You are on page 1of 39

1

BAB 16

BEBERAPA MASALAH KLINIS DAN SOLUSINYA

Topik-topik yang akan dibahas adalah :

▪ Nyeri dan ketidak stabilan

▪ Kurangnya saliva

▪ Bahan yang keras dan lembut untuk modifikasi permukaan gigitiruan.

▪ Implant – retainer protesa.

▪ Flabby ridge.

▪ Fraktur garis tengah.

▪ Debonding gigi.

▪ Retching atau rasa ingin muntah.

▪ The burning syndrome ( rasa mulut terbakar )

▪ Gangguan bicara.

NYERI DAN KETIDAKSTABILAN

Masalah yang paling umum yang terkait dengan gigitiruan penuh adalah nyeri dan ketidak stabilan
gigitiruan( Lecher et al. 1995 ) . Penyebab-penyebabnya telah dijelaskan dalam baberapa bab sebelumnya tetapi
untuk memberikan gambaran dirangkum dalam tabel 16.1. Kemungkinan besar keluhan utama telah ditunjukkan
dalam setiap kasus. Namun harus diingat bahwa ada tumpang tindih antara 2 kolom. Apapun penyebabnya
mungkin ketidakstabilan menambah keluhan nyeri.Hal ini menunjukkan bahwa mungkin ada lebih dari satu
penyebab keluhan.

NYERI YANG MENETAP

Masalah ini lebih sering terlihat di rahang bawah di mana area yangAda pada distribusi dari beban
oklusal relative kecil.Seperti tercantum pada tabel 16.1 ada banyak kemungkinan penyebab keluhan ini, yang
dapat dikaitkan dengan disain gigi tiruan dan dari pasien itu sendiri
2

Tabel 16.1.Dokter gigi mungkin dapat menjadikan sebagai dasar mengetahui riwayat dan pemeriksaan untuk bias
sampai pada diagnose. Contoh dari proses mendiagnosa di sajikan padaTabel 16.2
3

Gambar 16.1

Ketidaknyamanan dapat timbul dari penekan yang berlebihan pada mukosa atau clenching atau
grinding pada gigi..Kebiasaan ini dapat disebabkan oleh peningkatan aktifitas otot pengunyahan yang di
hasilkan selama situasi stress. Petunjuk untuk diagnosis tersebut berasal dari adanya kesalahan dalam desain
gigitiruan dan disertai adanya permukaan mengkilap pada oklusal gigi. Hal ini dapat terbantu dengan bertanya
pada pasien“ Bila anda tidak sedang makan, gigi atas dan gigi bawah berkontak atau tidak ? “

Dalam hal ini tidak mengetahui dan susah menjawab karena ini dianggap hal yang normal. Dalam merawat
parafungsi ,pasien haru sadar akan masalah nya dan harus diberitahu bahwa gigi tidak berkontak pada sebagian
besar waktu. Hal ini penting untuk menyakinkan pasien, adanya hubungan antara stress ,parafungsi dan nyeri
dibawah gigitiruan dan menunjukkan bahwa tidakada kelainan dalam mukosa mulut.

Pentingnya relaksasi perlu ditekan kan pada pasien dan dianjurkan untuk melepas gigitiruan rahang bawahnya
atau setidaknya melepaskan gigitiruannya pada malam hari.

Tabel 16.2 Riwayat anamnesis dan kemungkinan hal penting dari jawaban pasien disajikan untuk lansia dan
keluhan nyeri terus menerus pada gigi tiruan rahang bawah , dan bearing area. Tabel ini bertujuan untuk
menekankan bahwa :

Banyak masalah pada gigitiruan yang penyebabnya multifaktorial


4

Keluhan yang tampaknya sederhana memungkinkan dimiliki pada pasien yang lebih tua.

Diagnosa yang benar tidak mungkin didapatkan tanpa riwayat dan pemeriksaaan yang terstruktur dilakukan
dengan baik.
5

BERKURANGNYA SALIVA

Fungsi saliva

Saliva memiliki fungsi-funsi sebagai berikut pada pasien edentulous :

▪Sebagai retensi untuk GTP nya

▪Membantu menelan makanan dan membantu taste

▪Sebagai lubricant dan melindungi mukosa rongga mulut

▪Membantu menjaga keseimbangan flora normal dalam mulut

▪Membantu pengucapan agar lebih jelas.

Masalah berkurannya aliran saliva

Penurunan atau tidak adanya sailva (Xerostomia). Yang mungkin menyebabkan gangguan pada semua fungsi
yang tercantum diatas hal ini penting yang dapat menurunkan kualitas hidup. Kurangnya retensi pada
gigitiruan merupakan masalah khusus bagi pasien edentulous. Mungkin juga ada peningkatan kerentanan
terhadap trauma gigitiruan mengakibatkan keluhan rasa sakit dan beberapa kasus syndrome mulut terbakar,
akan dibahas dalam bab ini.

Etiologi berkurangnya aliran saliva


Penambahan usia mengakibatkanberkurangnya aliran saliva ( Scott & Baum 1990 ) Namun kondisi ini
merupakan kondisi yang relative umum pada orang setengah baya dan lebih tua, terutama calon pengguna GTP,
antara 12 % dan 16 %mengeluh mulut kering ( Locker 1995; Field et al’2001 ).

Penyebab mulut kering (Niedermeier et al 200 : Fieldet al 2001 ) adalah :

▪Obat-obatan ,misalnya anti depressant triclyclic, beta bloker


6

▪Depresi dan kecemasan kronik

▪Bernafas melalui mulut

▪Sindrom Sjogren

▪ Radioterapi pada daerah kepala dan leher

▪ Diabetes yang tidak terkontrol

▪Merokok

Keluhan mulut kering dapat terjadi tanpa adanya tanda- tanda klinis dari kekeringan( gejala xerostomia) Dalam
keadaan seperti ini retensi gigitiruan kemungkinan akan berkurang. Secara klinis tanda – tanda xerostomia intra
oral adalah kering, mukosa atrofi dan kurangnya saliva pada dasar mulut. .Dokter gigi dapat memeriksa
kekeringan mukosa bukal dengan sederhana dan cepat selama pemeriksaan pasien dengan melakukan “ mirror
test “ untuk ini dokter gigi menekan ringan dengan kaca mulut dan menghapusnya. Jika kaca mulut dilepas dan
ditekan kembali dan mukosa masih ditutupi selapis saliva ; jika mukosa ditekan dan nampak kering menandakan
adanya kekeringan.

Penanganan Mulut Kering


Konsultasi dengan dokter umum atau dengan seseorang spesialis yang memberikan obat oral sering diperlukan.
Ada kemungkinan ,misalnya sudah ada obat xerostomia yang berakibat mengurangi aliran saliva. Seperti
hubungan antara asupan cairan dan kinerja sekretori yang menunjukkan pasien dehidrasi.Mengunyah dan olah
raga energik meningkatkan aliran saliva hal ini mungkin disebabkan karena perbaikan sirkulasi darah kekelenjar
(Nierdermeier et al .2000 ). Di mana jaringan fungsional saliva tetap masalah dapat diatasi dengan mengunyah
permen karet bebas gula atau asam askorbat. Dalam kasus di mana tingkatan aliran yang tidak dapat diperbaiki
dapat terbantu dengan penggunaan saliva artifisial. Hal ini sangat penting untuk pasien pengguna GTP dengan
mulut kering untuk mempertahankan tingkat kebersihan gigitiruannya.Kemungkinan adanya candida albicans
meningkat.

Pada xerostomi oleh karena itu kebersihan gigitiruan tetap dijaga dengan baik bila tidak maka akan cepat
terbentuk koloni bakteri mikroorganisme, sehingga menyebabkan denture stomatitis pada pasien, diikuti
pemantauan kualitas kebersihan gigitiruan sangat penting.

Dalam kasus mulut kering yang sangat ekstrim menimbulkan masalah terus menerus dengan longgar nya
gigitiruan dan perekat gigitiruan biasanya akan memberikan beberapa perbaikan dalam fungsi gigitiruan.

Bahan Keras dan lunak untuk memodifikasi impression surface dari gigitiruan
Dalam menghadapi masalah seperti diatas solusi yang nyata adalah mempertimbangkan bahan yang
dapat memodifikasi surface impression untuk mengatasi beberapa masalah ini.Bahan dapat di pergunakan oleh
dokter gigi di tempat praktek atau di laboratorium oleh teknisi gigi.

KLassifikasi bahan sebagai berikut :

▪ Bahan rigid
7

▪ Bahan pelapis lunak jangka pendek

▪ Bahan pelapis lunak jangka panjang.

Bahan Rigid
Beberapa tahun terakhir telah berkembang beberapa golongan bahan yang bermanfaat, sering digambarkan seba
rgai bahan reline di tempat praktek. Yang dapat digunakan untuk modifikasi surface impression dari gigitiruan
yang ada.

Komposisi
Umumnya bahan bahan ini terdiri dari bubuk yang mengandung polymethylmetahacylate dengan monomer cair,
butylmethacrylate.Hal yang penting adalah monomer metal metal metakrilat mengiritasi jaringan dapat
dihindari. Bahan yang ada bervariasi dalam waku kerja, pengaturan waktu dan viskositas.

Aplikasi Klinis
Bahan- bahan ini dapat sangat berguna unuk pelapisan ulang gigitiruan, karena dapat digunakan
diklinik dengan teknik reline satu kali kunjungan. Ini adalah sangat berguna karena :

(1). Sebuah reline laboratorium akan memerlukan pasien tanpa gigitiruan dan lamanya waktu.
Terutama pada pasien yang hanya memiliki satu gigitiruan saja dan mengakibatkan mereka tidak
diterima secara social. Bahan ini dpat digunakan untukmeningkatkan kecekatan gigitiruan yang telah
longgar secara langsung. Yang merupakan konsekuensi dari resobsi tulang. Bahan rigid ini biasanya
ditambahkan setelah awal penyembuhan ridge. Untuk hari;hari awal setelah ekstraksi gigi lebih
memungkinkan digunakan bahan pelapis lunak jangka pendek ( vide infra ). Keuntungan besar dalam
mengubah bahan lunak dengan kaku adalah bahwa bahan kaku dapat di trimmer dan di polish untuk
mendapatkan kualitas akhir yang baik dan jauh lebih tahan lama.

Reline satu kali kunjungan sangat berguna ketika merawat pasien lanjut usia, dimana layanan rumah
yang disediakan.

(2). Reline diperlukan, tetapi tidak perlu untuk bertahan lebih dari satu tahun. Setelah jangka waktu ini
mungkin akan memburuk sehingga di perlukan penggantian. Karena setelh satu tahun biasanya harus
digantikan dengan rebase permanen atau gigitiruan pengganti.

(3). Teknik langsung ditujuan apabila.

Tidak melibatkan tahap-tahap peralihan pada pencetakan dan proses laboratorium sehingga ada sedikit
kesalahan yang mengakibatkan potensi akurasi yang lebih besar.

Kinerja Klinis
Uji klinis telah menunjukkan bahwa kelompok yang terbaik dan nyaman digunakan dan memberikan perbaikan
segera akan kecekatan dan kenyamanan. Selama periode waktu tertentu akan ada pengurangan bahan terutama di
8

perbatasan gigitiruan, kerugian ini terutama pada gigitiruan rahang bawah. Namun menyebabkan ke tidak
cekatan dan ketidaknyamanan ( J. Haywaed et al .pengamatan tidak di terbitkan )

SOFT LINING JANGKA PENDEK


Komposisi

Sebagian besar bahan –bahan yang tersedia dalam bentuk powder/liquid. Sebuah sediaan yang lain dalam bentuk
lembaran yang siap digunakan yang terdapat pada sebuah produk yang tersedia untuk dokter gigi dan di beberapa
counter ada produk yang tersedia untuk masyarakat umum. Metode pemakaian sendiri adalah tidak tepat, kecuali
sebagai tindakan darurat, tetapi tidak dianjurkan dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang parah.

