You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi kesehatan
yang baik dengan nutrisi yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu
membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dna tidur. Kesehatan fisik
dan emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup, kempuan untuk
berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian
akan menurun.
Pengidentifikasian dan penanganan gangguan pola tidur klien adalah
tujuan penting perawat. Untuk membantu klien mendapatkan kebutuhan
istirahat dan tidur, maka perawat harus memahami sifat alamiah dari tidur,
faktor yang mempengaruhi, dan kebiasaan tidur klien. Klien membutuhkan
suatu pendekatan individual berdasarkan pada kebiasaan pribadi mereka dan
pola tidur serta masalah khusus yang mempengaruhi tidur mereka. Intervensi
keperawatan dapat menjadi efektif dalam mengatasi gangguan tidur jangka
pendek dan jangka panjang.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan didalam makalah ini yaitu :
1. Apa definisi dari tidur?
2. Bagaimana fisiologi tidur?
3. Bagaimana tahapan tidur?
4. Apa saja fungsi tidur ?
5. Bagaimana kebutuhan tubuh berdasarkan usia ?
6. Faktor apa saja yang mempengaruhi tidur?
7. Apa saja gangguan tidur?
8. Bagaimana cara menangani masalah susah tidur?
9. Apa pengertian Induksi Tidur dan cara melakukan tindakan induksi tidur ?

1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi tidur.
2. Untuk mengetahui dan memahami fisiologi tidur.
3. Untuk mengetahui dan memahami tahapan tidur.
4. Untuk mengetahui dan memahami fungsi tidur.
5. Untuk mengetahui dan memahami kebutuhan tidur berdasarkan kelompok
usia.
6. Untuk mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi tidur.
7. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam gangguan tidur.
8. Untuk mengetahui dan memahami cara menangani masalah susah tidur.
9. Untuk mengetahui dan memahami pengertian induksi tidur dan cara
melakukan tindakan induksi tidur.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI TIDUR
Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan
periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur merupakan kondisi tidak
sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulasi atau sensori yang
sesuai (Guyton dalam Aziz Alimul H) atau juga dapat dikatakan sebagai
keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh
ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang
berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran yang
bervariasi terhadap perubahan fisiologis dan terjadi penurunan respon
terhadap rangsangan dari luar. Potter & Perry (2005). Kebutuhan tidur dan
istirahat yang sesuai sama pentingnya dengan kebutuhan nutrisi dan olahraga
yang cukup bagi kesehatan. Menurut Hodgson (1991) dalam Potter & Perry
(2005), kegunaan tidur masih belum jelas, namun diyakini tidur diperlukan
untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan kesehatan.

B. FISIOLOGI TIDUR
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang
otak,yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing
Region(BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel
khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi
stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta emosi dan
proses berfikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,sedangkan
pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR. Tidur ditandai
dengan:
1. Aktivitas Fisik
Perubahan-perubahan fisiologis tubuh dan penurunan respon
terhadap rangsangan eksternal. Meskipun tujuan dari tidur sebenarnya
tidak jelas, namun diyakini bahwa tidur diperlukan untuk memelihara

3
kesehatan dan menjaga keseimbangan mental emosional.Apabila
kekurangan tidur akan mengakibatkan kondisi yang dapat merusak orang
yang mengalaminya.
Fungsi dan tujuan tidur masih belum diketahui secara jelas.
Meskipun demikian, tidur diduga bermanfaat untuk menjaga
keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan. Sclain itu, stres pada
paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga menurun
aktivitasnya. Energi yang tersimpan selama dari tidur diarahkan untuk
fungsi-fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek
fisiologis tidur, pertama efek pada sistem saraf yang dipeerkirakan dapat
memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai
susunan saraf. Kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan
kesogaran dan fungsi organ dalam tubuh, mengingat terjadinya
penurunan aktivitas organ-organ tubuh tersebut selama tidur

2. Irama Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang
berbeda. Pada manusia,bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan
dengan factor lingkungan (mis; cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus
elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme
sirkadian-yamg melengkapi siklus selama 24 jam. Dalam hal ini,
fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperature, sekresi hormone,
metabolism dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada
ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang
sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki
pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya: individu akan bangun
pada saat ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur
pada saat ritme tersebut paling rendah.

