You are on page 1of 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ANEMIA DI

RUANG IRNA II RSUD KOTA MATARAM

DI SUSUN OLEH :
ASRIATUN
018 STYJ 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat limpahan rahmat karunia dan hidayah Nya-lah penulis dapat
menyelesaikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Anemia ini tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan penyusunan makalah yang berikutnya. Tidak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Mataram, November 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................. 2
1.4 Manfaat ................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 4
2.1 Konsep Dasar Penyakit................................................................. 4
2.1.1 Definisi dari Anemia ....................................................... 4
2.1.2 Anatomi dan fisiologi ..................................................... 5
2.1.3 Klasifikasi Anemia.......................................................... 8
2.1.4 Etiologi Anemia .............................................................. 13
2.1.5 Patofisiologis Anemia ..................................................... 15
2.1.6 Pathway Anemia ............................................................. 16
2.1.7 Manifestasi klinis Anemia .............................................. 17
2.1.8 Pemeriksaan penunjang Anemia ..................................... 18
2.1.9 Penatalaksanaan Anemia................................................. 19
2.1.10 Komplikasi Anemia ........................................................ 20
2.2 Konsep dasar asuhan keperawatan Hipoglikemia ........................ 21
BAB 3 PENUTUP ....................................................................................... 36
3.1 Simpulan ...................................................................................... 36
3.2 Saran ............................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia atau orang awam sering menyebutnya Kurang Darah (KD)
biasanya dihubungkan dengan ciri kondisi tubuh 5 L (lemah, letih, lesu,
lunglai, dan lelah). Kondisi itu terjadi akibat berkurangnya mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung zat besi, sehingga terjadi kekurangan
kandungan zat besi di dalam darah. Anemia tidak hanya menyerang orang
dewasa tapi anak-anak pun bisa terserang. Sekitar 100 jiwa atau 1 diantara 2
penduduk Indonesia menderita anemia.
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004 yang
menunjukkan tingginya kejadian anemia pada kelompok usia sekolah dan
lebih sering terjadi pada wanita menjadi alarm bagi para orangtua. Sebab
hasil dari SKRT 2004 itu menunjukkan angka persentase anemia defisiensi
besi (ADB) terjadi pada 39 persen balita dan 24 persen pada usia 5-11 tahun.
Ketua III Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) dr
Soedjatmiko, SpA (K) mengungkapkan, anemia di Indonesia tahun 2000
adalah 8,1 juta anak balita (40,5 persen), 17,5 juta anak usia sekolah (47,2
persen), 6,3 juta remaja putri (57,1 persen), 13 juta wanita usia subur (39,5
persen), 6,3 juta ibu hamil (57,1 persen) (http://www.Gayul's Blog.htm.
Anemia Dan Efeknya Bagi Penderita : KD menyerang anak-anak (Hot Topic
Friday, 25 May 2007).
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah
masa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memnuhi fungsinya
untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer
(penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan
oleh penurunan kadara hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit (red cell
count). Tetapi yang paling lazim di pakai adalah kadar hemoglobin, kemudian
hematokrit. Harus diingat bahwa terdapt keadaan keadaan tertentu dimana
ketiga parameter itu tidak sejalan dengan masa eritrosit, seperti pada
dehidrasi, perarahan akut dan kehamilan . permasalahan yang timbul adalah

1
berapa kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit paling rendah di
anggap anemia. Kadar hemoglobin dan eritrosit sangat berpariasi tergantung
pada usia, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal serta keadaan fisiologis
tertentu seperti misalnya kehamilan.
Berdasarkan data prevalensi penderita anemia yang diperoleh dan
catatan rekam medik yang ada di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB,
berdasarkan data dua tahun terakhir, khususnya pada kasus anemia, dalam
periode tahun 2008 jumlah penderita yang dirawat ada 64 orang dengan
pembagian; 31 orang (48,43%) laki-laki, dan 33 orang (51,56%) perempuan.
Sedangkan data tahun 2009 menunjukkan penderita sebanyak 111 orang
dengan pembagian 55 orang (49,54%) laki-laki dan 56 orang (50,45%)
perempuan.
Ditinjau dari banyaknya kasus anemia yang terjadi, maka perlu
diterapkan Asuhan Keperawatan untuk mempertahankan keadaan kesehatan
klien yang optimal.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan banyaknya kasus dan pentingnya penanganan penyakit
anemia, rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah asuhan keperawatan
pada klien dengan anemia?”
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu mengetahui dan menerapkan asuhan keperawatan pada
pasien dengan hipoglikemia sesuai standar keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu mengetahui konsep dasar penyakit anemia.
2. Mengetahui pengkajian pada klien dengan anemia.
3. Mampu menganalisa data pada klien dengan anemia.
4. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan
anemia.
5. Mampu mengetahui penyusunan perencanaan keperawatan pada
klien dengan anemia.
6. Mampu melaksanakan implementasi pada klien dengan anemia.

2
7. Mampu mengetahui evaluasi pada klien dengan anemia.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Ilmu Keperawatan
Dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan
dan mengembangkan ilmu keperawatan.
2. Pelayanan Keperawatan
Dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan klien terutama
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Bagi Masyarakat
Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam upaya
meningkatkan perilaku sehat yang bertanggung jawab bagi masyarakat
dengan tujuan untuk mengetahui kesehatan melalui informasi yang didapat
dari studi kasus.
4. Penulis
Memberikan manfaat melalui pengalaman nyata bagi penulis,
menambah pengetahuan penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dari pendidikan khususnya pada kasus anemia.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Pengertian
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit (sel darah merah)
dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah.
Hampir semua gangguan pada system peredaran darah di sertai dengan
anemi yang di tandai warna kepucatan pada tubuh, terutama
ekstrimitas (Nursalam, 2005).
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah
hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang
didapatkan (packed red cell volume) dalam 100 ml darah (Ngastiyah,
2005).
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurangnya
nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
(Doenges, 2000).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel
darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan
sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah
normal (Smeltzer, 2002).
Menurut Corwin (2009), Anemia adalah penurunan kuantitas
sel sel darah merah dalam sirkulasi, abnormalitas kandungan
hemoglobin sel darah merah, atau keduanya.
Anemia, adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin atau
sel darah merah dalam darah sangatlah rendah.

