You are on page 1of 38

PENDIDIKAN KESEHATAN DAN SIMULASI

MENGAHADAPI BENCANA GEMPA BUMI

LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN (LPJ)

oleh
Sri Ariani NIM 142310101005
Linda Ayu A. NIM 142310101047
Puput Dwi P. NIM 142310101005
Prasetyo P NIM 142310101117
Diana Risqiyawati NIM 142310101005
Linda Novema NIM 142310101005
Wardhtul Asfiah NIM 142310101005

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
Persiapan Menghadapi Gempa Bumi

A. Pengantar
Pokok bahasan : Persiapan Menghadapi Gempa Bumi
Sasaran : Mahasiswa Universitas Jember
Hari, tanggal : Jumat, 19 Januari 2018
Waktu : 90 Menit
Tempat : RK 1 FKep UNEJ
Penyuluh : Prasetyo Panji

B. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan pendidikan kesehatan persiapan menghadapi gempa
bumi mahasiswa diharapkan dapat siap siaga bila terjadi gempa bumi
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan tentang persiapan menghadapi gempa
bumi, diharapkan mahasiswa untuk:
a. Mengetahui pengertian gempa bumi
b. Mengetahui penyebab gempa bumi
c. Mengetahui daerah rawan gempa bumi
d. Mengetahui penanganan gempa bumi
e. Mengetahui komponen yang terancam
f. Mengetahui upaya mitigasi dan pengurangan bencana
g. Mensimulasikan tindakan evakuasi saat gempa bumi

C. Sasaran
Mahasiswa Universitas Jember .

D. Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan meliputi:
a. Pengertian gempa bumi
b. Penyebab gempa bumi
c. Daerah rawan gempa bumi
d. Penanganan gempa bumi
e. Komponen yang terancam
f. Upaya mitigasi dan pengurangan bencana
g. Tindakan evakuasi saat gempa bumi
h. Simulasi tindakan saat gempa bumi, BHD, dan Balut Bidai

E. Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini menggunakan metode
ceramah, tanya jawab dan simulasi saat terjadi bencana gempa bumi, metode
ini maksudkan untuk memotifasi dan meningkatkan keterlibatan perserta
penyuluhan.
F. Proses Kegiatan/Rencana Pembelajaran

No Kegiatan penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Waktu


1 Kegiatan Pra 1) Menjawab salam Ceramah
Penyuluhan pembuka dan
1) Persiapan materi penutup
2) Persiapan media 2) Menyimak
pembelajaran informasi yang
Pembukaan disampaiakan 3
a. Menyampaikan oleh penyuluh menit
salam 3) Menjawab
b. Memperkenalkan pertanyaan
diri 4) Mengajukan
c. Menjelaskan pertanyaan
tujuan
d. Menyampaikan
kontrak waktu 10
Pre tes Tes tulis menit
Pembagian leaflet 2 menit
2 Pelaksanaan: 1) Mendengarkan, Ceramah 15
1) Menjelaskan memperhatika dengan menit
tentang pengertian 2) Menanyakan mengguna
gempa bumi hal-hal yang kan Power
2) Menjelaskan belum jelas Point dan
tentang penyebab simulasi
gempa bumi
3) Menjelaskan
tentang daerah
rawan gempa bumi
4) Menjelaskan
tentang penanganan
gempa bumi
5) Menjelaskan
tentang komponen
yang Terancam
6) Menjelaskan
tentang upaya
mitigasi dan
pengurangan
bencana
7) Menjelaskan
tentang tindakan
evakuasi saat
gempa bumi, BHD,
dan Balut Bidai. 40
menit
3 Evaluasi Menjawab Tanya 10
1) Mengevaluasi pertanyaan Jawab Menit
penerimaan
informasi
2) Memberikan
pertanyaan lisan
Post tes Tes tulis 10
menit
4 Penutup 1) Aktif bersama
1) Menyimpulkan dalam  Menden 5 menit
hasil penyuluhan menyimpulkan garkan
2) Mengucapkan 2) Membalas salam  Menjaw
terimakasih ab
Salam

Total waktu 90
menit

G. Media
1. Leaflet
2. LCD
3. Microphone
4. Speaker
5. Properti dan alat simulasi saat mengahapi gempa bumi, bantuan hidup
dasar, balut dan bidai

H. Materi
Terlampir
I. Pengorganisasian
1. Pengorganisasian
Moderator : Wardatul Asfiah
Penyuluh : Prasetyo Panji
Fasilitator : Diana Risqiyawati, Puput Dwi P, Linda Ayu
Simulator : Sri Ariani, Linda Novema
2. Rincian tugas
a. Moderator
1) Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
4) Menyebutkan materi yang akan diberikan
5) Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu
penyuluhan (kontrak waktu)
6) Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi matri
7) Mengatur waktu penyuluhan
b. Penyuluh
1) Mengenali pengetahuan mahasiswa tentang persiapan
mengahadapi gempa bumi
2) Menjelaskan materi tentang persiapan mengahadapi gempa bumi.
3) Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan
c. Fasilitator
1) Menyiapkan tempat dan media sebelum mulai
2) Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan
3) Memotivasi para mahasiswa agar berpartisipasi dalam
penyuluhan
4) Memotivasi para mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan saat
moderator memberikan kesempatan bertanya
5) Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta

E. Evaluasi Pembelajaran
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan yang
digunakan dalam penyuluhan yaitu :
 Leaflet
 Microphone
 LCD
 Speaker
 Properti dan alat simulasi saat mengahapi gempa bumi, bantuan
hidup dasar, balut dan bidai
b. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk makalah, dan dibuatkan power point
dengan menarik, dan mudah dimengerti oleh sasaran penyuluhan, serta
pemberian leaflet sebelum materi disampaikan.
c. Kontrak
Dalam penyuluhan mengenai Penangulangan dan Penanganan Gempa
Bumi telah dilakukan kontrak mengenai waktu dan materi yang akan
disampaikan dalam pendidikan kesehatan saat itu.