Komposisi dari powder/liquid adalah sebagai berikut :

Powder. Polyethylmethacrylate atau kopolimer dari polietilena/ metal metakrilat.

Liquid adalah suatu campuran dari :

Ester aromatic,seperti dibutil phthalate yang bertindak sebagai plasticizer

Etil alcohol.

Proses Setting

Setelah bubuk dan cairan telah dicampur, etil alcohol menyebabkan pembesaran partikel polimer dan di penetrasi
oleh ester sehingga berbentuk gel. Ini adalah perubahan fisik , tidak ada reaksi kimia . Adanya etil alcohol
diperlukan untuk memulai proses ini dan jumlah yang ada dalam cairan yang berhubungan dengan ukuran
partikel dan berat molekul polimer. Semakin tinggi kadar alcohol , semakin pendek waktu pembentukan gel.
(Murata et al. 1994). Jika ukuran partikel dan berat molekul rendah, kandungan etil alcohol dapat dijadikan
minimum. Keadaan ini tidak diinginkan karena jumlah etil alcohol yang besar menghasilkan rasa yang tidak
menyenangkan dan sensasi di mulut. Perendaman bahan dalam air, etil ion dan plasticizer yang tercuci
menyebabkan berkurangnya flow dan bahan akan mengeras dan menyusut. Tingkat pengerasan juga dapat di
percepat dengan pelarut bahan lemak makanan dan alcohol ( Jepson et al. 2000 )

Aplikasi Klinik

Soft lining jangka pendek di tempatkan pada gigitiruan yang ada untuk alasan sebagai berikut

Tissue conditioning. Untuk mengkondisikan jaringan , bahan digunakan untuk jangka waktu beberapa hari pada
impression surface ketika mukosa mengalami trauma dan inflamasi. Kondisioner jaringan bertindak sebagai
bantalan menerima beban oklusal , meningkatkan distribusi ke jaringan pendukung dan mempercepat
penyembuhan mukosa.

Soft liners sementara . Bahan lapisan lunak jangka pendek dapat digunakan untuk meningkatkan kecekatan
protesa , biasanya sebuah restorasi segera.

Diagnosis . Soft lining jangka pendek dapat di gunakan sebagai alat bantu diagnostikdi mana dokter ingin
memeriksa reaksi jaringan pasien untuk perbaikan kecekatan protesa. Jika pasien senang dengan perubaha n
yang di hasilkan selama pelapisan dengan jangka pendek, dokter gigi memiliki bukti nyata tingkat perbaikan
9

yang dapat di harapkan jika reline lunak jangka panjang akan di gunakan . Keuntungan utama dari pendekatan
ini adalah bahwa informasi tersebut telah diperoleh dengan prosedur reversible. Jika pasien tidak suka lapisan
dapat dibuka kembali dan gigitiruannya kembali seperti semula.

Permukaan fungsional . Bahan lapisan lunak jangka pendek dapat digunakan sebagai bahan cetak fungsional
diterapkan pada permukaan gigitiruan untuk tujuan mengamankan permukaan dibawah tekanan funsional. Selain
sebagai kondisioner jaringan dan bahan pelapis lembut sementara .Sifat yang relevan

(5)Mencatat Zone netral

Sifat bahan pelapis lembut memilki relevansi klinis tertentu yaitu :

(1). Kelembutan. Bahan ini dapat berubah oleh waktu. Semakin lama powder/liquid dalam rongga mulut akan
menjadi lebih bertambah keras.Namun dengan kadar alcohol yang rendah akan tetap lembut lebih lama sehingga
lebih efektif sebagai tissue conditioner

(2) Viscoelasticity.

Sekarang ini bahan yang tersedia bervariasi sehubungan dengan keadaan viscoelasitas dalam hal ini dapat
dimodifikasi dengan mengubah rasio bubuk/cairan, meskipun ruang lingkup untuk ini terbatas. Bahan
pembentuk gel harus memiliki sufficient flow untuk memungkinkan beradaptasi akurat ke permukaan mukosa,
tetapi seharusnya terlalu flow karena terhambat gigitiruan. Bahan-bahan dengan kadar alcohol rendah
menunjukkan sifat plastis untuk beberapa jam pertama setelah pencampuran. Sifat elastisitas meningkat dengan
bertambahnya waktu, tetapi beberapa bahan powder / cair elastis dari awal sehingga tidak cocok sebagai bahan
cetak fungsional.

(3 ) Stabilitas dimensi.

Dijadikan bahan pilihan Bahan-bahan dengan kandungan alcohol rendah menunjukkan stabilitas dimensi yang
baik pada beberapa jam pertama pencampuran. Dengan demikian dijadikan pilihan sebagai bahan cetak
fungsional. Keadaan ini bervariasi pada tiap-tiap merek, dan kepentingan klinis masing-masing bervariasi pada
penggunaan khusus. Oleh karena itu penting seorang dokter gigi untuk dapat memilih bahan terbaik dalam
pekerjaannya. Topik ini dibahas lebih lanjut dalam bagian berikutnya “ implikasi klinis

IMPLIKASI KLINIK.

Tissue Conditioner

Sebuah bahan yang digunakan tujuan idealnya harus lembut dan elatis sehingga menyediakan efek bantalan yang
baik. Jika Kondisioner jaringan di letakkan pada surface impression pada permukaan gigitiruan lama akan
membantu mengatasi inflamasi dari bantalan jaringan , Namun sebagai ammation inflamasi mukosa dalam
mengubah bentuk sehingga lapisan berhenti secara akurat disesuaikan dengan mukosa, sehingga memperlambat
laju penyembuhan. Tentu saja, jika materi tetap lembut dan elastic deformasi oleh tekanan yang relative kecil
dalam mulut yang akan disesuaikan dengan jaringan saat itu berada di bawah beban. Tetapi lebih bijaksana untuk
mengganti lapisan conditioner dengan bahan yang baru setelah beberapa hari untuk memastikan bahwa trauma
pada jaringan menjadi sehat kembali. Jika suatu produk yang kurang kental yang dipilih , maka sangat penting
menginstruksikan pasien untuk menutup permukaan gigi palsunya dengan kontak seringan mungkin dengan
bahan gel sehingga ketebalan mnimal 2 mm dipertahankan. Penting untuk memeriksa bahwa ruang bebas
10

hambatan dari gigi palsu memugkinkan lapisan tebal ini untuk dimasukkan. Harus ditekankan bahwa program
pengkondisian jaringan tidak akan efektif bila ada factor traumatis lainnya, seperti oklusi seimbang, sayap yang
kurang atau berlebih harus dikoreksi sebelum pemakaian bahan conditioner pada surface impression.

Fungtional surface

Sebuah bahan yang digunakan untuk tujuan ini idealnya :

( 1 ) Nampak plastik yang lunak – sehingga dapat dicetakkan ke jaringan gigitiruan – sebagai bantalan selama
berfungsi

(2) Menjadi lebih stabil setelah dicetakkan – pada waktu di berikan – sehingga bentuknya tetap

Karena sebagian besar bahan cetak cenderung memiliki elastisitas yang kurang baik sehingga hasil
cetakan dapat kembali pada bentuk awal bahkan hanya setelah beberapa jam setelah digunakan, maka
ada kemungkinan bahwa dalam rentang waktu antara saat melepaskan cetakan dari mulut dan
penuangan gips, dapat terjadi perubahan bentuk pada cetakan tersebut. Berikut ini adalah cara-cara
terbaik yang disarankan untuk meminimalkan masalah yang dapat timbul.

Dilakukan pemeriksaan secara seksama pada daerah permukaan hasil cetakan dan tepi gigitiruan. Jika
terlihat jelas ada perluasan yang kurang atau berlebihan pada daerah tepi, maka dibuat celah berukuran
1–2 mm antara tepi akrilik dan kedalaman sulkus. Ukuran celah tersebut memungkinkan bahan cetak
dbentuk oleh jaringan sulkus serta menghasilkan dukungan yang adekuat pada hasil cetakan saat model
dibuat.

Jika terdapat undercut ridge, maka sebaiknya dilakukan pengurangan sebesar 2 atau 3 mm dari
permukan cetakan gigitiruan pada regio underkut tersebut. Cara ini memungkinan adanya penambahan
ketebalan bahan cetak sehingga bentuk underkut jaringan dapat dicatat secara lebih akurat.

Permukaan gigitiruan dibersihkan dan dibersihkan untuk mndapatkan adhesi yang baik. Bahan cetak
dicampur sesuai dengan instruksi pabrik dan ditempatkan pada gigitiruan. Setelah gigitiruan
diinsersikan dalam mulut, pasien diminta untuk menggigit secara pelan agar relasi oklusal yang normal
dapat tetap dipertahankan. Pasien disarankan untuk menggerakkan lidah, otot pipi dan bibir secara
alami agar didapatkan border moulding dari cetakan.

Saat konsistensi bahan telah mencapai tahap jel sehingga kecil kemungkinan mengalami perubahan
bentuk, gigitiruan dilepas dengan hati-hati dan dengan menggunakan scalpel, kelebihan bahan cetak
dibuang dari permukaan yang telah di-polished, tindakan tersebut dilakukan dengan seksama agar
seluruh bentuk daerah tepi tetap dapat dipertahankan.

Bahan cetak diaplikasikan pada gigitiruan sekitar 1 jam sebelum pasien makan dan pasien diminta
kembali setelah makan. Jika laporan pasien tidak ada masalah dan hasil cetakan memuaskan maka
11

model langsung dibuat dari gips. Dengan cara ini maka kecil kemungkinan hasil cetakan akan kembali
ke bentuk asli dan didapatkan hasil yang sangat baik dari teknik ini.

Soft lining sementara


Jika digunakan bahan soft lining jangka pendek sebagai reline sementara untuk memperbaiki kecekatan
gigitiruan, maka bahan tersebut pada dasarnya hanya berfungsi sebagai pengisi ruang. Idealnya bahan
harus mencapai konsistensi jel dalam jangka waktu singkat dan tetap elastis sehingga dapat berada pada
gigitiruan serta dapat diinsersikan dan dilepas melewati underkut tanpa menyebabkan perubahan bentuk
permanen secara signifikan.

Bahan yang tersedia memiliki tingkat kekerasan yang bervariasi. Jika lining akan ditempatkan pada
gigitiruan immediate sesaat setelah pencabutan, maka yang digunakan adalah tipe yang relatif lunak
sehingga terasa lebih nyaman bagi pasien. Tetapi, jika telah terjadi penyembuhan dalam waktu
beberapa lama, maka dapat digunakan bahan yang lebih keras.

Pembersihan
Dibawah permukaan, bahan soft lining jangka pendek berbentuk porous. Jika pembersihan yang
dilakukan tidak efektif maka plak mudah masuk ke daerah lining sehingga menghasilkan tampilan yang
kurang baik, dan sering disebut sebagai “spons yang terinfeksi”. Efek pelembapan jaringan akan hilang
dengan cepat dan terjadi peradangan pada mukosa. Oleh karena itu, jika menggunakan bahan tersebut
maka pasien harus diberi instruksi secara jelas mengenai cara menjaga kebersihannya.

Sikat tidak boleh digunakan pada lining karena dapat merusak daerah permukaan. Lining harus selalu
diseka serta dibilas dan setiap hari direndam dalam cairan pembersih yang sesuai. Beberapa penelitian
telah membuktikan bahwa kombinasi antara cairan pembersih gigitiruan / lining jangka pendek tertentu
akan saling mendukung tetapi kombinasi lainnya dapat sangat merusak daerah permukaan lining
(Harrison et al. 1989). Cairan pembrsih alkalin hipoklorit, yang sangat efektif menghilangkan plak,
cocok digunakan dengan sebagian besar soft materials dan biasany merupakan jenis cairan pembersih
yang dianjurkan. Pasien harus diberitahu mengenai jenis bahan pembersih apa yang dapat merusak
lining tertentu dan diingatkan untuk tidak menggunakannya.