4
2.1.2 Anatomi Fisiologi
1. Sel Darah Merah
Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cairan
bikonkaf, yang berarti bagian tengahnya lebih tipis dari pada
bagian tepinya. Jumlah sel darah merah berkisar antara 4,5-6 juta
per mm3 darah (millimeter kubik sekitar satu tetesan yang sangat
kecil). Hitungan sel darah merah pada laki-laki sering kali berada
di ujung atas kisaran ini, sedangkan pada wanita sering kali beraa
di ujung bawah kisaran. Cara lain untuk menentukan jumlah sel
darah merah adalah dengan hematokrit. Pengujian ini dilakukan
dengan cara memasukkan darah ke dalam tabung kapiler kemudian
mensenterifungsikannya sehingga sel darah terkumpul pada satu
ujung. Setelah itu persentase sel darah dan plasma dapat di
temukan. Karena sel darah merah adalah sel darah yang paling
banyak, total sel darah pada hematokrit normal sekitar 38%-48%.
Hitung sel darah merah dan hematokrit adalah bagian pemeriksaan
darah lengkap.
Sel darah merah mengandung protein hemoglobin (Hb),
yang memberi kemampuan kepada sel darah merah untuk
mengangkut oksigen. Setiap sel darah merah mengandung sekitar
300 juta molekul hemoglobin, yang masing-masing mengikat
oksigen dan membentuk oksihemoglobin. Pada kapiler sistemik ,
hemoglobin akan memberikan sebagian besar oksigennya dan
hemoglobin menjadi berkurang. Penentuan kadar hemoglobin juga
termasuk bagian pemeriksaan hitung darah total, kisaran normalny
sekitar 12-18 gram per 100 ml darah. Sangat diperlukan pada
pembentukan hemoglobin adalah mineral besi, terdapat empat
atom besi pada setiap molekul hgemoglobin. Sebenarnya atom
besilah yang mengikat oksigen dan membuat sel darah merah
berwarna merah (Valerie C. Scanlon, 2006).

5
Gambar 2.1 Sel darah merah

Gambar 2.2 Sel darah pada anemia


2. Zat Besi
Zat besi bersama dengan protein (globin) dan protoporifirin
mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan
hemoglobin. Selain itu juga besi terdapat dalam beberapa enzim
yang berperan dalam metabolisme oksidatif, sintesis DNA,
neurotransmiter, dan proses katabolisme. Kekurangan besi akan di
memberikan dampak yang merugikan terhadap system pencernaan,
susunan saraf pusat, kardiovaskular, imunitas dan perubahan
tingkat seluler.
Jumlah zat besi yang diserap oleh tubuh di pengaruhi oleh
jumlah besi dalam makanan, bioavailabilitas besi dalam makanan
dan penyerapan oleh mukos usus. Di dalam tubuh orang dewasa
mengandung zat besi sekitar 55mg/kgBB atau sekitar 4 gram, lebih
kurang 67% zat besi tersebut dalam bentuk hemoglobin, 30%
sebagai cadangan dalam bentuk feritin atau hemosiderin dan 3%

6
dalam bentuk mioglobin. Hanya sekitar 0,07% sebagai transferin
dan 0,2% sebagai enzim. Bayi baru lahir (BBL) daklam tubuhnya
mengandung besi sekitar 0,5 gram.
Ada 2 cara penyerapan besi dalam usus, yang pertama adalah
penyerapan dalam bentuk non heme (sekitar 90% berasal dari
makanan), yaitu besinya harus diubah dahulu menjadi bentuk yang
di serap, sedangkan bentuk yang ke duua adalah bentuk heme
(sekitar 10% berasal dari makanan) besinya dapat langsung di
serap tanpa memperhatikan cadangan besi dalam tubuh, asam
lambung ataupun zat makanan yang dikonsumsi (Bambang
Permono, 2006)
Secara normal , tubuh hanya memerlukan Fe dalam jumlah
yang sedikit. Oleh karena itu, eksresi besi juga sangat sedikit.
Pemberian Fe yang berlebihan dalam makanan dapat
mengakibatkan hemosiderosit (pigmen Fe yang berlebihan akibat
penguraian Hb) dan hemokromatosis (timbunan Fe yang berlebihan
dalam jaringan). Pada masa bayi dan pubertas, kebutuhan Fe
meningkat karena pertumbuhan. Demikian juga dalam keadaan
infeksi.
Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb, sehingga
pembentukan eritrosit mengalami penurunan. Disamping itu, tiap
eritrosit akan mengandung Hb dalam jumlah yang lebih sedikit.
Akibatnya, bentuk selnya menjadi hipokromik mikrositik (bentuk
sel darah kecil), karena tiap eritrosit mengandung Hb dalam jumlah
yang lebih sedikit (Nursalam, 2005).
3. Asam Folat
Asam folat adalah zat yang berhubungan dengan unsur
makanan yang sangat penting bagi tubuh. Peran utama asam folat
ialah dalam metabolisme intra seluler. Asam folat merupakan
bahan esensial untuk sitesis DNA dan RNA, yang penting sekali
yntuk metabolisme inti sel. DNA digunakan untuk mitosis
sedangkan RNA digunakan untuk pematangan sel. Jadi bila

7
terdapat kekurangan asam folat, banyak sel yang akan antri untuk
memperoleh DNA agar dapat membelah. Tampak eritropoesis
meningkat sampai 3 kali normal..
Defisiensi folat merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada penyakit usus halus karena penyakit tersebut dapat
mengganggu absorbsi folat dari makanan dan resirkulasi folat
lewat siklus entrohepatik. Pada alkoholisme akut atau kronik,
asupan folat dalam makanan akan terhambat, dan siklus
entrohepatik akan terganggu oleh efek toksik dari alkohol pada
sel-sel parenkim hati, hal ini menjadi penyebab utama dari
defisiensi folat yang menimbulkan eritropoiesis megaloblastik
(Aru w. Sudoyo, dkk, 2006).
2.1.3 Klasifikiasi Anemia
1. Klasifikasi anemia menurut etiofatogenesis (Aru w. Sudoyo, dkk,
2006)
a. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam
sumsum tulang
1) Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit
a) Anemia defisiensi besi
b) Anemia defisiensi asam folat
c) Anemia defiseensi vitamin B12
2) Gangguan penggunaan (utilasi) bes
a) Anemia akibat penyakit kronik
b) Anemia sideroblastik
3) Kerusakan sum-sum tulang
a) Anemia aplastik
b) Anemia mieloplastik
c) Anemia pada keganasan hematologi
d) Anemia diseritrofoetik
e) Anemia pada sindrom mielodisplastik

