You are on page 1of 7

‘Miskin di hadapan Allah’.

a) ‘Miskin’. 2 Kor 6 : 10 , 2 Kor 10

Ada beberapa kata bahasa Yunani yang berarti ‘miskin’:

 PENES atau PENICHROS yang artinya adalah ‘miskin tetapi masih


mempunyai sesuatu’.

 PTOCHOS yang artinya adalah ‘miskin dalam arti sama sekali tidak punya
apa-apa’. Dalam Luk 16:20 kata ‘pengemis’ yang ditujukan kepada Lazarus
itu dalam bahasa Yunaninya adalah PTOCHOS. Bacalah Luk 16:20-21 untuk
mendapat gambaran tentang PTOCHOS itu.

Luk 16:20-21 - “Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh
dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin
menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu.
Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya”.

Ia bukan hanya tidak mempunyai rumah, tetapi juga tidak mempunyai uang
untuk membeli makanan atau obat / perban untuk mengobati / membalut
luka-lukanya.

Pulpit Commentary:

 “PTOCHOS, in classical and philosophical usage, implies a lower degree of


poverty than PENES (2Cor 9:9)” [= PTOCHOS, dalam penggunaan klasik
dan filosofis, menunjukkan tingkat kemiskinan yang lebih rendah dari
PENES (2Kor 9:9)].

 “The PENES may be so poor that he earns his bread by daily labour; but the
PTOCHOS is so poor that he only obtains his living by begging ... The PENES
has nothing superfluous, the PTOCHOS has nothing at all” (= Orang yang
PENES adalah orang yang miskin sehingga ia mendapatkan roti /
makanannya melalui kerja keras setiap hari; tetapi orang yang PTOCHOS
adalah orang yang begitu miskin sehingga ia hanya mendapatkan
penghidupannya melalui pengemisan ... Orang yang PENES tidak
mempunyai apapun secara berlebihan, orang yang PTOCHOS sama sekali
tidak mempunyai apapun).

Dalam Luk 21:1-4 terdapat cerita tentang seorang janda miskin yang
memberikan seluruh uangnya kepada Tuhan.

Luk 21:1-4 - “(1) Ketika Yesus mengangkat mukaNya, Ia melihat orang-orang kaya
memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. (2) Ia melihat juga
seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. (3) Lalu Ia berkata:
‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak
dari pada semua orang itu. (4) Sebab mereka semua memberi persembahannya dari
kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi
seluruh nafkahnya.’”.

Dalam Luk 21:2 ada kata ‘miskin’ dan demikian juga dalam Luk 21:3, tetapi
dalam Luk 21:2 digunakan kata Yunani PENICHROS dan dalam Luk 21:3
digunakan kata Yunani PTOCHOS. Mengapa berbeda? Karena dalam Luk 21:2
sekalipun ia miskin, ia masih mempunyai uang sedikit, jadi digunakan kata
PENICHROS. Tetapi setelah uangnya dipersembahkan semua, ia tidak
mempunyai apa-apa lagi, sehingga dalam Luk 21:3 digunakan kata PTOCHOS.

Kata ‘miskin’ yang digunakan dalam Mat 5:3 adalah PTOCHOS!

b) Kata-kata ‘di hadapan Allah’ salah terjemahan.

NIV/NASB: in spirit (= dalam roh).

Jadi jelaslah bahwa yang dimaksud dengan ‘miskin’ dalam Mat 5:3 ini bukanlah
‘miskin dalam hal jasmani / uang’.

Dalam persoalan ini, dalam dunia ini ada 3 golongan manusia:

1. Orang yang merasa dirinya baik (‘kaya dalam roh’) seperti:

a. Orang Farisi dalam Luk 18:9-12 (perumpamaan Yesus tentang 2 orang


yang berdoa di Bait Allah).

Luk 18:9-12 - “Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar
dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan
perumpamaan ini: ‘Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang
seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu
berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur
kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan
perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti
pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan
sepersepuluh dari segala penghasilanku”.

