Purba (2008), ada empat cara dalam meningkatkan harga diri yaitu:

1) Memberikan kesempatan berhasil


2) Menanamkan gagasan
3) Mendorong aspirasi
4) Membantu membentuk koping
Menurut Fitria (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi proses terjadinya harga
diri rendah yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi.

1) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain ideal diri yang
tidak realistis.

2) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah hilannya
sebagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, mengalami
kegagalan serta menurunya produktivitas.

Sementara menurut Purba, dkk (2008) gangguan harga diri rendah dapat terjadi
secara situasional dan kronik.Gangguan harga diri yang terjadi secara situasional bisa
disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi,
mengalami kecelakaan, menjadi korban perkosaan, atau menjadi narapidana sehingga
harus masuk penjara. Selain itu, dirawat di rumah sakit juga menyebabkan rendahnya
harga diri seseorang diakibatkan penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang membuat
klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh,
serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang mengharagai klien dan keluarga.
Sedangkan gangguan harga diri kronik biasanya sudah berlangsung sejak lama yang
dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat
dirawat.

Menurut Peplau dan Sulivan dalam Yosep (2009) mengatakan bahwa harga diri
berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam tahap perkembangan dari bayi sampai
lanjut usia seperti good me, bad me, not me, anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga
perasaan amannya tidak terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila
koping yang digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah. Menurut
Caplan, lingkungan sosial akan mempengaruhi individu, pengalaman seseorang dan
adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak
dihargai akan menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga
diri rendah.

Caplan (dalam Keliat 1999) mengatakan bahwa lingkungan sosial, pengalaman


individu dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh
lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stress dan menimbulkan
penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.

3. Patofisiologi
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal
diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri
tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa
sebagai seorang yang penting dan berharga.

Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.Umumnya disertai
oleh evalauasi diri yang negative membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri.
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :

a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, dll. Pada pasien yang dirawat
dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang diperhatikan :
pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan,
harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
b. Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berpikir yang negative. Kejadian sakit
dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada
pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa.
4. Manifestasi Klinis
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
penyakit, misalnya malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah
mendapatkan terapi sinar pada kanker.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (misalnya ini tidak akan terjadi jika saya
segera kerumah sakit), menyalahkan, mengejek, dan mengkritik diri sendiri.
c. Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa.
d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang, klien sukar dalam mengambil keputusan misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri akibat harga diri yang rendah disetai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

5. Pemeriksaan Diagnostik

a. MMPI (Minnesota Multiphasie Personality Inventory)


Yaitu suatu tes yang bertujuan untuk mengetahui gambaran atau profil
kepribadian kondisi patologi seseorang dan untuk mengetahui potensi atau bakat
yang ada pada seseorang dengan menggunakan sebuah buku yang berisi
pertanyaan, lembar jawaban, dan isi serta satu lembar hasil tes.

b. EEG (Electro Enchefatograf)


Yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui adanya dugaan mental
organic, kejang, dan gangguan tidur.

c. CT (Computed Tomography) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)


Yaitu gambaran yang dapat menunjukan struktur otak serta menggambarkan
penggunaan volume otak.

6. Komplikasi

a. Perilaku kekerasan yang ditujukan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
b. Isolasi sosial.
c. Waham.
7. Penatalaksanaan

Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksudmeliputi :

a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai
berikut:

1) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup


singkatTidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil
2) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk
gejala positif maupun gejala negative skizofrenia
3) Lebih cepat memulihkan fungsi kogniti
4) Tidak menyebabkan kantuk
5) Memperbaiki pola tidur
6) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
7) Tidak menyebabkan lemas otot.

Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi
pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk golongan
generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan
Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone,
Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.

b. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan
diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang
baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
(Maramis,2005,hal.231).

c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)


ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua
temples.Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.(Maramis, 2005).

d. Keperawatan
Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana
pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan
klien.Teknik perilakumenggunakan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial.Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan
praktis dalam komunikasi interpersonal.Therapi kelompok bagi skizofrenia
biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang
nyata. (Kaplan dan Sadock,1998).

Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok


stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori,therapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi
(Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok
diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri
harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy
aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan
aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).

POHON MASALAH

ISOLASI SOSIAL = MENARIK DIRI

GANGGUAN KONSEP DIRI = HARGA DIRI MASALAH UTAMA

KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal
pengkajian, nomor rekam medic
b. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis,
factor psikologis, social budaya, dan factor genetic
c. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi
merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa
malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan
pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada umunya mencakup
kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang
mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
menyebabkan ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan
spiritual
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik,
alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir,
isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung,
kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptive
g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis

2. Diagnosa Keperawatan

1) Harga Diri Rendah Kronis


2) Koping Individu Tidak Efektif
3) Isolasi Sosial

3. Intervensi

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan/kriteria hasil Intervensi


1. Harga diri rendah kronis
Tujuan : Tujuan:  Sapa ramah klien (verbal,
Klien dapat membina hubungan non verbal)
salingpercaya  perkenalan diri dengan
Kriteria hasil sopan
 Ekspresi wajah  Tanya nama lengkap klien
bersahabat dan nama panggilan yang
 Ada kontak mata disukai klien
 Mau berjabat tangan  Jelaskan tujuan pertemuan
 Mau menyebutkan nama  Jujur, menepati janji
 Mau duduk  Tunjukkan sikap empati
berdampingan dengan dan menerima klien apa
perawat adanya
 Mau mengutarakan  Beri klien perhatian dan
masalah yang dihadapi perhatikan kebutuhan
dasar klien

2. Koping individu tidak Tujuan:  Tunjukkan respon


efektif Klien dapat mengenali dan emosional dan menerina
mengekspresikan emosinya klien apa adanya
Kriteria hasil :  Gunakan tehnik
 Klien dapat menunjukan komunikasi terapeutik
ekspresinya ketika ia  Bantu klien
tidak menyukai sesuatu mengekspresikan
 Klien dapat mengenali perasaanya
dan mengekspresikan  Bantu mengidentifikasi
emosinya area situasi kehidupannya
yang tidak berada dalam
kemampuannya untuk
mengontrol

3. Isolasi Sosial Tujuan:  Kaji pengetahuan klien


Klien dapat mengenal perasaan tentang menarik diri.
yang menyebabkan prilaku  dorong dan bantu klien
menarik diri. berhubungan dengan
Kriteria Hasil : orang lain secara bertahap.
 Klien dapat  Diskusikan bersama klien
menyebutkan penyebab/ tentang prilaku menarik
alasan menarik diri. diri.
 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaan
nya.

You might also like