C. TAHAPAN TIDUR
Dua fase tidur normal : NREM (pergerakan mata yang tidak cepat) dan REM
(pergerakan mata yang cepat).

4
a. Tahap 1 : NREM
Merupakan tingkatan paling dangkal dari tidur. Tahapan ini berakhir
beberapa menit sehingga orang mudah terbangun karena suara. Terjadi
pengurangan aktivitas fisiologis seperti pengurangan tanda-tanda vital dan
metabolisme.
b. Tahap 2 : NREM
Merupakan tidur bersuara. Terjadi relaksasi sehingga untuk bangun pun
sulit. Tahap ini berakhir 10-20 menit. Fungsi tubuh menjadi lambat.
c. Tahap 3 : NREM
Menjadi tahap awal tidur yang dalam. Otot-otot menjadi relaks penuh
sehingga sulit untuk dibangunkan dan jarang bergerak. Tanda-tanda vital
menurun namun teratur. Berakhir 15-30 menit.
d. Tahap 4 : NREM
Menjadi tahap tidur terdalam. Individu menjadi sulit dibangunkan. Jika
kurang tidur, individu akan menyeimbangkan porsi tidurnya pada tahap
ini. Tanda-tanda vital menurun secara bermakna. Berakhir 15-30 menit.
e. Tidur REM
Pada tahap ini, individu akan mengalami mimpi. Respon pergerakan mata
yang cepat. Fluktusi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan
tekanan darah. Terjadi tonus otot skelet penurunan. Sekresi lambung
meningkat, berakhir dalam waktu 90 menit.

Selama tidur, denyut jantung menurun mencapai 60x per menit dan tubuh
mengeluarkan hormon untuk pertumbuhan tubuh dengan memperbaiki sel-sel
epitel, sel otak.

D. FUNGSI TIDUR
Kegunaan tidur masih tetap belum jelas. Tidur dipercaya mengkonstribusi
pemulihan fisiologis dan psikologis.
Tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara
rutin. Selama tidur gelomabg rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh
melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan

5
memperbaharui sel epitel dan khusu seperti sel otak. Penelitian lain
menunjukkan bahwa sintesis protein dan pembagian sel untuk pembaharuan
jaringan sepertu pada kulit, sumsum tulang, mukosa lambung, atau otak
terjadu selama istirahat dan tidur.
Teori lain tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan energi selama
tidur. Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan tidak adanya kontraksi otot
menyimpan energi kimia untuk proses seluler. Penuruan laju metabolik basal
lebih jauh menyimpan persediaan energi tubuh.
Kegunaan tidur pada perilaku seringkali tidak diketahui sampai seseorang
mengalami suatu masalah akibat deprivasi tidur. Kurangnya tidur REM dapat
mengarah pada perasaan bingung dan curiga. Berbagai fungsi tubuh (mis.
Penampilan motorik, memori, dan keseimbangan) dapat berubah ketika
terjadi kehilanga tidur yang memanjang.

E. KEBUTUHAN TIDUR
Kebutuhan tidur pada manusia tcrgantung pada tingkat perkembangan,
1. Neonatus
Neonatus sampai usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari.
Bayi yang lahir dari ibu tanpa medikasi lahir dalam keadaan terjaga.
Mata terbuka lebar dan menghisap kencang. Setelah sekitar satu jam bayi
baru lahir menjadi diam dan kurang responsive terhadap stimulus internal
dan eksternal. Periode tidur berakhir beberapa menit sampai 2 samapi 4
jam setelahnya. Kemudian bayi terbangun lagi dan seringkali menjadi
terlalu reponsif terhadap stimulus. Stimulus lapar, nyeri, dingin, atau
yang lain seringkali menyebabkan tangisan. Pada minggu pertama, bayi
baru lahir tidur dengan konstan. Kira-kira 50% dari tidur ini adalah tidur
REM yang menstimulasi pusat otak tertinggi. Hal ini dianggap esensial
bagiperkembangan karena neonates tidak terjaga cukup lama untuk
stimulasi eksternal yang bermakna.

