Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
OLEH:
OLEH:
OLEH:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada makalah ini akan dibahas secara singkat asuhan keperawatan pada pasien
lanjut usia di tatanan klinik (clinical area), dimanan pendekatan yang digunakan adalah
proses keperawatan yang meliputi pengkajian (assessment), merumuskan diagnosa
keperawatan (Nursing diagnosis), merencanakan tindakan keperawatan (intervention),
melaksanakan tindakan keperawatan (Implementation) dan melakukan evaluasi
(Evaluation). Dibawah ini ada beberapa alasan timbulnya perhatian kepada lanjut usia,
yaitu :
Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut
usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:
1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan
tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu:
kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga: kebersihan
lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi
kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.
2. Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang
perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada
dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota
keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi
dekubitus (lecet).
Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk menjadi dekubitus karena perubahan kulit
berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain:
1. Pendekatan fisik
a) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak
tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu
melakukan sendiri.
b) Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan
klien usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan
keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
2. Pendekatan psikis
Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap
kesehatan, perawat bila melakukannya secara perlahan –lahan dan bertahap, perawat
harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehinga seluruh
pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di
masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.
3. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan
social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya
adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Penyakit memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan
konunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, nonton film, atau hiburan lain.
Tidak sedikit klien tidak tidur terasa, stress memikirkan penyakitnya, biaya hidup,
keluarga yang dirumah sehingga menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau
kekhawatiran, dan rasa kecemasan. Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian
diantara lanjut usia, hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak
dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan
komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung
berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di Panti Werda.
4. Pendekatan spiritual
Agar lanjut usia dapat melaukan kegiatan sehari –hari secara mandiri dengan:
1. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut
dengan jalan perawatan dan pencegahan.
2. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup
klien lanjut usia (life support)
3. menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau gangguan baik
kronis maupun akut.
4. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa
yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu
5. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu
penyakit, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu
pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).
E. Diagnosa Keperawatan
b. Dx. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,
terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi
yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas
TUJUAN
NOC : Fungsi Seksual
1. Mengekspresikan kenyamanan
2. Mengekspresikan kepercayaan diri
NIC : Konseling Seksual
1. Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ
seksual seiring dengan bertambahnya usia.
2. Diskusikan beberapa pilihan agar dicapai kenyamanan.
2. Aspek psikososial
1. Dx. Coping tidak efektif b.d percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan
koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik atau
hubungan.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara konsisten
diharapkan mampu:
NOC :
Setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan selama 2×24 jam pasien diharapkan
akan bisa memperbaiki konsep diri dengan criteria :
1. Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang efektif dan pada saat ini tidak mungkin
lagi digunakan akibat penyakit dan penanganan (pemakaian alkohol dan obat-obatan;
penggunaan tenaga yang berlebihan)
2. Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan reaksinya
terhadap penyakit dan perubahan hidup yang diperlukan
3. Mencari konseling profesional, jika perlu, untuk menghadapi perubahan akibat
pnyakitnya
4. Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksual
1. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat:
2. Memonitor intensitas cemas
3. Melaporkan tidur yang adekuat
4. Mengontrol respon cemas
5. Merencanakan strategi koping dalamsituasi stress
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat:
Dx : Distress spiritual b.d peubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau orang lain,
cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social, kurang sosiokultural.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara luas diharapkan
mampu:
1. Pengkaji pasian atau keluarga untuk mengidentifikasi area pengharapan dalam hidup
2. Melibatkan pasien secara aktif dalam perawatan diri
3. Mengajarkan keluarga tentang aspek positif pengharapan
4. Memberikan kesempatan pasien atau keluarga terlibat dalam support group.
5. Mengembangkan mekanisme paran koping pasien
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. http://askep- askeb.cz.cc/ diakses tanggal 10 maret 2010.
Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise, Missouri :
Mosby, Inc.
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise, Missouri
: Mosby, Inc.
KONSEF PENGASUHAN KEPERAWATAN PADA
LANSIA DENGAN MASALAH PENYAKIT
PSIKOSOSIAL
I. LATAR BELAKANG
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia
termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri
dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang
mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis,
sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain. Menurut Setiawan (1973), timbulnya
perhatian pada orang-orang usia lanjut dikarenakan adanya sifat-sifat atau faktor-
faktor khusus yang mempengaruhi kehidupan pada usia lanjut.
Lansia merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu yang
berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis, tetapi juga psikologis
dan sosial. Menurut Laksamana (1983:77), perubahan yang terjadi pada lansia dapat
disebut sebagai perubahan `senesens` dan perubahan 'senilitas'. Perubahan `senesens'
adalah perubahan-perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Perubalian
'senilitas' adalah perubahan-perubahan patologik permanent dan disertai dengan
makin memburuknya kondisi badan pada usia lanjut. Sementara itu, perubahan yang
dihadapi lansia pada amumnya adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa dan
problema bidang sosio ekonomi. Oleh karma itu lansia adalah kelompok dengan
resiko tinggi terhadap problema fisik dan mental.
Usia lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah
saja, tapi juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Lansia
sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering diwarnai dengan kondisi
hidup yang tidak sesuai dengan harapan. Banyak faktor yang menyebabkan seorang
mengalami gangguan mental seperti depresi.
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia.
Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat
menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi
para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai
berikut:
1. Penurunan kondisi fisik
2. Penurunan fungsi dan potensi seksual
3. Perubahan aspek psikososial
4. Perubahan yang berkaitan dengan pekcrjaan
5. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui konsep dan
asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah psikososial.