Perhatikan bahwa dalam doanya bukan saja ia merendahkan orang-orang


lain yang ia anggap berdosa / jahat, tetapi ia juga ‘memamerkan’ kebaikan
/ kesalehannya kepada Tuhan!

b. Jemaat Laodikia.

Wah 3:17 - “Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah
memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena
engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan
telanjang”.

Apakah saudara merasa diri saudara baik / lebih baik dari orang lain? Ingat
bahwa Mat 5:3 yang berbunyi “Berbahagialah orang yang miskin dalam roh,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” secara implicit
menunjukkan “Celakalah orang yang kaya dalam roh (yang merasa diri baik)
karena merekalah yang empunya neraka (akan pergi ke neraka)”.

2. Orang yang merasa diri berdosa tetapi toh masih merasa dirinya mempunyai
kebaikan. Ini adalah miskin dalam arti PENES / PENICHROS bukan
PTOCHOS! Jadi golongan ini belum bisa dikatakan berbahagia! Mungkin ini
adalah golongan orang yang paling banyak terdapat di gereja. Mereka
merasa diri sebagai orang berdosa, tetapi mereka juga merasa diri lumayan
baik, karena mereka masih mau pergi ke gereja, memberi persembahan,
melayani Tuhan, tidak melakukan hal-hal yang maksiat, dan sebagainya.
Mereka tidak merasa diri sebagai hitam legam, tetapi sebagai abu-abu atau
putih berbintik-bintik. Apakah saudara termasuk golongan ini?

3. Orang yang merasa dirinya penuh dosa dan sama sekali tidak bisa berbuat
baik.

Pulpit Commentary: “Christ here affirms the blessedness of those who are in their
spirit absolutely devoid of wealth. It cannot mean that they are this in God’s
opinion, for in God’s opinion all are so. It means therefore, that they are this in
their own opinion” (= Di sini Kristus menegaskan keadaan diberkati dari orang-
orang, yang dalam roh mereka sama sekali tidak mempunyai kekayaan. Ini
tidak bisa diartikan bahwa mereka adalah seperti itu dalam pandangan Allah,
karena dalam pandangan Allah semua adalah demikian. Karena itu, itu berarti
bahwa mereka adalah demikian dalam pandangan mereka sendiri).

Jadi, orang yang termasuk golongan ini adalah orang yang menyadari
sepenuhnya bahwa hidupnya hanyalah dosa, dosa, dan dosa. Ia tidak
menganggap diri sebagai putih, abu-abu, putih berbintik-bintik, tetapi sebagai
hitam legam.

Kalau saudara adalah orang yang merasa diri baik / saleh / suci, atau
lumayan baik, maka coba perhatikan gambaran Firman Tuhan di bawah ini
tentang keadaan manusia di hadapan Allah.

Yes 64:6a - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala
kesalehan kami seperti kain kotor”.
Perhatikan bahwa Yesaya bukan mengatakan ‘segala dosa kami seperti kain
kotor’. Ia juga tidak mengatakan ‘sebagian kesalehan kami seperti kain kotor’.
Ia mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’.

Kalau kesalehan kita digambarkan seperti ‘kain kotor’ di hadapan Allah,


bagaimana dengan dosa kita?

Yeh 36:17 - “‘Hai anak manusia, waktu kaum Israel tinggal di tanah mereka,
mereka menajiskannya dengan tingkah laku mereka; kelakuan mereka sama
seperti cemar kain di hadapanKu”.

Dosa / kejahatan kita digambarkan seperti ‘cemar kain’. Apakah ‘cemar kain’
itu? NIV menterjemahkannya: ‘a woman’s monthly uncleanness’ (= kenajisan
bulanan dari seorang perempuan).