8
b. Anemia akibat kekurangan eritropoetin : anemia pada ginjal
kronik.
1) Anemia akibat hemoragi
a) Anemia pasca perdarahan
b) Anemia akibat perdarahan kronik
2) Anemia hemolitik
a) Anemia hemolitik intra korpuskular
(1) Gangguan memberan eritrosit (membranopati)
(2) Gangguan ensim eritrosit (enzimopati) : anemia
akibat defisiensi G6PD
(3) Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
(a) Thalasemia
(b) Hemoglobinopati struktural :Hbs, Hbe, dll
b) Anemia hemolitik ekstrakorpuskuler
(1) Anemia hemolitik auto imun
(2) Anemia hemolitik mikroangiopatik
(3) Lain-lain
c. Anemia dengan penyebab tidak di ketahui atau dengan
patogenesis yang kompleks.
2. Klasifikasi Anemia berdasarkan morfologi dan etiologi (Aru w.
Sudoyo, dkk, 2006)
a. Anemia hipokromik mikrositer
1) Anemia defisiensi besi
2) Thalasemia major
3) Anemia akibat penyakit kronik
4) Anemia sideroblastik
b. Anemia normokromik
1) Anemia pasca perdarahan akut
2) Anemia aplastik
3) Anemia hemolitik didapat
4) Anemia akibat penyakit kronik
5) Anemia pada gagal ginjal kronik

9
6) Anemia pada sindrom mielodisplastik
7) Anemia pada keganasan hematologik
c. Anemia makrositer
1) Bentuk megaloblastik
a) Anemia defisiensi asam folat
b) Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa
2) Bentuk non-megaloblastik
a) Anemia pada penyakit hati kronik
b) Anemia pada hipotirodisme
c) Anemai pada sindrom mielodisplastik
3. Berdasarkan penyebab tersebut di atas, anemia dapat
dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Anemia Defisiensi Zat Besi (Fe)
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan
kurangnya besi yang di perlukan untuk sintesis hemoglobin
(Bambang Permono, 2006).
Anemia defisiensi besi adalah keadaan diman
kandungan besi tubuh total turun di bawah tingkat normal.
(besi di perlukan untuk sintesa hemoglobin). Merupakan
anemia yang paling sering pada semua kelompok umur
(Brunner & Suddarth, 2002).
b. Anemia Megaloblastik
Anemia Megaloblastik merupakan anemia yang terjadi
karena kekurangan asam folat, disebut juga dengan anemia
defisiensi asam folat. Asam folat merupakan bahan esensial
untuk sintesis DNA dan RNA yang penting untuk metabolisme
inti sel. DNA di perlukan untuk sintesis, sedangkan RNA untk
pematangan sel. Berdasarkan bentuk sel darah anemi mega
loblastik tergolong dalam anemi makrositik, seperti pada
anemia pernisidosa.
Anemia megaloblastik adalah anemia makrositik yang
di tandai dengan adanya peningkatan ukuran sel darah merah

10
yang di sebabkan oleh abnormalitas hematopoesis dengan
karakteristik dismaturasi nucleus dan sitoplasma sel myeloid
dan eritroid sebagai akibat gangguan sintesis DNA (Bambang
Permono. 2006).
c. Anemia Pernisiosa
Merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan
vitamin B12. anemi pernisosa ini tergolong anemia
megaloblastik karena mentuk sel darah yang hampir sama
dengan anemia defisiensi asam folat. Bentuk sel darahnya
tergolong anemi makrositk normokromik, yaitu ukuran sel
darah merah yang besar dengan bentuk abnormal tetap kadar
Hb normal (Nursalam, 2005).
d. Anemia Pascaperdarahan
Terjadi sebagai akibat dari perdarahan yang massif
(perdarahn terus menerus dan dalam jumlah banyak) seperti
pada kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan
hebat yang terjadi secara mendadak maupun menahun,
berdasarkan bentuk sel darah berbentuk normal tetapi
rusak/habis.
Akibat kehilangan darah yang mendadak, maka akan
terjadi reflek cardiovacular yang fisiologis berupa kontraksi
arteriol, pengurangan aliran darah ke organ yang kurang vital,
dan penambahan aliran darah ke organ vital (otak dan jantung).
Kehilangan darah yang mendadak lebih berbahaya
dibandingkan dengan kehilangan darah dalam waktu lama
(Nursalam, 2005).
e. Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah gangguan akibat kegagalan
sum-sum tulang yang menyebabkan penipisan semua sum-sum.
Produksi sel-sel darah menurun terhenti. Timbul pansitonia dan
hipo selularitas sum-sum. Manifestasi gejala tergantung
beratnya trombositopenia (gejala perdarahan), neutropenia