6
2. Masa Bayi
Pada umumnya bayi mengalami pola tidur malam hari pada usia 3
bulan. Bayi tertidur beberapa kali pada siang hari tetapi biasanya tidur
rata-rata 8 sampai 10 jam pada malam hari. Sekitar 30% dari waktu tidur
dihabiskan dalam siklus REM. Bangun biasanya terjadi pada pagi hari
meskipun tidak umum bagi bayi untuk terjaga selama malam hari. Jika
bangun malam hari menjadi rutin, masalahnya pada diet karena lapar.
Bayi yang minum ASI biasanya tidur selama periode yang lebih pendek,
dengan lebih sering terbangun daripada bayi yang minum susu botol.
Seorang bayi antara usia 1 bulan dan 1 tahun tidur rata-rata 14 jam
sehari. Dibandingkan dengan anak-anak yang lebih besar, tidur aktif
(REM) membentuk proporsi tidur yang lebih besar. Sebaliknya pada bayi
baru lahir yang tidur dan bangun bergantian sepanjang periode 24 jam,
setelah usia 3 bulan periode tidur terpanjang terlihat pada malam hari.
3. Masa Toodler
Pada usia 2 tahun, anak-anak biasanya tidur sepanjang malam dan
tidur siang setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam sehari. Tidur siang
dapat hilang pada usia 3 tahun. Hal yang umum bagi todler terbangun
malam hari. Presentasi tidur REM berlanjut menurun. Selama periode ini
toodler tidak ingin tidur pada malam hari. Ketidakinginan ini dapat
berhubungan dengan kebutuhan untuk otonomi atau takut perpisahan.
Toodler mempunyai kebutuhan untuk mengeksplorasi dan memuaskan
keingintahuannya yang dapat menjelaskan mengapa beberapa dari
mereka mencoba untuk menunda waktu tidur.
4. Masa Prasekolah
Rata-rata tidur anak usia prasekolah sekitar 12 jam semalam. Pada
usia 5 tahun, anak prasekolah jarang tidur siang. Anak usia prasekolah
biasanya mengalami kesulitan untuk diam setelah hari- hari yang aktif,
panjang. Anak usia prasekolah juga mempunyai masalah dengan
ketakutan waktu tidur, terjaga pada malam hari, atau mimpi buruk.

7
5. Masa Sekolah
Jumlah tidur yang diperlukan pada usia sekolah bersifat individual
dikarenakan status aktivitas dan tingkat kesehatan yang bervariasi. Anak
usia sekolah biasanya tidak membutuhkan tidur siang. Pada usia 6 tahun
akan tidur malam rata-rata 11-12 jam. Sementara anak usia 11 tahun tidur
sekitar 9-10 jam
6. Masa Remaja
Remaja memperoleh sekitar 71/2 jam untuk tidur setiap malam. Pada
saat kebutuhan tidur yang aktual meningkat, remaja umumnya
mengalami sejumlah perubahan yang seringkali mengurangi waktu tidur.
Biasanya orang tua tidak lagi terlibat dalam penataan waktu tidur yang
spesifik. Tuntutan sekolah, kegiatan sosial setelah sekolah dan pekerjaan
paruh waktu menekan waktu yang tersedia untuk tidur.
7. Masa Dewasa Muda
Kebanyakan dewasa muda tidur malam hari rata-rata 6-81/2 jam, tetapi
hal ini bervariasi. Dewasa muda jarang sekali tidur siang. Kurang lebih
20% waktu tidur dihabiskan yaitu tidur REM, yang tetap konsisten
sepanjang hidup. Stress pekerjaan, hubungan keluarga dan aktivitas social
dapat mengarah pada insomnia dan penggunaan medikasi untuk tidur.
8. Masa Dewasa Tua
Jumlah tidur yang biasa dibutuhkan pada masa ini yaitu 7 jam/hari.
Gangguan tidur seringkali mulai didiagnosa diantara orang-orang pada
rentang usia ini bahkan ketika gejala dari gangguan yang telah ada untuk
beberapa tahun.
9. Masa Dewasa Tua
Jumlah tidur yang pada masa ini adalah 6 jam/hari. Kualitas tidur
kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan lansia. Keluhan tentang
kesulitan tidur waktu malam hari seringkali terjadi di antara lansia.

8
F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur,di
antaranya adalah penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress
emosional,stimulan dan alcohol,diet, merokok,dan motivasi.
1. Penyakit.
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat
menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu
tidur yang lebih banyak daripada biasanya.di samping itu, siklus bangun-
tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan.
2. Lingkungan.
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses
tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing
dapat menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak
nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang.
Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi
terpengaruh dengan kondisi trsebut.
3. Kelelahan.
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang,semakin pendek siklus tidur REM yang
dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali
memanjang.
4. Gaya hidup.
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya
agar bisa tidur pada waktu yang tepat.
5. Stress emosional.
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi
ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi
system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus
tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.

