You are on page 1of 38

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada regio

lumbal, tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks

saraf, namun secara luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal. Nyeri

punggung bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah punggung bawah, yang

mungkin disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot atau lesi tulang. Nyeri

punggung bawah dapat mengikuti cedera atau trauma punggung, tapi rasa sakit

juga dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif seperti penyakit artritis,

osteoporosis atau penyakit tulang lainnya, infeksi virus, iritasi.

Low back pain merupakan keluhan yang spesifik dan paling banyak

dikonsultasikan pada dokter umum. Hampir 70%-80% penduduk negara maju

pernah mengalaminya. LBP merupakan masalah kesehatan yang paling penting di

semua negara. Prevalensi sepanjang hidup (lifetime) populasi dewasa sekitar 70%

dan prevalensi dalam 1 tahun antara 15-45%, dengan puncak prevalensi terjadi

pada usia 35 dan 55 tahun. Kebanyakan LBP akut bersifat self limiting dan hanya

2-7% yang menjadi kronis.

Negara maju seperti di Amerika Serikat prevalensinya dalam satu tahun

berkisar antara 15%-20%, sedangkan berdasarkan kunjungan pasien ke dokter

adalah 14,3%. Dalam satu tahun terdapat lebih dari 500.000 kasus nyeri punggung

bagian bawah dan dalam 5 tahun angka insiden naik sebanyak 59%. Prevalensi

pertahun mencapai 15 - 45% dengan titik prevalensi 30%. Sebanyak 80-90%

kasus LBP akan sembuh dengan sendirinya selama 2 minggu. Dari 500.000 kasus

1
tersebut 85% penderitanya adalah usia 18-56 tahun. Prevalensi penyakit

musculoskeletal di Indonesia berdasarkan pernah didiagnosis oleh tenaga

kesehatan yaitu 11,9 persen dan berdasarkan diagnosis atau gejala yaitu 24,7%

sedangkan di provinsi Lampung angka prevalensi penyakit musculoskeletal

berdasarkan diagnosis dan gejala yaitu 18,9 persen. Prevalensi penyakit

musculoskeletal tertinggi berdasarkan pekerjaan adalah pada petani, nelayan atau

buruh yaitu 31,2 persen. Prevalensi meningkat terus menerus dan mencapai

puncaknya antara usia 35 hingga 55 tahun. Semakin bertambahnya usia seseorang,

risiko untuk menderita LBP akan semakin meningkat karena terjadinya kelainan

pada diskus intervertebralis pada usia tua.

Low back pain dapat disebabkan oleh berbagai penyakit muskuloskeletal,

gangguan psikologis dan mobilisasi yang salah. Terdapat beberapa faktor risiko

penting yang terkait dengan kejadian LBP yaitu usia diatas 35 tahun, perokok,

masa kerja 5-10 tahun, posisi kerja, kegemukan dan riwayat keluarga penderita

musculoskeletal disorder. Faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya

gangguan LBP meliputi karakteristik individu yaitu indeks massa tubuh (IMT),

tinggi badan, kebiasaan olah raga, masa kerja, posisi kerja dan berat beban kerja

Low back pain atau nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di punggung

bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu penyakit

namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi yang terkena

dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri. Nyeri ini dapat berupa nyeri lokal,

nyeri radikuler, ataupun keduanya.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Ny.Tu
Usia : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Dusun Teungoh, Samudera Aceh Utara
Suku : Aceh
Pekerjaan : Petani
No RM : 09.20.XX
Tanggal Periksa : 14 Juli 2017

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Nyeri pinggang

Keluhan Tambahan :
Lemas (+), kaki terasa kebas (+), nyeri kepala (+)

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke IGD RSU Cut Meutia dengan keluhan nyeri pinggang

sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri menjalar dari pinggang sampai ke

paha. Pasien mengeluhkan nyeri seperti di tusuk-tusuk, skala nyeri menurut pasien

7. Keluhan dirasakan terus menerus dan memberat ketika pasien bangun dari

berbaring dan beraktivitas. Keluhan berkurang ketika pasien berbaring. Pasien

juga mengeluhkan nyeri kepala, kaki terasa lemas dan kebas. Pasien mengaku

nyeri pinggang yang dialaminya sudah 1 tahun, pasien memiliki riwayat kompresi

3
vertebrae lumbal. Pasien sudah pernah mendapatkan pengobatan dari rumah sakit,

namun pasien tidak ingat nama obatnya.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien pernah mengalami keluhan yang sama 1 tahun yang lalu

Hipertensi (-)

Diabetes melitus (-)

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal serupa dengan pasien.

Riwayat Penggunaan Obat-obatan:

Pasien pernah menndapat obat dari keluhan yang sama sebelumnya, namun

pasien tidak ingat apa nama obatnya.

Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan Sosial:

Pasien seorang petani yang sering bekerja mengangkat beban yang berat.

2.3 Status Internus

Keadaan Umum : compos mentis

Kesadaran : E4 M6 V5

Tekanan Darah : 100/70 mmHg

Nadi : 84 kali/ menit

Pernafasan : 20 kali/menit

Suhu : 360C

2.4 Pemeriksaan Fisik

a. Kulit

Warna : Sawo Matang

4
Sianosis : tidak ada

Ikterus : tidak ada

Oedema : tidak ada

Anemia : tidak ada

b. Kepala

Bentuk : normocephali

Wajah : simetris, edema dan deformitas tidak dijumpai

Mata : konjungtiva pucat (-/-), ikterik (-/-), pupil bulat isokor 3 mm/3 mm,

refleks cahaya langsung (+/+), dan reflex cahaya tidak langsung

(+/+), edema kelopak mata (-/-), sekret (-/-), ptosis (-/-),

lagoftalmus (-/-)

Telinga : serumen (+/+)

Hidung : sekret (-/-)

Mulut : bibir pucat dan kering tidak dijumpai, sianosis tidak dijumpai,

lidah tremor dan hiperemis tidak dijumpai.