11
(infeksi bakteri, demam), dan anemia (pucat lelah, gagal
jantung kongestif, takikardi). Anemis berat ditandai dengan
jumlah granulosit yang kurang dar 500/mm3, jumlah trombosit
kurang dari 20.000/mm3, dan jumlah retikulosit kurang dari 1.
Anemia aplastik ada yang didapat atau diturunkan. Bentuk
anemia yang didapat disebabkan oleh obat (kloramfenikol),
bahan kimia (benzene), radiasi, atau infeksi virus (hepatitis
Epstren Bar) dan kadang-kadang berhubungan dengan
hemohlobinuri, nokturin (Cecily L. Betz &Linda A. Sowden,
2002).
f. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik ialah anemia yang disebabkan karena
terjadinnya penghancuran sel darah merah dalam pembuluh
darah ssehingga umur eritrosit pendek. Umur eritrosit ialah
100-120 hari (Ngastiyah, 2005).
Anemia hemolitik merupakan anemia yang terjadi
karena umur eritrosit yang lebih pendek/premature. Secara
normal, eritrosit berumur antara 100-120 hari. Adanya
penghancuran eritrosit tyang berlebihan akan memengaruhi
fungsi hepar, sehingga adanya kemungkinan terjadi
peningkataN bilirubin. Selain itu, sumsum tulang dapat
membentuk 6-8 kali lebih banyak sistem eritropoetik daripada
biasanya, sehingga banyak dijumpai eritrosit dan retikulosit
pada darah tepi. Berdasarkan bentuk sel darahnya anemia
hemolitik termasuk dalam anemia normositik normokromik.
Kekurangan bahan pembentukan sel darah, seperti vitamin,
protein atau adanya injeksi dapat menyebabkan
ketidakseimbangan ntara penghancuran dan pembentukan
system eritropoetik.

12
g. Anemia Sickle Cell
Merupakan anemi yang terjadi karena sintesis Hb
abnormal dan mudah rusak, serta merupakan penyakit
keturunan (hereditary hemoglobinopathi). Anemia sickle cell
ini menyerupai anemia hemolitik (Nursalam 2005).
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer
Institute)
DERAJAT WHO NCI
Derajat 0 (nilai normal) >11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0
g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
< 6.5 g/dL
2.1.4 Etiologi
Menurut Nursalam (2005), etiologi anemia dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena :
a. Perubahan sintesis Hb yang dapat menimbulkan anemi
deefisiensi Fe, Thalasemia, dan anemia infeksi kronik.
b. Perubahan sintesis DNA akibat kekurangan nutrient yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu, sehingga dapat
menimbulkan anemia aplastik dan leukemia
d. Infiltrasi susum tulang, misalnya karena karsinoma
2. Kehilangan darah.
a. Akut karena perdarahan atau trauma/kecelakaan yang terjadi
secara mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.

13
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis). Hemolisis dapat
terjadi karena:
a. Faktor bawaan, misalnya kekurangan enzim G6PD (untuk
mencegah kerusakan eritrosit).
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak
eritrosit, misalnya, ureum pada darah karena ganggguan ginjal
atau pengguanaan obat acetosal.
4. Bahan baku untuk pembentuk eritrosit tidak ada. Bahan baku yang
dimaksud adalah protein, asam folat, vitamin B12, dan mineral Fe.
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi,
vitamin B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi
rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah
menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat
besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin
menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-
menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus
buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan
perdarahan lambung (aspirin, anti inflamasi, dll). Obat lainnya
dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan
vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi).
Ini dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat
besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit
ginjal, masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan
penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena
mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.

14
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing
tambang, malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan
darah yang parah.
2.1.5 Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sum-sum (misalnya, berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan
akibat penyebab-penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi). Pada kasus yang
disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel darah merah yang
tidak dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa
faktor di luar sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel
fagositik atau dalam retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin,yang terbentuk dalam
fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera di refleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma. (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang :kadar di
atas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai sirkulasi, seperti yang
terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma (hemoglonemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat
untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (misalnya, apabila
lebih dari sekitar 100 mg/dl), hemoglobin akan terdisfusi dalam
gromerulus ginjal dan ke dalam urin (hemoglobinuria). Jadi ada atau
tidaknya hemolobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan
informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal
pada paasien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk
mengetahui sifat proses hemolitik tersebut (Brunner & Suddart, 2002).

15
2.1.6 Pathway
Makanan Pertumbuhan Penyakit Perdaraha
cepat n

Tidak cukup Kebutuhan Gangguan


mengandung Fe Fe penyerapan Fe
meningkat

Gangguan system Tubuh


pencernaan kekurangan
Fe

Konstipasi Pembuatan
/diare Hb terganggu

Konsentrasi sel
Nutrisi darah merah Resiko
kurang dari tinggi
menurun
kebutuhan infeksi
Suplai O2 ke tubuh
dalam otak
berkurang

Kadar O2 dalam Gangguan Resiko terjadinya


Sakit kepala sel menurun sirkulasi kerusakan
(pusing) integumen

Gangguan
rasa nyaman Perubahan Tubuh Intoleransi
nyeri perfusi jaringan kekurangan aktifitas
O2
Sumber: Alimul, A (2006), Doenges (2000), Brunner dan Suddarth (2002)

16
2.1.7 Manifestasi Klinis
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat.Pucat oleh karena kekurangan volume darah
dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah)
Angina (sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung)
menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi
atau diare)

Gambar 2.3 Symptom of Anemia

17
2.1.8 Pemeriksaan penunjang
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hematokrit
menurun.
2. Jumlah eritrosit menurun : menurun berat (aplastik), MCV
(Volume Corpuscular Merata) dan MCH (Hemoglobin Corpuscular
Merata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik,
peningkatan pansitopenia (aplastik).
3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal: menurun, meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis)
4. Pewarna sel darah merah: mendeteksi perubahan warna dan bentuk
(dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, Misal:
peningkatan sel darah merah, atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan
diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah
mempunyai waktu hidup lebih pendek.
7. Tes kerapuhan eritrosit : menurun
8. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial)
mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
i. Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat, normal atau
tinggi (hemolitik).
9. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur
hemoglobin.
10. Bilirubin serum (tidak terkonjugasi): meningkat (hemolitik).
11. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia
sehubungan dengan defisiensi masukan/absorspsi.
12. Besi serum : tidak ada, tinggi (hemolitik).
13. TBC serum : meningkat
14. Feritin serum : meningkat
15. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
16. LDH serum : menurun
17. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine.