9
6. Stimulant dan alkohol.
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang
SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi
alcohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika
pengaruh alcohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi
buruk.
7. Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnyaterjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan
dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di
malam hari.
8. Merokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada
tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah
terbangun di malam hari.
9. Medikasi.
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.
hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM,metabloker
dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik
(mis; meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur
REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.
10. Motivasi.
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan
lelah seseorang. sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi
untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.

G. GANGGUAN TIDUR
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam. Gangguan tidur telah diklasifikasikan
menjadi:

10
1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui
pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau
karena faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah. Ada tiga
jenis insomnia:
a. Insomnia inisial yaitu kesulitan untuk memulai tidur.
b. Insomnia intermiten yaitu kesulitan untuk tetap tertidur karena
seringnya terjaga.
c. Insomnia terminal yaitu bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur
kembali.
2. Parasomnia
Parasomnia adalah masalah tidur yang lebih banyak terjadi pada
anak-anak diantaranya :
a. Night terrors dan mimpi buruk
b. Sleepwalking dan sleeptalking
c. Bruksisme
d. Enuresis
3. Hypersomnia
Gangguan ini adalah kebalikan dari insomnia. Seringkali penderita
dianggap memiliki gangguan jiwa atau malas. Para penderita
hypersomnia membutuhkan waktu tidur yang sangat banyak dari ukuran
normal. Meskipun penderita tidur melebihi ukuran normal, namun
mereka selalu merasa letih dan lesu sepanjang hari. Namun gangguan ini
tidaklah terlalu serius dan dapat diatasi sendiri oleh penderita dengan
menerapkan prinsip-prinsip manajemen diri.
4. Apnea Tidur
Apnea tidur yaitu gangguan yg dicirikan dengan kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut. Ada 3 jenis apnea tidur: apnea obstruktif,
sentral dan campuran :

11
a. Apnea Obstruktif
Terjadi pada saat otot atau struktur rongga mulut atau tenggorok
rileks pada saat tidur. Jalan nafas atas menjadi tersumbat, dan aliran
udara pada hidung berkurang atau berhenti. Individu masih
berusaha untuk bernafas karena gerakan dada dan abdomen terus
terjadi, yang seringkali menyebabkan bunyi dengkuran atau
dengusan yang keras.
b. Apnea Sentral
Melibatkan disfungsi pada pusat pengendalian pernafasan di otak.
Impuls untuk bernafas sementara berhenti, dan aliran udara pada
hidung dan gerakan dinding dada juga terhenti. Saturasi oksigen
dalam darah juga menurun. Kondisi ini terjadi pada klien yg
mengalami cedera batang otak
c. Apnea Campuran
Merupakan perpaduan antara apnea obstruktif dan apnea sentral
5. Narkolepsi
Disfungsi mekanisme yang mengatur keadaan bangun dan tidur. Suatu
kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tidak terkendali untuk tidur.
Orang yg menderita narkolepsi boleh dikatakan dapat tidur diwaktu
sedang berdiri, tengah mengemudikan kendaraan, tidur di tengah-
tengah suatu pembicaraan atau selagi berenang

H. CARA MENANGANI MASALAH SUSAH TIDUR


1. Induksi tidur
Induksi tidur adalah suatu tindakan atau proses untuk mennyebabkan
tidur.
2. Meningkatkan rutinitas menjelang; tidur merilekskan klien dalam
persiapan untuk tidur

12
3. Kontrol lingkungan
Semua klien memerlukan lingkungan tidur dengan temperatur ruangan
yang nyaman dan ventilasi yang baik, sumber bising yang minimal,
tempat tidur yang nyaman dan pencahayaan yang tepat.
4. Meningkatkan kenyamanan; seseorang akan tertidur hanya jika ia telah
merasa nyaman dan rileks
5. Pengendalian gangguan fisiologis

I. INDUKSI TIDUR
1. Pengertian
Induksi tidur adalah suatu tindakan atau proses untuk mennyebabkan
tidur.
2. Tujuan
a. Memberikan klien perasaan segar setelah tidur
b. Mendapatkan pola tidur sehat
c. Menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi
stres pada paru, kardiovaskuler, endokrin, dan lainnya
d. Memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara berbagai
susunan saraf
e. Memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama
tidur terjadi penurunan
3. Indikasi
a. Pasien dengan masalah tidur
b. Pasien yang membutuhkan istirahat tidur
4. Persiapan alat dan bahan
a. Selimut
b. Medikasi (jika perlu)
c. Bantal tambahan (jika diperlukan)
d. Pakaian tambahan (kaos kaki, topi jika perlu)