2. Evaluasi Proses
Sasaran penyuluhan mampu mengikuti jalannya penyuluhan dengan baik
dan penuh antusias. Saat pemaparan materi audiance mendengarkan dengan
baik dan tidak ribut sendiri. Ketika simulasi audiance mau untuk maju
kedepan dan mempraktekkan apa yang sudah simulasikan oleh simulator.
Namun saat simulasi kurang berjalan dengan lancar, karena rencana awal
dengan dibagi 5 kelompok supaya mereka bisa mencoba teman teman
kelompoknya masing-masing ketika simulator sudah simulasi didepan,
tetapi hal ini hanya dilakukan dimeja masing-masing karena terkendala
tempat yang sempit. Sehingga untuk simulasi RJP yang mengharuskan
korban berbaring tidak bisa mereka peragakan tiap kelompok. Tetapi hal ini
kami siasati dengan meminta 3 orang dari perwakilan kelompok untuk
melakukan simulasi di depan. Saat tanya jawab ada satu audiane yang
bertanya terkait mitela dalam balut bidai dan pemateri menjawabnya.
Pemateri tidak melakukan feedback dengan mengajukan pertanyaan kepada
audiance, karena sudah diwakili dengan post tes yang dilakukan setelah
ceramah dan simulasi.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi dilakukan dengan mengadakan pre tes sebelum penyampaian
materi dan simulasi, kemudian post ts di akhir acara setelah penyampaian
materi dan simulasi selesai. Hasil dari pre tes dan post tes sebagai berikut :
 Ada peningkatan rata2 nilai pada pre dan pos tes :
Rata-rata pre = 6,68
Rata post = 7,18

F. Kendala
1. Waktu persiapan yang singkat. Dalam waktu dua hari kami sempat
mengalami kesulitan dalam mempersiapkan acara tersebut , seperti
contohnya perijinan penggunaan ruangan untuk pendidikan kesehatan
tentang Bencana Gempa Bumi.
2. Audiens tidak semua mahasiswa fakultas keperawatan bisa datang
mengikuti pendidikan kesehatan tentang Bencana Gempa Bumi karena
mereka mempunyai kesibukan masing-masing. Jadi kami mencari
sebagian audance dari luar fakultas keperawatan universitas Jember.
3. Cuaca yang sedang musim penghujan. Sebagian audiance terlambat hadir
karena kondisi pada hari tersebut sedang hujan.
4. Alat peraga terbatas. Phantom RJP yang digunakan hanya satu, jadi
kesempatan untuk mencoba mempraktikan setiap audiance sangat minim.
Hanya sedikit audiance yang mencoba mempraktikan apa yang sudah
disimulasikan.

G. Dokumentasi

Gambar 1. Pelaksanaan Pre Test yang dilakukan pada 50 audiens


Gambar 2. Penyampaian materi Pendidikan Kesehatan: Kebencanaan oleh
narasumber

Gambar 3. Simulasi 3L (Look, Listen and Feel) oleh simulator


Gambar 4. RJP (Resusitasi Jantung Paru) yang di simulasikan oleh
simulator

Gambar 5. BHD (Basic Life Support): Pemberian oppa pada pasien dengan
situasi lidah jatuh ke belakang (ngorok) yang disimulasikan oleh audiens

Gambar 6. Simulasi pembidaian pada pasien dengan fracture under extremity


Gambar 7. Pelaksanaan Post Testyang dilakukan pada 50 audiens

Gambar 8. Disaster Team Management


lampiran
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian
Gempa bumi merupakan peristiwa pergerakan kulit / lempeng bumi yang
menyebabkan pergeseran pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba.
Gempa bumi terjadi karena pergeseran antar lempeng tektonik yang berada
di bawah permukaan bumi. Dampak dari pergeseran itu menimbulkan energi
luar biasa dan menimbulkan goncangan di permukaan dan seringkali
menimbulkan kerusakan hebat pada sarana seperti rumah / bangunan, jalan,
jembatan, tiang listrik.
Gempa bumi merupakan bencana alam yang sering melanda wilaya
Indonesia, kira-kira 400 kali dalam setahun. Hal ini terjadi karena Indonesia
dilalui oleh dua lempeng (sabuk) gempa bumi, yaitu lempeng Mediterania
(Alpen-Himalaya) dan lempeng pasifik.
Kondisi ini mengisyaratkan bahwa Indonesia tidak akan pernah luput dari
kejadian bencana terutama gempa bumi, oleh karena itu kesiapsiagaan dan
mitigasi yang menjadi kesatuan dalam manajemen bencana sebagaimana
diisyaratkan oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007
tentang “Penanggulangan Bencana” haruslah menjadi perhatian kita.

B. Penyebab gempa bumi


Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gempa bumi.
Penyebab-penyebab terjadinya gempa bumi antara lain karena pelepasan
energy lempeng-lempeng tektonik, proses subduksi, pergerakan magma,
penumpukan massa air, injeksi atau akstraksi cairan, atau karena penggunaan
bahan peledak.