18
18. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi
gaster, menunjukkan pendarahan akut/kronis.
19. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak
adanya asan hidroklorik bebas.
20. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksasaan/biopsy : sel mungkin
tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk,
membedakan tipe anemia, misal peningkatan megaloblas, lemak
sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik). Pemeriksaan
andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI (Doenges, 2000).
2.1.9 Penatalaksanaan
1. Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukkan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang.
a. Transpalasi sel darah merah.
b. Antibiotic diberikan untuk mencegah infeksi
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah
d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen.
e. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada
f. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
2. Pengobatan
Untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya:
a. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan : Mengatur makanan yang mengandung zat
besi, usahakan makarnan yang diberikan seperti ikan, daging,
telur, dan sayur; Pemberian prefarat Fe ; Pessosulfat 3x200
mg/hari/oral sehabis makan ; Peroglukonat 3x200mg/hari/oral
sehabis makan.
b. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
c. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

19
d. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok
dengan pemberian cairan dan transfuse darah.
2.1.10 Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh mengurang.
Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang
batuk pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran nafas,
jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah
lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani
dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan beresiko bagi
janin. Setelah bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu perkembangan organ-organ tubuh termasuk otak.

20
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji
respon manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan
yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah
kesehatan dapat berhubungan dengan klien, keluarga juga orang terdekat atau
masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat
dalam mengurangi/mengatasi masalah-masalah kesehatan.
Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam proses keperawatan
secara keseluruhan, tahapan pengkajian terdiri atas pengumpulan
data, analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan, yang
meliputi:
1. Data Biografi
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku
bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa
medis dan no. RM, sedangkan identitas penanggung jawab terdiri
dari : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku bangsa, alamat dan hubungan dengan klien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada keluhan utama ditanyakan adalah keluhan atau
gejala apa yang manyebabkan klien datang berobat, yang
akan muncul saat awal dilakukan pengkajian pertama kali.
Biasanya pada kasus Anemia, klien datang ke rumah sakit
dengan keluhan utamanya seperti pucat, lemah, cepat lelah,
keringat dingin, hipotensi, palpitasi.
b. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat mengenai penyakit saat ini, yang dimulai
dari akhir masa sehat yang ditulis secara kronologis sesuai

21
urutan waktu, dicatat perkembangan dan perjalanan
penyakitnya, keluhan utama, dan gejala yang muncul seperti
pucat, lemah, cepat lelah, keringat dingin, hipotensi, palpitasi.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien memiliki riwayat konsumsi obat-obatan yang
mempengaruhi sumsum tulang dan metabolisme asam folat,
adanya riwayat hehilangan darah kronis, misalnya perdarahan
GI kronis, menstruasi berat,angina, CHF. Selain itu terdapat
juga riwayat penyakit antara lain endokarditis, pielonefritis,
gagal ginjal,riwayat TB, abses paru, kanker. Riwayat
penyakit hati, masalah hematoligi, pembedahan dan
penggunaan anti konvulsan masa lalu atau sekarang juga
akan mempengaruhi anemia.
d. Riwayat penyakit keluarga
Pada pengumpulan data tentang riwayat penyakit
keluarga adalah bagaimana riwayat kesehatan dan
keperawatan yang dimiliki pada salah satu anggota keluarga,
pada klien dengan Anemia ditanyakan apakah ada keluarga
yang menderita penyakit yang sama dengan klien, penyakit
kronis atau penyakit degeneratif lainnya, serta upaya apa
yang dilakukan jika mengalami sakit.
3. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Klien biasanya tidak mengetahui penyakitnya. Klien
hanya beranggapan bahwa gejala yang dideritanya
merupakan gejala biasa saja dan hanya kelelahan biasa. Klien
mulanya hanya beristirahat, mengurangi aktivitas dan
mengkonsumsi obat bebas yang ada di warung.
b. Pola nutrisi metabolic
Terjadinya penurunan intake nutrisi beruhubungan
dengan penurunan nafsu makan, terdapat nyeri mulut dan
lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Selain itu,

22
biasanya juga timbul gejala mual, muntah, dispnea,
anoreksia, penurunan berat badan.
c. Pola eliminasi
Pada pola ini, biasanya bisa terjadi diare atau
konstipasi, serta bisa terjadi penurunan haluaran urine.
d. Pola aktivitas dan latihan
Klien biasanya mengalami kelemahan, malaise,
keletihan sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas
klien, terjadi penurunan semangat untuk bekerja serta
toleransi untuk latihan rendah. Saat bekerja timbul takikardi,
dispnea, kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
e. Pola istirahat dan tidur
Klien akan membutuhkan waktu untuk tidur dan
istirahat yang lebih banyak karena keletihan. Selain itu perlu
dikaji masalah yang dapat mengganggu klien saat tidur dan
istirahat.
f. Pola kognitif perseptual
Pengkajian yang dilakukan yaitu sehubungan dengan
fungsi alat indera klien, kemampuan menulis, dan mengingat,
terjadi penuurunan fungsi penglihatan.
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
Persepsi klien terhadap dirinya bisa berubah
sehubungan dengan penyakit yang diderita. Klien merasa
lemah karena tidak bisa bekerja dan beraktifitas seperti orang
lain.
h. Pola peran hubungan
Pada pola ini dikaji pekerjaan klien, peran klien
dalam keluarga dan masyarakat. Selain itu berisikan
bagaiman hubungan klien dengan orang tersdekatnya,
bagaimana pengambilan keputusan dan hubungan klien
dengan masyarakat atau lingkungan sosial klien.

23
i. Pola reproduksi seksualitas
Pada reproduksi seksualitas bisa terjadi perubahan
aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore, hilang
libido, dan impoten. Serviks dan dinding vagina pucat.
j. Pola koping dan toleransi stress
Metode koping yang digunakan klien dalam
mengatasi stress bisa saja dengan mengungkapkan perasaan
gelisahnya kepada orang terdekat atau perawat atau
meminum obat yang dapat menghilangkan stress.
k. Pola nilai dan keyakinan
Setelah pengkajian didapatkan kepercayaan klien,
kepatuhan klien dalam melaksanakan ibadah, dan keyakinan-
keyakinan pribadi yang bisa mempengaruhi pilihan
pengobatan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kedaan umum : terlihat lemah, pucat.
b. Pemeriksaan Per sistem
1) Kardiologi
a) Kardiomegali , Hepatomegali
b) Edema perifer
c) Takikardi, palpitasi,
2) Pernafasan
Takipnea, orthopnea, dispnea.
3) Sirkulasi
a) TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil &
tekanan nadi melebar, hipotensi postural.
b) Bunyi jantung murmur sistolik (DB)
c) Ekstremitas: pucat pada kulit, dasar kuku, dan
membrane mukosa,
d) Sclera biru atau putih seperti mutiara.
e) Pengisisan darah kapiler melambat

