You are on page 1of 11
PRODUKSI BIOGAS DARI LIMBAH PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DENGAN PROSES FERMENTASI PADAT The Possible Production of Biogas from Wastes of Palm-Oil Solid Fermentation Processing Oleh/By : R. Sudradjat, Erra Y., Umi K. dan Evi K. SUMMARY The aim of this investigation was to evaluate the characteristic of biogas produced from the wastes of pal-oil solid fermentation processing, the assessment on its potential prospect was also studied. The wastes consist of the mixture of empty bunches, pericarp, and sludge. The mixing ratio in weight was 1.3 : 1.2: 1.0 respectively, The conditions implemented in the fermentation process were temperature (55° C), and content of dry matters or substrate (i.e. mixture of empty bunches, pericarp, and sludge) in the fermentation digesier (35 %). The fermentation was conducted either in batch or continuous system. The weight ratios between substrate and inoculum were consecutively 25 : 500, 50 : 500, 75 : 500, and 100 : 500. Results revealed that fermentation in the batch system at 25 : 500 ratio as such afforded biogas with the highest yield (145 ml per liter-hour) and the most intense degradation on the organic matters. (32.3 % VS). meanwhile, the fermentation using continuous system at 25 : 500 brought out biogas with the highest production (1623.7 ml per liter-d). Keywords : Palm oil processing, wastes, fermentation, substrate, and inoculum. RINGKASAN ‘Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi dan karakteristik biogas yang, dihasilkan dari limbah pengolahan kelapa sawit melalui proses fermentasi padat. Bahan baku yang digunakan adalah limbah pengolahan kelapa sawit yaitu tandan kosong, perikarp dan sludge dengan rasio berturut-turut: 1,3 : 1,2 : 1.0. Kondisi proses yang digunakan adalah: batch proses, continuous process, temperatur 55°C dan kadar bahan kering 35 % di dalam digeter. Perlakuan dalam penelitian ini: perbandingan substrat dengan inokulum 25 : 500, 50 : 500, 75 : S00 dan 100 : 500. Hasil penelitian menunjukkan’ bahwa‘rasio substrat dengan inokulum 25 : 500 ménghasifkan biogas terbesar (145 ml/liter-jam) dan degradasirbahan organik terbesar (32,3 % VS). Rasio tersebut juga memberikan hasil produksi biogas terbesar untuk continuous process (1623,7 ml/liter-hari). Kata Kunci; Pengolahan kelapa sawit, limbah, fermentasi, subtrat, dan inokulum, nat 2U4E7H Penelitian Hasil Hutan Vol. 21 No. 3 Th. 2003: 227-237 I. PENDAHULUAN Kelapa sawit termasuk komoditas non-migas andalan di Indonesia, telah berkembang pesat selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap | (PJPT I). Pada awal tahun 1968 luas areal perkebunan kelapa sawit adalah 105.808 ha dengan produksi minyak sawit (CPO) sebesar 167 669 ton. Pada Desember 1992 luas arealnya berkembang menjadi 1.467.469 ha dengan produksi CPO sebanyak 3.276.000 ton (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 1993). Loebis dan Tobing (1989) menyatakan bahwa pertambaban areal tanaman kelapa sawit akan menambah jumlah industri pengolahannya. Hal ini berdampak negatif bagi lingkungan sebagai akibat dari limbah pabrik kelapa sawit yang dihasilkan (Tobing dan Naibaho, 1993). Pabrik dituntut untuk mengolah limbahnya guna menurunkan beban polusi limbah, melalui cara daur ulang. Dalam prosesnya bahan organik dirombak oleh aktifitas mikroorganisme menjadi biogas secara anaerobic (anaerobic digestion), Tujuan penelitian ini, pertama : menentukan kombinasi substrat-inokulum. terbaik ditinjau dari efektifitas proses dan waktu retensi pada sistem fermeniasi curah ; kedua, menentukan kombinasi_ substrat-inokulum terbaik yang mampu menghasilkan produktivitas biogas tertinggi pada sistem fermentasi sinambung. Selain itu, dikaji pula efektifitas pemanfaatan limbah padat PKS. IL. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Pabrik Kelapa Sawit (LPKS) Produk olahan kelapa sawit terdiri dari hasil kelapa sawit yang telah diolah, yaitu berupa minyak sawit dan inti sawit, serta jenis produk lain berupa limbah pabrik kelapa sawit yang meliputi tempurung, tandan kosong kelapa sawit, perikarp (serabut), lumpur dan limbah sawit lainnya (Naibaho, 1983). Produksi biogas menggunakan bahan baku limbah mempunyai keuntungan antara lain penurunan jumlah padatan organik, jumlah mikroorganisme pembusuk yang tidak diinginkan serta kandungan racun limbah (Judoamidjojo et al., 1990). Di samping itu residu biogasnya dapat digunakan sebagai pupuk organik non fitotoksik (Sudradjat, 1991). B. Biogas Menurut Komarayati ef al. (1986) produksi biogas mendapat perhatian karena dua alasan. Pertama, produk akhir (biogas) sebagai campuran.CH, dan CO, adalah gas mudah terbakar, yang bersifat hampir sama seperti gas alam dan merupakan sumber energi. Kedua, melalui fermentasi, bahan organik didegradasi secara anaerobik menjadi bentuk gas yang tidak berbahaya. Hal ini menguntungkan bagi teknologi lingkungan dalam hal penanganan limbah organik Tobing (1987) menyatakan komposisi biogas bervariasi tergantung dari tipe bahan masukan dan kondisi prosesnya. Pada umumnya biogas mengandung 60 - 70 persen CHs, 20 - 40 persen CO>, 0,2 — 0,3 HDS, sedikit etan dan air. 228 Produksi biogas... (R. Sudradjat dkk) C. Fermentasi Anaerobik Proses ferrmentasi anaerobik adalah perombakan bahan organik yang dilakukan oleh sekelompok mikroorganisme anaerobik fakultatif maupun obligat dalam suatu reaktor tertutup yang dioperasikan pada temperatur mesofilik (35° C) atau termofilik (55°C). Proses tersebut berlangsung pada kadar bahan kering 30 - 35 persen (De Bacre etal., 1985). Perombakan bahan organik dikelompokkan dalam empat tahapan proses (De Wilde dan Vanhille, 1985). Pada tahap pertama (Zinder et al., 1984) bakteri fermentatif menghidrolisa, bahan polimer menjadi senyawa sederhana yang bersifat terlarut. Pada tahap kedua, monomer dan oligomer tersebut dirombak menjadi asetat, H>, COs, sejumlah asam lemak rantai pendek dan alkohol (Zinder et al., 1984), yaitu pada tahap asidogenesis. Asam volatil rantai pendek dan alkohol dari tahap kedua dirombak oleh bakteri asetogenik (produsen Hz), menghasilkan asetat, CO) dan Hp pada tahap ketiga (Hashimoto ef al., 1980). Produk dari fase non-metanogenik (terutama asetat, CO dan H; ) selanjutnya digunakan oleh bakteri metanogenik untuk menghasilkan gas metan (Speece, 1980). D. Faktor Yang Mempengaruhi Proses 1. Suhu Tantichareon e¢ al (1985) menyatakan laju reaksi pada fermentasi termofilik lebih besar dibandingkan dengan fermentasi mesofilik. Menurut Price dan Cheremisinoff (1981), kerugian proses termofilik antara lain nisbah asam volatil terhadap alkalinitas lebih tinggi, sehingga diperlukan penambahan bufer dan energi yang diperlukan relatif tinggi 2. Laju pembebanan (Loading rate) Produksi biogas juga tergantung pada bobot padatan volatil yang ditambahkan per volume digester per hari. Hal ini berarti jumlah biogas yang dihasilkan tergantung pada jumlah substrat (Subramanian, 1978). Menurut Stafford ef al. (1980), laju beban yang terlalu tinggi dapat menghasilkan keadaan jenuh dimana asam lemak volatil (VFA) meningkat. Produksi gas akan menurun dan proporsi CO3 bertambah. 3. Nisbah C/N Menurut Stafford ef al. (1980), keseimbangan karbon dan nitrogen dalam substrat sangat penting. Adams (1981) menyebutkan kebutuhan hara yang tidak mencukupi menyebabkan bakteri tidak mampu menghasilkan enzim-enzim yang diperlukan untuk menguraikan molekul karbon komplek. Rasio C/N (Anglo dan Alicbusan, 1980) diatur pada selang optimum 30 : I sampai 50: 1. 