You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori konseling psikoanalisa dikembangkan oleh seorang neurology dari Wina, Sigmund
Freud, pada awal tahun 1890-an. Formulasi teoritik dari teori ini banyak dipengaruhi oleh
pengalaman atau kehidupan masa kanak-kanak Freud, khususnya cara kedua orangtuanya
memperlakukannya. Teorinya tentang kompleks oodipus misalnya, dipengaruhi oleh
ketertarikannya bahkan mungkin minat seksualnya terhadap ibunya yang dinilainya sebagai
seorang wanita yang rupawan dan lemah lembut, dan perasaan benci terhadap ayahnya yang
sanagat keras dalam mendidiknya.
Freud mula-mula seorang dokter (neurolog) yang kemudian tertarik untuk belajar psikiatri
dan gangguan psikologis. Dari hasil kolaborasi dengan gurunya, Josef Bruer, dan koleganya,
Jean Charcot, Freud belajar dan mengembangkan teknik hipnotis dan ekspresi verbal untuk
menangani gangguan emosi (neurotis), meskipun kemudian ia menyadari bahwa teknik tersebut
ternyata kurang efektif dan kemudian mengembangkan teknik yang lain, yakni asosiasi bebas.
Melalui karya-karyanya pada tahun 1890-an Freud mulai menekankan pentingnya pengalaman
seksualitas pada masa anak sebagai faktor yang mempenagaruhi histeria dan neurosis. Istilah
psikoanalisa mulai diperkenalkan oleh Freud pada tahun 1896 dari hasil kerjanya sejak tahun
1895 hingga 1899 dalam menganalisis impian dan fantasinya sendiri, Freud memperkenalkan
suatu metode yang ia sebut analisis mimpi. Hasil karya yang paling terkenal dari Freud adalah
konstruknya tentang tiga struktur kepribadian, yakni id, ego, dan superego.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gambaran umum teori psikoanalisis


Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi
dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa
diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
Kepribadian tidak lepas dari cakupan terhadap psikoanalisa yang ada, karena psikoanalisa
mencerminkan dinamika-dinamika psikis yang menghasilkan gangguan jiwa atau penyakit
jiwa. Dinamika psikis terjadi melalui sinergi dan interaksi-interaksi elemen psikis setiap
individu. Seksualitas Freud sebagai sebuah dinamika, menangkap ada bermacam-macam
potensi psikopatologi dalam setiap peta id, ego, dan superego.
Teori psikoanalisa adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan
kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-
aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika
terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada
anak-anak dini.
Pemahanan freud tentang kepribadian manusia didasarkan pada pengalaman-pengalaman
dengan pasiennya, analisis tentang mimpinya, dan bacaannya yang luas tentang beragam
literature ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Pengalaman-pengalaman ini menyediakan
data yang mendasar bagi evolusi teorinya. Baginya, teori mengikuti observasi, dan
konsepnya tentang kepribadian terus mengalami revisi selama 50 tahun terakhir hidupnya.
Meskipun teorinya berevolusi, freud menegaskan bahwa psikoanalisis tidak boleh jatuh ke
dalam elektisisme, dan murid-muridnya yang menyimpang dari ide-ide dasar ini segera akan
dikucilkan secara pribadi dan professional oleh freud.
Freud menganggap dirinya sebagai Ilmuan. Namun, definisinya tentang ilmu agak
berbeda dari yang dianut kebanyakan psikolog saat ini. Freud lebih mengandalkan penalaran
deduktif ketimbang metode riset yang ketat, dan ia melakukan observasi secara subjektif
dengan jumlah sampel yang relative kecil. Dia menggunakan pendekatan studi studi kasus
hampir-hampir secara secara ekslusif , merumuskan secara khas hipotesis-hipotesis terhadap
fakta-fakta kasus yang diketahuinya.