a. Pelepasan Energi Lempeng Tektonik


Sebagaian besar gempa bumi terjadi akibat pelepasan energi secara
tiba-tiba pada lempeng bumi. Pelepasan energi ini terjadi karena tekanan
yang dilakuakn oleh pergerakan lempeng-lempeng tektonik secara terus-
menerus. Semakin lama tekanan itu akan semakin besar, yang akhirnya
tekanan tersebut tidak mampu ditahan lagi oleh pinggiran lempeng-
lempeng bumi. Pada saat itulah pelepasan energi secara tiba-tiba sehingga
mengakibatkan gempa bumi. Gempa bumi terjadi di perbatasan lempeng-
lempeng tektonik bumi. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di
daerah-daerah perbatasan lempeng-lempeng tektonik bumi.
b. Proses Subdukasi
Beberapa gempa bumi terbesar di dunia terjadi karena proses
subdukasi. Dalam proses ini, terjadi tumbukan antara dua lempeng bumi, di
mana salah satu lempeng bumi terdorong ke bawah lempeng bumi yang
lain. Biasanya proses subdukasi ini terjadi karena lempeng samudera di laut
menumbuk lempeng benua yang lebih tipis di darat. Lempeng samudera
yang jauh dan bergeser dengan lempeng benua di atasnya dapat melelehkan
kedua bagian lempeng tersebut. Akibat tumbukan ini dapat menghasilkan
gunung api dan menyebabkan gempa bumi dengan kekuatan yang besar.
c. Pergerakan Magma
Jenis gempa bumi yang lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di
dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi pertanda awal
akan terjadinya letusan gunung berapi.
d. Penumpukan Massa Air
Jenis gempa bumi yang lain terjadi karena menumpuknya massa air yang
sangat besar di balik dam. Contoh gempa bumi akibat penumpukan massa
air ini adalah gempa bumi yang terjadi pada Dam Karibia di Zambia,
afrika. Jenis gempa bumi seperti ini jarang sekali terjadi.
e. Injeksi atau Akstraksi Cairan
Sebagian lagi gempa bumi juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi
cairan dari atau ke dalam bumi.Contoh gempa bumi akibat injeksi atau
akstraksi cairan ini terjadi pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas
bumi di Roky Mountain Arsenal, Inggris. Jenis gempa bumi seperti ini juga
jarang sekali terjadi.
f. Penggunaan Bahan Peledak
Jenis gempa bumi yang lain dapat terjadi karena aktivitas peledakan
menggunakan bahan peledak dengan kekuatan yang besar. Gempa bumi
yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti ini dinamakan seismisitas
terinduksi. Penggunaan bahan peledak pada aktivitas industri pertambangan
dapat menyebabkan terkadinya gempa bumi.
Dan ada juga penyebab lain terjadinya gempa bumi yaitu:
a. Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng/bumi
b. Aktivitas sesar di permukaan bumi
c. Pergerakan geomorfologi secara local, contohnya terjadi runtuhan tanah
d. Aktivitas gunung api
e. Ledakan nuklir
C. Daerah rawan gempa bumi
Di indonesia negara paling beresiko terkena gempa dan memiliki titik
gempa terbanyak di dunia mencapai 129 titik. Titik gempa tersebut meliputi
daerah selatan indonesia, mulai dari pula saba sampai nusa tenggara timur,
terus naik kepulau papua. Kejadian gempa bumi selama 10 tahun terakhir
memang sangat rutin di indonesia, hampir setiap tahun terjadi peristiwa ini.
Pemetaan daerah rawan gempa di indonesia yaitu NAD, sumatra utara,
sumatra barat, bengkulu, lampung, banten, jawa tengah dan DIY bagian
selatan, jawa timur bagian selatan, bali, NTB dan NTT. Kemudian sulawesi
utara, sulawesi tengah, sulawesi selatan, maluku utara, maluku selatan, biak,
yapen dan fak-fak di papua serta balik papan serta kalimantan timur.
Indonesia rawan terhadap gempa bumi karena dikepung tiga lempeng
tektonik dunia, indonesia juga merupakan jalur the pasicif ring of fire (cincin
pasifik ) yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. cincin api
pasifik membentang diantara subduksi maupun pemisahan lempeng pasifik
dengan lempeng indonesia australia, lempeng aurasia, lempeng amerika utara
dan lempeng nasca yang bertabrakan dengan lempeng amerika selatan.
Gempa di 5,8 SR di selatan Malang pada Rabu (16/11) malam kemarin
menimbulkan kerusakan di 37 rumah di Kabupaten Malang. Rumah rusak
juga didapati di Kabupaten Jember. Dari data yang diberikan Kepala Pusat
Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo
Purwo Nugroho, meneruskan data BPBD Jawa Timur, Kamis (17/11/2016)
ada 2 rumah rusak berat dan 1 rumah rusak sedang di Kabupaten Jember Jawa
Timur. Data yang diperoleh, wilayar jember yang terkena imbas yaitu
Kecamatan Puger (rusak berat), ecamatan Mayang (rusak berat), dan
Kecamatan Gumukmas (rusak sedang) (detikNews, 2016). Gempa bumi
tektonik berkekuatan 4,4 skala richter (SR) mengguncang Kabupaten Jember,
Jawa Timur pada Selasa 24 Oktober 2017 pukul 01.35 WIB. Kepala Stasiun
Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Karangkates, Musripan mengatakan hasil analisa BMKG menunjukkan bahwa
gempa bumi dengan episenter terletak pada koordinat 9.10 LS dan 113.16 BT
atau 119 kilometer Barat Daya Jember pada kedalaman 10 kilometer
(ANTARA News, 2017).