229 BULETH Penelitian Hasil Hutan Vol. 21 No.3 Th. 2003: 227-237 4. Substrat Mikroorganisme memerlukan hara seperti karbohidrat, lemak, protein dan fosfor agar proses perombakan anaerob berlangsung efisien dan mampu menghasilkan metan (Adams, 1981). Namun demikian bahan berserat seperti limbah padat PKS mengandung lignin yang merupakan senyawa inhibitor. 5. Nilai pH Menurut Hashimoto ef al. (1981), produksi biogas berlangsung baik selama pH sistem diatur antara 6,6 — 7,6, tetapi lebih baik lagi pada selang 7,0 — 7,2. Bakteri asam (De Wilde dan Vanhille, 1985) mempunyai selang pH antara 4,5 ~ 7,0. 6. Waktu retensi Apabila waktu retensi rendah, bakteri metanogenik tidak memperoleh kesempatan untuk berkembang biak. Waktu yang diperlukan untuk berkembang biak bagi producer metan sekitar dua sampai empat hari atau lebih. Waktu retensi yang lebih pendek daripada periode waktu tersebut dapat menyebabkan hilangnya bakteri dari diges! sebelum mikroorganisme berkembang biak, sehingga keseluruban proses akan terhenti (Meynell, 1976). 7. Pengadukan Pangadukan dilakukan untuk memudahkan kontak antara mikroorganisme dengan substrat dan meningkatkan laju dekomposisi dengan membebaskan (mengeluarkan) gelembung gas yang terjerat dalam matrik sel mikroorganisme (Subramanian, 1978). 1. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1, Bahan Bahan baku substrat terdiri dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS), perikarp dan lumpur LPKS. Bahan untuk inokulum dibuat dari campuran kotoran sapi dan eceng gondok. Bahan yang dibutuhkan untuk analisis, antara lain adalah aquades, kalium permanganat, perak sulfat, asarn oksalat, etanol 95 persen, HCI pekat 12N, K>Cr;07 0,25N, HsSO, pekat, Fe, (NH,)> (SO.)2 0.25N, AgSO,, indikator feroin, selenium, NaOH 50 persen, H;BO; 0,02N, HC10,02N, indikator mengsel, dan kertas pH. 2. Alat Susunan alat proses pembuatan biogas meliputi reaktor satu liter, selang plastik, inkubator, gelas ukur serta gas holder. Sedangkan untuk keperluan analisis digunakan 230 Produksi biogas... (R. Sudradjat dkk) injektor, tabung penampung gas, kromatografi gas dan peralatan analisis substrat dan residu biogas. B. Metode 1. Penyiapan inokulum Kotoran sapi dan eceng gondok dengan kadar air + 65 persen, dicampur masing- masing dengan perbandingan 9 : 1. Sclanjutnya bahan tersebut difermentasi secara anaerobik selama 10 hari, pada suhu termofilik (55°C). 2. Penyiapan substrat Perikarp dan TKKS dikeringkan, kemudian digiling dengan ukuran + 20 mesh. Substrat dibuat dari campuran TKKS, perikarp dan lumpur dengan perbandingan 1.3 : 2: 1.0. Kadar air substrat diatur sekitar 65 persen guna memenuhi kondisi proses yang diinginkan. Pada penelitian ini digunakan empat macam kombinasi substrat- inokulum, yaitu 25 vs 500, 50 vs 500, 75 vs 500 dan 100 vs 500 gram atas dasar bobot basah, baik pada cara curah maupun sinambung. 3. Fermentasi Fermentasi dilakukan dalam reaktor stainless berkapasitas 2 liter. Pengumpanan dikerjakan secara curah (De Wilde dan Vanhille, 1985). Pada sistem fermentasi curah pengumpanan dihentikan pada waktu jumlah inokulum (500 gram) diperkirakan telah tersubstitusi oleh substrat LPKS (influen). Tujuannya untuk mengamati produksi biogas dari substrat LPKS. 4. Analisis data Data yang diperoleh selama periode fermentasi anaerobik adalah data produksi biogas, pengukuran kadar metan, perhitungan efisiensi metan serta analisis residu biogas. Parameter yang dianalisa antara lain kadar air, bahan kering, padatan volatil, COD dan nisbah C/N. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Substrat dan Inckulum Analisis awal substrat disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa susbstrat padat PKS ternyata mengandung bahan organik yang cukup tinggi, Hal ini dapat dilihat dari persentase selulosa, lemak dan protein. Namun demikian bahan berserat tersebut juga mengandung lignin yang relatif tinggi (15 persen), yang dapat menghambat penguraian padatan organik. 231 2042711 Peneliian Hasil Hutan Vol. 21 No. 3Th, 2003: 227-237 Tabel 1. Analisis kimia substrat dan inokulum Table 1. Chemical analysis of substrate and inoculum Substrat (Substrate) Inokulum (Inoculum) Bahan kering (Dry matter) % 70,06 | Kadar air (Moisture), % 78,25 Kadar air (Moisture), % 29,94 | Padatan volatl (Volatile solid), % 9 84,27 Padatan volatie (Volatile sola), % 93,14 | Bahan kering (Dry mater), % 205 Abu (Ash), % 6.86 Selulosa (Cellulose), % 26,50 Hemiselulosa (Hemiceltulose), % 13,60 Lignin (Lignin), % 15,00 Lemak (Fat), % 3.53 Protein (Protein). % 655 Karbon (Carbon), % 23,72 Nitrogen (Nitrogen), % 0,90 Nisbah CIN (CIN ratio) 26,35 Keterangan (Remark) : *) Persentase dari padatan volatile (Percentage of volatile solid) B. Fermentasi Sistem Curah 1. Pengaruh laju beban terhadap cfisiensi reduksi bahan organik Hasil analisis residu biogas selama proses perombakan anaerobik disajikan pada Tabel 2. Pengumpanan pada laju beban yang berlainan mempengaruhi proporsi bahan padatan dalam digester pada saat feeding terakhir. Tabel 2. Analisis residu biogas hasil proses fermentasi padat Table 2. Biogas residue analysis after solid state fermentation process T Laju pembebanan (Loading rae), g/t eae : ae oa [a Toth ‘am fennel | ae] Reds | | aa || tts parame sensi (a | (end |recucon) °°" | star) | End rector suc | ae (stat | (end) Rois Pa EEO | ae me os fee | me [nels [un | wal ae st gf wa a Sua exo [s0e[ re] an law | tee [os] ee [ea| Teal mn| oboe mel wel me fee Pui) | 2H [eae] aes | wo | m2 | ve] tex [nm] we] we] em | om] wr [om] mor fae 00 | ae} 200] 200 [soar | aes | 2m] te foe] san] eer] ome [ame] a7] aero aon Foote, |= roe) oer | orm | aie [aver] war [ai [ase [noe] one [wom [owwo[saion] we [ae sngan (Remarks) Sisa substrat dalam digester pada hari ke-n (Substrate residue in Substrat (Substrate) = 8", = (Sia + F) Sy digester at days-n) Dimana (Where) :Sy= F's Py Substrat yang terambil pada hari ke-n (Substrate has been taken oe at days-n) ae F* = Jumlah umpan substrat (=F) (Inoculum for substrate) Pr, = Peluang substrat yang terambil pada hari ke-n (Subsirate probability has been taken at days-n) \V, = Jumtah bahan padat dalam digester ($00 gram) (Total dry matter in digester) BK (Bahan kering / dry matter) = *%BK x 8, PY (Padatan volatile /volatle solid) = °%PV x Si. 232 Produksi biogas... (R. Sudradjat dkk) Tingkat degradasi BK dan PV tertinggi yaitu pada laju beban 25 g/l sebesar 26,29 dan 32,32 persen, Efisiensi perombakan bahan organik cenderung berkurang apabila laju beban meningkat, seperti terlihat pada Gambar 2 Efisiensi Reduksi (Reduction efficiency), % 25 vs 500 50 vs 500 75 vs 500 100 vs $00 Laju Pembebanan (Loading rate), g/l K —+—PV COD Gambar 2. Grafik efisiensi reduksi BK, PV dan COD Figure 2. Reduction efficiency graphic of BK, PV and COD Perbedaan tingkat perombakan di atas dapat discbabkan oleh kandungan bahan organik pada laju beban 25 g/l relatif lebih rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai COD (404,44 gram). Dengan demikian beban limbah atau beban kerja mikroorganisme dalam menguraikan senyawa bahan organik cenderung lebih ringan, sehingga efisiensi reduksi relatif lebih besar. 