c. Leher

 Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba membesar

 Kelenjar Tiroid : Tidak teraba membesar

d. Thoraks

Inspeksi

Statis : simetris, bentuk normochest

Dinamis : simetris, retraksi suprasternal dan retraksi interkostal tidak

dijumpai

5
Paru

Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, tidak ada jejas di dada

Kanan Kiri
Palpasi Simetris , nyeri tekan Simetris , nyeri tekan
tidak ada, tidak ada
Perkusi Redup Redup
Auskultasi Vesikuler Vesikuler
Ronki(-) wheezing (-) Ronki(-) wheezing (-)

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra, batas kiri ICS V linea

midclavicula sinistra, batas kanan ICS IV linea sternalis dextra

Perkusi : redup

Auskultasi : BJ I BJ II normal, reguler, murmur tidak dijumpai

e. Abdomen

Inspeksi : Bentuk tampak simetris dan tidak tampak pembesaran

Auskultasi : Peristaltik usus normal

Palpasi : Nyeri tekan dan defans muskular tidak dijumpai

 Hepar : Tidak teraba

 Lien : Tidak teraba

 Ginjal : Ballotement tidak di jumpai

Perkusi : tidak dilakukan

f. Tulang Belakang : Simetris, nyeri tekan (+)

g. Kelenjar Limfe : Pembesaran KGB tidak dijumpai

6
h. Ekstremitas : tidak ada kelemahan anggota gerak

Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Oedema Tidak ada Tidak ada Tidak Tidak ada
Fraktur Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

2.5 Status Neurologis

A. G C S : E4 M6 V5

Pupil : Isokor (3 mm/3 mm)

Reflek Cahaya Langsung : (+/+)

Reflek Cahaya Tidak Langsung : (+/+)

Tanda Rangsang Meningeal

- Kaku kuduk : (-)

- Laseque : (+/+)

- Kernig : (-/-)

- Brudzinski I : (-)

- Brudzinski II : (-)

Pemeriksaan Khusus:

1. Patrick test (+)


2. Kontra Patrick test (+)

7
B. Nervus kranial
Nervus II (otonom) :
Kanan Kiri
1. Ukuran pupil 3 mm 3 mm
2. Bentuk pupil bulat bulat
3. Refleks cahaya langsung + +
4. Refleks cahaya tidak langsung + +
5. Nistagmus - -
6. Strabismus - -
7. Eksoftalmus - -
Nervus III, IV, VI (gerakan okuler) Kanan Kiri
Pergerakan bola mata :
1. Lateral Dalam batas normal Dalam batas normal
2. Atas Dalam batas normal Dalam batas normal
3. Bawah Dalam batas normal Dalam batas normal
4. Medial Dalam batas normal Dalam batas normal
5. Diplopia Dalam batas normal Dalam batas normal
Kelompok Motorik
Nervus V (fungsi motorik)
1. Membuka mulut Dalam batas normal
2. Menggigit dan mengunyah Dalam batas normal
Nervus VII (fungsi motorik) Kanan Kiri
1. Mengerutkan dahi Dalam batas normal Dalam batas normal
2. Menutup mata Dalam batas normal Dalam batas normal
3. Menggembungkan pipi Dalam batas normal Dalam batas normal
4. Memperlihatkan gigi Dalam batas normal Dalam batas normal
5. Sudut bibir Dalam batas normal Dalam batas normal
Nervus IX & X (fungsi motorik)
1. Bicara Dalam batas normal
2. Menelan Dalam batas normal

8
Nervus XI (fungsi motorik)
1. Mengangkat bahu Dalam batas normal
2. Memutar kepala Dalam batas normal
Nervus XII (fungsi motorik)
1. Artikulasi lingualis Dalam batas normal
2. Menjulurkan lidah Dalam batas normal
Kelompok Sensoris
1. Nervus I (fungsi penciuman) Sulit dinilai
2. Nervus V (fungsi sensasi wajah) Dalam batas normal
3. Nervus VII (fungsi pengecapan) Sulit dinilai
4. Nervus VIII (fungsi pendengaran) Sulit dinilai

C. Badan

Sensibilitas

1. Rasa suhu : Sulit Dinilai.

2. Rasa nyeri : Dalam batas normal

3. Rasa raba : Dalam batas normal.

D. Anggota Gerak Atas

Motorik

1. Pergerakan : (+/+)

2. Kekuatan : 5555/5555

3. Tonus : N/N

4. Trofi : N/N

9
Refleks

1. Biceps : (+2/+2)

2. Triceps : (+2/+2)

3. Hoffman-Tromner : (-/-)

E. Anggota Gerak Bawah

Motorik

1. Pergerakan : (+/+)

2. Kekuatan : 5555/5555

3. Trofi : N/N

Refleks

1. Patella : (+2/+2)

2. Achilles : (+2/+2)

3. Babinski : (-/-)

4. Chaddok : (-/-)

5. Gordon : (-/-)

6. Oppenheim : (-/-)

F. Gerakan Abnormal : Tidak ditemukan

G. Fungsi Vegetatif

1. Miksi : dalam batas normal

2. Defekasi : dalam batas normal

H. Koordinasi Keseimbangan

1. Cara Berjalan : Sulit dinilai

2. Romberg Test : tidak dapat dinilai

10
Pemeriksaan Penunjang

Tabel 2.1 Lab darah (12 Juli 2017)


TANGGAL
PEMERIKSAAN NILAI NORMAL 12/07/2017
HEMATOLOGI
Hb 12,0-15,0gr/dl 11,1
Hematokrit 37-47% 35,8
Leukosit 4,5-10.5 103/mm3 10,65
Eritrosit 4,2-5,4106/mm3 4,50
Trombosit 150-450103/mm3 222
Index eritrosit
MCV 79-99 fL 79,6
MCH 27-32 pg 24,7
MCHC 33-37% 31,0