24
f) Kuku mudah patah dan berbentuk seperti sendok
(koilonika) (DB)
g) Rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban
secara premature
4) Gastrointestinal
a) Diare, muntah,
b) Glositis (peradanagan lidah)
c) Melena/ hematemesis
5) Neurologi
a) Parastesia
b) Ataksia
c) Koordinasi buruk
d) Bingung
6) Integuman
a) Mukosa pucat,kering
b) Kulit kering
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hb dan Ht menurun
b. Jumlah eritrosit menurun
c. Jumlah trombosit menurun
d. Aspirasi sumsum tulang atau pemeriksaan byopsi : sel
tampak berubah, baik jumlah, bentuk, ukuran yang
membedakan tipe anemia.
e. Pemerikasaan endoskopi dan radiografik : memeriksa sisi
perdarahan, perdarahan GI.

25
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi,
memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik klien serta
respons terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. Difinisi kerja
diagnosa keperawatan yang terbaru yang dikembangkan oleh north
american nursing diagnosis association (NANDA):2002.
Berikut diagnosa kepearawatan yang dapat ditemukan pada
klien dengan anemia :
1. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang, anoreksia
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin
,leucopenia, atau penurunan granulost (respons inflamasi
tertekan)).
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan perubahan sirkulasi dan neurologist.
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen
7. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-
perfusi
8. Keletihan berhubungan dengan anemia

26
2.2.3 Intervensi Keperawatan

DIANGOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Perfusi jaringan tidakSetelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation
efektif b/d penurunan keperawatan Management
konsentrasi Hb dan selama ………jam perfusi (Manajemen sensasi
darah, suplai oksigen jaringan klien adekuat dengan perifer)
berkurang kriteria : 1. Monitor adanya daerah
1. Membran mukosa merah tertentu yang hanya
2. Konjungtiva tidak anemis peka terhadap
3. Akral hangat panas/dingin/tajam/tum
4. Tanda-tanda vital dalam pul.
rentang normal 2. Monitor adanya
paretese.
3. Instruksikan keluarga
untuk mengobservasi
kulit jika ada lesi atau
laserasi.
4. Gunakan sarun tangan
untuk proteksi.
5. Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung.
6. Monitor kemampuan
BAB.
7. Monitor adanya
tromboplebitis
8. Diskusikan menganai
penyebab perubahan
sensasi
9. Kolaborasi pemberian
analgetik.
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan NIC :
nutrisi kurang dari keperawatan Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d selama ……….status nutrisi 1. Kaji adanya alergi
intake yang kurang, klien adekuat dengan kriteria makanan
anoreksia 1. Adanya peningkatan berat 2. Anjurkan pasien untuk
badan sesuai dengan meningkatkan intake Fe
Definisi : Intake tujuan. 3. Anjurkan pasien untuk
nutrisi tidak cukup 2. Beratbadan ideal sesuai meningkatkan protein
untuk keperluan dengan tinggi badan. dan vitamin C
metabolisme tubuh. 3. Mampumengidentifikasi 4. Berikan substansi gula
kebutuhan nutrisi. 5. Yakinkan diet yang
Batasan karakteristik 4. Tidk ada tanda tanda dimakan mengandung
: malnutrisi. tinggi serat untuk
1. Berat badan 20 % 5. Menunjukkan peningkatan mencegah konstipasi
atau lebih di fungsi pengecapan dari 6. Berikan makanan yang

27
bawah ideal menelan. terpilih ( sudah
2. Dilaporkan 6. Tidak terjadi penurunan dikonsultasikan dengan
adanya intake berat badan yang berarti. ahli gizi)
makanan yang 7. Pemasukan yang adekuat. 7. Ajarkan pasien
kurang dari RDA 8. Tanda-tanda malnutrisi. bagaimana membuat
(Recomended 9. Membran konjungtiva dan catatan makanan
Daily Allowance) mukos tidak pucat. harian.
3. Membran 10. Nilai Lab.: 8. Monitor jumlah nutrisi
mukosa dan Protein total: 6-8 gr% dan kandungan kalori
konjungtiva pucat Albumin: 3.5-5,3 gr % 9. Berikan informasi
4. Kelemahan otot Globulin 1,8-3,6 gr % tentang kebutuhan
yang digunakan HB tidak kurang dari 10 nutrisi
untuk gr % 10. Kaji kemampuan pasien
menelan/mengun untuk mendapatkan
yah nutrisi yang dibutuhkan
5. Luka, inflamasi 11. Kolaborasi dengan ahli
pada rongga gizi untuk menentukan
mulut jumlah kalori dan
6. Mudah merasa nutrisi yang dibutuhkan
kenyang, sesaat pasien.
setelah Nutrition Monitoring
mengunyah 1. BB pasien dalam batas
makanan normal
7. Dilaporkan atau 2. Monitor adanya
fakta adanya penurunan berat badan
kekurangan 3. Monitor tipe dan
makanan jumlah aktivitas yang
8. Dilaporkan biasa dilakukan
adanya 4. Monitor interaksi anak
perubahan atau orangtua selama
sensasi rasa makan
9. Perasaan 5. Monitor lingkungan
ketidakmampuan selama makan
untuk mengunyah 6. Jadwalkan pengobatan
makanan dan tindakan tidak
10. Miskonsepsi selama jam makan
11. Kehilangan BB 7. Monitor kulit kering
dengan makanan dan perubahan
cukup pigmentasi
12. Keengganan 8. Monitor turgor kulit
untuk makan 9. Monitor kekeringan,
13. Kram pada rambut kusam, dan
abdomen mudah patah
14. Tonus otot jelek 10. Monitor mual dan
15. Nyeri abdominal muntah
dengan atau 11. Monitor kadar albumin,
tanpa patologi total protein, Hb, dan
16. Kurang berminat kadar Ht