2. Pengaruh laju pembebanan terhadap waktu retensi dan produksi biogas Tabel 3a menyajikan hasil perhitungan produksi biogas sedangkan produksi metan ditunjukkan pada Tabel 3b. Hasil pengamatan menunjukkan pada laju beban yang makin tinggi ternyata diperlukan waktu retensi yang makin lama untuk merombak substrat dalam digester, meskipun volume biogas total cenderung bertambah (Tabel 3a). Tabel 3a. Laju produksi biogas hasil proses fermentasi padat Table 3a. Biogas production rate after solid state fermentation process Laju Beban | Waktu Retensi Produksi Biogas (Biogas production) *) (Loading rate) gh | (Retention time) |r ailh mmigPVa | migpvr | mitings 25vs50 | (68 7390 114.90 80.03 247.57 5.80 50 vs 500 101 9064 119.66 86.99 738.11 239 75s 500 108 8680 109.18 8493 1369.09 1.46 100 vs 500 113 9940 117.29 92.90 45161 147 *) Keterangan (Remarks): mV/Lh = mi/UharisPva= padatan volatil awal; PVr = padatan volatil rombak a BULETIN Penelitian Hasil Hutan Vol. 21 No. 3 Th. 2003: 227-237 Tabel 3b. Laju produksi metan hasil proses fermentasi padat Table 3b. Methane production rate after solid state fermentasi process Laju Beban Produksi Biogas (Biogas production) *) (Loading rate), gl rl. milg PVa rmilg PVE mig CODr | Efisiensi 25 vs 500 95.62 5281 163.36 17.81 3.45% 50 vs 500 56.87 41.34 350.79 27 273% 75 vs 500 60.33 46.94 756.62 45.86 | 253% 100 vs 500 62.60 49.58 241.03 44.36 3.01% di mana (where) E = ml/g dan (and) CODa t= 350 mt *) Keterangan (Remarks) : Efisiensi (Efficiency) = El Dilihat dari hubungan antara keempat laju beban dengan waktu retensi, produktifitas biogas serta efisiensi metan, kombinasi substrat-inokulum terbaik adalah 25 vs 500 gram, Hal ini dapat dilihat dari produktifitas biogas maupun efisiensi metannya yang tertinggi (144,90 ml/I.h dan 3,45 persen). Produktifitas biogas relatif menurun pada peningkatan laju beban. Hal ini berarti proses perombakan diperkirakan kurang efektif pada laju beban yang tinggi. Tabel 4. Reduksi padatan volatil dan COD hasil proses fermentasi padat Table 4. Reduction of volatile solid and COD after solid state fermentation process Loading rate), gh 75.vs 500 100 vs 500 Parameter Analisis 25 vs 500 (Analysis i - - [parameter] Awat [Aknir| Reduksi | *% | Awa [axnir] Redursi | % | Awat [annir] Reduesi | % | awa [aknir] Reduasi | % (Start) | Ene | Reduction} Rea | (Stat) | (Ena) | Reduction) Res | (Stab | (En) (Reduction) Re | (Stat | (nc) | Reduction Re of arre [274s] 968 porn} ares [sons] era [iva : Pvc [2900 [ress] 1124 reo) 3577 [2332] 1008 is 11190.57|565.14) 60543 )50.85) aos aps od 5236 ast aloo-4 at | 21312 frfraee rire.) 4721 boas) (ram) ~ | 4970 4.10 | 00 | - | soa72 251.80 ass | - | - 70361 gram) I | | C. Fermentasi Biogas Sistem Sinambung, 1, Perombakan padatan volatil dan COD Hasil perhitungan padatan volatil dan COD disajikan pada Tabel 4 di atas. Kadar padatan volatil COD pada awal proses ternyata cenderung makin tinggi pada peningkatan laju beban. Secara teoritis proporsi bahan organik yang dirombak menjadi biogas seharusnya makin besar pada laju beban yang makin tinggi. Namun pada kenyataannya, penambahan laju beban justru menghasilkan penurunan tingkat perombakan bahan organik substrat, Fenomena tersebut sesuai dengan pernyataan Adams (1981), bahwa persentase padatan volatil dan tipe substrat menentukan efisiensi reduksi bahan organik. 