Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Asfiksia neonatal merupakan salah satu penyebab kematian bayi baru lahir
terbesar di dunia. Selain itu asfiksia juga dapat menyebabkan kecacatan dan
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai
(WHO), asfiksia adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah
Insiden asfiksia neonatal terjadi sebanyak 3-5 bayi dalam 1000 kelahiran.
Laporan dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sejak tahun
2000-2003 asfiksia menempati urutan ke-6, yaitu sebanyak 8%, sebagai penyebab
kematian anak diseluruh dunia setelah pneumonia, malaria, sepsis neonatorum dan
asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas jangka panjang seperti cerebral palsy,
retardasi mental dan gangguan belajar. Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun
abnormal, kecelakaan intrapartum, dan fetal distress dapat menyebabkan asfiksia pada
negara-negara berkembang. Gangguan metabolik dan hipertensi pada ibu juga dapat
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah
saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis (IDAI, 2008).
secara spontan dan teratur segera setelah lahir yang ditandai dengan asidosis
metabolic pada arteri umbilical dengan pH kurang dari 7.00, APGAR skor antara 0-3
selama lebih dari 5 menit, sekuel dari kejang neonatorum, koma atau hipotonia
2.2 Epidemiologi
Insiden asfiksia neonatal terjadi sebanyak 3-5 bayi dalam 1000 kelahiran.
Laporan dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sejak tahun
2000-2003 asfiksia menempati urutan ke-6, yaitu sebanyak 8%, sebagai penyebab
kematian anak diseluruh dunia setelah pneumonia, malaria, sepsis neonatorum dan
asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas jangka panjang seperti cerebral palsy,
retardasi mental dan gangguan belajar. Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun
Etiologi dari asfiksia sangat berkaitan dengan kondisi ibu baik saat
antepartum, intrapartum maupun post partum. Ibu dengan gangguan metabolic saat
2
kehamilan misalnya anemia, gangguan hepar dan ginjal, hipertensi dan diabetes
mellitus memiliki resiko terjadi asfiksia yang lebih tinggi daripada ibu tanpa
gangguan metabolik. Studi lain menyebutkan bahwa kelahiran premature dan bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram dapat meningkatkan terjadinya resiko
asfiksia sebesar 2,8 kali dibandingkan dengan kelahiran cukup bulan. Hal tersebut
terjadi akibat adanya hubungan dengan kondisi organ-organ yang belum matang pada
seperti korioamnionitis, oligohidramnion, KPP > 12 jam, dan partus lama juga
2.4 Patofisiologi
Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan
untuk mengeluarkan karbondioksida. Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin
dalam keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah. Hampir
seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi pembuluh
3
darah janin, sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah
Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber
utama oksigen. Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru, dan
alveoli akan berisi udara. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen
Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan tahanan pada
sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan udara
dan peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru akan mengalami
sistemik sehingga aliran darah paru meningkat sedangkan aliran pada duktus
arteriosus menurun. Oksigen yang diabsorbsi di alveoli oleh pembuluh darah di vena
pulmonalis dan darah yang banyak mengandung oksigen kembali ke bagian jantung
kiri, kemudian dipompakan ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Pada kebanyakan
darah paru. Pada saat kadar oksigen meningkat dan pembuluh paru mengalami
relaksasi, duktus arteriosus mulai menyempit. Darah yang sebelumnya melalui duktus
Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan menggunakan
paru-parunya untuk mendapatkan oksigen. Tangisan pertama dan tarikan napas yang
dalam akan mendorong cairan dari jalan napasnya. Oksigen dan pengembangan paru
merupakan rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat oksigen masuk
4
adekuat dalam pembuluh darah, warna kulit bayi akan berubah dari abu-abu/biru
Bayi dapat mengalami kesulitan sebelum lahir, selama persalinan atau setelah
lahir. Kesulitan yang terjadi dalam kandungan, baik sebelum atau selama persalinan,
biasanya akan menimbulkan gangguan pada aliran darah di plasenta atau tali pusat.