28
terhadap 12. Monitor makanan
makanan kesukaan
17. Pembuluh darah 13. Monitor pertumbuhan
kapiler mulai dan perkembangan
rapuh 14. Monitor pucat,
18. Diare dan atau kemerahan, dan
steatorrhea kekeringan jaringan
19. Kehilangan konjungtiva
rambut yang 15. Monitor kalori dan
cukup banyak intake nuntrisi
(rontok) 16. Catat adanya edema,
20. Suara usus hiperemik, hipertonik
hiperaktif papila lidah dan cavitas
21. Kurangnya oral.
informasi, 17. Catat jika lidah
misinformasi berwarna magenta,
scarlet
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi
zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan NIC :
diri b/d kelemahan keperawatan Self Care assistane :
fisik selama ……….jam kebutuhan ADLs
mandiri klien 1. Monitor kemempuan
Definisi : terpenuhi dengan kriteria klien untuk perawatan
Gangguan 1. Klien terbebas dari bau diri yang mandiri.
kemampuan untuk badan 2. Monitor kebutuhan
melakukan ADL 2. Menyatakan kenyamanan klien untuk alat-alat
pada diri terhadap kemampuan bantu untuk kebersihan
untuk melakukan ADLs diri, berpakaian,
3. Dapat melakukan ADLS berhias, toileting dan
dengan bantuan makan.
Batasan karakteristik 3. Sediakan bantuan
: sampai klien mampu
1. Ketidakmampuan secara utuh untuk
untuk mandi, melakukan self-care.
2. Ketidakmampuan 4. Dorong klien untuk
untuk berpakaian, melakukan aktivitas
3. Ketidakmampuan sehari-hari yang
untuk makan, normal sesuai

29
ketidakmampuan kemampuan yang
untuk toileting dimiliki.
5. Dorong untuk
Faktor yang melakukan secara
berhubungan : mandiri, tapi beri
kelemahan, bantuan ketika klien
kerusakan kognitif tidak mampu
atau perceptual, melakukannya.
kerusakan 6. Ajarkan klien/ keluarga
neuromuskular/ otot- untuk mendorong
otot saraf kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
8. Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan NIC :
keperawatan Infection Control
Definisi : selama ……….jam status (Kontrol infeksi)
Peningkatan resiko imun klien meningkat dengan 1. Bersihkan lingkungan
masuknya organisme kriteria setelah dipakai pasien
patogen Klien bebas dari tanda dan lain
gejala infeksi 2. Pertahankan teknik
Faktor-faktor resiko : Menunjukkan kemampuan isolasi
1. Prosedur Infasif untuk mencegah timbulnya 3. Batasi pengunjung bila
2. Ketidakcukupan infeksi perlu
pengetahuan Jumlah leukosit dalam 4. Instruksikan pada
untuk batas normal pengunjung untuk
menghindari Menunjukkan perilaku mencuci tangan saat
paparan patogen hidup sehat berkunjung dan setelah
3. Trauma berkunjung
4. Kerusakan meninggalkan pasien
jaringan dan 5. Gunakan sabun
peningkatan antimikrobia untuk
paparan cuci tangan
lingkungan 6. Cuci tangan setiap
5. Ruptur membran sebelum dan sesudah
amnion tindakan kperawtan
6. Agen farmasi 7. Gunakan baju, sarung
(imunosupresan) tangan sebagai alat
7. Malnutrisi pelindung
8. Peningkatan 8. Pertahankan

30
paparan lingkungan aseptik
lingkungan selama pemasangan
patogen alat
9. Imonusupresi 9. Ganti letak IV perifer
10. Ketidakadekuata dan line central dan
n imum buatan dressing sesuai dengan
11. Tidak adekuat petunjuk umum
pertahanan 10. Gunakan kateter
sekunder intermiten untuk
(penurunan Hb, menurunkan infeksi
Leukopenia, kandung kencing
penekanan respon 11. Tingktkan intake
inflamasi) nutrisi
12. Tidak adekuat 12. Berikan terapi
pertahanan tubuh antibiotik bila perlu
primer (kulit
tidak utuh, Infection Protection
trauma jaringan, (proteksi terhadap
penurunan kerja infeksi)
silia, cairan tubuh 1. Monitor tanda dan
statis, perubahan gejala infeksi sistemik
sekresi pH, dan lokal
perubahan 2. Monitor hitung
peristaltik) granulosit, WBC
13. Penyakit kronik 3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
6. Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
7. Pertahankan teknik
isolasi k/p
8. Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan
cairan

31
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur positif
5 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitasi
b.d keperawatan 1. Menentukan penyebab
ketidakseimbangan selama ……..klien dapat intoleransi aktivitas
suplai dan kebutuhan beraktivitas dengan kriteria dan menentukan
oksigen 1. Berpartisipasi dalam apakah penyebab dari
aktivitas fisik dgn TD, fisik, psikis/motivasi
HR, RR yang sesuai 2. Observasi adanya
2. Menyatakan gejala pembatasan klien
memburuknya efek dari dalam beraktifitas.
OR dan menyatakan 3. Kaji kesesuaian
onsetnya segera aktivitas dan istirahat
3. Warna kulit normal, klien sehari-hari
hangat&kering 4. ↑ aktivitas secara
4. Memverbalisasikan bertahap, biarkan klien
pentingnya aktivitas berpartisipasi dapat
secara bertahap perubahan posisi,
5. Mengekspresikan berpindah dan
pengertian pentingnya perawatan diri
keseimbangan latihan dan 5. Pastikan klien
istirahat mengubah posisi
a. Peningkatan toleransi secara bertahap.
aktivitas 6. Monitor gejala
intoleransi aktivitas
7. Ketika membantu
klien berdiri, observasi
gejala intoleransi
seperti mual, pucat,
pusing, gangguan
kesadaran dan tanda
vital
8. Lakukan latihan ROM
jika klien tidak dapat
menoleransi aktivitas
2. Bantu klien memilih
aktifitas yang mampu
untuk dilakukan