KIMIA KLINIK

Kreatinin 0,51-0,95mg/dl 1,10

KGDP 70-126 mg/dL 85

Kolestrol <200 mg/dL 199

HDL kolestrol >45 mg/dL 43

LDL kolestrol 100-129 mg/dL 138

Trigliserida <150 mg/dL 168

Protein total 6,0-8,3 g/dL 5,7

Albumin 3,5-5,2 g/dL 3,80

11
Foto lumbosacral

Kesan kompresi Vertebrae lumbal 3 dan 4

RESUME

Seorang wanita Ny. TU usia 60 tahun datang ke IGD RSU Cut Meutia

dengan keluhan nyeri pinggang sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri

menjalar dari pinggang sampai ke paha. Pasien pernah mengalami hal yang serupa

sebelumnya selama 1 tahun belakangan ini. Pasien mengeluhkan nyeri seperti di

tusuk-tusuk, skala nyeri menurut pasien 7. Dari pemeriksaan fisik status generalis

tidak ditemukan kelainan yang berarti. Pemeriksaan status neurologis ditemukan

laseque test (+), patrick test (+), kontra Patrick (+). Dari pemeriksaan

laboratorium darah didapatkan kesan anemia hipokrom normositik,

hiperkolesterolemia Pemeriksaan rontgen lumbosakral kesan kompresi vertebrae

lumbal 3 dan 4.

12
2.6 Diagnosis

a. Diagnosis Klinis : Low back pain

b. Diagnosis Topis : Radiks nervus spinal vertebrae lumbal 3 dan 4

c. Diagnosis Etiologi : kompresi vertebrae lumbal

d. Diagnosis Patologi : spondilolistesis

2.7 Terapi

IVFD Ringer Lactad 20 gtt/i

Aminofluid/24 jam

Ketorolac 30 mg/8 jam

Ranitidin 50 mg/12 jam

Mecobalamin 500 mcg/24 jam

2.7 Prognosis
Qou ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

2.8 Follow up

Tanggal S O A P
14/07/2017 - Nyeri kepala KU: lemas LBP ec. IVFD Ringer
(+) Kesadaran: E4 M6 Kompr Lactad 20 gtt/i
- Nyeri V5 esi Aminofluid /24
punggung (+) vertebr jam
- Lemas (+) TD: 90/30 mmHg ae Ketorolac 30
- Kaki kebas HR: 80 x/i lumbal mg/8 jam
(+) RR: 23x/i 3 dan 4 Ranitidin 50
- Penurunan T : 36,5oC mg/12 jam
nafsu makan Pupil isokor, Mecobalamin
(-) RCL/RCTL (+/+)/ 500 mcg/24 jam

13
- Mual (-) (+/+)
- Muntah (-) N I ( sulit dinilai)
- BAB (+) NII (N)
- BAK (+) N III,IV,VI (N)
NV (N)
NVII(N)
N VIII (sulit dinilai)
NIX, X (N)
NXI(N)
TRM (laseque +/+)
Tes patrick (+/+)
Tes kontrapatrick
(+)
Refleks
fisiologis
(dbn)
Refleks
patologis (-)
Sensorik
(dbn)
Motorik
Ekstremitas atas:
5555/5555
Ekstremitas bawah :
5555/5555

15/07/2017 - Nyeri kepala KU: Baik LBP ec. IVFD Ringer


(+) Kesadaran: E4 M6 Kompr Lactad 20 gtt/i
- Nyeri V5 esi Aminofluid /24
punggung (+) vertebr jam
- Lemas (+) TD: 70/40 mmHg ae Ketorolac 30
- Kaki kebas HR: 84 x/i lumbal mg/8 jam
(+) RR: 20x/i 3 dan 4 Ranitidin 50
o
- Penurunan T : 34,3 C mg/12 jam
nafsu makan Pupil isokor, Mecobalamin
(+) RCL/RCTL (+/+)/ 500 mcg/24 jam
- Mual (-) (+/+)
- Muntah (-) N I ( sulit dinilai)
- BAB (+) NII (N)
BAK (+) N III,IV,VI (N)
NV (N)
NVII(N)
N VIII (sulit dinilai)
NIX, X (N)
NXI(N)
TRM (laseque +/+)

14
Tes patrick (+/+)
Tes kontrapatrick
(+)
Refleks
fisiologis
(dbn)
Refleks
patologis (-)
Sensorik
(dbn)
Motorik
Ekstremitas atas:
5555/5555
Ekstremitas bawah :
5555/5555

16/07/2017 - Nyeri kepala KU: Baik LBP ec. IVFD Ringer


(-) Kesadaran: E4 M6 Kompr Lactad 20 gtt/i
- Nyeri V5 esi Aminofluid /24
punggung (+) vertebr jam
- Lemas (-) TD: 100/70 mmHg ae Ketorolac 30
- Kaki kebas HR: 86 x/i lumbal mg/8 jam
(+) RR: 20x/i 3 dan 4 Ranitidin 50
- Penurunan T : 35,8oC mg/12 jam
nafsu makan Pupil isokor, Mecobalamin
(+) RCL/RCTL (+/+)/ 500 mcg/24 jam
- Mual (-) (+/+)
- Muntah (-) N I ( sulit dinilai)
- BAB (+) NII (N)
BAK (+) N III,IV,VI (N)
NV (N)
NVII(N)
N VIII (sulit dinilai)
NIX, X (N)
NXI(N)
TRM (laseque +/+)
Tes patrick (+/+)
Tes kontrapatrick
(+)
Refleks
fisiologis
(dbn)
Refleks
patologis (-)
Sensorik
(dbn)

