Professional Documents
Culture Documents
Penyebab Aborsi
Penyebab abortus spontan bervariasi meliputi infeksi, faktor hormonal, kelainan bentuk
rahim,faktor imunologi (kekebalan tubuh), dan penyakit dari ibu. Penyebab abortus pada
umumnya terbagi atas faktor janin dan faktor ibu :
a. Faktor Janin
Pada umumnya abortus spontan yang terjadi karena faktor janin disebabkan karena
terdapatnyakelainan pada perkembangan janin [seperti kelainan kromosom (genetik)], gangguan
pada ari-ari maupun kecelakaan pada janin. Frekuensi terjadinya kelainan kromosom (genetik)
pada triwulanpertama berkisar sebesar 60%.
b. Faktor Ibu
Beberapa hal yang berkaitan dengan faktor ibu yang dapat menyebabkan abortus spontan
adalahfaktor genetik orangtua yang berperan sebagai carrier (pembawa) di dalam kelainan
genetik;infeksi pada kehamilan seperti herpes simpleks virus, cytomegalovirus, sifilis,
gonorrhea;kelainan hormonal seperti hipertiroid, kencing manis yang tidak terkontrol; kelainan
jantung;kelainan bawaan dari rahim, seperti rahimbikornu(rahim yang bertanduk), rahim yang
bersepta(memiliki selaput pembatas di dalamnya) maupun parut rahim akibat riwayat kuret atau
operasirahim sebelumnya.Miomapada rahim juga berkaitan dengan angka kejadian aborsi
spontan. Selain itu, ada beberapa diantara orang tua yang tidak menginginkan kehadiran janin
tersebut dengan alasan yang bervariasi.
4. Histerotomy
Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika cairan kimia yang
digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan rahim.
Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan dalam
keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan siapa yang
membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada
kemungkinan terjadi perobekan rahim.
7. Pil RU 486
Masyarakat menamakannya “Pil Aborsi Perancis”. Teknik ini menggunakan 2 hormon sintetik
yaitu mifepristone dan misoprostol untuk secara kimiawi menginduksi kehamilan usia 5-9
minggu. Di Amerika Serikat, prosedur ini dijalani dengan pengawasan ketat dari klinik aborsi
yang mengharuskan kunjungan sedikitnya 3 kali ke klinik tersebut. Pada kunjungan pertama,
wanita hamil tersebut diperiksa dengan seksama. Jika tidak ditemukan kontra-indikasi (seperti
perokok berat, penyakit asma, darah tinggi, kegemukan, dll) yang malah dapat mengakibatkan
kematian pada wanita hamil itu, maka ia diberikan pil RU 486.
Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon progesteron yang berfungsi vital untuk menjaga
jalur nutrisi ke plasenta tetap lancar. Karena pemblokiran ini, maka janin tidak mendapatkan
makanannya lagi dan menjadi kelaparan. Pada kunjungan kedua, yaitu 36-48 jam setelah
kunjungan pertama, wanita hamil ini diberikan suntikan hormon prostaglandin, biasanya
misoprostol, yang mengakibatkan terjadinya kontraksi rahim dan membuat janin terlepas dari
rahim. Kebanyakan wanita mengeluarkan isi rahimnya itu dalam 4 jam saat menunggu di klinik,
tetapi 30% dari mereka mengalami hal ini di rumah, di tempat kerja, di kendaraan umum, atau di
tempat-tempat lainnya, ada juga yang perlu menunggu hingga 5 hari kemudian. Kunjungan
ketiga dilakukan kira-kira 2 minggu setelah pengguguran kandungan, untuk mengetahui apakah
aborsi telah berlangsung. Jika belum, maka operasi perlu dilakukan (5-10 persen dari seluruh
kasus). Ada beberapa kasus serius dari penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak terjadi
hingga 44 hari kemudian, pendarahan hebat, pusing-pusing, muntah-muntah, rasa sakit hingga
kematian. Sedikitnya seorang wanita Perancis meninggal sedangkan beberapa lainnya
mengalami serangan jantung.