32
6 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen
gas b.d ventilasi- keperawatan 1. Bersihkan mulut,
perfusi selama ……..status respirasi : hidung dan secret
pertukaran gas membaik trakea
dengan kriteria : 2. Pertahankan jalan nafas
1. Mendemonstrasikan yang paten
peningkatan ventilasi dan 3. Atur peralatan
oksigenasi yang adekuat oksigenasi
2. Memelihara kebersihan 4. Monitor aliran oksigen
paru paru dan bebas dari 5. Pertahankan posisi
tanda tanda distress pasien
pernafasan 6. Observasi adanya
3. Mendemonstrasikan batuk tanda tanda
efektif dan suara nafas hipoventilasi
yang bersih, tidak ada 7. Monitor adanya
sianosis dan dyspneu kecemasan pasien
(mampu mengeluarkan terhadap oksigenasi
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada Vital sign Monitoring
pursed lips) 1. Monitor TD, nadi,
4. Tanda tanda vital dalam suhu, dan RR
rentang normal 2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari
nadi
7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola
pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis
perifer
12. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)

33
13. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
7 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Airway Management
pola nafas keperawatan 1. Buka jalan nafas,
selama …….…status guanakan teknik chin
respirasi klien membaik lift atau jaw thrust bila
dengan kriteria perlu
1. Mendemonstrasikan 2. Posisikan pasien untuk
batuk efektif dan suara memaksimalkan
nafas yang bersih, tidak ventilasi
ada sianosis dan dyspneu 3. Identifikasi pasien
(mampu mengeluarkan perlunya pemasangan
sputum, mampu bernafas alat jalan nafas buatan
dengan mudah, tidak ada 4. Pasang mayo bila perlu
pursed lips) 5. Lakukan fisioterapi
2. Menunjukkan jalan nafas dada jika perlu
yang paten (klien tidak 6. Keluarkan sekret
merasa tercekik, irama dengan batuk atau
nafas, frekuensi suction
pernafasan dalam rentang 7. Auskultasi suara nafas,
normal, tidak ada suara catat adanya suara
nafas abnormal) tambahan
3. Tanda Tanda vital dalam 8. Lakukan suction pada
rentang normal (tekanan mayo
darah, nadi, pernafasan) 9. Berikan bronkodilator
bila perlu
10. Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
11. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
8 Keletihan b.d anemia Setelah dilakukan tindakan Energi manajemen
keperawatan selama …….. 1. Monitor respon klien
.keletihan klien teratasi terhadap aktivitas
dengan kriteria : takikardi, disritmia,
1. Kemampuan aktivitas dispneu, pucat, dan
adekuat jumlah respirasi
2. Mempertahankan nutrisi 2. Monitor dan catat
adekuat jumlah tidur klien
3. Keseimbangan aktivitas 3. Monitor
dan istirahat ketidaknyamanan atauu
4. Menggunakan teknik nyeri selama bergerak
energi konservasi dan aktivitas
5. Mempertahankan interaksi 4. Monitor intake nutrisi
sosial 5. Instruksikan klien

34
6. Mengidentifikasi faktor- untuk mencatat tanda-
faktor fisik dan psikologis tanda dan gejala
yang menyebabkan kelelahan
kelelahan 6. Jelakan kepada klien
7. Mempertahankan hubungan kelelahan
kemampuan untuk dengan proses penyakit
konsentrasi 7. Catat aktivitas yang
dapat meningkatkan
kelelahan
8. Anjurkan klien
melakukan yang
meningkatkan relaksasi
9. Tingkatkan
pembatasan bedrest
dan aktivitas

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana
tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat
bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan
ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu
memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai
implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi
yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses
keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil
yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.

35
BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit (sel darah merah) dan
kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah. Hampir semua
gangguan pada system peredaran darah di sertai dengan anemi yang di tandai
warna kepucatan pada tubuh, terutama ekstrimitas (Nursalam, 2005).
Menurut Nursalam (2005), etiologi anemia dapat dikelompokkan
sebagai berikut: Gangguan produksi eritrosit, Kehilangan darah,
Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis). Hemolisis dan Bahan baku
untuk pembentuk eritrosit tidak ada.
Adapun tanda dan gejala dari anemia yaitu :lemah, letih, lesu dan
lelah, sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, gejala lanjut
berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat.pucat oleh karena kekurangan volume darah dan hb, vasokontriksi,
takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) angina
(sakit dada), dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman o2
berkurang), sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung)
menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada ssp dan anemia berat
gangguan gi dan chf (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare).
3.2 Saran
Penulis menyarakan kepada pembaca, khususnya mahasiswa
keperawatan sebagai calon perawat agar memahami dengan baik konsep dasar
dari anemia serta asuhan keperawatan yang dapat dilaksanakan, sehingga
semua tindakan yang dilakukan sesuai dengan standar praktek. Selain itu
penulis juga berharap agar perawat selalu memperbaharui penelitian yang
akan menambah pengetahuan dan kualitas pelayanan keperawatan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz A.(2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba medika:


Jakarta
Aru w. Sudoyo; dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. jilid II edisi IV
Departemen Ilmu Penyakit Dalm FKUI : Jakarta.
Bambang Permono, dkk. (2006). Buku Ajar Hematology-Onkologi Anak, ikatan
dokter anak Indonesia : Jakarta
Betz L. Cecily & Sowden A. Linda. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatr,i
Edisi 3. EGC : Jakarta.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol
3.Jakarta: EGC
Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi, Edisi Ke 3. Jakarta : EGC
Doenges E Marilynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Ngastiyah. (2005). Perawataan Anak Sakit, Edisi 2. EGC : Jakarta

Nursalam. (2005), Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dan Anak. Salemba Medika :
Jakarta.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit (6 ed., Vol. II). (H. Hartanto, Ed., & B. U. Pendit, Trans.) Jakarta:
EGC.
Scanlon, C. Valerie & Sanders Tina. (2006). Buku Ajar Anatomi & Fisiologi, Edsi
3. EGC : Jakarta .
Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :
Jakarta.
Wong L Donna. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatric, Edisi 4. EGC :
Jakarta
www.Gayul's Blog.htm. Anemia Dan Efeknya Bagi Penderita : KD menyerang
anak-anak. Hot Topic Friday, 25 May 2007

37

You might also like