You are on page 1of 19

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Trombosit merupakan partikel kecil,berdiameter 2-4 µm, yang


terdapat dalam sirkulasi plasma darah. Karena dapat mengalami diintegrasi
cepat dan mudah, jumlahnya selalu berubah antara 150.000 dan
450.000/mm3 darah, tergantung jumlah yang dihasilkan , bagaimana
digunakan, dan kecepatan kerusakan.Trombosit sukar dihitung karena
mudah sekali pecah dan arena sukar dibedakan dari kotoran kecil.
Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang
merupakan bagian pembekuan darah. Darah biasanya mengandung sekitar
150.000 - 350.000 trombosit /ml. Jika jumlah trombosit kurang dari
30.000/ml,bisa terjadi pendarahan abnormal. Meskipun biasanya gangguan
baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang dari 10.000/ml.
Trombositopenia adalah suatu keadaan jumlah trombosit darah
perifer kurang dari normal yang disebabkan oleh menurunnya produksi,
distribusi abnormal, dan destruksi trombosit yang meningkat atau artifactual.
Pada berkisar antara 150.000 – 450.000/ul, rata-rata berumur 7-10 hari.
Kira-kira 1/3 dari jumlah trombosit di dalam sirkulasi darah mengalami
pemghancuran di dalam limpa oleh karena itu untuk mempertahankan
jumlah trombosit supaya tetap normal diproduksi 150.000 – 450.000 sel
trombosit per hari (Sudoyo,2007).

3
B. Kasifikasi

Trombositopenia dapat diklasifikasikan berdasarkan patogenesisnya:


(Underwood,1999)
1. Kegagalan produksi trombosit
a. Anemia megaloblastik
b. Leukemia
c. Mielofibrosis
d. Infiltrasi sumsum tulang misalnya karsinoma, limfoma, dan mieloma
e. Anemia hipoplastik
f. Agen kemoterapeutik dan kadang-kadang obat lain misalnya tiazid
g. Alkohol
h. Infeksi virus
i. Kongenital tidak adanya megakariosit
2. Meningkatnya penghancuran trombosit
a. Autoimun trombositopenia purpura akut dan kronis
b. Imun trombositopenia akibat obat
c. Neonatal dan pasca-transfusi purpura (aloimun)
d. Kehilangan darah masif dan transfusi
e. Koagulasi intravaskuler diseminata
f. Trombotik trombositopenia/sindroma hemolitik-uremik
3. Sekuestrasi trombosit
a. Hipersplenisme

C. Etiologi

1. Penjebakan trombosit di limpa


Limpa adalah organ kecil seukuran telapak tangan yang terletak di bawah
tulang rusuk di sisi kiri perut. Biasanya, limpa bekerja untuk melawan dan
menyaring infeksi dan bahan tidak diinginkan (benda asing) lainnya dari
darah. Pembesaran limpa yang dapat disebabkan oleh sejumlah gangguan

4
mungkin merupakan penumpukan jumlah trombosit, hal ini menyebabkan
penurunan jumlah trombosit dalam sirkulasi darah.
2. Pengurangan produksi trombosit Trombosit diproduksi dalam sumsum
tulang.
Sebuah penyakit atau kondisi lain yang melibatkan sumsum tulang seperti
leukemia dan beberapa jenis anemia, dapat menyebabkan penurunan
jumlah produksi trombosit baru. Infeksi virus, termasuk HIV, dapat
mengurangi kemampuan sumsum tulang untuk membuat trombosit. Bahan
kimia beracun, obat kemoterapi dan konsumsi alkohol juga dapat
mengurangi produksi trombosit.
3. Peningkatan pemecahan trombosit.
Sejumlah kondisi dapat menyebabkan tubuh melakukan penghancuran
trombosit lebih cepat daripada proses produksi trombosit. Hal ini
menyebabkan kurangnya trombosit dalam aliran darah