2
B. Tingkatan Kehidupan Mental
Menurut Freud (Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran,
yaitu alam sadar (conscious), alam bawah sadar (preconscious), dan alam tidak sadar
(unconscious). Sampai dengan tahun 1920-an, teori tentang konflik kejiwaan hanya
melibatkan ketiga unsur tersebut.
1. Alam Sadar
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu.
Menurut Freud hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (pikiran,
persepsi,perasaan, dan ingatan) yang masuk ke kesadaran. Alam sadar, yang memainkan
peran tak berarti dalam teori psikoanalisis, didefinisikan sebagai elemen-elemen mental
yang setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah satu-satunya tingkat kehidupan
mental yang bisa langsung kita raih. Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar
bisa masuk ke alam sadar yaitu sistem kesadaran perseptual (perceptual conscious),
yaitu terbuka pada dunia luar dan berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita tentang
stimulus dari luar.
2. Alam Bawah Sadar
Alam bawah sadar disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat
kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan tidak sadar. Alam bawah sadar ini
memuat semua elemen yang tak disadari, tetapi bisa muncul kesadaran dengan cepat atau
agak sukar (Freud, 1993/1964). Isi alam bawah sadar ini datang dari dua sumber, yang
pertama adalah persepsi sadar (conscious perception). Apa yang dipersepsikan orang
secara sadar dalam waktu singkat, akan segera masuk ke dalam alam bawah sadar selagi
fokus perhatian beralih ke pemikiran lain.
3. Alam Tidak Sadar
Alam tidak sadar menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan maupun insting
yang tak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan dan tindakan kita.
Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita tidak menyadari
proses mental yang ada dibalik perilaku tersebut. Tentu saja, alam tidak sadar bukan
berarti tidak aktif atau dorman. Dorongan-dorongan di alam tidak sadar terus-menerus
berupaya agar disadari, dan kebanyakan berhasil masuk ke alam sadar, sekalipun tak lagi

3
muncul dalam bentuk asli. Pikiran-pikiran yang tak disadari ini bisa dan memang
memotivasi manusia.
C. Wilayah Pikiran
Pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang paling primitif
dari pikiran adalah das Es atau “sesuatu”/”itu” (it) yang hampir selalu diterjemahkan
sebagai id. Kedua adalah das Ich atau “saya” (I), yang diterjemahkan sebagai ego dan
yang terakhir adalah das Uber Ich atau “saya yang lebih” (over-I), yang diterjemahkan
sebagai super ego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi
gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005 : 17).
Freud membagi struktur kepribadian kedalam tiga komponen; yaitu das Es, das
Ich, dan das Uber Ich yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan
perlengkapan sendiri. Ketiga tingkat ini saling berinteraksi sehingga ego bisa masuk
menembus berbagai tingkat topografis dan memiliki komponen alam sadar, alam bawah
sadar dan alam tidak sadar. Sementara super ego sendiri berada pada alam bawah sadar
dan alam tidak sadar, sedangkan id sepenuhnya berada di alam bawah sadar.
1. Id
Id berisikan motifasi dan energi positif dasar, yang sering disebut insting atau
stimulus. Id berorientasi pada prinsip kesenangan atau prinsip reduksi ketegangan,
yang merupakan sumber dari dorongan-dorongan biologis (makan, minum, tidur, dan
lain-lain). Oleh karena sifatnya yang tidak realistis dan mencari kesenangan, id tidak
logis dan mampu memuaskan pikiran-pikiran yang saling bertentangan satu dengan
lainnya. Sebagai wilayah bagi dorongan-dorongan dasar, id beroperasi berdasarkan
proses pertama. Oleh karena id menggunakan kacamata kuda dalam upayanya
memenuhi prinsip kesenangan, maka id bertahan dengan cara bergantung pada
pengembangan proses sekunder yang membuatnya dapat berhubungan dengan dunia
luar. Singkatnya, id adalah wilayah yang primitif, kacau balau dan tidak terjangkau
oleh alam sadar
2. Ego
Peran utama dari ego adalah sebagai mediator (perantara) atau yang menjadi
jembatan antara id dengan kondisi lingkungan atau dunia luar dan berorientasi pada
prinsip kenyataan. Dalam mencapai kepuasan ego berdasar pada proses sekunder

