You are on page 1of 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diperkirakan lebih dari satu dari setiap tiga orang dewasa atau sekitar satu milyar

orang di dunia, menderita tekanan darah tinggi. Menurut American Heart Asociation

(AHA) penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah

mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hamper sekitar 90-95% kasus tidak

diketahui penyebabnya (WHO,2013).Selanjutnya gambaran di tahun 2013 dengan

menggunakan unit analisis individu menunjukan bahwa secara nasional 25,8% penduduk

Indonesia menderita hipertensi. (Kemenkes RI, 2013). Pravalensi kasus hipertensi di Jawa

Tengah mengalami penurunan dari tahun 2009 sebesar 2,13% bila dibandingkan dengan

tahun 20010 2,00%. terdapat satu kabupaten atau kota dengan pravalensi sangat tinggi di

atas 10% yaitu Kota Magelang sebesar 11,85% (Dinkes Jateng,2010). Menurut dinkes

Kabupaten Banyumas (2014) diwilayah kabupaten Banyumas yang menderita penyakit

hipertensi sebanyak 3168 orang dari total kunjungan masyarakat yang memeriksa

pengukuran tekanan darahnya Profil DKK Banyumas 2015)

Hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga

melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic

diatas 90 mmHg (depkes 2007). Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan

penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar the silent

killer. Hipertensi merupakan pembuluh tersembunyi. Hipertensi bisa menyebabkan

timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Di seluruh dunia, hipertensimerupakan

masalah yang besar dan serius. Disamping karena prevalensinya yang tinggi dan

1
cenderung meningkat dimasa yang akan datang, juga karena tingkat keganasanya yang

tinggi berupa kecacatan permanen dan kematian (Mangunkusumo, 2007)

Menurut Perry & Potter (2005) factor hipertensi ada dua yaitu factor yang dapat

diubah dan factor yang dapat diubah. Factor yang dapat diubah yaitu usia, stress, ras, jenis

kelamin, factor yang dapat diubah yaitu konsumsi garam yang berlebih, pola makan,

obesitas, alcohol, merokok dan stres

Hipertensi dapat ditangani dengan cara farmakologis yaitu dengan obat anti

hipertensi maupun secara non farmokologis yaitu dengan modifikasi gaya hidup yang

meliputi berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alcohol,

modifikasi diet, serta yang mencakup psikis antar lain mengurangi stress, olahraga dan

istirahat (kosasi dan hasan,2013). salah satunya dengan diet tinggi serat yang sangat

penting pada penderita hipertensi,serat terdiri dari dua jenis yaitu kasar danserat halus.

Serat haluss banyak terdapat pada sayuran dan buah –buahan, sedangkan serat kasar

terdapat pada makan yang mengandung karbohidrat yaitu kentang, umbi, beras, singkong,

kedelai, dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah

tinggi karena seat kasar mampu mengikat kolesterol maupun asam empedu dan

selanjutnya membuang bersama kotoran (waspadji,20014)

Menurut widharto (2007), pengobatan non farmakologis selain menjadi alternative

pengobatan juga dapat dijadikan sebagai terapi komplementer yaitu pelengkap untuk

mempercepat penyembuhan, terapi jus baik buah maupun tumbuhan sejak lama telah

digunakan untuk membantu penyembuhan berbagai penyakit termasuk hipertensi. Zat gizi

yang dapat larut dalam jus paling mudah dicerna dan diserap oleh tubuh serta merupakan

media sempurna untuk penyembuhan hipertensi (Jensen,2000). Mengacu pada konsep

back to nature, yaitu dengan menggunakan bahan alami yang banyak disekitar kita dalam

2
bentuk jus herbal sebagai upaya menurunkan tekanan darah penderita hipertensi

(bangun,20013)

Mengkonsumsi buah tomat setiap hari dapat membantu menurunkan tekanan

darah sistolik dan diastolic, tomat dipilih sebagai perawatan alternative untuk

penyembuhan hipertensi karena tomat mudah didapat. Tomat penuh dengan likopen

antioksidan dan kalium yang sangat baik untuk menurunkan tekanan darah .(Karin et al

2007)

Selain itu, kandungan mineral yang tertinggi pada wortel adalah kalium yang

berfungsi menjaga keseimbangan air dalam tubuh dan membantu menurunkan tekanan

darah. Kalium bersifat sebagai diuretic yang kuat sehingga selain membantu menurunkan

tekanan darah juga dapat melancarkan pengeluaran air kemih, membantu melarutkan batu

pada saluran kemih, kandung kemih dan ginjal. Kalium juga dapat membantu

menetralkan asam dalam darah (Wijayakusuma,2007)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di puskesmas II

Baturaden , didapatkan bahwa dari 8 orang yang datang ke puskesmas 5 diantaranya

mengalami hipertensi. Dari pengukuran awal beberapa warga diketahui bahwa merka

mempunyai tekanan darah tinggi, diperoleh tekanan darahnya lebih dari 120/80mmHg.

Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian untuk mencari efektifitas jus tomat dan jus wortel terhadap tekanan

darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas II baturaden

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat ditetntukan rumusan masalah sebai

berikut :

1. Apakah jus tomat dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensidi

wilayah kerja Puskesma II Baturaden

2. Apakah jus wortel dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di

wilayah kerja Puskesma II Baturaden

3. Apakah ada perbedaan efektifitas air rebusan jus tomat dan jus woertel terhadap

perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesma II

Baturaden

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Efektifitas Jus Tomat dan Jus Woertel terhadap perubahan

tekanan darah pada penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesma II Baturaden

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden

b. Untuk mengetahui tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

pada

kelompok intervensi yang diberi pudding umbi ungu dan pudding kedelai

c. Untuk mengetahui perbedaan perubahan tekanan darah penderita hipertensis

ebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada kelompok intervensi yang

diberi jus tomat dan jus woertel

d. Untuk mengetahui efektifitas air rebusan jus tomat dan jus woertel terhadap

perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesma

II Baturaden

4
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang sudah di dapat

selama pendidikan serta menambah pengalaman dalam melakukan penelitian

ilmiah.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil dari penelitian ini dapat di gunakan sebagai salah satu refrensi bagi

mahasiswa serta sebagai perbendaharaan kepustakaan di Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi masyarakat dalam

membantu penurunan hipertens dengan cara non farmakologi.

E. Penelitian Terkait

1. Nurul (2012), yang meneliti tentang “Pengaruh Pemberian Jus Wortel Terhadap

Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werda

(PSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta”. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah quasi experiment. Tehnik pengambilan data menggunakan sampling

incidental. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jus wortel berpengaruh untuk

menurunkan tekanan darah pada lansia penderita. Hasil ini ditunjukan dengan uji

Chi Squere diperoleh asym Sig sebesar 0,29 (Nilai p value), hasil perhitungan

didapatkan Nilai p sebesar 0,29<0,05 sehingga ada pengaruh jus wortel terhadap

tekanan darah lansia penderita hipertensi.

5
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian penulis adalah variabel bebas dari

penelitian di atas adalah jus tomat sedangkan penelitian penulis adalah jus tomat

dan jus wortel dan metode yang digunakan pada penelitian di atas menggunakan

metode quasi eksperimen sedangkan penulis menggunakan pre eksperimen.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian penulis adalah pada variabel terikat

yaitu klien hipertensi.

2. Fitri (2010), yang meneliti tentang “ Efektifitas Konsumsi Juice Wortel

Terhadapa Perubahan Tekanan Darah Pada Pende.rita Hipertensi Di Dusun

Gedongsari Wijirejo Pandak Bnatul Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan

metode pre eksperiment. Teknik pengambilan datan menggunakan purposive

sampling. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa juice wortel efektif menurunkan

tekanan darah systole dan diastole pada penderita hipertensi di Dusun Gedongsari

Wijirejo Pandak Bnatul Yogyakarta. Hasil ini ditunjukan dengan uji wicoxon pada

systole diperoleh P sebesar 0,038, yang berarti Nilai p<0,05 yang artinya juice

wortel efektif dalam menurunkan tekanan darah sistol. Hasil uji wicoxon pada

diatole diperoleh P sebesar 0,033, yang berarti Nilai p<0,05 yang artinya juice

wortel efektif dalam menurunkan tekanan darah diatole

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian penulis adalah variabel bebas dari

penelitian di atas adalah jus tomat sedangkan penelitian penulis adalah jus tomat

dan jus wortel

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian penulis adalah pada metode yang

digunakan yaitu pre experiment dan pada variabel terikat yaitu klien hipertensi

Nuziyati (2016), yang meneliti tentang “ Pengaruh Pemberian Jus Tomat

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Penderita Hipertensi

Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara

6
Tahun 2016” . Penelitian ini menggunakan metode true eksperiment. Teknik

pengambilan datan menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa ada pengaruh pemberian juice tomat terhadap penurunan