D. Patofisiologi
Trombosit dapat dihancurkan oleh pembentukan anti bodi yang
diakibatkan oleh obat (seprti yang ditemukan pada kinidin dan senyawa
emas) atau oelh autoantibody (anti bodi yang bekerja melawan jaringannya
sendiri). Anti bodi tersebut menyerang trombosit sehingga langkah hidup
trombosit di perpendek. Seperti kita ketahui bahwa gangguan-gangguan
autoimun yang bergantung pada anti bodi manusia paling sering menyerang
unsure-unsur darah, terutama trombosit dan sel darah merah. Hal ini terkait
dengan penyakit ITP, yang memiliki molekul-molekul IgG reaktif dalam
sirkulasi dengan trombosit hospes.
Meskipun terikat pada permukaan trombosit, anti bodi ini tidak
menyebabkan lokalisasi protein komplemen atau lisis trombosit dalam
sirkulasi bebas. Namun, trombosit yang mengandung molekul-molekul IgG
lebih mudah dihilangkan dan dihancurkan oleh makrofak yang membawa
reseptor membrane untuk IgG dalm limfa dan hati. Manifestasi utama dari
ITP dengan trombosit kurang dari 30.000/mm3 adalah tumbuhnya petechiae.

5
Petechiae ini dapat muncul adanya antibody IgG yang ditemukan pada
membrane trombosit yang akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit
dan meningkatkan pembuangan serta penghancuran trombosit oleh system
makrofak. Agregasi trombosit yang terganggu ini akan menyebabkan
penyumbatan kapiler-kapiler darah yang kecil. Pada proses ini dinding
kapiler dirusak sehingga timbul perdarahan dalam jaringan.
Bukti yang mendukung mekanisme trombositopenia ini
disimpulkan berdasarkan pemeriksaan pada penderita ITP dan orang-orang
percobaan yang menunjukan kekurangan trombosit berat tetapi singkat,
setelah menerima serum ITP.
Trombositopenia sementara, yang ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu ITP, juga sesuai dengan kerusakan yang disebabkan oleh
IgG, karena masuknya antibody melalui plasenta. ITP juga dapat timbul
setelah infeksi, khususnya pada masa kanak-kanak, tetapi sering timbul
tanpa peristiwa pendahuluan dan biasanya mereda setelah beberapa hari atau
beberapa minggu. (Wariin,2014)

6
E. Pathway

Faktor predisposisi : Terbentuk antibody Menyerang platelet dalam


-obat-obatan darah
-infeksi virus

Jumlah platelet menurun


a

Platelet mengalami gangguan agresi


Resiko cidera

Dihancurkan oleh makrofag Molekul ig G reaktif dalam


dalam jaringan sirkulasi trombosit hospes

Penghancuran dan
pembuangan trombosit

Menyumbat kapiler- Perdarahan


kapiler darah

Ketidakefektifan perfusi
Suplai darah ke perifer
jaringan perifer
Dinding kapiler rusak

Penumpukan darah Kapiler bawah kulit


Kapiler mukosa pecah
intra dermal
pecah

Tumbuh bintik merah


Menekan syaraf
nyeri Perdarahan intra
dermal
Gangguan citra
Merangsang SSP tubuh
Resiko perdarahan

Muncul sensasi nyeri


Penurunan metabolisme Penurunan transport O2
aneorob dan zat nutrisi lain
kejaringan
Gangguan rasa
nyaman nyeri
kelemahan

Intoleransi aktivitas

7
F. Manifestasi Klinis

1. Bintik-bintik keunguan biasanya muncul ditungkai bawah dan cidera


ringan bisa menyebabkan memar yang menyebar.
2. Terjadi perdarahan di gastrointestinal, gusi serta kulit dan darah juga bisa
ditemukan pada tinja atau air kemih.
3. Pada penderita wanita darah menstruasi menjadi lebih banyak.
4. Perdarahan sukar berhenti sehingga pembedahan dan kecelakaan bisa
berakibat fatal.
5. Penyembuhan luka buruk sehingga menyebabkan sering infeksi
6. Jumlah trombosit semakin menurun
7. Perdarahan semakin memburuk
8. Jumlah trombosit kurang dari 5000-10.000 /ml menyebabkan hilangnya
sejumlah besar darah melalui saluran pencernaan .
9. Terjadi perdarahan di otak yang berakibat fatal.
10. Terjadi malaise umum, sakit kepala, dan nafas pendek yang di sebabkan
karena pasien menderita anemia yang mengakibatkan tubuh kekurangan
oksigen.