Tanda klinis awal dapat berupa deselerasi frekuensi jantung janin. Masalah yang
dihadapi setelah persalinan lebih banyak berkaitan dengan jalan nafas dan atau paru-
paru, misalnya sulit menyingkirkan cairan atau benda asing seperti mekonium dari
penurunan aliran darah ke paru-paru dan pasokan oksigen ke jaringan. Pada beberapa
kasus, arteriol di paru-paru gagal untuk berelaksasi walaupun paru-paru sudah terisi
Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke dalam paru-
parunya yang mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan insterstitial
arteriol berelaksasi. Jika keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan
tetapkontriksi, alveoli tetap terisi cairan dan pembuluh darah arteri sistemik tidak
5
Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol pada
organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan
vital. Walaupun demikian jika kekurangan oksigen berlangsung terus maka terjadi
tekanan darah yang mengakibatkan aliran darah ke seluruh organ akan berkurang.
Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan, akan
menimbulkan kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan organ tubuh lain,
tanda-tanda klinis seperti tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot
dan organ lain; depresi pernapasan karena otak kekurangan oksigen; bradikardia
(penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot jantung atau sel
otak; tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan
darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama
paru; dan sianosis karena kekurangan oksigen di dalam darah (Helmy, 2014).
2.4.4 Mekanisme yang terjadi pada bayi baru lahir mengalami gangguan di
yang berhenti ketika bayi baru lahir kekurangan oksigen. Setelah periode awal
pernapasan yang cepat maka periode selanjutnya disebut apnu primer (gambar 1).
6
berlangsung, bayi akan melakukan beberapa usaha bernapas megap-megap dan
kemudian terjadi apnu sekunder, rangsangan saja tidak akan menimbulkan kembali
usaha pernapasan bayi baru lahir. Bantuan pernapasan harus diberikan untuk
Frekuensi jantung mulai menurun pada saat bayi mengalami apnu primer.
Tekanan darah akan tetap bertahan sampai dimulainya apnu sekunder sebagaimana
diperlihatkan dalam gambar di bawah ini (kecuali jika terjadi kehilangan darah pada
saat memasuki periode hipotensi). Bayi dapat berada pada fase antara apnu primer
dan apnu dan seringkali keadaan yang membahayakan ini dimulai sebelum atau
selama persalinan. Akibatnya saat lahir, sulit untuk menilai berapa lama bayi telah
antara apnu primer dan sekunder, namun respon pernapasan yang ditunjukkan akan
dapat memperkirakan kapan mulai terjadi keadaan yang membahayakan itu (Helmy,
2014).
Sumber: American Academy of Pediatrics dan American Heart Association. Buku panduan resusitasi
Jika bayi menunjukkan tanda pernapasan segera setelah dirangsang, itu adalah
apnu primer. Jika tidak menunjukkan perbaikan apa-apa, ia dalam keadaan apnu
sekunder. Sebagai gambaran umum, semakin lama seorang bayi dalam keadaan apnu
sekunder, semakin lama pula dia bereaksi untuk dapat memulai pernapasan. Walau
7
demikian, segera setelah ventilasi yang adekuat, hampir sebagian besar bayi baru lahir
akan memperlihatkan gambaran reaksi yang sangat cepat dalam hal peningkatan
Jika setelah pemberian ventilasi tekanan positif yang adekuat, ternyata tidak
membahayakan ini seperti gangguan fungsi miokardium dan tekanan darah, telah
jatuh pada keadaan kritis. Pada keadaan seperti ini, pemberian kompresi dada dan
tanda klinis pada janin atau bayi berikut ini (Depkes RI, 2007) :
a. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
c. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan organ lain
j. Pucat
8
2.6 Diagnosis
Diagnosis dari asfiksia dapat ditegakkan dari anamnesis yang lengkap serta
Kesehatan Maternal dan Neonatal (2009) pengkajian pada asfiksia neonatorum untuk
1. Pernafasan
auskultasi bila perlu lalu kaji pola pernafasan abnormal, seperti pergerakan
pernafasannya adekuat (frekuensi baik dan teratur), tidak adekuat (lambat dan
2. Denyut jantung
denyutan umbilicus. Klasifikasikan menjadi >100 atau <100 kali per menit.