4
yaitu berfikir realistis dan berfikir rasional. Dalam proses sebelumnya, yaitu proses
primer hanya membawanya pada suatu titik, dimana ia mendapat gambaran dari
benda yang akan memuaskan keinginannya, langkah selanjutnya adalah mewujudkan
apa yang ada di das Es dan langkah ini melalui proses sekunder. Pada saat
menjalankan fungsi kognitif dan intelektual, ego harus menimbang-nimbang antara
sederetan tuntunan id yang tidak masuk akal dan bertentangan dengan super ego. Jadi,
ego terus-menerus berupaya untuk mengendalikan tuntutan buta dan irasional dari id
serta super ego dengan tuntutan realistis dari dunia luar.
3. Super ego
Dalam psikologi Freudian, super ego mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari
kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralistis dan idealis. Super ego
memiliki dua subsistem, suara hati (conscience) dan ego ideal. Suara hati lahir dari
pengalaman-pengalaman mendapatkan hukuman atas perilaku yang tidak pantas dan
mengajari kita tentang hal yang sebaiknya tidak dilakukan, sedangkan ego ideal
berkembang dari pengalaman mendapat imbalan atas perilaku yang tepat dan
mengarahkan kita pada hal yang sebaiknya dilakukan.

D. Dinamika Kepribadian
Freud memandang organisme manusia sebagai sistem energi yang kompleks.
Berdasarkan doktrin konservasi energi bahwa energi berubah dari energi fisiologis ke
energi psikis atau sebaliknya. Freud berpendapat bahwa apabila energi digunakan dalam
kegiatan psikologis seperti berfikir, maka energi itu merupakan energi psikis. Titik tumpu
atau jembatan antara energi jasmaniah dengan energi kepribadian adalah id dan instink-
instinknya. Insting-insting ini meliputi seluruh energi yang digunakan oleh ketiga struktur
kepribadian (id, ego, dan super ego) untuk menjalankan fungsinya.

5
E. Mekanisme Pertahanan Diri
Sigmund Freud berpendapat apabila kebutuhan seseorang tidak terpenuhi maka dia akan
mempertahankan dirinya. Berikut beberapa istilahnya:
1. Represi (Repression)
Mekanisme dimana seseorang yang memiliki keinginan2, impuls2 pikiran,
kehendak2 yang tidak sesuai dan mengganggu kebutuhan/motivasinya, disingkirkan
dari alam sadar dan ditekan ke dalam alam bawah sadar.
Secara tidak sadar seseorang menekan pikiran2 yang tidak sesuai atau menyedihkan
keluar dari alam sadar ke alam tak sadar. Repression yang terus menerus akan
menjadi tumpukan kekecewaan sehingga menjadi “kompleks terdesak”
Contoh: seorang pemuda melihat kematian temannya waktu kecelakaan, kemudian
“lupa” tentang kejadian tersebut. (lupa ini disebut amnesia yang psikogenik, bila lupa
karena gegar otak maka disebut amnesia organik).
2. Kompensasi (Compensation)
Mekanisme dimana seseorang mengabdikan dirinya kepada mengejar suatu
tujuan, dengan usaha yang lebih giat ke dalam usahanya itu untuk mengatasi rasa
kekurangan yang sebenarnya atau yang hanya dirasakan saja.
Menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang baik atau karena frustrasi
dalam suatu bidang, lalu dicari kepuasan secara berlebihan dalam bidang yang lain
(kompensasi berlebihan). Kompensasi dilakukan terhadap perasaan kurang mampu
(inferior).
Contoh: anak yang tidak pandai di sekolah, menjadi anak jagoan atau ditakuti
oleh teman-temannya).
3. Konversi (Conversion)
Mekanisme dimana konflik emosional memperoleh ekspresi luar melalui
manifestasi motorik, sensoris, somatik.
Contoh: saat stress menjadi mudah marah, teriak-teriak, atau berolahraga.
4. Penyangkalan (Denial)
Proses mekanisme dimana seseorang menghindarkan kenyataan yang
menimbulkan sakit dan rasa cemas, dengan secara tidak sadar menyangkal adanya
kenyataan, yang disangkal itu mungkin berupa suatu pikiran, keinginan, atau suatu