13
5. Prosedur pelaksanaan
a. Memberi salam, periksa identifikasi klien dengan membaca gelang
identifikasi dan menanyakan nama klien
b. Memperkenalkan nama perawat
c. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarga
d. Menanyakan kesiapan dan persetujuan pasien sebelum tindakan
e. Menjelaskan tentang kerahasiaan
f. Cuci tangan
g. Memposisikan pasien senyaman mungkin.
h. Kendalikan sumber-sumber kebisingan di lingkungan klien, dapat
dengan menutup pintu atau mematikan TV dan radio dalam kamar.
i. Gunakan musik yang lembut jika perlu untuk menyamarkan
kebisingan.
j. Pastikan bahwa kamar tidur memiliki penerangan dan ventilasi yang
baik. Perawat dapat mematikan lampu atau menggunakan lampu tidur,
sesuai dengan keinginan klien.
k. Tanyakan tentang pola dan kebiasaan yang biasa dilakukan klien
sebelum tidur
l. Gunakan teknik relaksasi untuk meningkatkan tidur.
m. Tingkatkan kenyamanan klien, dengan :
 Lakukan tindakan higiene bagi klien yang tirah baring.
 Anjurkan klien memakai pakaian dalam yang longgar.
 Posisikan dan topang bagian tubuh yang menggantung untuk
membantu relaksasi otot.
 Berikan topi dan kaos kaki pada lansia atau klien yang cenderung
kedinginan.
 Anjurkan klien untuk berkemih sebelum tidur.
n. Berikan masase
o. Jika klien belum dapat tidur, anjurkan klien untuk meningkatkan
rutinitas sebelum tidur, misalnya dengan membaca novel ringan,
menonton televisi yang merilekskan, atau mendengar musik pada

14
orang dewasa, atau dengan membacakan cerita untuk todler dan
prasekolah.
p. Kendalikan gangguan fisiologis, bantu klien dengan posisi semi
fowler atau tempatkan dua bantal pada dibelakang kepala untuk
membantu pernafasan.
q. Lakukan pengurangan stres. Apabila kien mengalami kekacauan
emosional, anjurkan klien untuk tidak memaksakan tidur, dan
melakukan aktivitas yang dapat merilekskan.
r. Luangkan waktu untuk berbicara pada klien yang tidak dapat tidur
untuk membantu perawat menentukkan faktor-faktor yang
menyebabkan klien terjaga.
s. Anjurkan klien untuk mencoba mengkonsumsi kudapan (susu atau
coklat hangat) dan menghindari mengkonsumsi minuman yang
mengandung kafein (teh, kopi) dan alkohol.
t. Berikan medikasi jika perlu pada pasien yang tidak dapat tidur,
sebagai tindakan paling akhir.
u. Bila klien dapat tidur, pastikan dan tetap kontrol lingkungan tidur
klien.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tidur diyakini dapat memberikan pemulihan fisiologis dan psikologis.
Siklus tidur-bangun 24 jam adalah irama sirkadian yang mempengaruhi
fungsi fisiologis dan prilaku. Selama tidur malam seseorang biasanya
melewati empat sampai enam siklus tidur yang lengkap. Setiap siklus terdiri
dari tiga tahap NREM dan satu periode tidur REM.

B. SARAN
Diharapkan perawat mampu membantu pasien melakukan tindakan untuk
memperbaiki masalah tidur pasien dengan menggunakan cara-cara yang dapat
membantu proses tidur, diharapkan pasien mendapatkan kepuasan karena
kebutuhan tidurnya terpenuhi. Dalam melakukan induksi tidur, perawat perlu
memperhatikan kenyamanan klien agar induksi yang dilakukan dapat
terlaksana dengan baik

16
DAFTAR PUSTAKA

Alimul.H.Aziz (2006) Pengantar KDM dan Proses Keperawatan, Salemba Medika


Jakarta.

Anggriana TW, Saryono. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Nuha Medika:


Yogyakarta.

Asmadi (2008) Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi KDM, Salemba


Medika Jakarta.

Perry,Potter.2006. Fundamental Keperawatan, Volume 4. EGC : Jakarta.

Wartonah Tartowo (2006) KDM dan Proses keperawatan,Edisi 3, Salemba


Medika Jakarta

17

You might also like