Trophoblastoid tidak saja berfungsi sebagai ’sistim penyanggah hidup’ untuk janin yang sedang
berkembang, mengambil oksigen dan nutrisi dari darah calon ibu serta membuang
karbondioksida dan produk-produk buangan lainnya, tetapi juga memproduksi hormon hCG
(human chorionic gonadotropin), yang memberikan tanda pada corpus luteum untuk terus
memproduksi hormon progesteron yang berguna untuk mencegah gagal rahim dan keguguran.
MTX menghancurkan integrasi dari lingkungan yang menopang, melindungi dan menyuburkan
pertumbuhan janin, dan karena kekurangan nutrisi, maka janin menjadi mati. 3-7 hari kemudian,
tablet misoprostol dimasukkan ke dalam kelamin wanita hamil itu untuk memicu terlepasnya
janin dari rahim. Terkadang, hal ini terjadi beberapa jam setelah masuknya misoprostol, tetapi
sering juga terjadi perlunya penambahan dosis misoprostol. Hal ini membuat cara aborsi dengan
menggunakan suntikan MTX dapat berlangsung berminggu-minggu. Si wanita hamil itu akan
mendapatkan pendarahan selama berminggu-minggu (42 hari dalam sebuah studi kasus),
bahkan terjadi pendarahan hebat. Sedangkan janin dapat gugur kapan saja – di rumah, di dalam
bis umum, di tempat kerja, di supermarket, dsb.
Wanita yang kedapatan masih mengandung pada kunjungan ke klinik aborsi selanjutnya, mau
tak mau harus menjalani operasi untuk mengeluarkan janin itu. Bahkan dokter-dokter yang
bekerja di klinik aborsi seringkali enggan untuk memberikan suntikan MTX karena MTX
sebenarnya adalah racun dan efek samping yang terjadi terkadang tak dapat diprediksi. Efek
samping yang tercatat dalam studi kasus adalah sakit kepala, rasa sakit, diare, penglihatan yang
menjadi kabur, dan yang lebih serius adalah depresi sumsum tulang belakang, kekuragan
darah, kerusakan fungsi hati, dan sakit paru-paru.
Dalam bungkus MTX, pabrik pembuat menuliskan peringatan keras bahwa MTX memang
berguna untuk pengobatan kanker, beberapa kasus artritis dan psoriasis, “kematian pernah
dilaporkan pada orang yang menggunakan MTX”, dan pabrik itu menyarankan agar hanya para
dokter yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan tentang terapi antimetabolik saja yang
boleh menggunakan MTX. Meski para dokter aborsi yang menggunakan MTX menepis efek-efek
samping MTX dan mengatakan MTX dosis rendah baik untuk digunakan dalam proses aborsi,
dokter-dokter aborsi lainnya tidak setuju, karena pada paket injeksi yang digunakan untuk aborsi
juga tertera peringatan bahaya racun walau MTX digunakan dalam dosis rendah
Menurut ilmu kesehatan aborsi ini merupakan suatu hal yang membuat dilema bagi para tenaga
medis untuk melakukannya. Karena, baik secara agama maupun secara hukum nasional dan
norma masyarakat aborsi ini tidak boleh dilakukan karena hal ini sama saja dengan
pembunuhan. Namun, disisi lain medis juga perlu melakukan tindakan ini dengan alasan kuat
yakni untuk menyelamatkan jiwa sang ibu. Maka dari itu, jika tidak ada jalan lain untuk
menyelamatkan jiwa ibu, aborsi pun merupakan suatu kewajiban untuk dilakukan.
Dalam praktiknya, tenaga medis pun khususnya perawat tetap harus memperhatikan kode etik
dalam menjalakan suatu tindakan yang dilakukannya. Dan harus tetap menjaga prinsip prinsip
legal dan etis pada pengambilan keputusan dalam konteks keperawatan. Kode etis keperawatan
yang dimaksud yaitu:
1. Accountability
Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap segala tindakan yangdilakukan.
Pada kasus semua kasus, perawat bertanggung jawab atas mulai dari prosespengkajian,
membuat diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan hingga segala informasi mengenai
asuhan
keperawatan yang di lakukan, baik sebelum, saatdan pascaintervensi yaitu evaluasi.