tekanan dara systole dan diastole pada penderita Hipertensi Pada Lansia Di

Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara. Hasil ini ditunjukan

dengan uji statistic ada perbedaan Nilai tekanan darah sisitolik dan diastolic

sebelum dan sesudah perlakuan pemberian jus tomat selama 7 hari pada kelompok

perlakuan dengan signifikan p = 0,000 (a = 0,05 dengan selisish penurunan

tekanan darah sistolik sebesar 8,50 mmHg tekanan darah doastolik sebesar 6,14

mmHg, sementara itu pada kelompok control tidak ada perbedaan Nilai tekanan

darah sebelum dan sesudah perlakuan dengan Nilai p signifikan p = 0,33 untuk

tekanan darah sisitolik dan p =0,18 untuk tekanan darah diastoliknya. Ada

perbedaan tekanan darah setelah perlakuan dan kelompok control dengan Nilai p

=0,000 (a=0,05 sehingga dapat disimpilkan bahwaada pengaruh pemberian jus

tomat terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolic penderita hipertensi

pada lansia.

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian penulis adalah pada metode yang

digunakan yaitu true experiment sedangkan penelitian penulis pre experiment,

selanjutnya perbedaan terdapat pada variabel bebas dari penelitian di atas adalah

jus tomat sedangkan penelitian penulis adalah jus tomat dan jus wortel

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian penulis adalah pada variabel terikat

yaitu klien hipertensi

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arteri sistemik

yang menetap di atas batas normal yang telas disepakati, dengan Nilai sistolik 140

mmHg dan diastolic 90 mmHg dan salah satu pencetus terjadinya penyakit

jantung, ginjal, stroke (Elokdiyah,M,2007)

Menurut WHO, hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik besar atau

sama dengan 160 mmHg atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 95

mmHg (Kodim Nasrin,2003)

Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

tekanan darah abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko

terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan

ginjala. Hipertensi didefinisikan olej Joint National Committee on detecsion

evaluation and treatment of high blood preassure (JIVC) sebagai tekanan yang

lebih dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahanya,

mempunyai rentang tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna.

Keadaan ini dikategorikan sebagai primer atau sekunder, terjadi sebagai akibat

dari kondisi patologo yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki

(Faqih,2006)

8
2. Klasifikasi Hipertensi

Secara klinis hipertensi dapat dikelompokan yaitu :

a. Berdasarkan penyebabnya

1) Hipertensi Esensial (Primer)

Hipertensi primer adalah tekanan darah 140/90 mmHg atau

lebih, pada usia 18 tahun keatas dengan penyebab yang tidak di

ketahui. Pengukuran dilakukan 2 kali atau lebih dengan posisi duduk,

kemudian diambil rerataanya, pada duakali atau lebih kunjungan (

Chandra,2014)

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi Sekunder adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi

yang disebabkan oleh kondisi medis lain (misalnya penyakit ginjal)

atau reaksi terhadap obat – obatan tertentu (misalnya pil KB ) (Palmer

& Williams,2007)

b. Berdasarkan Bentuk Hipertensi (Gunawan,2001)

1.) Hipertensi Sistolik

Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu

hipertensi yang biasanya ditemukan pada usia lanjut, yang ditandai

dengan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan

darah diastolic.

9
2.) Hipertensi Diastolic

Hipertensi diastolic (diastolic hypertension) yaitu peningkatan

tekanan diastolic tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya

ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.

3.) Hipertensi Campuran

Hipertensi campuran yaitu peningkatan tekanan sistolik dan

diikuti peningkatan tekanan diastolic

Table 2.2 klasifikasi derajat hipertensi menurut WHO

No Kategori Sistolik Diastolik

(mmHg) (mmHg)

1 Optimal <120 <80

2 Normal 120-129 80-84

3 High normal 130-139 85-89

4 Hipertensi

Grade 1 (ringan) 140-159 90-99

Grade 2 (sedang) 160-179 100-109

Grade 3 (berat) 180-209 110-119

Grade 4 (sangat berat) >210 >120

3. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah arteri merupakan produk total resistensi parifer dan curah

jantung. Curah jantung meningkat karena keadaan meningkat frekuensi jantung

volume secungkup atau keduanya. Resistensi parifer meningkat karena factor-

faktor yang meningkat viskositas darah atau yang menurunkan ukuran lumen

pembuluh darah. Khususnya pembuluh darah arteriol.