G. Komplikasi
1. Syock hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan kondisi ketidakmampuan jantung
memasok darah yang cukup ke seluruh tubuh akibat volume darah yang
kurang. Kurangnya pasokan darah ini umumnya dipicu oleh pendarahan
yang terbagi menjadi dua, yaitu pendarahan luar (akibat cedera atau luka
benda tajam) dan pendarahan dalam (akibat infeksi pada saluran
pencernaan).
2. Penurunan curah jantung
Keadaan pompa darah oleh jantung yang tidak adekuat untuk mencapai
kebutuhan metabolisme tubuh
3. Purpura, petekie, dan ekimosis.

8
Purpura merupakan kondisi di mana terjadi perubahan warna pada kulit
atau selaput lendir karena adanya perdarahan dari pembuluh darah kecil.
Petekie merupakan purpura dengan ukuran diameter lebih kecil dari 2
mm. Ekimosis atau memar merupakan perembesan darah dari pembuluh
darah yang lebih besar. Darah yang merembes keluar dari pembuluh
darah biasanya terpecah dan berubah warna dalam beberapa minggu dari
ungu, jingga, coklat, bahkan biru dan hijau.

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :
1. Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan
bahwa:
a. Hb sedikit berkurang, eritrosit normositer, bila anemi berat
hypochrome mycrosyter.
b. Lekosit meninggi pada fase perdarahan dengan dominasi PMN
(sel polimorfoniklear).
c. Pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah dan bentuknya
abnormal.
d. Lymphositosis dan eosinofilia terutama pada anak
2. Pemeriksaan darah tepi.

Hematokrit normal atau sedikit berkurang

3. Aspirasi sumsum tulang

Jumlah megakaryosit normal atau bertambah, kadang mudah


sekali morfologi megakaryosit abnormal (ukuran sangat besar, inti
nonboluted, sitoplasma berfakuola dan sedikit atau tanpa
granula).Hitung (perkiraan jumlah) trombosit dan evaluasi hapusan
darah tepi merupakan pemeriksaan laboratorium pertama yang
terpentong. Karena dengan cara ini dapat ditentukan dengan cepat

9
adanya trombositopenia dan kadang-kadang dapat ditentukan
penyebabnya.

I. Penatalaksanaan medis
1. Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka hentikanlah pemakaian obat
tersebut biasanya bisa memperbaiki keadaan.
2. Jika jumlah trombositnya sangat sedikit penderita sering kali di anjurkan
untuk menjalani tirah baring guna menghindari cidera.
3. Jika terjadi perdarahan yang berat, bisa di berikan tranfusi trombosit.

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Fokus Pengkajian
1. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
2. Tanda-tanda perdarahan.
a. Petekie terjadi spontan.
b. Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.
c. Perdarahan dari mukosa gusi serta kulit.
d. Menoragie atau haid berlebihan
e. Hematuria atau penyakit yang di tandai oleh keluarnya darah di urin.
3. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
4. Aktivitas / istirahat.
Gejala :
a. keletihan, kelemahan, malaise umum
b. Toleransi terhadap latihan rendah.
Tanda :
a. Takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat.
b. Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
5. Sirkulasi.
Gejala :
a. Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan menstruasi
berat.
b. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
6. Integritas ego.