Tanggung jawab mengacu pada pelaksanaan tugas yang dikaitkan dengan peran tertentu
perawat. sebagai contoh, ketika memberikan medikasi,perawat bertanggung jawab dalam
mengkaji kebutuhan klien terhadap obat-obatan,memberikannya dengan benar dan dalam dosis
yang aman serta mengevaluasi responnya.seseorang perawat yang bertindak secara
bertanggung jawab akan meningkatkan rasapercaya klien.
Seorang perawat yang bertanggung jawab akan tetap kompeten dalampengetahuan dan
kemampuan, serta menunjukkan keinginan untuk bertindak menurutpanduan etik profesi.
Tanggung gugat artinya dapat memberikan alasan atas tindakannya.seorang
perawatbertanggung gugat atas dirinya sendiri, klien, profesi, atasan, dan masyarakat.jika
dosismedikasi salah di berikan, perawat bertanggung gugat pada klien yang menerima medikasi
tersebut.
Untuk melakukan tanggung gugat, perawat harus bertindak menurutkode etik professional. Jika
suatu kesalahan terjadi, perawat melaporkannya dan memulaiperawatan untuk mencegah trauma
lebih lanjut. Tanggung jawab memicu evaluasiefektivitas perawat dalam praktik.
Tanggung gugat professional memiliki tujuan sebagai berikut:
• Untuk mengevaluasi praktisi professional baru dan mengkaji ulang yang telah ada
• Untuk mempertahankan standar perawatan kesehatan
• Untuk memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, dan pertumbuhan pribadi pada pihak
professional perawatan kesehatan
•Untuk memberikan dasar pengambilan keputusan etis
2. Confidentiality
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan
sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan induvidu secara
holistik
Setiap individu harus memiliki kebebasan untuk memilih rencana mereka sendiri. Sebagai contoh,
perawat memberikan inform consen tentang asuhan yang akan diberikan, tujuan , manfaat dan
prosedur tindakan. Sehingga, perawat semestinya tidak marah saat keluarga menanyakan status
kesehatan klien, karena itu merupakan kebebasan keluarga untuk mengetahui semua tindakan
yang akan dilakukan.
Inform consent dilakukan saat pengkajian, sebelum pengobatan, saat akan di obati dansetelah
pengobatan.Penting bagi perawat juga untuk memberikan health education dalam mendukung
prosespenyembuhan klien.
4. Beneficience( do good)
Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi kliennya.
Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan.
Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resikomembahayakan, dan bahaya yang
tidak disengaja.
Kewajiban bagi perawat untuk tidak menimbulkan injury pada klien. Dalam kasus, perawat perlu
melakukan pengkajian fisik,terapi farmakologik yang benar, nutrisi dan segala tindakan selama
proses pengobatan hingga setelah pengobatan
6. Justice ( perlakuan adil)
Prinsip keadilan menuntut perlakuan terhadap orang lain yang adil dan memberikan apa yang
menjadi kebutuhanan mereka.
Ketika ada sumber untuk di berikan dalam perawatan, perawat dapat mengalokasikan dalam cara
pembagian yang adil umtuk setiap penerima atau bagaimana supaya kebutuhan paling besar dari
apa yang merekabutuhkan untuk bertahan hidup.
Perawat sering mengambil keputusan denganmenggunakan rasa keadilan. Pada kasus, perawat
tidak boleh membeda-bedakanpengobatan antara klien yang satu dengan yang lain, namun
disesuaikan dengan kondisiklien saat ini.
7. Loyalitas (Setia)
Prinsip kesetiaan menyatakan bahwa perawat harus memegang janji yang dibuatnya kepada
klien.
Jadi, ketika seseorang jujur dan memegang janji yang di buatnya,rasa percaya yang sangat
penting dalam hubungan perawat-klien akan terbentuk.
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh
seseorangperawat. Pada kasus , perawat harus memegang janji yang telah di bicarakan
sebelumnyakepada klien.
8. Veracity (Kebenaran)