234 Produksi biogas... (R. Sudradiat dkk) Substrat yang digunakan termasuk bahan berlignoselulosa, yang cukup banyak mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin (Tabel 1). Senyawa tersebut relatif sulit didegradasi akibat interaksi fisis dan kimia antara. selulosa dan lignin. Minyak yang terkandung dalam bahan substrat LPKS diperkirakan juga menghambat aktifitas bakteri metan. Dengan demikian konversi energi menjadi kurang sempurna. Laju beban yang tinggi akan menambah densitas. substrat. Akibatnya laju produksi gas cenderung menurun karena luas permukaan efektif substrat terhadap aksi mikrobial berkurang (Price dan Cheremisinoff, 1981). Laju beban merupakan faktor pembatas pada fermentasi sinambung (Stafford et al., 1980). 2. Produksi biogas Tabel Sa dan Tabel Sb menyajikan hasil perhitungan produksi biogas dan metan. *Proses perombakan anaerobik dengan pengumpanan sinambung memberikan hasil bahwa peningkatan laju beban cenderung menurunkan produksi biogas maupun produksi metan dalam waktu retensi yang sama. Tabel Sa, Laju produksi biogas pada laju beban berbeda Table Sa. Biogas production rate at different loading rate Laju Beben Produksi Biogas (Biogas production) (Loading rate), 9M. | imi Gotay | muh milg PVr rmilg CODr mig PVa ‘mig CODa 25 vs 500 09600 | 1623.70 | 1950.18 362,05 733.36 184.11 50 vs 500 70925 | 105074 | 1357.42 27081 420.05 110.25 75 vs 500 69300 | 102667 | 139437 329.12 366.76 10568 400 vs 600 64135 | 95015 | 1880.79 31499 340.42 9278 Tabel Sb. Laju produksi gas metan pada laju beban berbeda Table 5b. Methane production rate at different loading rate Laju Bebon Produksi Biogas (Biogas production) (Loading rate), oh | minh mig Pvr | mlgCopr | migPva | mig CODa Efisiensi 25 vs 500 86385 | 1037.53 19262 390.16 97.95 27.99% 50 vs 500 96106 | 841.08 167.86 260.27 68.31 19.52% 75 ¥s 500 eor70 | 817.19 19289 214.95 61.94 17.10% | 100vss00 | 375.05 742.40 124.34 134.37 36.62 10.46% Penambahan kadar substrat ternyata tidak meningkatkan aktifitas bakteri metanogenik dalam mengkonversi asam organik menjadi biogas. Keadaan jenuh pada laju beban yang tinggi mengakibatkan aktifitas bakteri metan terhambat. Laju pembentukan asam diperkirakan menjadi lebih besar daripada laju peningkatan populasi metanogenesis karena penurunan waktu tinggal rata-rata bakteri metan. Ditinjau dari Tabel Sa dan Tabel 5b, maka kombinasi substrat-inokulum yang menghasilkan produktifitas biogas tertinggi (1623,70 ml/h) dan efisiensi metan terbesar (27,99 persen) adalah 25 vs 500 gram. 235 BYLETIY Peneliian Hasil Hutan Vol. 21 No.3 Th. 2003: 227-237 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Tingkat perombakan bahan organik pada proses fermentasi padat sistem curah (6,0 — 33,0 persen) tertinggi terdapat pada laju beban 25 g/l (32,33 persen). Produktifitas biogas (117,00 — 145,00 ml/h) dan efisien metan (2,0 — 4,0 persen) cenderung makin menurun pada laju beban yang makin besar. Ditinjau dari efektifitas proses dan waktu retensi, maka kombinasi substrat-inokulum terbaik adalah 25 vs 500 gram, yang mempunyai produktifitas terbesar (144,90 ml/Lh dan 5,8 ml/Lh.g SS), dengan efisiensi metan 3,45 persen. Pada sistem sinambung tingkat perombakan bahan organik (17,00 — 38,00 persen) cenderung menurun pada laju beban yang makin meningkat, dengan efisiensi reduksi tertinggi pada laju beban 25 g/l.h (37,60 persen). Produktifitas biogas yang diperoleh berkisar antara 950 - 1650 ml/Lh dan efisiensi metan antara 10 - 28 persen, Kombinasi substrat-inokulum yang mampu menghasilkan produktifitas biogas terbesar (1623,70 ml/I.h) dengan efisiensi metan tertinggi (27,99 persen ) adalah 25 vs 500 gram. Rendahnya efektifitas proses dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pH, nisbah C/N, senyawa inhibitor (lignin) serta kondisi anaerob. B. Saran Proses dapat diperbaiki dengan penanganan awal bahan secara fisis atau kimiawi untuk memudahkan proses pencemaan su Nisbah C/N dapat diperbaiki dengan penambahan bahan kaya nitrogen. Kondisi anaerobik juga perlu