15
Motorik
Ekstremitas atas:
5555/5555
Ekstremitas bawah :
5555/5555

17/07/2017 - Nyeri kepala KU: Baik LBP ec. IVFD Ringer


(-) Kesadaran: E4 M6 Kompr Lactad 20 gtt/i
- Nyeri V5 esi Aminofluid /24
punggung (+) vertebr jam
- Lemas (-) TD: 90/50 mmHg ae Ketorolac 30
- Kaki kebas (-) HR: 92 x/i lumbal mg/8 jam
- Penurunan RR: 24x/i 3 dan 4 Ranitidin 50
o
nafsu makan T : 37 C mg/12 jam
(-) Pupil isokor, Mecobalamin
- Mual (-) RCL/RCTL (+/+)/ 500 mcg/24 jam
- Muntah (-) (+/+)
- BAB (+) N I ( sulit dinilai)
BAK (+) NII (N)
N III,IV,VI (N)
NV (N)
NVII(N)
N VIII (sulit dinilai)
NIX, X (N)
NXI(N)
TRM (laseque +/+)
Tes patrick (+/+)
Tes kontrapatrick
(+)
Refleks
fisiologis
(dbn)
Refleks
patologis (-)
Sensorik
(dbn)
Motorik
Ekstremitas atas:
5555/5555
Ekstremitas bawah :
5555/5555

16
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi os vertabrae

a. Struktur Columa Vertebralis

Columna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah struktur lentur

sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Diantara tiap dua

ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan. Panjang

rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57 sampai 67 cm.

Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang – tulang

terpisah dan 9 ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang.

Komposisi columna vetebralis dibentuk oleh 33 buah os vertebra yang

terdiri atas 7 vertebra cervicalis, 12 vertebra thorakalis, 5 vertebra lumbalis, 5

vertebra sacralis (yang bersatu membentuk os sacrum), dan empat vertebra

coccygeus. Struktur columna vertebralis ini sangat fleksibel, karena columna ini

bersegmen-segmen dan tersusun atas vertebra, sendi-sendi, dan bahan bantalan

fibrocartilago yang disebut discus intervertebralis. Discus intervertebralis

membentuk kira-kira seperempat panjang columna.

Secara anatomi, vertebra terdiri atas dua komponen utama, yaitu masa

tulang spongia di ventral yang merupakan korpus dari vertebra dengan bentuk

menyerupai silinder dan struktur posterior yang tersusun oleh tulang pipih arkus

vertebra posterior. Korpus vertebra dihubungkan dengan arkus posterior oleh

sepasang struktur pilar kokoh yang disebut pedikel. Masing – masing pedikel di

sisi kanan dan kiri vertebra berhubungan dengan sepasang struktur pipih yang

melengkung dan menyatu di garis tengah yang disebut lamina. Pertemuan antara

17
lamina di sisi kirir dan kanan terdapat suatu penonjolan tulang ke arah dorsum

yang disebut prosesus spinosus. Pada pertemuan antara pedikel dengan lamina di

masing – masing sisi terdapt penonjolan tulang ke arah lateral membentuk

sepasang procesus transversus. Selanjutnya antar prosesus transversus dengan

lamina terdapat prosesus artikularis yang membentuk sendi facet antara satu

vertebra dengan vertebra di proksimalnya. Kesinambungan antara pedikel dan

lamina di satu sisi dengan sisi lawannya membentuk suatu struktur tulang

berbentuk cincin. Cincin dari masing – masing vertebra tersebut membentuk suatu

kanal yang berjalan dari servical hingga ke sakral, dan menjadi tempat

berjalannya medula spinalis dalam suatu selaput duramater.

Gambar 3.1 Columna vertebralis


Tampak ventral, dorsal dan lateral

18
b. Vertebrae lumbal

Vertebrae lumbal lebih berat dan lebih besar di banding vertebrae lainnya

lebih sesuai dengan peran utamanya menyangga berat badan.Setiap vertebrae

lumbal dapat dibagi atas 3 set elemen fungsional, yaitu:

1. Elemen anterior terdiri dari corpus vertebrae

2. Elemen posterior terdiri dari lamina, prosesus artikularis, prosesus

spinosus, prosesus mamilaris dan prosesus aksesorius. Mengatur kekuatan pasif

dan aktif yang mengenai kolumna vertebra dan juga mengontrol gerakannya.

Gambar 3.2 Vertebrae lumbalis


Tampak cranial, lateral, dan dorsal

19
3. Discus intervertebralis

Fungsi utama discus ini adalah memisahkan antara 2 corpus vertebrae

sedemikian sehingga dapat terjadi pergerakan dan cukup kuat untuk menahan

beban kompresi. Kontribusinya sekitar sepertiga dari panjang total tulang

belakang lumbal, sedangkan di bagian tulang belakang lainnya kurang lebih

seperlimanya.

4. Foramina dan resesus lateralis

Berubahnya konfigurasi foramina vertebra lumbal sangat penting dalam

klinik maupun pembedahan. Pada dasarnya foramina lumbal ukurannya kecil dan

berbentuk segitiga, dan di vertebra L4, L5 menyempit di sudut lateralnya. Di

resesus lateralis ini terletak saraf yang belum keluar dari foramen intervertebra.

Akar saraf L5 – S1 cenderung mengalami kompresi oleh diskusi intervertebra

yang berprotusi dibanding akar saraf lumbal yang lebih tinggi yang terletak dalam

foramen yang bulat. Resus lateralis kadang – kadang dapat ditemukan di l2 – L3.

5. Artikulasio

Permukaan atas dan bawah korpus dilapisi oleh kartilago hialin dan

dipisahkan oleh discus intervertebralis dan fibroblastilaginosa. Tiap discus

memiliki anulus fibrosus di perifer dan nukleus pulposus yang lebih lunak di

tengah yang terletak lebih dekat ke bagian belakang daripada bagian depan discus.

Nukleus pulpsus kaya akan glikosaminoglikan sehinnga memeiliki kandungan air

yang tinggi, namun kandungan air ini berkurang dengan bertambahnya usia.

Kemudian nukleus bisa mengalami hernia melalui anulus fibrosus, berjalan ke

20
belakang (menekan medula spinalis) atau ke atas (masuk ke korpus vertebralis –

nodus Schmorl).