6
keadaan dan benda. Menyangkal realitas yang menimbulkan rasa takut, sakit, malu,
atau cemas.
Contoh: seorang ibu tidak mau menerima bahwa anaknya terbelakang mental
sehingga anak tersebut dititipkan pada saudaranya yang jauh.
5. Memindahkan (Displacement)
Proses mekanisme dimana emosi2 yang tertahan diberikan tujuan yang lain ke
arah ide2, objek2, atau orang2 lain daripada ke sumber primer emosi. Luapan emosi
terhadap seseorang atau objek dialihkan kepada seseorang atau objek yang lain.
Contoh: seorang anak yang dimarahi ibunya kemudian dia memukul adiknya atau
menendang kucingnya.
6. Disosiasi (Dissociation)
Beban emosi dalam suaatu keadaan yang menyakitkan diputus atau diubah.
Mekanisme dimana suatu kumpulan proses2 mental dipisahkan atau diasingkan dari
kesadaran dengan bekerja secara merdeka atau otomatis, afek dan emosi terpisah, dan
terlepas dari ide, situasi, objek, misalnya pada selektif amnesia.
Contoh: rasa sedih karena kematian seorang kekasih dikurangi dengan
mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak menderita lagi”.
7. Fantasi (Fantasy) atau Khayalan (Image)
Suatu proses melamun (menerawang) atau tindakan berkhayal untuk memberikan
pelarian dari kenyataan, dengan kepuasan diperoleh dan pencapaian2 kenikmatan
yang bersifat khayal atau mati sebagai pahlawan yang tidak berdosa.
Contoh: seorang anak yang kurang pandai lalu berkhayal dirinya menjadi bintang
pelajar.
8. Identifikasi (Identification)
Suatu mekanisme dimana seseorang mempertinggi harga dirinya dengan
mempolakan dirinya serupa dengan orang lain (tabiat2nya meniru orang lain).
Menambah rasa harga diri dengan menyamakan harga dirinya seperti seorang atau
suatu hal yang dikaguminya.
Contoh: seorang anak yang bersolek atau berdandan seperti ibunya, atau malah
bersolek seperti bintang iklan.

7
9. Introyeksi (Introjection)
Proses dimana seseorang mengambil ke dalam struktur egonya sendiri, semua
atau sebagian dari kepribadiannya sendiri.
Contoh: seorang anak yang membenci seseorang tapi “memasukkan” ke dirinya
sendiri, hingga jika ia kesal ke orang tersebut ia akan memukuli dirinya sendiri.
10. Negativisme (Negativism)
Proses perlawanan yang aktif atau pasif terhadap permintaan2 yang ditujukan
kepada seseorang. Negativisme aktif kalau seseorang berbuat kebalikan dari apa yang
diminta darinya. Negativisme pasif kalau ia menghindarkan apa yang diharapkan
daripadanya.
Contoh: seorang anak yang disekolahkan tidak sesuai dengan minatnya maka ia
sering bolos sehingga prestasinya menjadi kurang.
11. Proyeksi (Projection)
Adalah mekanisme dengan apa seseorang melindungi dirinya dari kesadaran akan
tabiat2nya sendiri yang tidak baik, atau perasaan2 dengan menuduhkannya kepada
orang lain. Menyalahkan orang lain mengenai kesulitannya sendiri yang tidak baik.
Contoh: seorang murid tidak lulus lalu mengatakan gurunya sentimen kepada dia.
12. Rasionalisme (Rationalization)
Mekanisme dimana seseorang membenarkan tingkah lakunya yang tidak
konsekuen dan tidak baik. Termasuk membenarkan kepercayaan, keterangan, alasan2
(motivasi) dengan memberikan penjelasan dan keterangan baginya. Berusaha untuk
membuktikan bahwa perbuatannya (yang sebenarnya tidak baik) dianggap rasional
adanya, dapat dibenarkan, dan dapat diterima.
Contoh: seorang anak menolak bermain bulu tangkis dengan temannya karena
“kurang enak badan” atau “besok ada ulangan” (padahal takut kalah).
13. Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)
Proses dimana seseorang mengambil kedalam struktur egonya sendiri, semua atau
sebagian dari suatu objek, yang kemudian dianggap sebagai suatu unsur dari
kepribadiannya sendiri. Supaya tidak menuruti keinginannya yang jelek, maka
sebagai penghalang diambil sikap atau perilaku yang sebaliknya.