D. Penanganan jika terjadi gempa bumi


Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut ini 10 petunjuk
yang dapat dijadikan pegangan dimanapun anda berada:
a. Di dalam rumah
Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus
mengupayakan keselamatan diri anda dan keluarga anda. Masuklah
kebawah meja untuk melindungi tubuh anda dari jatuhan benda-benda.
Jika anda tidak memiliki meja, lindungilah kepala anda dengan bantal.
Jika anda sedang menyalakan kompor, maka matikan segera untuk
mencegah kebakaran.
b. Di sekolah
Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungilah kepala dengan tas dan
buku, jangan panic, jika gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari
jarak yang terjauh dipintu, carilah tempat lapang, jangan berdiri dekat
gedung, tiang, dan pohon.
c. Di luar rumah
Lindungi kepala anda dan hindari benda-benda berbahaya. Didaerah
perkantoran atau kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya
kaca-kaca.
d. Di dalam lift
Jangan menggunakan lift saat terjadi benca bumi atau papan-papan
reklame. Lindungi kepala anda dengan menggunakan tangan, tas atau
apapun yang anda bawah.
e. Di gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar
Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua
petunujuk dari petugas atau peran kebakaran. Jika anda merasakan
getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua
tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan
mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungilah manajer gedung
dengan menggunakan interpon jika tersedia.
f. Di kereta api
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh
seandainya kereta di hentikan secara mendadak. Bersikap tenanglah
mengikuti penje;lasan dari petugas kereta. Salah mengerti terhadap
informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan
berat.
g. Di dalam mobil
Saat terjadi gempa bumi besar anda akan merasa seakan-akan roda mobil
anda gundul. Anda akan kehilangan control terhadap mobil dan susah
mengendalikannya. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri
jalan dan berhentilah ikuti instrusi dari radio mobil. Jika harus mengungsi
maka keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.
h. Di gunung / pantai
Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung
ketempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami.Jika
anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami, cepatlah mengungsi
kedataran yang tinggi.
i. Beri pertolongan
Sudah dapat di ramalkan bahwa banyak orang segera saat terjadi gempa
bumi besar. Karena petugas kesehatan dari rumah sakit akan mengalami
kesulitan datang ketempat kejadian, maka bersiaplah memberikan
pertolongan pertama kepada orang-orang yang berada disekitar anda.
j. Dengarkan informasi
Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Cegah
kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah
sesuai dengan informasi yang benar. Anda dapat memperoleh informasi
yang benar dari pihak yang berwenang atau polisi. Jangan bertindak dari
informasi orang yang tidak jelas.

E. Komponen yang terancam


1. Perkampungan padat dengan konstruksi yang lemah dan padat penghuni
2. Bangunan dengan desain teknis yang buruk, bangunan tanah, bangunan
tembok tanpa perkuatan.
3. Bangunan dengan atap yang berat.
4. Bangunan tua dengan kekuatan lateral dan kualitas yang rendah.
5. Bangunan tinggi yang dibangun diatas tanah lepas/ tidak kompak.
6. Bangunan diatas lereng yang lemah/ tidak stabil.
7. Infrastruktur diatas timbunan.
8. Bangunan industri kimia dapat menimbulkan bencana ikutan.

F. Upaya mitigasi dan pengurangan bencana


Dalam Undang-Undang Indonesia No. 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, Bab I Pasal 1 tentang ketentuan umum, dinyatakan
bahwa yang dimaksud dengan Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Permendagri 33 tahun 2006 tentang Pedoman Umum Mitigasi Bencana,
ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu: kebijakan, strategi, dan manajemen
mitigasi bencana.
1. Kebijakan
Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana antara
lain:
a. Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang
sama bagi semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun
segenap unsure masyarakat yang ketentuan langkahnya diatur dalam
pedoman umum, petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang
dikeluarkan oleh instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidang unit
masing-masing.
b. Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir
yang melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.
c. Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa
dapat diminimalkan.
d. Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semuia pihak,
melalui pemberdayaan masyarakat serta kampanye.
2. Strategi
Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan beberapa strategi sebagai
berikut:
a. Pemetaan
Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan
daerah rawan bencana.Pada saat ini berbagai sektor telah
mengembangkan peta rawan bencana.Peta rawan bencana tersebut
sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama dalam antisipasi
kejadian bencana alam.Meskipun demikian sampai saat ini penggunaan
peta ini belum dioptimalkan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal,
diantaranya adalah:
1) Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan
2) Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik.
3) Peta bencana belum terintegrasi
4) Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda
sehingga menyulitkan dalam proses integrasinya.
b. Pemantauan
Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat
dilakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga akan
dengan mudah melakukan penyelamatan.
c. Penyebaran informasi
Penyebaran informasi dilakukan anatar lain dengan cara memberikan
poster dan leaflet kepada pemerintah kabupaten / kota dan propinsi
seluruh Indonesia yang rawan benca, tentang tata cara mengenali,
mencega dan penanganan bencana. Memberikan informasi kemedia
cetak dan elektronik tentang kebencanaan adalah salah satu cara
penyebaran informasi dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan
terhadap bencana geologi disuatu kawasan tertentu. Koordinasi
pemerintah daerah dalam hal penyebaran informasi di perlukan agar
penyebaran merata.
d. Sosialisasi dan penyuluhan
Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencaaan kepada
SATKOR-LAK PB, SATLAK-PB, dan masyarakat bertujuan
meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana jika
sewaktu-waktu terjadi. Hal penting yang perlu diketahui masyarakat
dan pemerintah daerah ialah mengenai hidup harmonis dengan alam di
daerah bencana, apa yang perlu dilakukan dan dihindarkan di daerah
rawan bencana, dan mengetahui cara menyelamatkan dari jika terjadi
bencana.
e. Pelatihan atau pendidikan
Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan
jika terjadi bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur
informasi petugas lapangan, pejabat teknis, SATKORLAK PB,
SATLAK PB dan masyarakat sampai ke tingkat pengungsian dan
penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan ini terbentuk
kesiagaan tinggi akan terbentuk.
f. Peringatan dini
Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahuakan tingkat kegiatan
hasil pengamatan secara kontinyu di suatu daerah rawan dengan tujuan
agar persiapan secara dini dapat dilakukan guna mengantisipasi jika
sewaktu-waktu terjadi bencana.Peringatan dini tersebut
disosialisasikan kepada masyarakat melalui pemerintah daerah denagn
tujuan memberikan kesadaran masyarakat dalam menghindarkan diri
dari bencana. Peringatan dini dan hasil pemantauan daerah rawan
bencana berupa saran teknis dapat berupa antara lain pengalihan jalur.
3. Manajemen mitigasi
Berdasarkan mitigasi bencana yang diakibatkan oleh gempa bumi,
BAKORNAS PB (2007) memberikan beberapa upaya mitigasi dan
pengurangan bencana yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di
daerah rawan gempa.
b. Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.
c. Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
d. Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
e. Rencanakn penempatan untuk mengurangi tingkatan kepadatan hunian
di daerah rawat gempa bumi.
f. Zonasi daerah rawan gempa dan pengaturan penggunaan lahan.
g. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa
bumi dan cara-cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.
h. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan
masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam klebakaran dan
pertolongan pertama.
i. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan
peralatan perlindungan masyarakat lainnya.
j. Rencana kontingensi / kedaruratan untuk melatih anggota keluarga
dalam menghadapi gempa bumi.
k. Pembentukan kelompokaksi penyelamatan bencana dengan pelatihan
pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama.