11
Gejala : keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan
misalnya penolakan transfuse darah yang di sebabkan bertentangan
dengan budaya tertentu.
Tanda : Depresi
7. Eliminasi.
Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare,
konstipasi.
Tanda : distensi abdomen.
8. Makanan / cairan.
Gejala : Penurunan masukan diet, mual dan muntah.
Tanda :
a. Turgor kulit buruk
b. tampak kusut
c. hilang elastisitas.
9. Neurosensori.
Gejala :
a. Sakit kepala, pusing.
b. kelemahan, penurunan penglihatan.
Tanda : Epistaksis atau perdarahan di hidung
10. Nyeri / kenyamanan.
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala.
Tanda : takipnea, dispnea.
11. Pernafasan.
Gejala : nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, dispnea.
12. Keamanan
Gejala : penyembuhan luka buruk sehingga menyebabkan sering infeksi
Tanda : petekie, ekimosis

12
B. Nursing Care Plan
a. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan suplay O2, konsentrasi Hb dan darah.(00204)
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan (00092)
3. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan rofil darah yang
abnormal (trombositopeni) (00035)
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada struktur
kulit ( petekie) (00118)
5. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan Penurunan trombosit
dan tergangguanya sistem koagulasi darah.(00206)
6. Nyeri berhubungan dengan Kompensasi Limfa (limfe mengalami
pembesaran) terhadap penurunan trombosit.(00214)

b. Tujuan dan Kriteria Hasil


1. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan suplay O2, konsentrasi Hb dan darah.
Kriteria hasil :
a. Tekanan sistol dan diastole dalam rentang yang di harapkan
b. Tidak ada ortostatik hipertensi
c. Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intracranial ( tidak
lebih dari 15 mmHg)
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
Kriteria Hasil :
a. Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa di sertai peningkatan
tekanan darah, nadi, dan RR
b. Mampu melakukan aktifitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
c. Tanda tanda Vital normal
d. Energi psikomotor
e. Level kelemahan

13
f. Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
g. Status kardiopulmunari adekuat
h. Sirkulasi status baik
i. Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat
3. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan rofil darah yang
abnormal (trombositopeni)
Kriteria hasil :
a. Klien terbebas dari cidera
b. Klien mampu menjelaskan cara atau metode untuk mencegah
injury atau cidera
c. Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan atau
perilaku personal
d. Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
f. Mampu mengenali perubahan status kesehatan
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada struktur
kulit ( petekie)
Kriteria Hasil :
a. Body image positif
b. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
c. Mendiskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh
d. Mempertahankan interaksi sosial
5. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan Penurunan trombosit
dan tergangguanya sistem koagulasi darah.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada hematuria dan hematemesis
b. Kehilangan darah yang terlihat
c. Tekanan darah dalam batas normal
d. Tidak ada perdarahan per vagina
e. Tidak ada distensi abdominal
f. Hemoglobin dan hematrokit dalam batas normal

14
g. Plasma, PT, PTT dalam batas normal
6. Nyeri berhubungan dengan Kompensasi Limfa (limfe mengalami
pembesaran) terhadap penurunan trombosit.
Kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tekhnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan )
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
managemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, frekuensi, dan tanda
nyeri )
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

c. Intervensi

1. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


penurunan suplay O2, konsentrasi Hb dan darah.
a. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas
/ dingin/ tajam/ tumpul.
b. Monitor kemampuan BAB
c. Monitor adanya tromboplebitis
d. Periksa suplay pembuluh kapiler kuku, biasanya kembali ke
warna merah muda dalam 2 – 3 detik setelah di kompresi (Dillo,
2003)
e. Perhatikan adanya edema pada ekstermitas dan tingkat keparahan
pada skala empat titik. Mengukur lingkar pergelangan kaki dan
betis di waktu yang sama pada pagi hari
f. Intruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau
laserasi.
g. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung

15
h. Jika klien merokok, nasehati klien untuk berhenti merokok dan
rujuk ke dokter untuk mendapatkan obat obatan untuk
mendukung dalam program pengeluaran nikotin,
EB : Kombinasi intervensi psikososial dan farmakologi lebih
efektif daripada intervensi sendiri untuk menghilangkan perilaku
merokok. ( Van der Meer et al, 2003)
i. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
a. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
b. Melakukan pengkajian pada klien dikegiatan keseharian.
Memobilisasi klien secepat mungkin. Saat pasien beristirahat
maka sakit dirongga dada dan rasa stress akan berkurang. Posisi
tegak membantu menjaga distribusi zat cair dan gas agar optimal
(Perme dan Chandrashekar, 2009).
EB : sebuah studi menunjukan grafik yang signifikan saat
mineral tulang menurun maka kekuatan di pinggul, paha, dan
otot betis akan berkurang. (Berg et al, 2007)
c. Jika klien seorang pasien yang hiperaktif sebaiknya
menggunakan kursi roda. Menggunakan kursi roda membuat
pasien bisa bebas dan pasien bisa merasakan suasana baru dan
tidak berdiam diri diruangan tersebut, menurut Nelson et al
(2003) ; Perme dan Chandrashekar (2009).
d. Amati warna kulit pasien dan dokumentasi setiap hari.
Mengurangi aktivitas berat, jika mengakibatkan jantung berdebar
dapat menyebabkan tekanan pada jantung, menurut Fauci et al
(2006). Hal ini mengacu pada Resiko rencana perawatan pada
Integritas Kulit.
e. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik,psikologi dan social

16
f. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatakan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
g. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang sesuai
h. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
i. Bantu pasien /keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
j. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
k. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
l. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat.
3. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan rofil darah yang
abnormal (trombositopeni)
a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
b. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi
fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu
pasien
c. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
d. Memasang side rail tempat tidur
e. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
f. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau
pasien
g. Membatasi pengunjung
h. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
i. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
j. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
k. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada struktur
kulit ( petekie)
a. Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya

17
b. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
c. Dorong klien untuk menulis deskripsi naratif tentang perubahan
mereka. Tulisan ekspresif sebagai manfaat terapeutik dengan
perasaan memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih besar dan
lebih sedikit gangguan intrusi dan post traumatic. ( Arkinson et
al, 2009)
d. Dorong klien untuk mendiskusikan konflik social interpersonal
yang mungkin timbul
EB : Perubahan penampilan fisik dan fungsi yang terkait dengan
proses penyakit perlu di intregasikan ke dalam interaksi yang
terjadi antara klien dan pengasuh awam. ( price, 2000)
e. Yakinkan klien untuk mengembangkan persepsi realistis tentang
citra tubuhnya.
EB : Ukuran tubuh sebenarnya mungkin tidak sesuai ukuran
tubuh yang di rasakan klien. Pemalsuan yang tidak akurat oleh
klien bisa menjadi tidak sehat. ( Townsend, 2003)

f. Jelaskan tentang pengobatan ,perawatan,kemajuan dan prognosis


penyakit
g. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
h. Fasilitasi kontak dengan individu lain dengan kelompok kecil
5. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan Penurunan trombosit
dan tergangguanya sistem koagulasi darah.
a. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan pada urine, tinja, sputm,
muntah, sering mimisan, petekie, purpura, atau memar abnormal.
Koagulasi intravascular diseminata (DIC) adalah penyakit kritis
yang memerlukan tindakan segera untuk mencegah kematian.
Seringkali terjadi akibat infeksi sistemik. Tanda – tanda khusus
meliputi petekie, sianosis jari dan hidung. Penyebab yang
mendasari harus di obati dengan cepat secara terus menerus
untuk memelihara stabilitas.

18
b. Catat nilai Hb dan Ht sebelum dan sesudah terjadinya perdarahan
c. Monitor nilai lab (koagulasi) yang meliputi PT ,PTT,trombosit
d. Monitor TTV ortostatik
e. Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif
f. Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebablkan
perdarahan
g. Menerapkan tindakan pencegahan, seperti protocol pencegahan
jatuh untuk klien yang telah mengidentifikasi resiko terjatuh
(yaitu riwayat jatuh).
EBN : Perawat harus menilai faktor resiko jatuh yang dapat
meningkatkan kejadian perdrahan.
h. Kolaborasi dalam pemberian produk darah (platelet/fresh frozen
plasma )
6. Nyeri berhubungan dengan Kompensasi Limfa (limfe mengalami
pembesaran) terhadap penurunan trombosit.