8
Contoh: seorang mahasiswa yang bersikap hormat secara berlebihan terhadap
dosen yang sebenarnya tidak ia suka.

14. Regresi (Regression)


Keadaan dimana seseorang kembali ke tingkat yang lebih awal dan kurang
matang dalam adaptasi. Bentuknya yang ekstrim adalah tingkah laku infantile
(kekanak-kanakan). Keadaan seorang yang kembali ke tingkat perkembangan yang
sebelumya dan kurang matang dalam adaptasi.
Contoh: seorang anak yang sudah tidak ngompol, mendadak ngompol lagi karena
cemas mau masuk sekolah atau mulai menghisap jempol lagi setelah ia memiliki
adik.karena merasa perhatian ibunya terhadap dirinya berkurang.

15. Sublimasi (Sublimation)


Proses dengan apa kehendak2 tidak sadar dan tidak dapat diterima, disalurkan
menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial yang tinggi. Dorongan atau kehendak2
yang tidak dapat disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial.
Contoh: seseorang tidak suka berkelahi kemudian ia menjadi atlet petinju.

16. Menghapuskan (Undoing)


Mekanisme dimana seseorang secara simbolis melakukan kebalikan sesuatu yang
telah dikerjakannya, atau pikiran yang tidak dapat diterima oleh egonya dan
masyarakat. Dia secara simbolis menghapus pikiran, perasaan, atau keinginan yang
tidak dapat diterima egonya atau masyarakat.
Contoh: seorang suami yang berselingkuh lalu ia memberi bermacam-macam
hadiah kepada istrinya.

17. Simpatisme
Berusaha mendapatkan simpati dengan jalan menceritakan berbagai
kesukarannya, misalnya penyakit atau kesulitan2 lainnya. Bila ada yang menyatakan
simpati kepadanya maka rasa harga dirinya diperkuat, biarpun ada kegagalan.

9
Contoh: seorang siswa yang mengeluh bahwa dia tidak mempunyai buku2
pelajaran karena orangtuanya miskin dan tidak bisa membelikannya, lagipula ibunya
sakit2an.

10
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dalam teori psikoanalisis, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang
terdiri dari tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan superego ketiga sistem kepribadian ini
satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
Dalam dinamika kepribadian menurut Freud memandang organisme manusia
sebagai sistem energi yang kompleks. Berdasarkan doktrin konservasi energi bahwa
energi berubah dari energi fisiologis ke energi psikis atau sebaliknya. Freud berpendapat
bahwa apabila energi digunakan dalam kegiatan psikologis seperti berfikir, maka energi
itu merupakan energi psikis.
Sigmund Freud berpendapat apabila kebutuhan seseorang tidak terpenuhi maka
dia akan mempertahankan dirinya. Berikut beberapa istilahnya: Represi (Repression),
Kompensasi (Compensation), Konversi (Conversion) , Penyangkalan (Denial),
Memindahkan (Displacement), Disosiasi (Dissociation), Fantasi (Fantasy) atau Khayalan
(Image), Identifikasi (Identification), Introyeksi (Introjection), Negativisme (Negativism),
Proyeksi (Projection), Rasionalisme (Rationalization), Pembentukan Reaksi (Reaction
Formation), Regresi (Regression), Sublimasi (Sublimation), Menghapuskan (Undoing),
dan Simpatisme.
B. Saran

Dalam pembentukan suatu kepribadian sangat penting pengaruh peran dalam


keluarga terutama orang tua. Sehingga sejak dini dibentuk, diajarkan dan dibiasakan
berkepribadian yang baik. Keluarga memberi teladan, sikap, tingkah laku, berkomunikasi
yang baik dengan tetangga serta lingkungan masyarakat. Mari kita pelajari tentang
keperibadian diri, agar kita dapat bersikap baik, sopan, dan tidak bersikap kasar terhadap
orang lain. Dengan mempelajari kepribadian diri kita dapat mengubah diri kita menjadi
orang yang professional.

11
DAFTAR PUSTAKA

Feist, J & Feist, G. J. (2010). Teori kepribadian (Theories of personality). Jakarta : Salemba
Humanika.
https://bkpemula.wordpress.com/2012/01/31/teori-kepribadian-psikoanalisis-sigmun-freud/
https://retnowulandarii.wordpress.com/2015/07/02/makalah-teori-kepribadian-humanistik-

12

You might also like