Bahan soft lining jangka panjang


Bahan soft lining jngka panjang mendistribusikan tekanan secara lebih merata dibawah gigitiruan
dibandingkan dengan bahan basis gigitiruan yang keras. Mereka juga mengabosorbsi tekanan yang
ditimbulkan dari fungsi mastikasi (Kawano et al. 1997a). Mereka juga disebut dapat mengabsorbsi
tekanan yang muncul secara tiba-tiba atau memiliki efek peredam. Oleh karena itu telah terbukti bahwa
penambahan soft lining jangka panjang pada gigitiruan penuh bawah meningkatkan kemampuan untuk
menggigit dan mengunyah serta terasa lebih nyaman dibandingkan dengan hard relines (Bhat & Wright
2001); lining juga telah terbukti meningkatkan kemampuan mastikasi (Hayakawa 2000).
12

Indikasi penggunaan
Rasa sakit saat menggunakan gigitiruan.

Mukosa atrofi yang tipis.

Parafungsi.

Ketiga indikasi tersebut sebaiknya dibahas secara bersamaan, keluhan adanya rasa nyeri kemungkinan
disebabkan oleh buruknya kualitas mukosa penahan gigitiruan atau ketidakmampuan pasien untuk
mengendalikan kebiasaan gripping atau grinding mereka. Masalah tersebut diperparah dengan adanya
resorbsi luas pada mandibula sehingga menyebabkan fungsi mastikasi normal terdistribusi pada daerah
yang sempit.

Mengganti gigitiruan sebelumnya yang telah memiliki soft lining. Jika pasien telah pernah
menggunakan gigitiruan bawah dengan soft lining dan telah terbiasa dengan “rasanya” maka sebaiknya
prosedur tersebut diulangi kembali. Jika hal tersebut tidak dilakukan dan gigitiruan yang baru dibuat
dengan menggunakan hard base maka pasien dapat mengalami kesulitan beradaptasi dengan gigitiruan
yang baru dan akhirnya menolak menggunakan protesa tersebut.

Adanya tepi atau tonjolan tulang yang tajam. Pola resorpsi mandibula dapat menyebabkan terbentuknya
daerah tepi yang tajam atau tonjolan tulang sehingga daerah mukosa penahan gigitiruan dapat tertusuk.
Unuk penanganan jangka pendek, masalah tersebut dapat diatasi dengan melakukan operasi kecil untuk
menghaluskan daerah tulang. Akan tetapi tindakan tersebut seringkali sulit dilakukan karena pasien
memiliki kondisi umum yang kurang baik atau tidak ingin menjalani operasi semacam itu. Juga ada
kemungkinan bahwa proses operasi pada mandibula dapat mempercepat resorpsi tulang, sehingga lebih
merusak daerah penahan gigitiruan. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan soft
lining yang seringkali terasa lebih nyaman untuk mengatasi masalah tersebut.

Posisi nervus mentalis yang berada secara superfisial. Dampak lain dari resorpsi yng besar pada
mandibula adalah bahwa foramen mental dan nervus mentalis dapat berada secara superfisial pada
daerah penahan gigitiruan sehingga nervus mengalami trauma saat protesa digunakan. Kondisi ini
biasanya menghasilkan keluhan adanya rasa nyeri tajam yang parah, terasa seperti ditusuk pada daerah
foramen mental yang disebabkan oleh tindakan menggigit. Penggunaan soft lining hanya pada daerah
tersebut dapat mengatasi rasa nyeri yang timbul. Akan tetapi, biasanya nervus mentalis superfisial
membutuhkan tekanan yang lebih besar daripada yang didapatkan dari soft lining. Sehingga kadangkala
perlu dilakukan pemotongan gigitiruan pada daerah tersebut untuk menghilangkan tekanan pada
nervus.
13

Tipe dari soft lining jangka panjang


Soft linings terbuat dari karet silikon atau akrilik lunak. Bahan silikon dapat bersifat cold-curing atau
heat-curing. Akrilik lunak adalah heat-curing; akrilik lunak cold-curing memiliki masa penggunaan
yang sangat terbatas dan sebaiknya dianggap sebagai soft lining sementara.

Bahan karet silikon cold-curing


Salah satu variasi yang paling penting pada komposisi adalah kandungan filler. Jika kandungan
meningkat maka kemampuan untuk menyerap air juga meningkat sehingga menyebabkan stabilitas
dimensi bertambah buruk. Sifat mudah rusak dari bahan tersebut dapat meningkat sehingga soft lining
mudah robek dan terlepas dari basis gigitiruan. Pada satu kasus, katalis yang biasa digunakan yaitu
dibutyltin dilaurate, terbukti menyebabkan iritasi pada mukosa. Daya tahan terhadap abrasi dari bahan
tersebut sangat buruk.

Bahan karet silikon heat-curing


Berbeda dengan silikon cold-curing, penyerapan air dari bahan tersebut sangat rendah. Sehingga
stabilitas dimensi lebih baik dan kecekatannya tidak terlalu dipengaruhi oleh lingkungan mulut.
Tingginya daya tahan terhadap ruptur dan adhesi yang lebih baik terhadap basis gigitiruan
menyebabkan bahan ini jauh lebih unggul.

Bahan resin akrilik


Sebagian besar bahan menggunakan polimetilakrilat atau polibutilmetakrilat sebagai polimer dasar.
Bahan tersebut dilenturkan agar menjadi lunak.

Perbandingan antara bahan soft lining jangka panjang yang terbuat dari silikon
dan akrilik

Berikut ini adalah beberapa sifat yang dianggap penting secara klinis :

Elastisitas. Seperti yang terlihat pada Gambar 16.2, bahan karet silikon memiliki reaksi yang cukup
berbeda daripada resin akrilik lunak saat beban diberikan melalui penetrometer. Bahan silikon heat-
curing langsung bereaksi terhadap pemberian dan pengangkatan beban, bersifat elastis. Sebaliknya,
bahan akrilik lunak heat-curing terbukti memiliki reaksi yang muncul secara bertahap; bersifat
viskoelastis (McCabe et al. 1996). Sifat elastis dari bahan silikon soft lining berperan terhadap
kemampuannya untuk menyerap tekanan secara lebih efektif dibandingkan dengan lining akrilik, dan
jelas ini merupakan alasan mengapa bahan tersebut terbukti mampu lebih meningkatkan kemampuan
mastikasi.
14

Gambar 16.2 Kurva penetrasi / pemulihan menunjukkan : respon bertahap dari bahan lining akrilik lunak heat-
curing; (b) respon cepat dari bahan soft lining silikon heat-curing terhadap aplikasi dan pelepasan beban.

Penuaan. Sifat dari beberapa bahan soft lining jangka panjang mengalami perubahan drastis seiring
dengan pertambahan usia bahan dan perendaman dalam ir. Tetapi kelenturan dan sifat elastis dari bahan
silikon heat-curing terbukti tetap stabil seiring pertambahan waktu (Dootz et al. 1993; Jepson et al.
1993; Kawano et al. 1997a), bahan akrilik lunak menjadi lebih keras seiring pertambahan waktu dan
perendaman dalam air akibat merembesnya plasticiser kedalam medium cairan.

Bonding. Bahan akrilik silikon heat-curing dan akrilik lunak heat-curing memiliki kekuatan ikatan
yang sama terhadap polimer basis gigitiruan, sedangkan beberapa bahan soft liner silikon cold-curing
memiliki nilai yang lebih rendah. Masalah kekuatan ikatan yang rendah nampaknya hanya ditemukan
pada bahan dengan kandungan filler yang tinggi. Yang perlu diperhatikan adalah fakta bahwa
didapatkan kekuatan ikatan yang lebih tinggi jika soft lining diproses terhadap polimetilmetakrilat yang
telah mengalami polimerisasi dibandingkan terhadap bahan yang belum mengalami polimerisasi.
Artinya soft lining sebaiknya ditambahkan pada basis gigitiruan yang telah ada daripada jika kedua
bahan diproses pada saat yang sama (Kawano et al. 1997b).
15

Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan

Ketahanan
Keengganan untuk menggunakan soft linings kemungkinan bersumber dari keyakinan bahwa masa
klinis mereka terlalu singkat. Pendapat tersebut nampaknya berasal dari hasil pengamatan mengerasnya
bahan akrilik lunak serta debonding bahan silikon cold-curing dengan kandungan filler yang cukup
tinggi. Bukti dari pemeriksaan klinis mendukung keuntungan jangka panjang dari soft lining silikon
heat-curing. Pada salah satu survei (Wright 1994), sejumlah linings masih tetap bertahan hingga 8
tahun. Pasien ingin mengganti gigitiruan bukan karena ada masalah dengan soft linings tetapi karena
gigi akrilik telah aus. Survei lain (Jepson et al. 1994) membuktikan bahwa daya tahan dari soft lining
silikon heat-curing adalah lebih baik dibandingkan dengan resin akrilik lunak heat-curing. Penelitian
tersebut juga membuktikan bahwa lama penggunaan berhubungan dengan ketebalan lining tetapi
penambahan ketebalan lebih dari 2 mm tidak memberikan keuntungan tambahan.

Fraktur pada midline


Komplikasi yang paling sering dilaporkan adalah fraktur pada gigitiruan bwah. Karena ketebalan soft
lining setidaknya harus sebesar 2 mm agar dapat efektif, maka harus dilakukan penipisan pada resin
akrilik keras basis gigitiruan agar didapatkan ruang untuk lining, sehingga membuat gigitiruan menjadi
lemah. Analisis finite element untuka gigitiruan bawah telah membuktikan adanya konsentrasi tekanan
yang cukup besar pada daerah lingual kaninus bawah serta disekitar labial notch (Shim & Watts 2000).
Untuk mengurangi resiko terjadinya fraktur maka dapat dipasang penguat berbentuk plat lingual kobal-
kromium pada gigitiruan tersebut (Gambar 16.3).

Gambar 16.3. Gigitiruan bawah dengan penguat plat lingual kobalt-kromium


16

Pembersihan
Beberapa bahan soft lining dapat dengan mudah menyerap air. Jika lining ditempatkan dalam mulut
maka dapat menyerap saliva dan menjadi sarang bagi mikroorgnisme oral. Ini adalah kondisi yang
menyebabkan timbunya anggapan bahwa soft linings dapat menyebabkan infeksi pada mukosa mulut.
Penelitian terbaru menyatakan bahwa meskipun linings tidak secara aktif mendukung pertumbuhan
jamur Candida albicans tetapi kondisinya memungkinkan hal tersebut terjadi, dan bahkan sangat
mendukung karena adanya ketersediaan nutrisi dan sulitnya pembersihan daerah (Wright et al. 1998).
Pembersihan secara efektif akan lebih sulit dilakukan jika permukaan lining kasar. Sehubungan dengan
retensi Candida albicans maka lining silikon yang kasar adalah lebih buruk dibandingkan dengan
lining akrilik lunak kasar (Verran & Maryan 1997).

Oleh karena itu penting untuk mendapakan permukaan lining yang halus (vide infra), serta memberikan
penjelasan secara terperinci bagi pasien mengenai cara terbaik untuk membersihkannya. Juga perlu
diberikan saran mengenai pola makan, seperti menghindari asupan karbohidrat yang terlalu banyak agar
suplai nutrisi bagi mikro organisme menjadi terbatas. Cairan pembersih gigitiruan sodium hipoklorit
efektif untuk menghilangkan Candida albicans dan Staphylococcus aureus dari lining (Baysan et al.
1998), tetapi tidak mempengaruhi sifat mekanis dari lining itu sendiri. Akan tetapi, bahan tersebut
memudarkan warna dan dapat menyebabkan korosi pada penguat yaitu plat logam lingual.