G. Tindakan evakuasi saat gempa bumi


1. Saat terjadi gempa
a. Jika anda berada dalam bangunan
1) Lindungi kepala dan badan dari reruntuhan (bisa bersembunyi
dibawah meja yang kuat)
2) Mencari tempat yang paling aman dari reruntuhan
3) Berlari keluar apabila masih dapat dilakukan
b. Jika berada diluar bangunan/ area terbuka
1) Menghindari dari bangunan sekitar
2) Perhatikan tempat anda berpijak dari retakan tanah
c. Jika sedang mengendarai mobil
1) Keluar, turun menjauhi dari mobil hindari tempat terjadinya
pergeseran dan kebakaran
2) Perhatikan tempat berpijak
d. Jika anda di pantai, jauhi pantai untuk menghindari terjadinya tsunami
e. Jika anda di pegunungan hindari daerah rawan longsor.
2. Sesaat setelah gempa bumi pertama berhenti
a. Jika anda berada dalam bangunan:
1) Jangan panik
2) Keluar dari bangunan dengan tertib
3) Jangan gunakan tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa
4) Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K.
5) Minta pertolongan pada petugas aparat keamanan atau petugas
kesehatan.
b. Periksa lingkungan sekitar anda
c. Jangan masuk ke dalam bangunan yang sudah terjadi gempa, karena
kemungkinan masih terdapat reruntuhan.
d. Jangan berjalan disekitar gempa, kemungkinan terjadi bahaya susulan
masih ada.
e. Mendengarkan informasi gempa dari petugas atau radio.
3. Sesudah terjadi gempa bumi
Beberapa tindakan yang sebaiknya di lakukam sesudah terjadi
bencana gempa bumi antara lain sebagai berikut
a. Bantuan darurat
Tindakan utama yang harus segerah dilakukan setelah terjai bencana
gempa bumi adalh pemberian bantuan darurat.Setelah program tanggap
darurat dilalui, perlu memberikan bantuan darurat untuk pemenuhan
kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara,
obat-obatan, sanitasi, dan air bersih bagi korban bencana gempa bumi.
b. Rehabilitasi
Rehabilitasi meripakan program jangka pendek yang harus segera
dilakukan pascagempa bumi. Rehabilitasi ini meliputi kegiatan
membersihkan dan memperbaiki rumah, fasilitas umum, dan
menghidupkan kembali roda perekonomian masyarakat. Dalam
rehabilitas ini juga mencakup pemulihan kesehatan fisik, kondisi
psikolog, dan keamanan masyarakat. Setelah tindakan rehabilitasi ini
diharapkan roda pemerintahan dan pelayanan masyarakat seperti
rumah sakit, sekolah, dan peribadahan dapat berjalan kembali.
c. Rekonstruksi
Rekonstruksi merupakan program jangka menengah atau jangka
panjang.Rekontruksi ini meliputi program perbaikan sarana fisik,
kondisi sosial, dan perekonomian masyarakat agar berjalan seperti
semula atau lebih baik lagi.Pembanguann kembali ini dilakuakn pada
semua aspek baik sarana dan prasarana, mampu kelembagaan.Program
rekonstruksi ini dilakukan baik pada tingkat pemerintah maupun
masayarakat.Sasaran utama prigram dilakuakn rekonstruksi ini adalah
berjalan dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial, dan
budaya dalam masyarakat.
d. Pemulihan
Pemulihan merupakan proses pengempabilan kondisi daan fungsi-
fungsi dalam masayarakat yang terkena bencana. Program pemulihan
ini dilakuakn dengan cara memfungsikan kembali sarana dan prasarana
pada keadaan semula. Program pemulihan ini misalnya perbaikan
prasarana dan pelayanan dasar seperti jalan, listrik, telekomunikasi, air
bersi, pasar, puskesmas, dan lain-lain.
Di samping pemberian bantuan darurat dan perbaikan sarana dan
prasarana fisik, program yang tidak kalah pentingnya adalah
pemulihan kondisi psikologis masayarakat terutama anak-anak yang
terkena musibah.Langka utama yang harus dilakuakn adalah
mengusahakan agar keluarga tetap berkumpul.Tenangkan anak-anak,
biarkan anak-anak bercerita tentang pengalaman dan perasaan mereka
selama gempa, serta libatkan mereka dalam kegiatan pascagempa.