6. Ligamen

a) Ligamentum interspinosus

Menghubungkan prosesus spinosus yang berdekatan. Ligamentum ini

berperan dalam mencegah terpisahnya 2 vertebra.

b) Ligamentum supraspinosus

Berada di garis tengah di bagian dorsal prosesus spinosus, di mana ia

melekat. Selain membentuk ligamentum, ia merupakan serabut terdineus dari otot

punggung, dan tidak tambak di bawah level L3.

c) Ligamentum intertransversus

Merupakan suatu membran yang membentang antara prosesus transversus

dan merupakan sistem fascial yang memisahkan otot – otot di bagian ventral dan

posterior.

d) Ligamentum iliolumbal

Mengikat prosesus transversus L5 ke ilium. Pada usia – usia awal ia

bersifat muskular dan merupakan komponen L5 dari iliokostalis lumborum,

seiring bertambahnya usia akan mengalami metaplasia fibrosa.

e) Ligamentum flavum

Ligamentum yang pendek dan tebal, mengikat lamina terhadap vertebra

yang berurutan, bersifat elastis. Berperan sedikit dalam menahan fleksi lumbal,

tetapi tidak membatasi pergerakan. Peran utamanya memelihara keutuhan dan

permukaan yang mulus sepanjang atap kanalis vertebralis.

21
7. Persarafan vertebra

Persarafan vertebra Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak dan medula

spinalis. Keduanya merupakan oragn vital yang perlu dilindungi dari trauma.

Selain kranium dan ruas – ruas tulang vertebra, otak dan medula spinalis juga juga

dilindungi oleh 3 lapis selaput meningen. Bila selaput ini terinfeksi, maka akan

terjadi peradangan yang disebut meningitis. Ketiga lapisan meningen dari luar ke

dalam adalah sebagai berikut: a) durameter, b) araknoid, c) piameter.

Syaraf sinusvertebralis dianggap merupakan struktur utama syaraf sensoris

yang mempersyarafi struktur tulang belakang lumbal. Berasal dari syaraf spinal

yang terbagi menjadi devisi utama posterior dan anterior. Syaraf ini akan

bergabung dengan cabang simpatetis ramus comunicans dan memasuki canalis

spinalis melalui foramen intervertebral, yang melekuk ke atas sekitar dasar

pedikel menuju garis tengah pada ligamen longitudinal posterior. Syaraf

sinusvertebral mempersyarafi ligamen longitudinal posterior, lapisan superfisial

annulus fibrosus, pembuluh darah rongga epidural, durameter bagian anterior,

tetapi tidak pada durameter bagian posterior (durameter posterior tidak

mengandung akhiran syaraf), selubung dural yang melingkupi akar syaraf spinal

dan periosteum vertebral bagian posterior.

3.2 Low Back Pain

3.2.1 Definisi

Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada regio

lumbal, tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks

saraf, namun secara luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal. Nyeri

22
punggung bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah punggung bawah, yang

mungkin disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot atau lesi tulang. Nyeri

punggung bawah dapat mengikuti cedera atau trauma punggung, tapi rasa sakit

juga dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif seperti penyakit artritis,

osteoporosis atau penyakit tulang lainnya, infeksi virus, iritasi pada sendi dan

cakram sendi, atau kelainan bawaan pada tulang belakang. Obesitas, merokok,

berat badan saat hamil, stres, kondisi fisik yang buruk, postur yang tidak sesuai

untuk kegiatan yang dilakukan, dan posisi tidur yang buruk juga dapat

menyebabkan nyeri punggung bawah.

3.2.2 Faktor risiko

Beberapa membagi faktor resiko menjadi :

1. Faktor resiko fisiologis : usia 20-50 tahun, kurangnya latihan fisik, postur

tubuh yang tidak anatomis, kegemukan, scoliosis berat (Kurvutura berat

>80), HNP, spondilitis, spinal stenosis, osteoporosis, merokok

2. Faktor resiko lingkungan : duduk terlalu lama, terlalu lama menerima

getaran, terpelintir.

3. Faktor resiko psikososial : ketidaknyamanan bekerja, depresi dan stres.

3.2.3 Tanda dan gejala

Keluhan LBP sangat beragam, tergantung dari patofisiologi, perubahan

biokimia atau biomekanik dalam discus intervertebralis. Bahkan pola patofisiologi

yang serupa pun dapat menyebabkan sindroma yang berbeda dari pasien. Pada

umumnya sindroma lumbal adalah nyeri. Sindroma nyeri muskulo skeletal yang

23
menyebabkan LBP termasuk sindrom nyeri miofasial dan fibromialgia. Nyeri

miofasial khas ditandai nyeri dan nyeri tekan seluruh daerah yang bersangkutan

(trigger points), kehilangan ruang gerak kelompok otot yang tersangkut (loss of

range of motion) dan nyeri radikuler yang terbatas pada saraf tepi. Keluhan nyeri

sering hilang bila kelompok otot tersebut diregangkan. Fibromialgia

mengakibatkan nyeri dan nyeri tekan daerah punggung bawah, kekakuan, rasa

lelah, dan nyeri otot.

Gejala penyakit LBP yang sering dirasakan adalah nyeri, kaku, deformitas,

dan nyeri serta paraestesia atau rasa lemah pada tungkai. Gejala serangan pertama

sangat penting. Dari awal kejadian serangan perlu diperhatikan, yaitu apakah

serangannya dimulai dengan tiba – tiba, mungkin setelah menggeliat, atau secara

berangsur – angsur tanpa kejadian apapun. Dan yang diperhatikan pula gejala

yang ditimbulkan menetap atau kadang – kadang berkurang. Selain itu juga perlu

memperhatikan sikap tubuh, dan gejala yang penting pula yaitu apakah adanya

sekret uretra, retensi urine, dan inkontinensia.