Angka ini merupakan titik batas yang mengindikasikan ada atau tidaknya
3. Warna
Kaji bibir dan lidah yang dapat berwarna biru atau merah muda. Sianosis
perifer (akrosianosis) merupakan hal yang normal pada beberapa jam pertama
bahkan hari. Bayi pucat mungkin mengalami syok atau anemia berat.
depresi SSP pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia kecuali jika
9
2.6.1 Anamnesis
neonatorum.
1. APGAR Score
sesudah bayi lahir. Akan tetapi, penilaian bayi harus dimulai segera
penilaian pernafasan, denyut jantung atau warna bayi, maka penilaian ini
nilai Apgar perlu dinilai pada 1 menit dan 5 menit. Apabila nilai Apgar
kurang dari 7 penilaian nilai tambahan masih diperlukan yaitu tiap 5 menit
sampai 20 menit atau sampai dua kali penilaian menunjukkan nilai 8 dan
lebih. Dikatakan asfiksia ringan jika nilai APGAR 7-10, asfiksia sedang 16
jika nilai APGAR 4-6, dan asfiksia berat jika didapatkan APGAR 0-3.
Tabel 1. Skor Apgar
Skor 0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Usaha pernafasan Tidak ada Tidak teratur, lambat Teratur,
menangis
Tonus otot Lemah Beberapa tungkai Semua tungkai
fleksi fleksi
Iritabilitas reflex Tidak ada Menyeringai Batuk/menangis
Warna kulit Pucat Biru Merah muda
sesudah bayi lahir. Akan tetapi, penilaian bayi harus dimulai segera
2. Bayi tidak bernafas atau menangis
6. BBLR
3. PaCO2 > 55 mm H2
4. pH < 7,30
Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan penunjang
5. Ureum kreatinin
9. Pemeriksaan EEG
11. Laktat
11
2.7 Penatalaksanaan
Sebagian besar bayi baru lahir tidak membutuhkan intervensi dalam mengatasi
derajat resusitasi.
penting dalam kesuksesan resusitasi neonatus. Pada setiap kelahiran harus ada
setidaknya satu orang yang bertanggung jawab pada bayi baru lahir. Orang tersebut
harus mampu untuk memulai resusitasi, termasuk pemberian ventilasi tekanan positif
dan kompresi dada. Orang ini atau orang lain yang datang harus memiliki kemampuan
risiko, sebelum bayi lahir diidentifikasi bahwa akan membutuhkan resusitasi maka
Bayi prematur memiliki paru imatur yang kemungkinan lebih sulit diventilasi dan
pembuluh darah imatur dalam otak yang mudah mengalami perdarahan Selain itu,
bayi prematur memiliki volume darah sedikit yang meningkatkan risiko syok
hipovolemik dan kulit tipis serta area permukaan tubuh yang luas sehingga
informed consent. Definisi informed consent adalah persetujuan tertulis dari penderita
atau orangtua/wali nya tentang suatu tindakan medis setelah mendapatkan penjelasan
dari petugas kesehatan yang berwenang. Tindakan resusitasi dasar pada bayi dengan
12
depresi pernapasan adalah tindakan gawat darurat. Dalam hal gawat darurat mungkin
informed consent dapat ditunda setelah tindakan. Setelah kondisi bayi stabil namun
baik lagi apabila informed consent dimintakan sebelumnya apabila diperkirakan akan
memerlukan tindakan
Semua peralatan yang diperlukan untuk tindakan resusitasi harus tersedia di dalam
kamar bersalin dan dipastikan dapat berfungsi baik. Pada saat bayi memerlukan
resusitasi maka peralatan harus siap digunakan. Peralatan yang diperlukan pada
1. Perlengkapan penghisap
Kateter penghisap
Pipa lambung
Balon resusitasi neonatus yang dapat memberikan oksigen 90% sampai 100%,
Sungkup ukuran bayi cukup bulan dan bayi kurang bulan (dianjurkan yang
Sumber oksigen dengan pengatur aliran (ukuran sampai 10 L/m) dan tabung.