Standar Operasional Prosedur (SOP)


Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Supporl, disingkat BLS) atau Bantuan
Hidup Dasar (BHD) adalah suatu tindakan penanganan yang dilakukan dengan
sesegera mungkin yang bertujuan untuk menghentikan proses yang menuju
kematian.
Pada 2015, AHA (American Hearth Association) mengumumkan perubahan
prosedur CPF- (Cardio Pulmonary Resuscitation) yang sebelumnya
menggunakan A-B-C (AirwayBreathing - Circulation) sekarang menjadi C-A-B
(Circulation - Airway - Breathing).
Indikasi : Basic life support (BLS) dilakukan pada pasien-pasien dengan keadaan
sebagai berikut
1. Henti nafas (respiratory arrest): Henti napas ditandai dengan tidak adanya
gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari korban / pasien. Henti napas
merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar.
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dari
organ vital lainnya jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat
bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.
2. Henti jantung (cardiac arrest): Pada saat terjadi henti jantung secara langsung
sirkulasi akan terhenti. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan
otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu
(tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung.
Tujuan : Tindakan Basic life support (BLS) memiliki berbagai macam tujuan,
diantaranya yaitu:
1. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi oksigenasi organ - organ
vital (otak, jantung dan paru)
2. Mempertahankan hidup dan mencegah kematian
3. Mencegah komplikasi yang bisa timbul akibat kecelakaan
4. Mencegah tindakan yang dapat membahayakan korban
5. Melindungi orang yang tidak sadar
6. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.
7. Memberikan bantuan ekstemal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban
yang mengalami henti jantung atau henti napas melalui Resusitasi Jantung
Paru (RJP).
Langkah
1. 3A (aman diri, aman pasien, aman lingkungan): pertama kita harus
mengamankan diri kita dai bahaya, jangan sampai kita menolong orang
lain tetapi akan membahayakan diri kita sendiri, kedua amankan korban,
pindahkan korban ketempat yang aman jika korban berada dilingkungan
yang mengancam.
2. Evaluasi Respon Korba: Penolong harus menepuk atau mengguncang
korban dengan hati-hati pada bahunya dan bertanya dengan keras : "Halo!
Bapak/ibuk/Mbak! Apakah anda bisa mendengar suara saya ?". Hindari
mengguncang korban dengan kasar karena dapat menyebabkan cedera.
Juga hindari pergerakan yang tidak perlu bila ada cedera kepala dan leher.
3. Mengaktifkan Emergency Medical Services (EMS): Jika korban tidak
berespon, panggil bantuan dan segera hubungi ambulan 118. Penolong
harus segera mengaktifkan EMS setelah dia memastikan korban tidak
sadar dan membutuhkan pertolongan medis. Jika terdapat orang lain di
sekitar penolong, minta dia untuk melakukan panggilan sedangkan kita
langsung melakukan tindakan.
4. Evaluasi Nadi (Circulation)
a. Berikan posisi head tilt, tentukan letak jakun atau bagian tengah
tenggorokan korban denganjari telunjuk dan tengah.
b. Geserjari anda ke cekungan di sisi leher yang terdekat dengan anda
(lokasi nadi karotis)
c. Tekan dan raba dengan hati-hati nadi karotis selama 10 detik dan
perhatikan tanda-tanda sirkulasi (kesadaran, gerakan, pemafasan, atau
batuk)
d. Jika ada denyut nadi maka dilanjutkan dengan memberikan bantuan
pernafasan, tetapi jika tidak ditemukan denyut nadi, maka dilanjutkan
dengan melakukan kompresi dada.

5. Kompresi Dada (RJP)


Teknik kompresi dada terdiri dari tekanan ritmis pada pertengahan bawah
sternum (tulang dada). Untuk posisi, petugas berlutut jika korban terbaring
di bawah, atau berdiri disamping korban jika korban berada di tempat
tidur. Kecepatan konpresi 100-120x / menit, dengan kedalaman 5 cm
untuk dewasa dan tidak lebih dari 6 cm. 1 siklus 30 kompresi dan 2
bantuan nafas. Dimana rekoil dinding dada (terangkatnya dada setelah
mendapat tekanan) harus sempurna atau penuh, supaya aliran darah yang
dihantarkan adekuat
Cara menentukan posisi tangan yang tepat untuk kompreri dada :
a. Letakkan 3 jari diatas processus xypoideus (px) untuk menentukan
sternum
b. Letakkan tumit tangan yang lain di atas tangan yang menempel di
stemum.
c. Kaitkan jari tangan yang di atas pada tangan yang menempel sternum,
jari tangan yang menempel stermum tidak boleh menyentuh dinding
dada
d. Luruskan dan kunci kedua siku
e. Bahu penolong di atas dada korban
f. Gunakan berat badan untuk menekan dada sedalam 5 cm
g. Jangan mengangkat tangan dari stemum untuk mernpertahankan posisi
yang tepat
h. Setelah 5 siklus periksa nadi, jika nadi belum ada lanjutkan RJP, jika
nadi ada lanjut ke langkah selanjutnya.

6. Buka Jalan Nafas


Lakukan manuver head tilt-chin lift untuk membukan jalan nafas. Pada
korban tidak sadar tonus otot terganggu sehingga lidah jatuh ke belakang
dan menutupi jalan nafas.
Melakukan manuver head tilt-chin lift:
a. Letakkan satu tangan pada dahi korban dan berikan tekanan ke arah
belakang dengan telapak tangan untuk menengadahkan kepala (head
tilt).
b. Tempatkan jari-jari tangan yang lain di bawah tulang rahang bawah
untuk mengangkat dagu ke atas (chinlift).