Penyesuaian
Soft lining jangka panjang sulit untuk disesuaikan kecuali jika digunakan burs dan stones yang didesain
khusus untuk memotong bahan tersebut. Setelah pembentukan ulang telah selesai dilakukan maka
daerah permukan harus dibuat sehalus mungkin. Telah terbukti bahwa penghalusan heat-curing lining
sebaiknya dilakukan pertama-tama dengan stone hijau atau merah jambu lalu kemudian dikilapkan
menggunakan oksida timah pada dry rag wheel (Loney & Moulding 1993).

Protesa yang ditahan oleh implan


Cara perawatan ini sangat berguna bagi pasien dengan keluhan adanya rasa sakit yang persisten dan/
atau gigitiruan penuh bawah yang longgar dimana penggunaan gigitiruan konvensional tidak lagi dapat
mengatasi masalah tersebut. Implan telah digunakan untuk mendukung dan menahan protesa cekat atau
overdenture lepasan dan konsep tersebut telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga didapatkan
hasil yang sangat baik dan akurat. Tingkat ketahanan implan untuk penggunaan jangka waktu 5 tahun
pada mandibula adalah sekitar 90% dan 95% (Hemmings et al. 1994; Watson et al. 1998). Tingkat
keberhasilan juga dipengaruhi oleh beberapa kondisi tertentu, yaitu jika dipasang pada tulang
berkualitas buruk, pada perokok, atau jika gigitiruan berkontak dengan gigi asli atau dengan protesa
lain yang juga ditahan oleh implan (Watson et al. 1998). Tingkat kegagalan lebih tinggi pada maksila
dibandingkan dengan mandibula (Hutton et al.1995).
17

Teknik awal adalh pemasangan enam implan pada rahang yang edentolous dilanjutkan dengan periode
selama beberapa bulan dimana implan tersebut tertutup seluruhnya. Selama periode tersebut, terbentuk
relasi yang sangat rapat antara tulang alveolar dan implant yang disebut sebagai osseo-integrasi. Implan
kemudian disingkap dan superstructure dipasang. Protesa cekat biasanya menggunakan empat hingga
enam implan dan disekrup pada posisinya. Selain itu overdenture lepasan dapat didukung dan
ditempatkan pada dua implan dengan menggunakan perlekatan stud (Gambar 16.4) atau dengan
menjepit protesa tersebut diatas bar yang akan menghubungkan keduanya. Suatu perkembangan terbaru
telah memperkenalkan sistem dimana prosedur bedah dan prostetik dapat dilakukan dalam 1 hari,
sehingga mengurangi waktu dan biaya prosedur tersebut (Engstrand et al. 2001).

Gambar 16.4 Implan titanium osseo-integrasi dengan perlekatan stud akan mendukung dan menahan gigitiruan
bawah

Uji coba yang dilakukan di beberapa tempat mengenai overdentures lepasan yang ditahan oleh implan
telah menunjukkan adanya tingkat kepuasan pasien yang sangat baik untuk jangka waku selama 5
tahun. Hasil tersebut tergantung pada pemeliharaan yang dilakukan secara seksama dan lebih sedikit
masalah klinis yang dilaporkan untuk rahang bawah dibandingkan dengan rahang atas (Watson et al.
1997). Meskipun demikian, komplikasi dan pemeliharaan setelah pemasangan jelas akan meningkatkan
biaya perawatan ini (Watson et al. 2001).

Perlu diingat, bahwa di masa mendatang, sebagian besar pasien edentulous adalah kelompok usia lanjut
dan banyak diantara mereka akan mengalami perubahan drastis dari kondisi dengan gigigeligi lengkap
pada usia tersebut, penelitian yang menunjukkan bukti-bukti terbaru mengenai perawatan implant pada
kelompok usia tersebut adalah sangat relevan (de Baat 2000). Dilaporkan bahwa implan dapat dianggap
aman dan cocok untuk pasien berusia lanjut dan bahkan pada pasien dengan kondisi kesehatan yang
kurang baik, tidak terjadi peningkatan tingkat kegagalan penggunaan implan. Bahkan tingkat
keberhasilan tetap tinggi pada kelompok usia tersebut.
18

Oleh karena itu, gigitiruan yang ditahan oleh implan memberikan solusi bagi masalah prostetik yang
persisten. Tetapi sekarang ini perawatan tersebut belum bisa dilakukan secara rutin bagi pasien
edentolous karena membutuhkan biaya yang cukup besar untuk pemasangan dan pemeliharaan jangka
panjang. Perawatan protetik konvensional berkualitas tinggi tetap memberikan tingkat keberhasilan
yang cukup tinggi (lihat Bab 2).

Fl abby ridge
Kondisi ini paling sering ditemukan pada regio anterior atas. Tulang mengalami resorbsi parah,
seringkali menjadi sejajar dengan spina nasal anterior, dan digantikan oleh jaringan fibrous. Akibat
jaringan fibrous yang mobile tersebut, stabilitas gigitiruan penuh akan menjadi buruk dan fungsi serta
tampilannya menjadi kurang baik. Pada kasus ekstrim, seluruh ridge dapat dengan cepat mengalami
kerusakan.

Etiologi

Telah lama diyakini bahwa kondisi tersebut, yang kadangkala disebut sebagai ‘sindrom kombinasi’,
disebabkan oleh adanya gigi asli pada rahang bawah. Penilaian pada penelitian terkontrol tidak
menunjukkan adanya bukti kuat uang mendukung kesimpulan tersebut (Carlsson 1998). Hal ini tidak
mengejutkan jika beberapa faktor yang mempngaruhi metabolisme tulang turut dipertimbangkan.
Meskipun demikian, pasien yang mengalami hal tersebut harus tetap diperhatikan secara seksama untuk
memastikan tingkat terjadi kerusakan yang cukup parah.

Penanganan
Cara-cara perawatan

Penanganan terhadap kondisi ini bersifat agak kontroversial, opini yang dikemukakan terbagi dalam
dua kubu. Salah satu kubu berpendapat, pengambilan jaringan fibrous melalui operasi sebaiknya
dilakukan jika kondisi kesehatan pasien memungkinkan. Cara ini menghasilkan ridge yang kaku
dengan ukuran lebih kecil. Kubu lain menentang pendapat tersebut dengan menyatakan bahwa
pengambilan secara operasi sebaiknya tidak dilakukan karena jaringan fibrous dapt memiliki efk
peredam sehingga dapat mengurangi trauma pada tulang dibawahnya. Jika jaringan tersebut diambil,
maka harus digantikan dengan bahan basis gigitiruan sehingga menambah bobot dan ketebalan protesa.
Selain itu, sulkus menjadi dangkal. Menurut pendapat penulis, pada sebagian besar kasus dapat dibuat
gigitiruan yang cukup baik tanpe perlu dilakukan operasi.

Teknik pencetakan
Jika flabby ridge dipertahankan, maka dokter gigi dapat melakukan salah satu cara berikut ini :
19

Menggunakan teknik pencetakan mucodisplacive yang akan menekan jaringan flabby untuk mencoba
dan mendapatkan dukungan maksimum dari jaringan tersebut, atau

Menggunakan eknik pencetakan mukostatik yang bertujuan untuk mendapatkan retensi maksimum.

Sangat sedikit bukti kuat yang dapat mendukung salah satu pernyataan tersebut. Akan tetapi, menurut
opini penulis adalah lebih efektif untuk menggunakan tknik pencetakan yang tidak menggeser jaringan
tersebut. Hal ini karena jika jaringan fibrous mengalami perubahan bentuk saat pencetakan, maka
gigitiruan hanya akan cekat saat ditahan oleh tekanan oklusal (Gambar 16.5).

Gambar 16.5 (a) Saat mendapat tekanan oklusal, gigitiruan atas terpasang baik dan flabby anterior ridge bergeser.
(b) Jika gigi tidak berkontak, jaringan flabby tergulung kembali dan menggeser gigitiruan ke arah bawah.

Akan tetapi jika gigitiruan dibuat dari model yang didapatkan melalui pencetakan mukostatik saat
flabby ridge berada pada posisi istirahat, maka gigitiruan tetap berkontak dengan jaringan saat gigi
tidak beroklusi. Retensi akan menjadi optimal untuk kondisi tersebut. Dukungan umumnya didapatkan
dari palatum keras dan daerah-daerah kaku pada ridge dan bukannya dari jaringan flabby.

Cara yang disarankan untuk masalah flabby ridge adalah sebagai berikut.

Cetakan awal dilakukan dengan sendok cetak biasa menggunakan alginat viskositas rendah.
Penggunaan bahan tersebut akan menghasilkan pergeseran jaringan yang lebih kecil dibandingkan
dengan penggunaan bahan cetak compound, sehingga hanya sedikit modifikasi yang perlu dilakukan
pada sendok cetak khusus.

Pada banyak kasus, telah terbukti bahwa mukosa penahan gigitiruan mengalami peradangan. Sebelum
dilakukan pencetakan, peradangan tersebut harus diatasi dengan cara tidak menggunakan gigitiruan
20

selama beberapa hari atau dilakukan modifikasi pada gigitiruan tersebut seperti penyesuaian oklusal
atau penggunaan bahan soft lining jangka pendek pada permukan cetakan.

Jika tingkat pergeseran mukosa minimal, maka hasil yang memuaskan dapat dicapai dengan melakukan
pencetakan menggunakan sendok cetak berlubang serta bahan cetak viskositas rendah. Bahan yang
cocok untuk tujuan ini adalah bahan cetak plaster dan bahan cetak silikon visositas rendah. Jika
digunakan alginat, maka tekanan pada jaringan yang bergeser dapat dikurangi menggunakan sendok
cetak dengan lubang-lubang pada bagian yang menutupi flabby ridge.

Jika resiko pergeseran cukup tinggi, maka sebaiknya dilakukan teknik pencetakan dua tahap :

sendok cetak yang ceka dibuat menggunakan resin akrilik cold-curing dan didesain sehingga daerah
flabby pada ridge tertutup (Gambar 16.6).

sendok cetak dicobakan dalam mlut, diperiksa, dan jika perlu dilakukan penyesuaian agar tidak
menggeser jaringan flabby. Daerah tepi dikoreksi seperti biasa.

Dilakukan pencetakan pada daerah yang kaku menggunakan pasta zinc oxide-eugenol.

Jika hasil cetakan memuaskan, maka dilepas dari dalam mulut, pasien kembali pada posisi supine, dan
pencetakan pada jaringan flabby, yang tidak ditutupi oleh sendok cetak, didapatkan dengan
mengaplikasikan selapis tipis campuran bahan cetak plaster menggunakan spatula, kuas, atau syringe.
Saat bahan cetak plaster mengeras, maka tidak dibutuhkan dukungan pada daerah labial.

Kerusakan pada gigitiruan


Penelitian mengenai masalah tersebut di UK memperlihatkan bahwa The National Health Service
menghabiskan 7 juta poundsterling setiap tahun untuk memperbaiki gigitiruan. Nilai tersebut diluar
biaya perbaikan yang dilakukan pada praktek swasta yang tidak menggunakan dana asuransi
pemerintah. Fraktur midline pada gigitiruan penuh atas adalah sebanyak 29% dari semua perbaikan
yang dilakukan di laboratorium kedokteran gigi, sedangkan unuk masalah gigi yang terlepas dari gigi
tiruan penuh adalah sebesar 33% (Jagger et al. 1999). Kedua masalah tersebut sekarang akan dibahas.

Fraktur pada midline

Fraktur midline pada gigitiuan akrilik kadangkala dapat disebabkan oleh penanganan yang kurang baik
oleh pasien; contohnya, tidak sengaja menjatuhkan gigitiruan saat dibrsihkan dapat menyebabkan
fraktur akibat benturan. Akan tetapi fraktur midline biasanya disebabkan oleh fatigue pada resin akrilik
akibat adanya tekanan secara terus menerus pada gigitiruan dimana tekanan tersebut tidak cukup kuat
untuk dapat menyebabkan fraktur secara langsung. Fraktur pada basis gigitiruan disebabkan oleh
berkembangnya retakan yang bersumber dari suatu titik pada daerah permukaan, dimana perubahan
pada permukaan menyebabkan konsentrasi tekanan seringkali terlokalisir lalu kemudian terus ke badan
gigitiruan. Retakan seringkali berawal di daerah palatal hingga ke insisivus sentralis atas, awalnya
21

berkembang secara lambat tetapi kemdian bertambah cepat tepat sebelum gigitiruan mengalami fraktur.
Fraktur seperti ini biasanya ditemukan pada gigitiruan yang berusia sekitar 3 tahun.