3. Peralatan intubasi
Laringoskop
Selang endotrakeal (endotracheal tube) dan stilet (bila tersedia) yang cocok
13
4. Obat-obatan
Kateter umbilikal
5. Lain-lain
bersalin)
Oropharyngeal airways
Selang orogastrik
Blender oksigen
Oksimeter
dapat ditutup
Alas pemanas
ruang perawatan
14
2.5.3 Resusitasi neonatus
Bila semua jawaban ”ya” maka bayi dapat langsung dimasukkan dalam
prosedur perawatan rutin dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi dikeringkan,
diletakkan di dada ibunya dan diselimuti dengan kain linen kering untuk menjaga
suhu. Bila terdapat jawaban ”tidak” dari salah satu pertanyaan di atas maka bayi
memerlukan satu atau beberapa tindakan resusitasi berikut ini secara berurutan:
a. memberikan kehangatan
bayi dibawah pemancar panas pada bayi kurang bulan dan BBLR
menghidu agar posisi farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus
yang akan mempermudah masuknya udara. Posisi ini adalah posisi terbaik
15
untuk melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup dan/atau untuk
Cara yang tepat untuk membersihkan jalan napas adalah bergantung pada
dalam cairan amnion dan bayi tidak bugar (bayi mengalami depresi
Bila terdapat mekoneum dalam cairan amnion namun bayi tampak bugar,
pembersihan sekret dari jalan napas dilakukan seperti pada bayi tanpa
mekoneum.
yang benar
16
memulai pernapasan. Bila setelah posisi yang benar, penghisapan sekret
berada dalam apnu primer akan bereaksi pada hampir semua rangsangan,
3. Kompresi dada
frekuensi jantung dan warna kulit). Waktu untuk setiap langkah adalah sekitar
17
18
19
BAB III
LAPORAN KASUS
• Umur : 0 hari
• Umur : 38 thn
• Pendidikan : SMA
• Umur : 36 thn
• Pendidikan : SMA
• Agama : Islam
• Suku : Jawa
• Bangsa : Indonesia
• Alamat : Mojoagung
• Register : 27-25-96
20
2.2 Anamnesis
• Hamil kedua (G2 P1001), UK 33/34 mgg + THIU + kala 1 fase aktif + R/KPP
> 12 jam
• Selama kehamilan ibu rajin kontrol ke bidan trimester 1 (kontrol 3x obat yang
diterima vit dan Fe) trimester kedua (kontrol 3x obat yang diterima vit dan Fe)
Proses Persalinan di PONEK RSUD Jombang, bayi lahir hari senin tanggal 27
Bayi lahir dengan Spt B premature di Ponek tidak langsung menangis, usaha
bernafas lambat, ekstremitas sedikit flexi, gerakan sendi, warna kulit merah
Bayi dikirim ke anggrek karena bayi tidak langsung bernafas spontan atau
menangis
KU: Bayi lahir tidak langsung menangis gagal napas secara spontan dan teratur
• HR : 150 x/mnt
• RR : 60x /mnt
21
• Suhu : 36.9 C
DOWN SCORE 4
Antropometri
• BBL : 1780 g
• Panjang badan : 44 cm
• Lingkar kepala : 30 cm
• Lingkar dada : 28 cm
• Lingkar abdomen : 27 cm
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Sistem Neurologis
Aktivitas : lemah
Pergerakan : lemah
22
Tonus : hipotonus
Menangis : lemah
Fontanella : datar
Sutura : terpisah