Bila dicurigai korban mengalami fraktur servical (fraktur area leher) maka
gunakan teknik jaw thrust.
Manuver jaw thrust
1) Pertahankan dengan hati-hati agar posisi kepala, leher dan spinal
pasien tetap satu garis.
2) Posisi penolong berada di atas kepala pasien dan posisikan lengan
sejajar dengan permukaan pasien pada posisi berbaring.
3) Letakkan tangan pada masing-masing sisi rahang bawah
(mandibularis), pada sudut rahang di bawah telinga.
4) Stabilkan kepala pasien dengan lengan bawah penolong.
5) Dengan menggunakan jari telunjuk, sudut rahang bawah ditekan ke
arah depan.
6) Kedua ibu jari mendorong rahang bawah bagian depan sehingga mulut
dapat terbuka.
Memeriksa jalan nafas (Airway)
a. Buka mulut dengan hati-hati dan periksa bila ada sumbatan benda
asing.
b. Gunakan jari telunjuk dan ibu jari untuk membuka mulut dan
mencegah jari penolong tergigit, kemudian ambil semua sumbatan
benda asing yang terlihat, seperti makanan, gigi yang lepas atau cairan.
c. Gunakan alat sederhana (tongspatel dan mayo/opa) untuk
membebaskan jalan nafas

7. Memeriksa Pernafasan (Breathing)


Dekatkan telinga dan pipi penolong ke mulut dan hidung korban untuk
mengevaluasi pernapasan (sampai l0 detik) :
1) Melihat pergerakan dada (Look)
2) Mendengarkan suara napas (listen)
3) Merasakan hembusan napas dengan pipi (Feel)
Bila tidak ada pernafasan spontan, lakukan bantuan napas dari mulut ke
mulut. Unfik melakukan bantuan napas dari mulut ke mulut:
1) Pertahankan posisi kepalatengadah dan dagu terangkat (manuver head
tilt-chin lift atau jaw thrust)
2) Tutup hidung dengan menekankan ibu jari dan telunjuk untuk
mencegah kebocoran udara melalui hidung korban.
3) Ambil kaca untuk menutupi mulut pasien, sebagai barier antara mulut
korban dan penolong. Mulut anda harus melingkupi seluruh mulut
korbaru, berikan 2 tiupan pendek dengan jeda 6 detik.
4) Lepaskan tekanan pada cuping hidung sehingga memungkinkan
terjadinya ekspirasi pasif setelah tiupan.
5) Setiap napas bantuan harus dapat mengembangkan dinding dada.
6) Durasi tiap tiupan adalah I detik.
8. Evaluasi
1) Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan setiap 5 siklus
RJP 30:2
2) Jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit di tentukan atau tidak terdapat
tanda-tanda sirkulasi, perlakuan sebagai henti jantung), lakukan RJP
30:2
3) Jika nadi teraba periksa pernapasan
4) Jika tidak ada napas lakukan napas buatan l2x/menit (1 nafas tiap 6
detik)
5) Jika nadi dan napas ada, letakkan korban pada posisi recovery
6) Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi (ada nadi, akral hangat dan
merah) dan pernapasan tiap 2 menit.

PEMBIDAIAN

A. Definisi
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan atau
letak tulang yang patah. Alat penunjang berupa sepotong tongkat, bilah
papan, tidak mudah bengkok ataupun patah, bila dipergunakan akan
berfungsi untuk mempertahankan, dan menjamin tidak mudah bergerak
sehingga kondisi patah tulang tidak makin parah.

B. Tanda-tanda patah tulang / fraktur


a. Bagian yang patah mengalami pembengkakan (odema)
b. Daerah yang patah terasa nyeri (dolor)
c. Terjadi perubahan bentuk pada bagian yang patah
d. Anggota badan yang patah mengalami gangguan fungsi (fructiolaesa)

C. Macam-macam bidai (splint)


a. Splint inprovisasi
1) Tongkat: kayu, koran, majalah
2) Fiksasi lengan dengan badan, ekstremitas bawah
b. Splint konvensional
Universal splint atas bawah

D. Persiapan pembidaian
a. Periksa bagian tubuh dengan teliti, periksa juga status vaskuler,
neorologis, serta jangkauan gerakan
b. Pilihan bidai yang tepat

E. Prinsip pembidaian
a. Prinsip pembidaian melalui 2 sendi. setelah proksimal dan distal dari
fraktur
b. Pakaian yang menutup bagian yang cedera dilepas, periksa adanya
luka terbuka atau tanda-tanda patah dan diskolasi
c. Periksa dan catat ada tidaknya gangguan vaskuler dan neurologis pada
bagian distal yang mengalami cedera sebelum dan sesudah pembidaian
d. Tutup luka dengan kasa steril
e. Pembidaian dilakukan pada bagian proksimal dan distal daerah trauma
(dicurigai patah atau diskolasi)
f. Jangan memindahkan penderita sebelum dilakukan pembidaian kecuali
tempat berbahaya
g. Beri bantalan yang lembut pada pemakaian bidai yang kaku
h. Periksa hasil pembidaian supaya tidak terlalu longgar atau ketat
i. Perhatikan respon fisik dari pasien

F. Syarat-syarat bidai
a. Ukuran meliputi lebar dan panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan
b. Panjang bidai diusahakan melampaui 2 sendi yang membatasi bagian
yang mengalami patah tulang
c. Usahakan bidai dengan lapisan empuk agar tidak membuat sakit
d. Bidai harus dapat mempertahankan kedudukan 2 sendi tulang yang
patah
e. Bidai tidak boleh terlalu kencang atau ketat

G. Hal yang perlu di perhatikan saat pembidaian


a. Pada saat pemasangan bidai ingat nyeri dapat lebih menghambat, dapat
menyebabkan syok
b. Pada saat pemasangan bidai yang kurang hati-hati dapat
mengakibatkan patah tulang makin parah
c. Kain segitiga untuk menyangga anggota badan atas
d. Cara memasang bidai bagian atas
e. Bidai untuk lengan bawah
f. Tiga buah kain segitiga untuk fiksasi patah tulang iga
g. Bidai atau fiksasi untuk cerai sendi bahu
h. Bidai untuk jari tangan yang patah
i. Bidai untuk patah tulang sendi lutut
j. Bidai untuk tulang paha
k. Bantal untuk membidai tulang pinggul yang patah
l. Pembidaian pada paha yang patah
m. Apabila patah dibagian atas paha (nyeri tekan dibagian atas), bidai
disisi luar harus sampai pinggang.
n. Apabila patah dibagian bawah (nyeri tekan di paha bagian bawah).
Bidai cukup sampai pinggul. Perhatikan pula bahan yang dipakai untuk
pembidaian.
o. Bidai dan bantalan untuk tempurung lutut yang patah.