Bandingkan juga dengan Im 15:20,24 - “(20) Segala sesuatu yang ditidurinya


selama ia cemar kain menjadi najis. Dan segala sesuatu yang didudukinya
menjadi najis juga. ... (24) Jikalau seorang laki-laki tidur dengan perempuan
itu, dan ia kena cemar kain perempuan itu, maka ia menjadi najis selama tujuh
hari, dan setiap tempat tidur yang ditidurinya menjadi najis juga”.

Untuk kata ‘cemar kain’ yang pertama (ay 20) NIV menterjemahkan ‘her
period’ (= masa datang bulannya), sedangkan untuk kata ‘cemar kain’ yang
kedua (ay 24) NIV menterjemahkan ‘her monthly flow’ (= aliran bulanannya).

Jadi Kitab Suci menggambarkan kesalehan kita seperti kain kotor, dan
menggambarkan dosa / kejahatan kita seperti cairan yang dikeluarkan oleh
seorang perempuan pada saat mengalami datang bulan!

Kalau saudara adalah orang yang menganggap diri saudara suci atau
lumayan baik, renungkan bagian ini!

Contoh orang yang termasuk PTOCHOS:

 Rasul Paulus.

Ro 7:18-19 - “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku
sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada
di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa
yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang
tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat”.

1Tim 1:15 - “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus
Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara
mereka akulah yang paling berdosa”.
Merupakan sesuatu yang aneh bahwa pada saat Paulus belum bertobat,
ia menganggap dirinya bisa mentaati hukum Taurat tanpa cacat.

Fil 3:4-6 - “(4) Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada
hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya
pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: (5) disunat pada hari kedelapan, dari
bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian
terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, (6) tentang kegiatan aku
penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku
tidak bercacat”.

Tetapi setelah ia bertobat, dan tumbuh dalam pengertian Firman Tuhan


dan kekudusan, ia justru merasa dirinya penuh dengan dosa.

 Pemungut cukai dalam Luk 18:13 - “Tetapi pemungut cukai itu berdiri
jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia
memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini”.

 Anak bungsu / terhilang.

Luk 15:17-19 - “Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa


banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya,
tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada
bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga
dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah
aku sebagai salah seorang upahan bapa”.

3) ‘Karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga’.

Inilah alasan mengapa golongan ini disebut berbahagia: mereka adalah pemilik
kerajaan Sorga. Tetapi mengapa mereka disebut sebagai pemilik kerajaan surga?

a) Karena orang seperti ini tidak akan berusaha masuk surga dengan usahanya
sendiri. Dia akan mengemis pengampunan kepada Tuhan (bdk. Luk 18:13-14).
Sebaliknya, orang yang merasakan dirinya baik / lumayan akan berusaha masuk
surga dengan usahanya / perbuatan baiknya sendiri. Ini tidak mungkin berhasil,
karena Kitab Suci memang tidak pernah mengajarkan keselamatan karena
perbuatan baik! Jadi, orang-orang seperti ini justru akan masuk neraka!

b) Kristus juga berkata bahwa Ia datang untuk memanggil orang berdosa bukan
orang benar.

Mat 9:10-13 - “Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak
pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan
murid-muridNya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka
kepada murid-murid Yesus: ‘Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan
pemungut cukai dan orang berdosa?’ Yesus mendengarnya dan berkata: ‘Bukan
orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan
pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan
persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan
orang berdosa.’”.

Kata-kata Yesus ini tidak berarti bahwa dalam dunia ini ada orang-orang yang
benar dan ada orang-orang yang berdosa. Tidak, Kitab Suci mengatakan bahwa
semua orang berdosa (Ro 3:10-12,23), tetapi ada yang sekalipun berdosa tetapi
menganggap dirinya baik / benar, dan ada yang menyadari dirinya berdosa.
Yesus datang bukan untuk kelompok pertama tetapi untuk kelompok kedua!