Kejang : (-)
Sistem Pernafasan
Sistem Cardiovaskular
• Murmur : tidak
Sistem Gastrointestinal
23
Anus : ada
• Mata dan telinga : lengkung terbentuk baik lunak tetapi recoil cepat
24
15 + 15 = 30 UK : 36 minggu
Resume
• Asfiksi neonatorum
• BBLR
2.6 Diagnosis
BCB-SMK-Asfiksi neonatorum-BBLR
2.7 Planning
Thermoregulasi
Perawatan BBL
Ca glukonas 9cc
25
Inj Ampisilin 2x 125 mg
Puasa
2.7.2 Monitoring
Nutrisi
Peningkatan BB
26
Perkembangan Harian
28-5-2015 29-5-2015
S Bayi baru lahir Spt B BBLR sisa BAB (-), BAK (+), sesak (+)
ketuban Jernih , sesak (+), berkurang ,Hipersalivasi (-)
grunting (+), Hipersalivasi (-), grunting (+) berkurang
BAB (-), BAK (+)
O KU : lemah BB:1750gr KU : lemah BB:1770gr
HR : 140x/mnt RR : 46x/mnt HR : 130x/mnt RR : 40x/mnt
t:36’C t:36,7C
K/L : A/I/C/D -/-/-/+ PCH (+) K/L : A/I/C/D -/-/-/- PCH (-)
Thorax : simetris/retraksi : +/+ Thorax : simetris/retraksi : -/-
Pulmo : wh -/- rh -/- Pulmo : wh -/- rh -/-
Cor : S1S2 tunggal Cor : S1S2 tunggal
Abdomen : Soefl, BU (+) N, Abdomen : Soefl BU (+) N,
meteorismus (-) meteorismus (-)
Ekstremitas : akral hangat Ekstremitas : akral hangat
27
30-5-2015 31-5-2015
S sesak (+) berkurang, BAB (+), sesak (-), BAB (-), BAK (+)
BAK (+) menangis (+) menangis (+)
O KU : cukup BB:1725gr KU : cukup BB:1705gr
HR : 140x/mnt RR : 37x/mnt HR : 136x/mnt RR : 37x/mnt
t:36C t:36,3C
K/L : A/I/C/D -/-/-/- PCH (-) K/L : A/I/C/D -/-/-/- PCH (-)
Thorax : simetris/retraksi : -/- Thorax : simetris/retraksi : -/-
Pulmo : wh -/- rh -/- Pulmo : wh -/- rh -/-
Cor : S1S2 tunggal Cor : S1S2 tunggal
Abdomen : Soefl, BU (+) N, Abdomen : Soefl BU (+) N,
meteorismus (-) meteorismus (-)
Ekstremitas : akral hangat Ekstremitas : akral hangat
A BCB-SMK-Asfiksi neonatorum- BCB-SMK-Asfiksi neonatorum-
BBLR BBLR
P Thermoregulasi Thermoregulasi
O2 nasal 0,5 lpm O2 nasal 0,5 lpm
Perawatan BBL Perawatan BBL
Infus D10 195 cc/24jam Infus D10 170cc/24jam
Ca glukonas 9cc Ca glukonas 9cc
Inj Ampisilin 2x 125 mg Inj Ampisilin 2x 125 mg
Inj.Aminophilin 3x0,5cc Inj.Aminophilin 3x0,5cc
ASI 12x3cc ASI 12x5cc
28
DAFTAR PUSTAKA
Pitsawong, C., & Panichkul, P. (2011). Risk Factor Associated with Birth Asphyxia in
165-171.
Lawn JE, Cousens S, Zupan J: Lancet Neonatal Survival Steering Team. 4 million
neonatal deaths: When? Where? Why? Lancet 2005; 365 (9462):891 –900.
Lee, et.al. Risk Factors for Neonatal Mortality Due to Birth Asphyxia in Southern
World Health Organization. The World Health Report 2005: make every mother and
health/publications/newborn_resus_citation/index.html.
29
Gynaecologists. Care of the neonate. Guidelines for perinatal care. Gilstrap LC, Oh
196-7.
BaseandGlucose.2008.Diunduhdari
http://www.nichd.nih.gov/publications/pubs/acute/acute.cfm
G, Vince JD, Friesen H. Perinatal asphyxia at Port Moresby General Hospital:a study
30