3.2.4 Etiologi

Etiologi nyeri punggung bermacam – macam, yang paling banyak adalah

penyebab sistem neuromuskuloskeletal. Disamping itu LBP dapat merupakan

nyeri rujukan dari gangguan sistem gastrointestinal, sistem genitorinaria atau

sistem kardiovaskuler. Proses infeksi, neoplasma dan inflasi daerah panggul dapat

juga menimbulkan LBP. Penyebab sistem neuromuskuloskeletal dapat

diakibatkan beberapa faktor, ialah (a) otot, (b) discus intervertebralis, (c) sendi

24
apofiseal, anterior, sakroiliaka, (d) kompresi saraf / radiks, (e) metabolik, (f)

psikogenik, (g) umur.

3.2.5 Diagnosis

1. Anamnesis

Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:

a. Nyeri pinggang lokal

Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah

dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di

bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.

b. Iritasi pada radiks

Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada

dermatom yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat

disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan

oleh proses desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.

c. Nyeri rujukan somatis

Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam

pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam

dapat dirasakan di bagian lebih superfisial.

d. Nyeri rujukan viserosomatis

Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam

ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.

e. Nyeri karena iskemia

25
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens

yang dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat

disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka

komunis.

f. Nyeri psikogen

Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan

dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan. Penyebab mekanis LBP

menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi mekanis yang

merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan

sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap. Harus dibedakan antara

LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas dari masing-

masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai

yang lebih banyak dari pada LBP dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya

radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri LBP

lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu

kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan operatif.

2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Pada inspeksi yang peru diperhatikan :

a. Kurvatura yag berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulasi,

pelvis yang miring atau asimetris, muskular paravertebral atau pantat yang

asimetris, postur tungkai yang abnormal

26
b. Observasi punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak apakah ada

hambatan selama melakukan gerakan pada saat penderita menanggalkan atau

mengenakan pakaian, apakah ada gerakan yang tidak wajar atau terbatas.

c. Observasi penderita saat berdiri, duduk, bersandar maupun berbaring dan

bangun dari berbaring

d. Perlu dicari kemungkinan adanya atrofi otot, fasikulasi, pembengkakan,

perubahan warna kulit.

Palpasi dan perkusi

a. Pada palpasi, terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya paling ringan

rasa nyerinya, kemudian menuju ke arah daerah yang terasa paliag nyeri.

b. Ketika meraba kolumna vertebralis sejogjanya dicari kemungkinan adanya

deviasi ke lateral atau anterior – posterior

3. Pemeriksaan Neurologik

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri

pinggang bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab

yang lain.

a. Pemeriksaan sensorik

Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu

saraf tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan

menentukan batas-batasnya, dengan demikian segmen yang terganggu dapat

diketahui. Pemeriksaan sensorik ini meliputi pemeriksaan rasa rabaan, rasa sakit,

rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi). Bila ada kelainan maka tentukanlah

batasnya sehingga dapat dipastikan dermatom mana yang terganggu.

27
b. Pemeriksaan motorik

Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana

yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4 maka

musculus tibialis anterior akan menurun kekuatannya. Pemeriksaan yang

dilakukan :

i. Kekuatan : fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu

jari, dan jari lainnya dengan menyuruh penderita melakukan gerakan

fleksi dan ekstensi, sementara pemeriksaan menahan gerakan tadi.

ii. Atrofi : perhatikan atrofi otot

iii. Perlu perhatikan adanya fasikulasi ( kontraksi involunter yang

bersifat halus) pada otot – otot tertentu.

c. Pemeriksaan reflek

Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron

bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah yang

disebabkan HNP maka reflek tendon dari segmen yang terkena akan menurun atau

menghilang

i. Refleks patela : lutut dalam posisi fleksi ( penderita dapat berbaring

atau duduk dengan tungkai menjuntai), tendo patla dipukul dengan

palu refleks. Apabila ada reaksi ekstensi tungkai bawah, maka

refleks patela postitif. Pada HNP lateral di L4-L5, refleksi ini

negatif.

ii. Refleks achiles : penderita dalam posisi berbaring, lutut dalam posisi

fleksi, tumit diletakkan di atas tungkai yang satunya, dan ujung kaki

28
ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendo achiles

dipukul. Apabila terjadi gerakan plantar fleksi maka refleks achiles

positif. Pada HNP lateral L5-S1, refleksi ini negatif.

d. Tes-tes yang lazim digunakan pada penderita low back pain

1. Tes lasegue (straight leg raising)

Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien tidak

dapat mengangkat tungkai kurang dari 70° dan nyeri sepanjang nervus

ischiadicus. Rasa nyeri dan terbatasnya gerakan sering menyertai radikulopati,

terutama pada herniasi discus lumbalis / lumbo-sacralis.

2. Crossed lasegue

Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa nyeri

pada tungkai yang sakit maka dikatakan crossed lasegue positif. Artinya ada lesi

pada saraf ischiadicus atau akar-akar saraf yang membentuk saraf ini.

3. Tes kernig

Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelah sendi

coxa 90 derajat dicoba untuk meluruskan sendi lutut

4. Tes Patrick dan kontra-patrick:

29
Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul. Positif jika

gerakan diluar kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri. Positif pada

penyakit sendi panggul, negative pada ischialgia.

5. Chin chest maneuver

Fleksi pasif pada leher hingga dagu mengenai dada. Tindakan ini akan

mengakibatkan tertariknya myelum naik ke atas dalam canalis spinalis. Akibatnya

maka akar-akar saraf akan ikut tertarik ke atas juga, terutama yang berada di

bagian thorakal bawah dan lumbal atas. Jika terasa nyeri berarti ada gangguan

pada akar-akat saraf tersebut.

6. Ober’s sign

Penderita tidur miring ke satu sisi. Tungkai pada sisi tersebut dalam posisi

fleksi. Tungkai lainnya di abduksikan dan diluruskan lalu secara mendadak

dilepas. Dalam keadaan normal tungkai ini akan cepat turun atau jatuh ke bawah.