4) Cara menjadi PTOCHOS.

a) Berdoalah dengan tekun supaya Tuhan membukakan mata saudara sehingga


saudara bisa melihat dosa-dosa saudara. Salah satu fungsi Roh Kudus adalah
menyadarkan kita dari dosa.

Yoh 16:8 - “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa,
kebenaran dan penghakiman”.

Tanpa pekerjaan Roh Kudus kita tidak mungkin menjadi PTOCHOS!

Banyak orang berdoa meminta berkat, kesembuhan, bahkan karunia-karunia,


tetapi tidak banyak yang meminta pencelikan terhadap dosa.

b) Jangan membandingkan diri dengan orang lain.

Dengan membandingkan diri dengan orang yang jahat kita akan merasa diri kita
baik (bdk. Luk 18:11 - orang Farisi itu merasa diri baik karena ia membandingkan
dirinya dengan pemungut cukai dan orang-orang berdosa yang lain). Standard
hidup kita adalah Firman Tuhan / kehidupan Tuhan Yesus, bukan kehidupan
orang lain.

Illustrasi: seorang murid yang mendapat nilai 4 bisa saja merasa nilainya bagus,
kalau ia membandingkan dengan murid yang lebih bodoh, yang mendapat nilai
2.

c) Belajarlah Firman Tuhan!

 Satu hal yang perlu dicamkan adalah: saudara harus menggabungkan point
no a) dan point no c) ini. Hanya berdoa untuk meminta Roh Kudus
mencelikkan mata kita terhadap dosa-dosa kita, tetapi tidak mau belajar
Firman Tuhan, tidak akan menjadikan kita PTOCHOS. Mengapa? Karena
cara Roh Kudus mencelikkan mata kita adalah dengan menggunakan Firman
Tuhan. Sebaliknya, kalau kita hanya belajar Firman Tuhan tetapi tidak berdoa
untuk meminta pencelikan terhadap dosa-dosa kita dari Roh Kudus, mungkin
sekali kita akan menjadi semacam ahli-ahli Taurat / orang-orang Farisi, yang
hanya melihat kesalahan orang-orang lain, tetapi merasa dirinya benar (self-
righteous person).

 Firman Tuhan menunjukkan dosa-dosa kita (Ro 3:20 2Tim 3:16). Dan juga,
makin kita mengerti Firman Tuhan, makin kita akan diperhadapkan dengan
Allah yang maha suci sehingga kita makin akan merasa penuh dosa.

d) Bandingkan Firman Tuhan dengan diri saudara sendiri, jangan dengan orang
lain. Firman Tuhan harus menjadi cermin, bukan kaca spion! Memang kalau kita
sudah membandingkan Firman Tuhan dengan diri kita, tentu kita juga boleh
membandingkannya dengan orang lain, karena kita harus saling memperhatikan
dan mendorong dalam perbuatan baik (Ibr 10:24-25).

e) Jangan mencari alasan / kambing hitam untuk menutupi dosa saudara atau
membenarkan kesalahan saudara! Bdk. Kej 3:12-13 1Sam 15:13-15,20-21.
Salah satu cara mencari kambing hitam yang saat ini banyak terdapat,
khususnya dalam kalangan Kharismatik dan Pentakosta, adalah dengan
melemparkan kesalahan kepada roh zinah, roh dusta, roh marah, dan
sebagainya. Dalam menghadapi ajaran seperti ini perlu diingat bahwa Adam dan
Hawa juga jatuh karena serangan setan, dan setan memang disalahkan dan
dihukum, tetapi Adam dan Hawa juga! Jadi, kalau mereka hanya menyalahkan
roh dusta, roh zinah dsb, tetapi tidak menekankan bahwa orang yang berdusta
dan berzinah itu harus bertobat, maka itu berarti mereka hanya mencari kambing
hitam.

Makin saudara menutupi dosa dan mempertahankan dosa-dosa saudara, makin


keras hati saudara. Tetapi makin saudara mentaati Firman Tuhan, makin peka
saudara terhadap dosa saudara!

You might also like