Jika memungkinkan, penyebab utama atau beberapa penyebab dari fraktur harus diidentifikasi sebelum
gigitiruan diperbaiki atau diganti. Jika tidak dilakukan maka gigitiruan kemungkinan besar akan
kembali fraktur dalam jangka waktu singkat.

Penyebab dari fraktur midline – faktor dari gigitiruan

Pemusatan tekanan
Perubahan pada daerah permukaan yang berfungsi sebagai pemusatan tekanan adalah adanya goresan,
diastema median, dan frenal notch yang dalam. Adanya hal-hal dalam basis gigitiruan seperti porositas,
plaster, debu, serat-serat nilon, dan potongan logam yang disebut sebagai penguat dapat menyebabkan
terjadinya fraktur serta mempercepat berkembangnya retakan. Konsenrasi tekanan juga dapat erbentuk
disekitar pin gigi porselen.

Tidak ada sayap labial

Gigitiruan open-face tidak sekaku gigitiruan bersayap, sehingga lebih fleksibel akibatnya lebih besar
kemungkinan untuk menglami fraktur fatigue. Jika ini merupakan penyebab utama terjadinya fraktur,
dan anatomi alveolus anterior tidak memungkinkan penambahan sayap labial pada gigitiruan pengganti,
maka sebaiknya digunakan basis logam pada gigitiruan.

Polimerisasi yang tidak sempurna dari resin akrilik

Jika siklus curing tidak mencakup periode pemanasan akhir pada suhu 100°C, maka derajat
polimerisasi maksimum tidak dicapai, dan kekuatan basis gigitiruan akan berkurang.

Sebelumnya telah pernah diperbaiki

Jika sebuah gigitiruan telah pernah mengalami fraktur pada daerah midline, dan telah diperbaiki dengan
menggunakan resin akrilik cold curing, fraktur yang terjadi kemudian dapat disebabkan karena bahan
cold-curing lebih rentan terhadap fatigue dibandingkan dengan resin heat-curing. Selain itu, bahan
basis gigitiruan awal pada kedua sisi garis fraktur juga telah mengalami fatigue.

Bentuk gigi pada gigitiruan

Jika gigi akrilik posterior disusun dengan overjet bukal yang normal, maka mereka dapat mengalami
keausan dan menghasilkan kondisi seperti terlihat pada Gambar 16.7, dimana terjadi aksi mengungkit
pada gigitiruan atas akibat oklusi gigi. Penguncian oklusi nampaknya juga mendorong terjadinya
fraktur midline.
22

Gambar 16.7. Keausan gigi akrilik posterior menyebabkan timbulnya efek pengungktian pada gigitiruan atas.

Kerapatan yang kurang baik

Jika resorpsi ridge alveolar telah terjadi dibawah gigitiruan atas, dukungan hanya akan didapatkan dari
palatum keras. Sehingga gigitiruan akan menjadi fleksibel saat gigi beroklusi. Untuk mengoreksi
kondisi tersebut, gigitiruan harus di-rebased setelah selesai diperbaiki. Dengan proses ini maka resin
lama yang mudah mendapat tekanan akan digantikan oleh resin heat curing yang lebih kuat.

Jika kedua bagian gigitiruan tersebut dapat disatukn dan dipasang secara akurat dan kuat, kemungkinan
dengan menggunakan bahan adhesif siano-akrilat, maka dapat dilakukan pencetakan akhir pada saat
kunjungan awal pasien daripada menunggu gigitiruan yang telah diperbaiki dikembalikan untuk dicetak
ulang, pada kunjungan selanjutnya.

Kurangnya peredaan yang adekuat

Jika mukosa yang melapisi puncak ridge lebih mampu menahan tekanan dibandingkan mukosa yang
menutupi palatum durum bagian tengah, gigitiruan akan melentur ketika gigi beroklusi. Untuk
mengimbangi keberagaman kemampuan mukosa dalam menahan tekanan dan untuk mencegah
kelenturan gigitiruan, ruang peredaan pada bagian palatal sebaiknya disatukan dengan gigitiruan
(halaman 185).

Penyebab fraktur pada midline – faktor pasien

Faktor anatomis

Beberapa ciri struktur pada pasien dapat menimbulkan faktor gigitiruan, yang telah dibahas
sebelumnya, di mana dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya fraktur. Contohnya, frenulum labial
yang menonjol membutuhkan takik yang dalam pada sayap gigitiruan sehingga menyebabkan
pemusatan tekanan pada daerah tersebut.

Beban oklusal yang tinggi


23

Hal ini dapat terjadi pada pasien dengan otot mastikasi yang kuat, atau pada pasien dengan gigi asli
anterior bawah yang masih ada, atau juga pada pasien yang mengalami bruksisme.

Basis gigitiruan dengan peningkatan kekuatan

Gigitiruan dapat dibuat dengan lebih kuat melalui perubahan desain, seperti yang diindikasikan
sebelumnya pada faktor gigitiruan. Namun, ketika tidak ada perbaikan yang dapat dilakukan, dan
fraktur masih menjadi masalah – biasanya karena beban oklusal yang sangat tinggi – bahan basis
gigitiruan yang lebih kuat dapat diindikasikan. Bahan yang dapat digunakan untuk tujuan ini akan
dijelaskan secara lebih rinci di bawah ini.

Alloy kobalt-kromium

Meskipun alloy kobalt-kromium memberikan basis gigitiruan yang kuat dan kesesuaian yang baik,
namun bahan ini memiliki kerugian sebagai berikut:

Berat. Gigitiruan atas dengan palatum kobalt-kromium cenderung lebih berat dibandingkan dengan
basis akrilik; oleh karena itu, pada kasus di mana faktor anatomis tidak menguntungkan untuk retensi,
terjadi peningkatan kemungkinan bahwa gigitiruan akan jatuh.

Kurangnya bagian yang dapat disesuaikan. Alloy kromium-kobalt sebagai bahan basis gigitiruan
sangat sulit untuk disesuaikan dibandingkan resin akrilik. Contohnya, jika post-dam (yang merupakan
bagian yang melengkapi hasil tuangan) membutuhkan madifikasi, hal ini hanya dapat dicapai dengan
perluasan yang sangat kecil.

Masalah kurangnya bagian yang dapat disesuaikan dan peningkatan berat, keduanya dapat
diminimalisasi dengan membatasi komponen kobalt-kromium pada palatal berbentuk tapal kuda yang
dapat memperkuat basis akrilik (Gbr. 16.8). Desain ini terlihat pada permukaan cetakan resin akrilik
sehingga dapat mempertahankan keuntungan bagian yang dapat disesuaikan.

Gbr. 16.8. Gigitiruan atas dengan pemerkuat kobalt kromium berbentuk tapal kuda.
24

Jika diberikan penilaian bahwa kekuatan yang lebih besar dapat disediakan oleh bentuk tapal kuda yang
dapat memperkuat basis, basis logam yang lebih luas dapat digunakan dan tetap dapat mempertahankan
keuntungan post-dam yang dapat disesuaikan jika menggunakan desain pada Gbr. 16.9. Resin akrilik,
ditambahkan pada batas posterior kerangka logam, dan menjadi bahan yang berkontak dengan mukosa;
bahan yang dapat dimodifikasi ini sebaiknya diperlukan. Ketika membuat basis gigitiruan dengan
bahan ini, tekniker dental harus sangat teliti untuk meminimalkan tahap antara logam dan akrilik pada
garis finishing. Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut, yaitu dengan membuang bagian besar
ruang antara kerangka logam secara bersamaan dan menggunakan meta-resin untuk bagian post-dam.
Jenis bahan ini melekat langsung pada alloy kobalt-kromium sehingga tidak membutuhkan retensi
mekanis yang ditawarkan oleh kerangka logam.

Gbr. 16.9. Palatum kobalt-kromium dengan kerangka logam posterior untuk perlekatan post-dam akrilik.

Palatum stainless-steel

Bahan ini dialirkan ke dalam hasil tuangan dengan tekanan hidrolik tingkat rendah. Bahan tersebut
tidak memasuki celah atau titik kecil pada hasil tuangan sehingga permukaan cetakan relatif lebih
halus. Akibatnya, kemungkinan terjadinya abrasi mukosa kurang terjadi karena gigitiruan bergerak
dalam fungsinya, sifat gigitiruan yang sangat berguna pada perawatan pasien dengan hiperplasia papilla
(halaman 130). Kehalusan permukaan juga memudahkan proses pembersihan. Palatum stainless-steel
dapat dibuat dengan bagian yang lebih tipis dari kobalt-kromium; sehingga meskipun kepadatan dua
bahan ini sama. Salah satu masalah yang potensial, bagaimanapun, yaitu bahwa pada pasien dengan
palatum yang dangkal, tidak mungkin untuk memperoleh kekakuan yang cukup untuk menghindari
melenturnya gigitiruan jika beban oklusal tinggi. Pada keadaan ini, meskipun kegagalan palatum
stainless-steel jarang terjadi, namun fraktur pada permukaan di sekitar resin akrilik dapat terjadi.

Modifikasi bahan basis gigitiruan polimer


25

Bahan polimer dapat dimodifikasi dan diperkuat. Contoh modifikasi polimer meliputi penambahan
elastomer atau pembuatan kopolimer akrilik-elastomer. Elastomer dapat menyerap energi dengan
pengaruh yang kuat sehingga dapat memberikan perlindungan untuk resin akrilik. Beberapa polimer
dengan pengaruh yang kuat lebih mahal dibandingkan polimer basis gigitiruan konvensional.

Berikut ini merupakan bahan yang dapat digunakan untuk memperkuat dan memperkaku polimer basis
gigitiruan konvensional.

Serat karbon. Teknik telah dijelaskan di mana gigitiruan atas konvensional diperkuat dengan
menyertakan serat karbon yang disispkan pada bagian palatal gigitiruan untuk mengurangi fleksibilitas
basis gigitiruan. Pendekatan ini dilaporkan dapat mengurangi insidensi fraktur pada kelompok pasien
berisiko tinggi, namun kerugian metode ini yaitu sisipan yang berwarna hitam.

Serat polietilen dengan modulus ultra tinggi (UHMPE). Selama beberapa tahun terakhir, telah
dilaporkan mengenai basis gigitiruan yang diperkuat dengan serat polietilen bermodulus ultra tinggi.
Bahan ini dapat ditambahkan sebagai serat yang berbeda dan disisipkan pada basis gigitiruan atau
sebagai potongan serat yang disatukan pada bubuk polimer sebelum resin dicampur (Braden dkk. 1988l
Gutteridge 1988). Serat ini transparan dan serat yang terdapat di dalam polimer sebagai serat yang telah
dipotong dengan pembebanan 1%, menyebabkan peningkatan kekuatan dengan pengaruh yang kuat
serta melebihi resin dengan pengaruh yang kuat dan tersedia secara komersil. Ketika bahan ini
disispkan sebagai lapisan serat, serat ini dapat menahan pembebanan 20-30%. Kedua pendekatan
tersebut dapat digunakan ketika akan membuat basis gigitiruan baru, namun penyisipan lapisan serat
membutuhkan tahap teknik tambahan.