Bila terdapat kontraktur dari fascia lata pada sisi tersebut maka tungkainya akan

jatuh lambat.

30
7. Neri’s sign

Penderita berdiri lurus. Bila diminta untuk membungkuk ke depan akan

terjadi fleksi pada sendi lutut sisi yang sakit.

3.3 Spondilolistesis

3.3.1 Definisi

Kata spondilolistesis berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas kata

spondylo yang berarti “tulang belakang (vertebra)”, dan listhesis yang berarti

“beregser”. Maka spondilolistesis merupakan istilah deskriptif untuk pergeseran

(biasanya ke anterior) dari vertebra relatif terhadap vertebra yang dibawahnya.

3.3.2 Etipatofisiologi

Penyebab dari sindrom ini adalah malformasi persimpangan lumbosakral

yang kecil, sendi facet tidak kompeten, yang dapat bersifat kongenital (bawaan),

disebut sebagai spondilolistesis displastik, atau mungkin terjadi karena patah

tulang atau cedera pada salah satu tulang belakang pada saat olah raga ketika

masa remaja seperti angkat berat, berlari, berenang atau sepak bola yang

menyebabkan seseorang memiliki spondilolitesis isthmic.

Ada lima jenis utama dari spondilolitesis dikategorikan oleh sistem

klasifikasi Wiltse:

1. Displastik

2. Isthmic

3. Degeneratif

4. Trauma

31
5. Patologis

3.2.3 Epidemiologi

Insidensi spondilolistesis tipe ismik berkisar 5% berdasarkan studi otopsi.

Spondilolistesis degeneratif memiliki frekuensi tersering karena secara umum

populasi pastinya akan mengalami penuaan. Spondilolistesis degeneratif biasanya

dialami oleh lanjut usiadan jarang mengenai usia dibawah 40 tahun. Kelainan ini

biasanya mengenai perempuan 5 kali lebih banyak dibanding laki-laki.

3.2.4 Gejala klinis

1. Nyeri punggung bawah

Hal ini sering memberat dengan latihan terutama dengan ekstensitulang

belakang lumbal.

2. Beberapa pasien dapat mengeluhkan nyeri, mati rasa, kesemutan, atau

kelemahan pada kaki karena kompresi saraf. Kompresi parah dari saraf dapat

menyebabkan hilangnyakontrol dari usus atau fungsi kandung kemih.

Pasien dengan spondilolistesis degeneratif biasanya lebih tua datang

dengan nyeri punggung, radikulopati, klaudikasio neurogenik, atau kombinasi dari

gejala-gejala tersebut. Pergeseran paling umum adalah di L4-5 dan kurang umum

di L3-4. Gejala-gejala redikuler sering hasil dari stenosis recessus lateral dari facet

dan ligamen hipertrofi dan/atau disk herniasi.

32
3.3.5 Diagnosis

Diagnpsis yang tepat dari spondilolistesis meliputi anamnesis dan

pemeriksaan yang sesuai dengan spondilolistesis. Spondilolistesis dapat

didiagnosa cukup dengan menggunakan foto polos dengan sinar X. Posisi terbaik

yang bisa dilakukan adalah posisi lateral. Berdasarkan persentase pergeseran ruas

dengan ruas tulang belakang yang berdekatan, spondilolistesis dapat dibagi

menjadi 5 derajat:

1. Derajat I dengan pergeseran <26%

2. Derajat II dengan pergeseran 26%-50%

3. Derajat III dengan pergeseran 51%-75%

4. Derajat IV dengan pergeseran 76%-100%

5. Derajat V dengan vertebra telah bergeser sepenuhnya dari vertebra

lainnya.

Jika pasien masih memiliki keluhan nyeri, kebas, atau lemah tungkai,

pemeriksaan tambahan CT scan dan MRI dapat dilakukan. Keluhan ini dapat

disebabkan oleh stenosis atau penyempitan dari celah untuk saraf ke kaki. CT scan

dan MRI adalah pilihan terbaik untuk mendeteksi stenosis yang menyertai

spondilolistesis sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kompresi saraf

akibat spondilolistesis.

3.3.6 Penatalaksanaan

Prinsip tatalaksana adalah untuk meredakan gejala dan meliputi:

a. Modifikasi kegiatan sehari-hari, sperti tirah baring selama eksaserbasi akut

33
b. Analgetik (NSAID)

c. Pemakaian korset/brace

d. Fisioterapi

Analgetik sangat bermanfat untuk menghilangkan rasa nyeri mempunyai

khasiat anti piretik, dan beberapa diantaranya juga berkhasiat antiinflamasi.

Kelompok obat-obat ini dibagi menjadi 4 golongan :

a) Golongan salisilat

Merupakan analgesik yang paling tua, selain khasiat analgesik juga

mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi, dan antitrombotik. Contohnya :

Aspirin

Dosis Aspirin : Sebagai anlgesik 600 – 900 mg, diberikan 4 x sehari . Sebagai

antiinflamasi 750 – 1500 mg, diberikan 4 x sehari.

Kontraindikasi :

- Penderita tukak lambung

- Resiko terjadinya pendarahan

- Gangguan faal ginjal

- Hipersensitifitas

Efek samping :

- Gangguan saluran cerna

- Anemia defisiensi besi

- Serangan asma bronkial

Derivat asam fenamat termasuk golongan ini misalnya asam mefenamat, asam

flufenamat, dan Na-meclofenamat. Golongan obat ini sering menimbulkan efek

34
samping terutama diare. Dosis asam mefenamat sehari yaitu 4×500 mg,sedangkan

dosis Na-meclofenamat sehari adalah 3-4 kali 100 mg.