II. KONSEP
2. Tipe kepribadian mandiri (independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan
mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan
kegiatan yang, dapat inernberikan otonomi pada dirinya.
3. Tipe kepribadian tergantung (dependent personality), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis
maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal
maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera
bangkit dari kedukaannya.
4. Tipe kepribadian bermusuhan (hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puns dengan kchiclupannya, banyak keingimin ywig
kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan
kondisi ekonominya meniadi morat-marit.
5. Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsarv, karena perilakunya sendiri sulit dibantu ormig lain atau
cenderung membuat susah dirinya.
2. Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai
sebab, diantaranya setelah menjalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat
dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-lain.
B. MASALAH YANG SERING MUNCUL
1. Depresi
a. Pengertian
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen
psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan
penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Afda
Wahywlingsih dan Sukamto).
1) Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup ini. Tantangan yang ada,
proyek, hobi, atau rekreasi tidak rnemberikan kesenangan.
5) Gejala social ditandai oleh kesulitan ekonomi seperti tak punya tempat tinggal.
2. Demensia
Agitasi
Kurang perawatan diri (misal mandi, Katas tropi Konfabulasi
toileting, berpakaian, berdandan) Paranoia
Disprientasi waktu, tempat
Berkeluyuran atau mondar-mandir dan orang
Mengalami
Tidak mengenali
3) Jenis demensia yang lain berkaitan dengan kondisi medis umum, seperti penyakit
parkinson, penyakit pick, koreahuntingtown dan penyakit Creutzfeldt-jakob.
Demensia yang disebabkan kondisi-kondisi tersebut dicatat sesuai penyakitnya
yang spesifik.
c. Gejala demensia:
d. Epidemiologi demensia:
e. Etiologi demensia:
1. Diagnosis:
Depresi yang merupakan masalah mental paling banyak ditemui pada lansia
membutuhkan penatalaksanaan holistik dan seimbang pada aspek fisik, mental
dan sosial. Di samping itu, depresi pada lansia harus diwaspadai dan dideteksi
sedini mungkin karena dapat mempengaruhi perjalanan penyakit fisik dan
kualitas hidup pasien.
Penanganan depresi lebih dini akan lebih baik serta menghasilkan gejala
perbaikan yang lebih cepat. Depresi yang lambat ditangani akan menjadi lebih
parch, menetap serta meminbulkan resiko kekambuhan. Depresi yang dapat
ditangani dengan baik juga dapat menghilangkan kcitigiiian pasien untuk melukai
dirinya sendiri termasuk upaya bunuh diri.
Aktivitas fisik terutama olah-raga. Pasien dibiasakan berjalan kaki setup pagi
atau sore sehingga energi dapat ditingkatkan serta mengurangi stress karena
kadar norepinefrin meningkat. Selain itu, pasien juga dapat diperkenalkan
pada kebiasaan meditasi serta yoga untuk menenangkan pikirannya:
Setidaknya ada dua alasan penting mengapa olah raga perlu untuk penderita
depresi.
2) Kedua, olah raga bisa memacu sistem syaraf sentral. Endorphin adalah
molekul organik yang seperti halnya norepinephrine dan serotonin,
berfungsi sebagai kurir kimiawi. Kadang endorphin dianggap, sebagai
candu (opium) alami yang berfungsi untuk meningkatkan proses
biologic untuk mengatasi depresi. Karenanya perawat diharapkan bisa
mengidentifikasi olah-raga yang disenangi oleh klien yang terindikasi
depresi dan mendesainnya menjadi sebuah program yang kontinyu dan
rutin.
d. Diet sehat untuk mengurangi asupan gizi yang menambah kadar stress juga
perlu dilakukan. Memperhatikan jenis makanan yang akan disajikan kepada
lanjut usia yang mengalami depresi. Depresi berhubungan dengan tingkat
kesadaran yang rendah. Kesadaran mengacu pada proses psikologis yang
meliputi hal-hal seperti misalnya kemampuan untuk memusatkan perhatian
seseorang dan kemampuan untuk bekerja secara efektif.
3. Demensia
d. Intervensi farmakologik
A. FOKUS PENGKAJIAN
1. Riwayat
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fislk untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
b. ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota
keluarga yang lain.
c. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya
komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).
1. DEPRESI
a. Mobilitas fisik, hambatan b.d gangguan konsep diri, depresi, ansietas berat.
c. Membahayakan diri, resiko b.d perasaan tidak berharga dan putus asa.
2. DEMENSIA
d. Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan dengan
ketergantungan fisiologis dan atau psikologis.
1. DEPRESI
a. Mobilitas fisik, hambatan b.d gangguan konsep diri, depresi, ansietas berat.
Intervensi
1) Bicara secara langsung dengan klien; hargai individu dan ruang pribadinya
jika tepat
Intervensi
1) Identifikasi gangguan dan variasi tidur yang dialami dari pola yang
biasanya
c. Membahayakan diri, resiko b.d perasaan tidak berharga dan putus asa.
Intervensi
2. DIMENSIA
a. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi
neuron ireversible
1) Kaji derajat gangguan derajat kognitif, orientasi orang, tempat dan waktu
d. Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan dengan
ketergantungan fisiologis dan atau psikologis
1. DEPRESI
Klien mampu:
d. Klien mampu menetapkan cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tidur
2. DEMENSIA
c. Koping
DAFTAR PUSTAKA
- www.scibd.com/askep-klien-dengan-depresi.html
- www.scibd.com/askep-klien-dengan-demensia.html
- http://deasbatamisland.blogspot.com/2007/11/askep-lansia-dengan-gangguan.html
- Carpenito, L. “ Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis”, Edisi ke-6, EGC,
Jakarta, 2000