Serat kaca. Penyisipan serat kaca pada resin akrilik telah dilaporkan dapat meningkatkan ketahanan
terhadap keletihan gigitiruan, kekuatan kelenturan, dan kekuatan degan pengaruh yang kuat. Serat dapat
dapat dibentuk dengan bentuk lapisan dan disisipkan ke dalam seluruh permukaan gigitiruan, atau dapat
berupa serat itu sendiri yang melapisi daerah dengan masalah kelemahan sebelumnya. Untuk
mendapatkan manfaat yang maksimal, ketelitian harus diberikan saat menempatkan serat dengan tepat.
Perlekatan serat yang efektif dan mengelilingi polimer basis gigitiruan diperoleh dengan memasukkan
serat sebelumnya pada polimer sebelum ditempatkan (Narva dkk. 2001).

Basis gigitiruan yang diperkuat oleh logam. Kawat logam atau kerangka logam tidak terlihat dapat
memperkuat basis gigitiruan dengan efektif (Narva dkk. 2001). Faktanya, logam yang disisipkan
sebenarnya dapat menciptakan daerah pemusatan kekuatan sehingga menyebabkan terjadinya fraktur.
Mungkin yang dapat dikatakan bahwa, logam yang disisipkan dapat menahan dua gigitiruan secara
bersamaan sehingga fraktur dapat terjadi.

Gigi yang terlepas

Alasan umum lemahnya ikatan antara gigi dan basis gigitiruan, yaitu:

Adanya bahan lembaran timah pada permukaan ridge-lap gigi.


26

Adanya malam yang tersisa pada permukaan yang sama.

Penggunaan gigi cross-linked yang tidak sesuai dengan polimer basis gigitiruan yang digunakan.

Seluruh faktor tersebut mencegah penyatuan kimiawi yang efektif dan menghasilkan jaringan polimer
interserat yang sesuai (Cunningham & Bennington 1999; Takahashi dkk. 2000).

Gigi yang terlepas dari basis gigitiruan terjadi lebih sering pada gigi anterior atas. Karena adanya ikatan
yang lemah, tekanan dari arah depan dan luar yang timbul akibat berkontaknya gigi anterior bawah
dapat menyebabkan kegagalan ikatan.

Beberapa artikel tidak menjelaskan mengenai bagaimana cara terbaik untuk mendapatkan kekuatan
ikatan maksimal antara gigi dan basis gigitiruan. Variabel dan terkadang hasil yang berlawanan
kemungkinan disebabkan oleh kombinasi gigi artifisial dan polimer basis gigitiruan yang berbeda dan
digunakan pada penelitian tersebut. Dari beragam rekomendasi yang telah dilakukan untuk
meminimalisasi risiko terlepasnya gigi, rekomendasi berikut ini telah mendapatkan dukungan yang
cukup luas (Büyükyilmaz & Ruyter 1997; Cunningham & Bennington 1999; Takahashi dkk. 2000):

Pemilihan gigi artifisial dan polimer basis gigitiruan yang sesuai dengan memeriksa lembaran informasi
yang disediakan oleh produk atau dengan mencari informasi dari pabrik pembuat bahan tersebut. Gigi
artifisial gigitiruan konvensional cenderung memiliki kekuatan ikatan yang lebih tinggi dibandingkan
gigi cross-linked.

Pastikan bahwa seluruh sisa malam dan bahan lembaran timah telah bersih. Pembersihan seluruh
malam tidak dapat tercapai sepenuhnya hanya dengan rebusan air, sehingga untuk kekuatan ikatan yang
optimal dianjurkan untuk menggunakan pelarut malam (Cunningham & Bennington 1997).

Buatlah saluran kecil menuju permukaan palatal gigi dengan menggunakan bur untuk meningkatkan
daerah yang tersedia untuk polimerisasi resin basis gigitiruan. Namun, harus diingat bahwa penurunan
pada permukaan ridge-lap gigi dapat menyebabkan sulitnya pembersihan seluruh malam. Oleh karena
itu, ketelitian sangat dibutuhkan ketika membersihkan malam, sebaliknya penyesuaian dapat
menyebabkan ikatan yang melemah, bukan ikatan yang semakin kuat.

Aplikasikan pelarut seperti diklorometana pada permukaan ridge-lap gigi. Pelarut menghasilkan lubang
mikroskopik dan saluran yang memudahkan berdifusinya bahan yang membutuhkan polimerisasi.

Gunakan polimer basis gigitiruan heat-curing. Bahan ini mengalami proses polimerisasi yang lebih
lambat dibandingkan bahan polimer cold-curing dan memastikan penetrasi yang lebih baik pada bagian
gigi artifisial.

Rasa Ingin Muntah

Rasa ingin muntah merupakan refleks perlindungan yang melindungi jalur napas dan orofaring
posterior. Hal tersebut dapat terjadi selama prosedur prostetik, seperti proses pencetakan, atau ketika
27

gigitiruan digunakan, pada kasus yang lebih parah, ketika kaca mulut ditempatkan pada bibir atau ujung
lidah.

Etiologi

Terdapat sejumlah kasus yang dapat dikelompokkan sebagai berikut.

Somatik. Istilah ‘somatik’ meliputi keadaan di mana refleks dipicu oleh rangsangan taktil pada palatum
molle, sepertiga posterior lidah, dan fausea.

Iatrogenik. Penyebab iatrogentik, yang berhubungan dengan gigitiruan sangat banyak. Beberapa pasien
mulai merasa ingin muntah setelah insersi gigitiruan baru, namun sebagian besar kasus, refleks ini
segera hilang ketika pasien telah beradaptasi dengan gigitiruan. Namun, refleks ini tetap ada jika
terdapat kesalahan pada gigitiruan, seperti dimensi vertikal oklusal yang berlebihan, atau jika gigitiruan
merangsang daerah palatum molle dan lidah yang sensitif secara langsung. Stimulus ini dapat
disebabkan oleh gigitiruan bagian palatal yang terlalu panjang, tepi posterior yang terlalu tebal atau
tidak dapat beradaptasi dengan baik, gigi yang melebihi ruang lidah, atau bahkan karena faktor lain
yang dihasilkan oleh ketidakstabilan gigitiruan.

Gigitiruan atas dengan tepi posterior yang kurang memanjang ke arah posterior dapat memicu
timbulnya rasa ingin muntah, karena tepi gigitiruan berakhir pada mukosa yang relatif dapat tertekan,
sehingga tidak dapat menghasilkan post-dam yang memuaskan. Hal tersebut menyebabkan buruknya
retensi, sehingga meningkatkan ketidakstabilan gigitiruan, merangsang lidah dan palatum, serta
menyebabkan ketakutan pada pasien. Ketika diagnosis ini ditetapkan, maka diperlukan penjelasan dari
dokter gigi secara terperinci untuk menenangkan pasien, bahwa untuk menangani masalah ini,
diperlukan bagian palatum yang lebih luas, bukanlah bagian palatum yang kurang.

Psikogenik. Penyebab psikogenik dapat timbul dari apa yang dilihat, didengar, atau dipikirkan oleh
pasien. Hal tersebut meliputi saat melihat bahan cetakan yang sedang dicampur atau suara pasien lain
yang merasa ingin muntah. Pasien akan merasa sangat ketakutan karena pengalaman melakukan
perawatan gigi pertama kali yang tidak menyenangkan atau sebagai akibat cerita yang sangat
mengganggu dari teman lainnya. Pada keadaan yang jarang, rasa ingin muntah dapat menjadi
manifestasi gangguan psikologis yang utamanya tidak berhubungan dengan perawatan gigi pasien.

Sistemik. Jarang terjadi bahwa faktor penyebab terjadinya rasa ingin muntah yaitu penyakit sistemik,
terutama keadaan yang mempengaruhi regio lain dari saluran gastrointestinal; contohnya, hubungan
antara rasa ingin muntah dan pecandu alkohol dapat berhubungan dengan gastritis persisten yang
terdapat pada beberapa pasien. Catarrh persisten yang mencegah pernapasan melalui hidung dan dapat
berperan pada masalah rasa ingin muntah. Hubungan antara kebiasaan merokok dan rasa ingin muntah
juga telah dijelaskan (Wright 1979).
28

Penatalaksanaan pasien

Pencatatan riwayat secara terperinci akan mengungkapkan keparahan masalah dan menyediakan
petunjuk mengenai penyebab masalah tersebut. Contohnya, keadaan di mana pasien telah mampu
bertoleransi terhadap tahap klini pembuatan gigitiruan, namun terjadi kesulitan dalam menggunakan
gigitiruan yang telah selesai, merujuk pada penyebab iatrogentik yang seharusnya dapat diperbaiki
dengan relatif sederhana, yaitu dengan memperbaiki kesalahan pada desain gigitiruan. Pada kasus
ekstrim, yaitu pasien yang merasa ingin muntah saat kaca mulut dimasukkan ke dalam mulut, biarkan
pasien untuk memasukkan kaca mulutnya.

Pencetakan

Seluruh individu kecuali yang bersifat plegmatis merasa bahwa prosedur pencetakan sangat tidak
menyenangkan. Namun, rasa ingin muntah yang terjadi saat pencetakan biasanya dapat dicegah dengan
hal-hal sebagai berikut:

Meyakinkan dan menenangkan pasien.

Sangat penting bahwa dokter gigi memiliki rasa percaya diri dan posisi kursi yang nyaman. Sangat
penting bahwa pasien yang cemas harus diyakinkan dan diminta untuk tenang baik secara fisiologis
maupun mental. Perawat gigi juga dapat berperan penting dalam menciptakan keadaan pikiran pasien
dengan tepat.

Posisi pasien.

Kursi praktik harus disesuaikan sehingga pasien dapat duduk dengan nyaman dalam posisi tegak.

Bernapas melalui hidung.

Instruksikan pasien untuk bernapas melalui hidung ketika sendok cetak dicobakan di dalam mulut atau
ketika proses pencetakan dilakukan merupakan salah satu metode yang sangat membantu dalam
mencegah rasa ingin muntah. Selama bernapas melalui hidung, palatum molle tetap stabil pada
posisinya yang rendah dan lidah berada pada posisi ‘siaga’nya, melindungi nasofaring dari ancaman
benda asing di dalam mulut (Gbr. 16.10). Jika pasien bernapas melalui mulut, perlindungan tersebut
tidak ada dan pergerakan palatum molle mengakibatkan kontak intermittent dengan bahan cetak yang
sedang dalam proses setting, sehingga meningkatkan rangsangan.
29

Gbr. 16.10. Lidah berada pada posisi siaga selama prosedur pencetakan rahang atas.

Perbaikan teknik ini, yaitu di mana pasien diinstruksikan untuk megontrol pernapasan yang
harus dilatih selama 1 hingga 2 minggu sebelum prosedur pencetakan. Pernapasan harus dilakukan
perlahan, dalam, dan halus; ritme stabil yang dibutuhkan ini dapat dipastikan dengan meminta pasien
menghubungkannya secara mental pada irama yang dikenal dengan baik.

Teknik pencetakan

Sendok cetak harus disesuaikan dengan baik. Karena sendok cetak khusus yang sangat sesuai kurang
besar dibandingkan sendok cetak yang memiliki celah, sendok cetak tersebut lebih baik ditoleransi dan
sebaiknya digunakan jika memungkinkan. Ketika mencobakan sendok cetak di dalam mulut,
pergerakan yang tegas dan positif harus digunakan. Sebagian besar pasien dapat menoleransi
pencetakan rahang bawah dibandingkan pencetakan rahang atas, sehingga jika pencetakan rahang
bawah dilakukan terlebih dahulu, keberhasilan prosedur ini kemungkinan dapat meyakinkan pasien.
Bahan cetakan harus dicampurkan atau dipersiapkan tanpa terlihat oleh pasien dan jumlah bahan cetak
yang berada pada sendok cetak sebaiknya seminimal mungkin yang diperlukan untuk mencetak stuktur
yang relevan. Saliva ejector harus digunakan jika terlalu banyak jumlah saliva yang terkumpul pada
dasar mulut.