3.3.7 Komplikasi

Pasien yang membutuhkan penanganan dengan pembedahan untuk

menstabilkan spondilolistesis, dapat terjadi komplikasi seperti nerve root injury

(<1%), kebocoran cairan serebrospinal (2%-10%), kegagalan melakukan fusi

(5%-25%), infeksi dan perdarahan dari prosedur pembedahan (1%-5%). Pada

pasien perokok, kemungkinan untuk terjadinya kegagalan pada saat melakukan

fusi ialah (>50%).

3.3.8 Prognosis

Pasien dengan fraktur akut dan pergeseran tulang yang minimal

kemungkinan akan kembali normal apabila fraktur tersebut membaik. Pasien

dengan perubahan vertebra yang progresif dan degenerative kemungkinan akan

mengalami gejala yang sifatnya intermiten. Risiko untuk terjadinya

spondilolistesis degenerative meningkat siring bertambahnya usia, dan pergeseran

vertebra yang progresif terjadi pada 30% pasien. Bila pergeseran vertebra semakin

progresif foramen neural akan semakin dekat dan menyebabkan penekanan pada

saraf (nerve compression) atau sciatica hal ini akan membutuhkan pembedahan

dekompresi.

35
BAB 4
DISKUSI KASUS

Ny. TU 60 tahun, datang dengan keluhan nyeri punggung bawah yang

dialami sejak 1 tahun belakangan ini dan memberat 2 hari SMRS.Setelah hasil

pemeriksaan fisik dan radiologi, os didiagnosismenderita LBP ec spondilolistesis.

Low back pain (LBP) adalah suatu gejala berupa nyeri di bagian pinggang yang

dapat menjalar ke tungkai kanan atau kiri. Banyak penyebab dari LBP, salah

satunya spondilolistesis. Spondilolistesis adalah salah satu istilah yang digunakan

untuk merujuk kepada pergeseran ruas tulang punggung belakang. Keluhan

utamanya adalah nyeri punggung dekat lokasi pergeseran, seringnya pada daerah

L5-S1 sehingga sering datang dengan keluhan low back pain.

Dari hasil pemeriksaan fisik yang dijumpai pada pasien ditemukan adanya

gejala yang khas, yaitu nyeri radikuler dan hasil pemeriksaan fisik tes laseque.

Penegakan diagnosis utama spondilolistesis didapat dari foto lateral dan AP pada

corpus vertebra lumosacral. Hasil dari foto pasien ini menunjukkan pergeseran

corpus vertebra L4 terhadap lumbal 3, sehingga dapat menjadi penyebab low back

pain pada pasien ini.

Tatalaksana pada pasien ini sesuai dengan tatalaksana yang dianjurkan dari

literatur yaitu tirah baring dan istirahat, hindari mengangkat beban berat,

pemberian obat analgesiksupportif dan perencanaan pemasangan korset pada

pasien ini serta fisioterapi. Pemaantauan setelah tatalaksana tersebut harus

dilakukan terus selama beberapa waktu untuk melihat perbaikan dan

mempertimbangkan indikasi operasi apabila tidak ada perbaikan pada os.

36
BAB 5
KESIMPULAN

Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada regio

lumbal, tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks

saraf, namun secara luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal. Gejala

penyakit LBP yang sering dirasakan adalah nyeri, kaku, deformitas, dan nyeri

serta paraestesia atau rasa lemah pada tungkai. Etiologi nyeri punggung bermacam

– macam, yang paling banyak adalah penyebab sistem neuromuskuloskeletal.

Penyebab sistem neuromuskuloskeletal dapat diakibatkan beberapa faktor, ialah

(a) otot, (b) discus intervertebralis, (c) sendi apofiseal, anterior, sakroiliaka, (d)

kompresi saraf / radiks, (e) metabolik, (f) psikogenik, (g) umur.

Spondilolistesis dapat didiagnosa cukup dengan menggunakan foto polos

dengan sinar X. Prinsip tatalaksana adalah untuk meredakan gejala dan meliputi:

Modifikasi kegiatan sehari-hari, sperti tirah baring selama eksaserbasi akut,

analgetik (NSAID), Pemakaian korset/brace dan fisioterapi

37
DAFTAR PUSTAKA

Everett C.Hills, 2010. Mechanical Low Back Pain, emedicine.


Medscape.com/article/310353

Guyton A.C., 2008. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 11th
edition.

Healthwise, 2011.Low Back Pain. Avaible from: http://www.webmd.com/back-


pain-symptom diakses tanggal 1 Agustus 2017.

Japardi, I.2002, Sponylolisthesis. Di unduh dari


http://www.mdguidelines.com/spondylolisthesis/definition diakses tanggal 2
Agustus 2017.

Lee. Dennis, 2011.Spondylolisthesis Symptoms. Diunduh dari http://www


.medicinet.com/spondylolisthesis/page2.htm#symptoms diakses tanggal 1
Agustus 2017.

Marrio, Maurits van Tulder, 2005. Europan Guidelines fort the Management of
Acute Non specific Low Back Pain in Primary Care.

Mayoclinic, 2012. Low Back Pain. Avaible from:


http://www.mayoclinic.com/health/back-pain/DS00171/DSECTION diakses
tanggal 1 Agustus 2017.

NHS, 2013. Low Back Pain. Avaible from: http://www.nhs.uk/Conditions/Back-


pain/Pages/Treatment.aspx diakses tanggal 1 Agustus 2017

Nicrovic, Peter. A. 2009. Back pain in Children and adolescents: Overview of


causes. UpToDate systematic review ver.17.3

Shiel Jr, William C. Spondylolisthesis. MedicineNet.com. Diunduh dari:


http://www.medicinet.com/spondylolisthesis/page 2.htm. Diakses tanggal 2
Agustus 2017.

Sjamsuhidajat R, Jong Wd.2005. Spondilolistesis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah


Edisi ke-2. Jakarta: EGC 835

Syaanin, Syaiful. Neurosurgery of Spondylolisthesis. Padang: RSUP. Dr Dr. M.


Djamil/FK-UNAND Padang.

38

You might also like