diperhatikan, terutama pada saat feeding dan pengadukan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah masuknya oksigen dari luar yang dapat menghambat aktifitas bakteri anaerobik. DAFTAR PUSTAKA Anglo, P.G. dan RV Alicbusan, 1980. Fermentation Parameters Needed to Improve Biogas Production. NSDB Tech. Journal, vol. 5 no. 2, Manila Philipines. Adams, K.H. 1981. Process Operation and Monitoring. Di dalam Proc. First Asean Seminar Workshop on Biogas Technology, 16 - 20 March 1981, Manila, Philipina. Aiman, S., Lindajati T., dan Milono P. 1981. Biogas Production from Tapioka Processing Solid State. Di dalam Proc. First Asean Seminar Workshop on Biogas Technology, 16 - 20 March 1981, Manila, Philipina. Balai Penelitian Perkebunan Medan. 1983. Kursus Penyegar Teknologi Pengolahan Karet dan Kelapa Sawit Sungei Putih, Medan. De Baere, L., 0. Verdonck dan W. Verstraete. 1985. High Rate Dry Anaerobic Composting Process the Organic Fraction of Solid Waste. Biotech. and Bioeng., 15 : 321 - 330. John Willey & Sons, Inc., New York. 236 Produksi biogas... (R. Sudradjat dk) De Wilde, B. dan S. Vanhille. 1985. Research and Development of Rural Energy in Indonesia, ATA-251, Bogor. Hashimoto, A. G., Y.R. Chen, V.H. Varel dan R.L. Prior. 1980. Anaerobic Fermentation of Agricultural Residue. Di dalam. Shuler (ed). 1980. Utilization and Recycle of agricultural Wastes and Residues. CRC Press, Florida. Judoamidjojo, M., A.A. Darwis dan E. Gumbira Sa'id. 1990. Teknologi Fermentasi, PAU-Bioteknologi, IPB. Penerbit Erlangga, Bogor. Komarayati, S., Gusmailina, T. Nurhayati, B. De Wilde dan S. Vanhille. 1986. Two- Phase Liquid State and Solid State Fermentation of Water Hyacinth. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 3(4):28-33. PPPH, Bogor. Loebis. B. dan P.L. Tobing. 1989. Potensi Peningkatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit : 1. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Bul. BPP Medan. Meynell, P.J. 1976. Methane : Planning a Digester. Prism Press, Great Britain. Naibaho, P.M. 1983. Peranan Kelapa Sawit dalam Usaha Pengembangan Industri Hasil Pertanian. Bul. BPP Medan 14 (1). Price, E.C. dan P.N. Cheremisinoff. 1981. Biogas Production and Utilization. ANN Arbor Science Publ., Michigan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 1993. Usulan Kebijakan Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit di Indonesia pada PJPT Il. Forum Komunikasi Kelapa Sawit 1993, Medan, Subramanian, S.K. 1978. Biogas in Asia : A Survey. Di dalam Barnett, A.L., L. Pyle dan S.K. Subramanian. 1978. Biogas Technology in the Third World, Ottawa. Stafford, D.A., D. L. Hawkes dan R. Horton. 1980. Methane Production from Waste Organic Matter. CRC Press, Florida. Sudradjat, R. 1991. Production of Electricity and Humatex frorn Oil Palm Solid Waste Through Dranco Process. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 8 (6) : 236 - 242. PPPH, Bogor. Tantichareon, M. 1981. Microbiology/Biochemistry : General Microbiological Principles. Di dalam Proc. first Asean Seminar Workshop on Biogas Technology, Philipina. Tobing, P.L. 1987. Pemanfaatan LPKS Dengan Proses Anaerobik. Prosiding Lokakarya Manajemen Industri kelapa Sawit. BPP, Medan. Tobing, P.L. dan P.M. Naibaho. 1993. Peningkatan Efisiensi Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit (LPKS) Dengan Sistem Kolam. Forum Komunikasi Kelapa Sawit 1-1993, Medan, Zinder, $.H., S.C. Cardwell, T. Anguish, M. Lee dan M. Koch. 1984, Methanogenesis in a Thermophilic (58° C) Anaerobic digestor : Methanotrix sp. as an Important Aceticlastic Methanogen. Applied and Environment Microbiology, Apr. 1984 ; 47 (4) : 796 - 807. 237

You might also like