Distraksi

Selama insersi bahan cetak dan saat bahan cetak mengalami proses setting, sangat penting untuk
mendistraksi perhatian pasien dari apa yang sedang terjadi. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara
dokter gigi membicarakan sesuatu yang membuat pasien menjadi tertarik, atau dengan mempertegas
syarat bahwa pasien harus terus bernapas secara perlahan dan stabil melalui hidung. Bahkan telah
dianjurkan bahwa pasien diminta untuk mengangkat salah satu kakinya dan berkonsentrasi agar tidak
menurunkan salah satu kaki tersebut hingga cetakan telah mengalami setting!
30

Refleks rasa ingin muntah yang parah

Tantangan pertama ketika mencoba merawat pasien yang memiliki masalah ini, yaitu dengan
mendapatkan pencetakan yang akurat sehingga basis gigitiruan yang sesuai dapat dibuat. Tantangan
kedua, yaitu dengan menyediakan protesa yang dapat dipakai oleh pasien untuk jangka waktu yang
cukup lama.

Pendekatan berikut telah berhasil dalam penatalaksanaan masalah yang sulit ini:

Sedasi sadar. Sedasi sadar dapat memudahkan dokter gigi untuk mendapatkan hasil cetakan yang
memuaskan tanpa menyebabkan rasa tidak senang pada pasien. Namun, teknik ini hanya akan
menghilangkan waktu yang tidak menyenangkan; meskipun bahkan dapat memperoleh pencetakan
yang pantas, pada akhirnya pasien harus menerima tantangan menggunakan gigitiruan dalam keadaan
tanpa sedasi. Dari seluruh hal yang sangat penting, terdapat pengaturan yang mengatur metode
pengendalian nyeri dan kecemasan. Pengaturan ini menekankan bahwa negara tertentu harus mengikuti
protokolnya dengan tepat. Dokter gigi yang berpraktik di Inggris harus mengikuti anjuran dan petunjuk
yang disediakan oleh Maintaining Standards (General Dental Council).

Akupuntur. Refleks muntah telah dilaporkan dapat dikendalikan dengan menggunakan akupuntur
(Fiske & Dickinson 2001). Meskipun terdapat bukti yang menunjukkan bahwa teknik ini sangat
membantu ketika melakukan beragam tahap klinis pembuatan gigitiruan, namun, tidak terdapat bukti
bahwa akupuntur dapat digunakan pada pasien saat akan menggunakan gigitiruan.

Hipnosis. Hipnosis telah digunakan dalam perawatan kasus yang parah (Baarsby 1994).
Keberhasilannya bergantung pada pasien yang termotivasi dengan baik dan mampu mempraktikkan
hipnosis sendiri, sehingga memudahkan penggunaan gigitiruan di luar praktik dokter gigi.

Gigitiruan training. Pendekatan gigitiruan training sangat bernilai ketika merawat pasien dengan
riwayat kesulitan yang cukup lama, di mana pasien tidak dapat menoleransi gigitiruan yang sebenarnya,
termasuk dengan adanya rasa ingin muntah. Alasan penggunaan pendekatan ini, yaitu bahwa stimulus
baru dapat diperkenalkan secara bertahap, pasien harus mengatasi rasa ingin muntah hanya dengan satu
tahap kecil pada waktu tertentu dan tidak akan melangkah ke tahap perawatan selanjutnya hingga
pasien mampu mengatasi tahap sebelumnya. Sehingga tingkat perkembangan perawatan berada dalam
pengendalian pasien, cara yang dapat meningkatkan rasa percaya diri pasien. Kemungkinan
perkembangan klinis perawatan pasien yaitu sebagai berikut:

(a) Pencetakan dapat dilakukan dengan salah satu teknik yang telah dijelaskan di atas. Cara lainnya,
cetakan utama biasanya dapat dihasilkan dengan baik menggunakan gabungan bahan cetak karena
insersi, border moulding, dan pembersihan bahan cetak jenis ini dapat dilakukan dengan cepat sehingga
refleks muntah tidak memiliki waktu untuk berkembang. Karena gabungan bahan cetak masih tetap
lunak saat dikeluarkan dari mulut, maka bahan tersebut harus didinginkan sesegera mungkin dan dialiri
air dingin secara menyeluruh untuk mencegah terjadinya distorsi. Basis training dibuat pada model
yang diperoleh dari pencetakan gabungan dan kesesuaiannya diperbaiki di dalam mulut menggunakan
31

bahan relining khusus yang digunakan di praktik dokter gigi. Basis dengan kesesuaian yang rapat dan
dimensi yang kecil lebih mudah ditoleransi dibandingkan dengan teknik pencetakan konvensional.

(b) Basis training rahang atas yang dibuat dengan perluasan posterior dinilai sesuai untuk pasien
tertentu. Hal ini bervariasi dari perluasan minimal berbentuk tapal kuda, desain tanpa bagian palatum,
hingga perluasan konvensional hingga garis vibrasi. Untuk membantu menstabilisasi basis rahang
bawah, penyangga yang terbuat dari resin polibutilmetakrilat dapat ditambahkan di dalam mulut
sehingga lidah dan pipi dapat bersandar pada penyangga tersebut.

(c) Kadang sangat dianjurkan bagi pasien untuk mulai menggunakan hanya satu basis gigitiruan. Basis
harus dipakai selama pasien dapat menoleransi, namun harus dilepaskan dari mulut sebelum terjadi rasa
ingin muntah. Karena tujuan dari perawatan ini, yaitu untuk meredamkan refleks rasa ingin muntah,
namun jika pasien terlalu berani dan tetap menggunakan protesa hingga terjadi rasa ingin muntah yang
sebenarnya, refleks ini malah semakin kuat. Setelah periode istirahat, basis harus diinsersikan kembali
dan dilakukan dengan meningkatkan periode pemakaian. Proses ini diulangi hingga pasien melaporkan
bahwa basis dapat digunakan dengan baik. Beberapa pasien menemukan bahwa pendekatan ini
membantu mereka melalui kesulitan tahap awal jika mereka mengisap minuman manis sembari
menggunakan basis training.

(d) Ketika kesulitan utama penggunaan basis training awal selama periode waktu yang cukup telah
berhasil teratasi, perubahan lebih lanjut dapat diperkenalkan dengan cepat. Contohnya, perluasan yang
lebih jauh dapat dikembangkan dengan bahan relining khusus untuk digunakan pada praktik dokter gigi
dan gigi anterior dapat ditambahkan (Gbr. 16.11). Secepatnya, jika perkembangan ini dapat
dipertahankan, gigitiruan penuh dapat dibuat dan penambahan yang sangat banyak pada basis ini lebih
tampak seperti sambungan-sambungan bagian yang kecil, teknik tiruan dapat digunakan untuk
menghasilkan protesa pengganti.

Pendekatan basis gigitiruan untuk perawatan gigitiruan penuh tak bisa mengacuhkan perkara yang
rumit dan dengan proses yang lama. Namun, jika seluruh teknik konvesional lainnya mengalami
kegagalan, pendekatan ini menjadi satu-satunya peluang yang tersisa untuk memberikan hasil
perawatan yang baik.

Rasa ingin muntah merupakan masalah yang serius hanya pada sebagian kecil pasien. Dari penjelasan
sebelumnya, pembaca dapat menilai bahwa perawatan akan berjalan dengan cukup lama serta
kesabaran dan ketekunan yang tinggi dibutuhkan baik oleh dokter gigi maupun pasien.
32

Gbr. 16.11. Basis training dengan penambahan gigi anterior dan penyangga yang terbuat dari resin polibutilmetakrilat cold-
curing.

Sindrom Mulut Terbakar

Sindrom mulut terbakar (BMS) dapat sangat bermasalah pada beberapa pasien, menunjukkan adanya
masalah diagnosis dan kadang melibatkan perawatan yang cukup lama. Gejala ini terjadi pada 5-7%
populasi dewasa. Dari pasien yang membutuhkan perawatan, lebih banyak terjadi pada wanita, dengan
usia rata-rata sekitar 60 tahun. Daerah yang paling umum dikeluhkan, yaitu lidah dan jaringan penahan
gigitiruan atas. Daerah yang kurang dikeluhkan yaitu bibir dan jaringan penahan gigitiruan bawah.
Mukosa rongga mulut tampak normal.

Beberapa pasien BMS telah berkonsultasi pada sejumlah profesional perawatan kesehatan sebelum
meminta bantuan dari dokter gigi atau dokter gigi spesialis. Pasien mengetahui bahwa tidak ada orang
lain yang mengeluhkan hal tersebut dan akhirnya merasa sedikit terisolasi. Jika beberapa profesional
menyatakan bahwa rongga mulut tampak normal, pasien mulai berpikir bahwa hal ini hanyalah pikiran
mereka saja. Akibatnya, tingkat kecemasan meningkat dan dapat berkembang menjadi kankerofobia.

Klasifikasi

Terdapat tiga jenis BMS yang telah dijelaskan (Lamey & Lewis 1989). Klasifikasi ini berguna karena
dapat menjadi acuan ke arah perawatan dan kemungkinan prognosis yang tepat.

Tipe 1. Tidak terdapat gejala yang terjadi saat bangun tidur. Rasa terbakar kemudian mulai terjadi dan
memburuk seiring dengan berlalunya hari. Pola ini terjadi setiap hari. Sekitar 33% pasien berada pada
kategori ini dan kemungkinan disertai dengan defisiensi hematinik dan kesalahan pada desain
gigitiruan.
33

Tipe 2. Rasa terbakar terjadi saat bangun tidur dan tetap ada sepanjang hari. Pola ini terjadi setiap hari.
Sekitar 55% pasien berada pada kategori ini, terdapat proporsi yang tinggi pada pasien dengan
kecemasan kronis dan sangat sulit dilakukan perawatan dengan baik.

Tipe 3. Pasien tidak memiliki gejala tersebut sepanjang hari. Rasa terbakar terjadi pada daerah yang
tidak umum, seperti dasar mulut, tenggorokan, dan mukosa bukal. Kategori ini terdiri atas 12% pasien
yang tersisa. Penelitian kelompok ini menunjukkan bahwa faktor penyebab utamanya, yaitu alergi dan
ketidakstabilan emosional (Lamey dkk 1994). Penelitian pada pasien ini kemungkinan disertai uji
patch.

Etiologi

BMS dapat dihubungkan dengan banyaknya penyebab dan secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga
kelompok:

Iritan lokal termasuk kesalahan gigitiruan

Faktor sistemik

Faktor psikogenik

Iritasi lokal

Kesalahan gigitiruan

Kesalahan dalam desain gigitiruan yang menyebabkan gigitiruan bergerak berlebihan pada mukosa,
dapat meningkatkan tekanan fungsional pada mukosa atau terjadinya gangguan pada gerakan bebas otot
di sekitarnya dapat menimbulkan keluhan dibandingkan rasa sakit yang sebenarnya (Gbr. 16.12).
Kesalahan desain gigitiruan telah ditemukan pada 50% pasien BMS.

Gbr. 16.12. Kanan: Pengecilan ruang lidah yang terjadi pada gigitiruan tersebut menyebabkan pasien mengeluhkan lidah
yang terbakar. Kiri: keluhan menghilang ketika gigitiruan tersebut digunakan.
34

Monomer sisa

Tingginya kadar monomer sisa pada basis gigitiruan telah dilaporkan dan kerusakan jaringan yang
terjadi dipertimbangkan sebagai akibat iritasi kimia dibandingkan alergi yang sebenarnya (Gbr. 16.13)
(Austin & Basker 1980). Sangat memungkinkan bahwa tingginya kadar monomer sisa, yang berkisar
dari tiga hingga sepuluh kali nilai normal, disebabkan oleh kesalahan yang tidak hati-hati saat
melakukan siklus curing pendek yang terkenal pada pabrik dan laboratorium dental. Jika syarat suhu
curing 100oC tidak tercapai pada bagian yang relevan dengan siklus curing pendek, terdapat
peningkatan yang bermakna pada kandungan monomer sisa (Austin & Basker 1982). Kandungan ini
dapat diukur menggunakan teknik analitik khusus seperti kromatografi gas dan kromatografi cairan
tekanan tinggi. Beberapa ahli tidak mempertimbangkan keadaan ini sebagai contoh BMS, di mana,
secara klasik mukosa tampak normal. Namun, pasien yang bereaksi terhadap kadar monomer sisa yang
tinggi akan mengeluhkan rasa terbakar sehingga dapat dinilai bahwa monomer sisa dapat menyebabkan
rasa terbakar.