PEMBEBATAN

A. Definisi
Pembalutan/bebat adalah penutupan suatu bagian tubuh yang cedera
dengan bahan tertentu dan dengan tujuan tertentu.Pembebatan mempunyai
peran penting dalam membantu mengurangi bengkak.Kontaminasi oleh
mikroorganisme dan membantu mengurangi ketegangan jaringan luka.
B. Tujuan
Tujuan pembalutan meliputi satu atau lebih hal-hal berikut:
1. Menahan sesuatu meliputi;
a. Menahan penutup luka
b. Menahan pita traksi kulit
c. Menahan bidai
d. Menahan bagian tubuh yang cedera dari gerakan dan geseran
(sebagai “splint”)
e. Menahan rambut kepala di tempat
2. Memberikan tekanan, seperti terhadap:
a. Kecenderungan timbulnya perdarahan atau hematom
b. Adanya ruang mati (dead space)
3. Melindungi bagian tubuh yang cedera
4. Memberikan “support” terhadap bagian tubuh yang cedera

C. Manfaat
1. Menopang suatu luka, misal tulang yang patah
2. Mengimobilisasi luka, misal bahu yang keseleo
3. Memberikan tekanan, misal pada ekstremitas inferior dapat
meningkatkan laju darah vena
4. Menutup luka, misal pada operasi abdomen yang luas
5. Menopang bidai (dibungkuskan pada bidai)
6. Memberikan kehangatan, misal bandage flanel pada sendi rematik

D. Prinsip-prinsip pembalut
1. Balutan harus rapat rapi jangan terlalu erat karena dapat mengganggu
sirkulasi
2. Jangan terlalu kendor sehingga mudah bergeser atau lepas
3. Ujung-ujung jari dibiarkan terbuka untuk mengetahui adanya
gangguan sirkulasi
E. Syarat-syarat pembalutan:
1. Mengetahui tujuan yang akan dikerjakan mengetahui seberapa batas
fungsi bagian tubuh tersebut dikehendaki dengan balutan
2. Tersedia bahan-bahan memadai sesuai dengan tujuan pembalutan,
bentuk besarnya bagian tubuh yang akan dibalut

F. Teknik pembalutan
1. Pembalut segitiga
a. Untuk kepala
Capitalum parvum triangulare (triagle of head or sclap)
b. Untuk pembungkus kepala atau penahan rambut
Fascial nadosa
c. Untuk fiksasi cedera tulang atau sendi pada wajah
d. Untuk pembalut mata atau telinga atau perdarahan temporal
e. Untuk pembalut sendi bahu, sendi panggul
f. Untuk pembalut punggung atau dada, penyangga buah dada
g. Untuk pembalut sendi siku atau lutut atau tumit atau pergelangan
tangan
h. Untuk pembalut tangan atau kaki
i. Untuk penyangga lengan atau bahu (sling)
j. Penggunaan segitiga funda
k. Penggunaan segitiga plantenga (penyangga atau penekanan buah
dada, pembalut perut atau bokong)
2. Pembalut pita
Pembalut gulung dapat di buat dari kain katun, kain kassa, flanel,
ataupun bahan yang elastik.Tetapi yang banyak dijual diapotik-apotik
ialah yang terbuat dari kain kassa. Keuntungan dari kain kassa ialah :
mudah menyerap air atau darah dan tidak gampang bergeser sehingga
mengendor.
a. Untuk kepala dan wajah
b. Untuk anggota badan berbentuk bulat panjang
c. Untuk anggota badan berbentuk lonjong
d. Untuk persendian
e. Beberapa metode lai-lain

Pembebatan untuk rahang, pipi dan pelipis Pembebatan untuk luka dada

Pembebatan untuk luka ketiak pembebatan untuk lengan yang cedera


dan tangan

Pembebatan untuk siku cedera pembebatan untuk telapak tangan


Pembebatan untuk pergelagangan tangan dan kaki pembebatan untuk kepala
Daftar Pustaka

AHA. 2015. Fokus Utama Pembaruan Pedoman American Heart Association


2015 Untuk CPR dan ECC.

Tbmsfkunsri. 2016. Materi BHD.


https://tbmsfkunsri.files.wordpress.com/2016/02/materi-basic-life-support-14-
februari-2016.pdf. [Diakses 17 Januari 2018].

Wicaksono, W. 2007. Pedoman Menghadapi Bencana Gempa dan Tsunami.


Jakarta: Ikreasi.

Permendagri 33. 2006. Pedoman Umum Mitigasi Bencana. Jakarta: Menteri


Dalam Negeri RI.

detikNews. 2016. 3 Rumah Juga Rusak di Jember Imbas Gempa 5,8 SR di Selatan
Malang. https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3347780/3-rumah-juga-rusak-di-
jember-imbas-gempa-58-sr-di-selatan-malang. [Diakses 17 Januari 2018].

antarNews. 2017. Gempa Bumi 4,4 SR Goncang Jember.


https://www.antaranews.com/berita/660534/gempa-bumi-44-sr-guncang-jember.
[Diakses 17 Januari 2018].

Setiawan, I. Penanggulangan Bencana Alam.


http://erepo.unud.ac.id/17206/3/1008205017-3-2.%20DASAR%20TEORI.pdf.
[Diakses 16 Januari 2018].

You might also like