a. Nilai tingkat nyeri pada klien menggunakan self-report pain tool


yang valid dan bisa dipercaya, seperti skala penilaian nyeri 0-10
numerik. Langkah pertama dalam penilaian rasa sakit adalah
untuk menentukan apakah klien dapat memberikan laporan
sendiri. Mintalah klien untuk menilai intensitas rasa sakit atau
memilih descriptor intensitas nyeri dengan menggunakan self-
report pain tool yang valid dan dapat dipercaya (Breivik et al,
2008; Pasero et al, 2009)
EB : penilaian nyeri single-dimensi yang valid dan dapat
dipercaya sebagai ukuran tingkat intensitas nyeri (Breivik et al,
2008)
EBN : investigasi etika keperawatan dan kepercayaan tentang
penilaian nyeri mengungkapkan bahwa penggunaan skala
penilaian nyeri secara efektif ditentukan oleh sikap pribadi

19
perawat tentang efektivitas (Layman-Young, Horton &
Davidhizar, 2006)
b. Jelaskan efek buruk dari rasa sakit yang tidak pernah hilang.
EBN : rasa sakit akut yang tidak dapat diobati dapat memiliki
konsekuensi fisiologis dan psikologis yang memfasilitasi hasil
klien negative, tidak efektif mengelola rasa nyeri akut memiliki
potensi untuk perubahan neurohumoral, pemodelan neuron,
dampak pada fungsi kekebalan tubuh, dan fisiologis jangka
panjang, psikologi, dan tekanan emosional, dan menyebabkan
sindrom nyeri kronis (Brennan, Carr, & Cousin, 2007;
Dunwoody et al, 2008; Evans et al, 2009)
c. Selain memberikan analgesic, mendukung penggunaan metode
nonfarmakologis klien untuk membantu mengendalikan rasa
sakit, seperti gangguan, citra, relaksasi, dan penerapan panas dan
dingin. Strategi perilaku kognitif dapat memulihkan rasa control
diri klien, efikasi pribadi, dan partisipasi aktif dalam
perawatannya sendiri (Lassetter, 2006; APS, 2008)
d. Obsevasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
e. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
f. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
g. Evaluasi pengalaman rasa nyeri masa lampau
h. Bila klien dapat mentolerir analgesic oral, periksalah resep untuk
beralih ke jalur oral, gunakan grafik equianalgesik untuk
menentukan dosis awal dan sesuaikan dengan toleransi silang
yang tidak lengkap. Rute oral lebih disukai karena ini adalah
yang paling nyaman dan hemat biaya (APS, 2008)

20
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan
bagian pembekuan darah.
2. Trombositopenia di sebabkan oleh :

a. Penjebakan trombosit di limpa


b. Pengurangan produksi trombosit Trombosit diproduksi dalam
sumsum tulang.
c. Peningkatan pemecahan trombosit.
3. Trombositopenia di sebabkan oleh :
a. Perdarahan kulit
b. Bintik-bintik keunguan biasanya muncul ditungkai bawah dan cidera
ringan bisa menyebabkan memar yang menyebar.
c. Terjadi perdarahan gusi dan darah juga bisa ditemukan pada tinja
atau air kemih.
d. Pada penderita wanita darah menstruasi menjadi lebih banyak.
e. Perdarahan sukar berhenti sehingga pembedahan dan kecelakaan bisa
berakibat fatal.

B. SARAN
1. Perawat harus memantau setiap perkembangan yang terjadi pada pasien
yang menderita Trombositopenia.
2. Perawat harus bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain, seperti tenaga
kesehatan yang bekerja di laboratorium yaitu untuk memeriksa jumlah
trombosit pasien
3. Perawat harus menerapkan komunikasi asertif terapeutik guna
menurunkan tingkat kecemasan pasien

21

You might also like