Gbr. 16.13. Lepuhan yang parah pada mukosa akibat kandungan monomer sisa sebanyak 3.2%.

Mikro-organisme

Peranan mikro-organisme pada sindrom mulut terbakar masih kontroversial dan penelitian tidak
menunjukkan hubungan adanya Candida albicans dan keluhan sindrom mulut terbakar.

Kebiasaan merokok dan penggunaan obat kumur

Kebiasaan merokok dan terbiasa menggunakan beberapa jenis obat kumur merupakan iritan yang
berdampak pada BMS.
35

Penyebab sistemik

Defisiensi nutrisi

Peran defisiensi nutrisi seperti zat besi, vitamin B kompleks, dan asam folat harus disoroti. Contoh
BMS yang disebabkan oleh defisiensi terlihat pada Gbr. 16.14.

(a)

(b)

Gbr. 16.14. (a) Lidah yang terbakar: perhatikan permukaan dorsum lidah yang halus. (b) Setelah defisiensi asam folat
diketahui dan dirawat, gejalanya menghilang dan dorsum lidah tampak kembali ke tampilan normal.
36

Defisiensi zat besi telah ditemukan pada 8% pasien BMS dan defisiensi asam folat ditemukan pada 6%
pasien BMS. Kadar darah vitamin B1 dan B6 yang rendah ditemukan pada 40% pasien BMS (Lamey
1998).

Kelainan endokrin

Apa yang tampak kadang merupakan perubahan yang relatif tidak penting sebagai faktor penyebab,
sudut pandang modern dengan keragaman opini klinis di masa lalu. Suatu kejadian kadang terjadi,
gejalanya ditemukan berhubungan dengan diametes mellitus yang tidak terdiagnosis. Perawatan
keadaan klinis memberikan hasil yang tetap saat BMS telah sembuh seluruhnya.

Xerostomia

Xerostomia yang kadang berhubungan dengan BMS, memiliki beberapa penyebab seperti yang telah
dijelaskan dalam bab ini. Salah satu penyebab yang harus disoroti di sini yaitu xerostomia yang
disebabkan oleh obat-obatan. Penelitian terbaru telah menunjukkan bukti hubungan antara BMS Tipe 2
dan berkurangnya fungsi kelenjar parotis, serta penggunaan medikasi anti-depresan dapat mengurangi
aliran saliva (Lamey dkk 2001).

Harus dikenali bahwa keadaan mulut kering dapat menekankan gejala yang disebabkan oleh penyebab
iritasi lokal apa pun. Hal tersebut merupakan contoh sifat BMS multifaktorial.

Hipersensitivitas

Hipersensitivitas yang sebenarnya terhadap kandungan polimer basis gigitiruan sangatlah jarang, dan
biasanya menyebabkan gejala lokal seperti rasa terbakar atau gatal. Pada suatu keadaan, di mana
terdapat gejala sistemik seperti mual, pusing, dan lemah, pasien terlihat bereaksi terhadap bahan
celupan yang digunakan untuk mewarnai polimer. Gigitiruan yang terbuat dari polimer bening terbukti
berhasil (Barclay dkk 1999).

Pada penelitian pasien Tipe 3, menghindari diet zat aditif makanan seperti asam benzoat, propilen
glikol, dan produk kayu manis menyebabkan jumlah pasien asimtomatik yang signifikan. Menariknya,
pasien yang tidak sembuh tersebut memiliki tingkat kesakitan psikiatrik yang tinggi (Lamey dkk 1994).

Penyakit Parkinson

Telah dilaporkan bahwa prevalensi BMS sebesar 24% pada orang-orang yang menderita penyakit
Parkinson; hal tersebut lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditemukan pada survey
populasi umum (Clifford dkk 1998).

Penyebab psikogenik

Kelainan yang umum terjadi dan berhubungan dengan BMS, yaitu rasa cemas, depresi, kankerofobia,
dan hipokondriasis. Aktivitas parafungsional yang berhubungan dengan BMS seperti bruksisme dan
37

kelainan pergerakan lidah yang berlebihan, mampu menyebabkan iritasi mukosa. Salah satu penelitian
menunjukkan bahwa kebiasaan parafungsional tampak pada pasien dengan BMS (Paterson dkk 1995).

Penatalaksanaan

Dihadapkan dengan faktor penyebab dengan jumlah yang banyak, dapat dikenali bahwa proses
diagnosis dan perawatan biasanya merupakan urusan yang membutuhkan waktu. Hal tersebut melebihi
cakupan buku ini untuk membahas penatalaksanaan secara terperinci, namun beberapa poin harus
dilakukan bahwa penetapan diagnosis membutuhkan pendekatan yang sangat teliti dan sistematis untuk
mendapatkan riwayat pasien dan pemeriksaan, kemudian biasanya melibatkan kebutuhan rangkaian uji
khusus. Dengan mengikuti petunjuk berikut dapat melibatkan penetapan klinis multi-disipliner dengan
baik untuk memenuhi tujuan tersebut, seperti pelayanan dokter gigi, dokter umum, ahli dermatologi,
ahli psikiatri, bersama-sama dengan bantuan teknis ahli, kadang diperlukan.

Penilaian awal (riwayat/pemeriksaan/uji khusus).

Diagnosis sementara.

Perawatan awal (misalnya, menghilangkan iritan lokal, pemeriksaan, dan perawatan defisiensi
hematinik).

Penilaian perawatan awal.

Diagnosis tetap.

Perawatan tetap (perbaikan lokal/sistemik/terapi psikologis).

Follow-up.

Berhubungan dengan hasil perawatan, analisis beragam penelitian menunjukkan bahwa sekitar dua
pertiga pasien BMS mengalami kesembuhan atau peningkatan pada tahap bahwa rasa terbakar bukan
lagi menjadi masalah yang memberatkan. Tersisa kelompok pasien dengan tingkat pengetahuan terkini
dapat memberikan manfaat yang relatif kecil. Beberapa pasien pada kelompok kecil ini tetap bertahan
sepenuhnya terhadap perawatan BMS. Namun, harus diingat bahwa, bahkan pada kasus BMS yang
sulit disembuhkan bukanlah merupakan vonis seumur hidup sebagai kesembuhan yang spontan di mana
dapat terjadi dengan cepat tanpa adanya alasan apapun.

Gangguan Pengucapan

Adanya gigitiruan penuh dapat mengubah cara pengucapan dengan mempengaruhi artikulasi dan
mengubah derajat resonansi rongga mulut (Selfert dkk 1999). Sejumlah bunyi diartikulasikan melalui
kontak lidah terhadap palatum dan gigi. Perubahan cara pengucapan yang dapat terdengar dengan jelas
ketika gigitiruan diinsersikan pertama kali biasanya akan menghilang secara keseluruhan dalam
beberapa tahun. Namun, jika perubahan pada permukaan kontak membutuhkan perubahan sikap lidah
yang melebihi kemampuan adaptif individual pasien, akan terjadi kelainan cara pengucapan. Harus
38

diingat bahwa lidah pasien yang menggunakan gigitiruan penuh memiliki fungsi ganda – untuk
berperan dalam artikulasi pengucapan dan mengontrol gigitiruan. Jika gigitiruan loggar, kebutuhan
fungsi lidah ini akan sangat besar karena terdapat penurunan umum kualitas pengucapan. Seperti yang
dijelaskan pada halaman 273, mulut kering kemungkinan dapat menyebabkan kelonggaran gigitiruan
dan juga memberikan efek pengucapan akibat hilangnya pelumas permukaan mukosa rongga mulut.

Berikut ini merupakan hubungan yang sangat penting pada hasil pengucapan yang jernih.

Ujung lidah terhadap palatum.

Kontak antara ujung lidah dan palatum dibutuhkan untuk menghasilkan /s/, /z/, /t/, /d/, dan /n/.
Akibatnya, perubahan bentuk atau ketebalan permukaan kontak gigitiruan yang dihasilkan oleh
penyesuaian gigitiruan baru akan membutuhkan perubahan sikap lidah untuk menghasilkan suara yang
sama seperti sebelumnya. Pada sebagian besar kasus yang sangat banyak, kebutuhan modifikasi terjadi
tanpa adanya kesulitan pada periode waktu yang relatif pendek.

Suara yang paling umum terpengaruh dengan kontak ini yaitu /s/, suara yang umumnya dihasilkan
dengan ujung lidah berada pada bagian belakang gigi anterior atas. Saluran sempit yang berada pada
bagian tengah palatum dapat menyebabkan desisan udara (Gbr. 16.15). Jika bagian palatum terlalu
tebal pada titik ini, atau jika gigi insisivus terletak terlalu ke arah palatal, suara /s/ dapat menjadi /th/.
Jika gigitiruan dibentuk sedemikian rupa sehingga lidah sulit untuk beradaptasi dengan rapat terhadap
palatum, saluran yang cukup sempit untuk menghasilkan suara /s/ tidak akan menghasilkan suara /s/
melainkan siulan atau suara /sh/. Hal ini kemungkinan merupakan akibat dari penebalan bagian yang
berlebihan pada bagian lateral regio gigi kaninus (Gbr. 16.16).

Gbr. 16.15. Posisi lidah untuk menghasilkan suara /th/, /s/, dan /sh/.
39

Gbr. 16.16. (i) Permukaan kilap gigitiruan bagian palatal terhadap UR3 dan UL3 memiliki bentuk yang tepat sehingga lidah
dapat membentuk saluran yang sempit pada midline untuk menghasilkan suara /s/. (ii) Penebalan yang berlebihan pada
bagian palatum sebelah lateral mencegah kerapatan adaptasi lidah terhadap palatum sehingga suara /s/ menjadi /sh/.

Bibir bawah terhadap tepi insisal gigi anterior atas

Bibir bawah berkontak dengan tepi insisal gigi anterior atas ketika menghasilkan suara /f/ dan /v/. Jika
posisi gigi pada gigitiruan pengganti berubah secara drastis dibandingkan dengan gigitiruan lama,
terdapat kemungkinan terjadinya gangguan dalam pengucapan.

Tepi lateral lidah terhadap gigi posterior.

Kontak antara tepi lateral lidah terhadap gigi posterior diperlukan untuk menghasilkan konsonan bahasa
Inggris /th/, /t/, /d/, /n/, /s/, /z/, /sh/, /zh/ (seperti pada measure), /ch/, /j/, dan /r/ (seperti pada red).
Udara diarahkan langsung ke depan melalui dorsum lidah dan dapat dimodifikasi dengan pergerakan
lidah terhadap gigi atau slope anterior palatum untuk menghasilkan suara akhir. Jika kontak hanya
dapat dicapai dengan kesulitan, pergerakan ujung lidah dapat terhambat dengan akibat terganggunya
pengucapan. Kesulitan ini timbul jika permukaan kontak posterior terlalu jauh dari posisi istirahat lidah
sebagai akibat bidang oklusal yang terlalu tinggi, dimensi vertikal oklusal terlalu besar atau gigi
posterior berada terlalu ke arah bukal. Pada kasus ekstrim, tidak mungkin bagi lidah untuk
menghasilkan penutupan lateral penuh sehingga berkembang sigmatisme lateral.

Hubungan mandibula terhadap maksila.

Mandibula bergerak mendekati maksila selama pengucapan suara /s/, /z/, /ch/, dan /j/. Normalnya, pada
saat tersebut, akan terbentuk ruang kecil di antara permukaan oklusal gigi. Namun, jika dimensi
vertikal oklusal gigitiruan terlalu besar, gigi dapat berkontak sehingga pasien mengeluhkan bahwa gigi
memiliki bunyi yang berisik.

You might also like