10
Hipertensi yang berlangsung lama akan meningkatkan beban kerja jantung

karena terjadi peningkatan resistensi terhadap injeksi vertikel kiri. Untuk

meningkatkan kekuatan kontraksinya, vertikel kiri mengalami hipertropi sehingga

kebutuhan jantung akan oksigen dan beban jantung meningkat. Dilatasi dan

kegagalan jantung dapat terjadi ketika keadaan hipertrofi tidak lagi mampu

mempertahankan curah jantung yang memadai. Karena hipertensi

memicuaterosklerosis arteri koronaria, maka jantung ganguan lebih lanjut akibat

penurunan aliran darah ke dalam miokardium sehingga timbul angina pectoris

atau infark miokard. Hipertensi juga mengakibatkan kerusakan pembuluh darah

yang semakin mempercepat proses arteosklerosis serta kerusakan organ, seperti

cidera retina, gagal ginjal, stroke, dan aneurisma serta diseksi aorta

(kowalak,2011)

4. Tanda dan gejala

Gejal-gejala yang sering terjadi pada penderita hipertensi meskipun secara

tidak sengaja muncul secara bersamaan antara lain sakit kepala, pendarahan

dihidung, wajah kemerahan serta cepat capai (ridwan,2009)

Menurut Sustrani (2004) gejala-gejala hipertensi antara lain sakit kepala,

jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat

beban kerja, mudah lelah , penglihatan kabur, wajah merah , hidung berdarah ,

sering buang air kecil dimalam hari, telinga berdenging dan dunia terasa berputar.

Menurut Palmer & Williams (2007), bila tekanan darah tidak terkontrol dan

menjadi sangat tinggi atu bisa disebut hipertensi berat maka akan timbul gejala-

gejala seperti pusing, pandangan kabur, sakit kepala, kebingungan , mengantuk

dan sesak nafas.

11
5. Factor-faktor resiko hipertensi

Faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah menurut Perry & Potter (2005)

yaitu:

a. Usia

Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Tekanan darah

orang dewasa cenderung meningkat seiring dengan pertumbuhan usia. Standar

normal untuk remaja yang tinggi dan usia baya adalah 120/80 mmHg. Tekanan

sistolik lansia akan meningkat sehubungan dengan penurunan elastisitas

pembuluh, tekanan darah normalnya 140/90 mmHg.

b. Stress

Ansietas, takut, nyeri dan stess emosi mengakibatkan stimulasi simpatik, yang

meningkatkan frekuensi darah, curah jantung, dan tekanan vaskuler perifer.

Efek stimulasi simpatik akan meningkatkan tekanan darah.

c. Ras

Frekuensi orang Afrika Amerika lebih tinggi dari pada orang Eropa

Amerika. Populasi hipertensi diyakini berhubungan dengan faktor genetik dan

lingkungan.

d. Jenis kelamin

Setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang

lebih tinggi dan setelah manaupose wanita cenderung memiliki tekanan darah

yang lebih tinggi dari pada pria tersebut. 12

12
6. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi akobat hipertensi menurut Anna & Bryan (2007) antara lain :

a. Jantung

Menyebabkan penyakit gagal jantung, angina dan serangan jantung.

Penyakit hipertensi mengakibatkan gangguan pada jantung sehingga tidak

dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara efisien dan kurangnya pasokan

oksigen ke dalam pembuluh darah jantung.

b. Ginjal

Menyebabkan gagal ginjal yang mana disebabkan kemampuan ginjal

yang berkurang dalam membuang zat sisa dan kebihan air. Jika bertambah

buruk maka akan menyebabkan gagal ginjal kronik.

c. Alat gerak

Menyebabkan penyakit arteri perifer. Timbul jika pembuluh arteri

berada dalam keadaan stress berat akibat peningkatan tekanan darah dan

penyempitan arteri tersebut menyebabkan aliran darah berkurang. Hal ini

mengakibatkan nyeri pada tungkai dan kaki saat berjalan.

d. Otak

Mengakibatkan penyakit stroke iskemik dan stroke hemorogik. Pada

stroke iskemik terjadi karena aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi

ke otak terganggu. Stroke hemorogik terjadi karena pecahnya pembuluh darah

di otak yang diakibatkan oleh tekanan darah tinggi yang paristen.

e. Mata

Mengakibatkan penyakit kerusakan mata (vascular retina), yang

terjadi karena adanya penyempitan atau penyumbatan pembuluh arteri dimata.

13
7. Terapi hipertensi

Tujuan penatalaksaan hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas

kardiovaskuler, mencegah organ dan mencapai target tekanan daeah < 130/80

mmHg dan 140/90 mmHg untuk individu beresiko tinggi dengan diabetes atau

gagal ginjal (Yugiantoro, 2006).

a. Penatalaksanaan Farmakologis

Seberapapun tingkat kegawatan hipertensi semua pasien harus

mendapatkan nasehat/anjuran yang berkaitan dengan pengaturan gaya

hidup untuk menurunkan hipertensi salah satunya pengobatan (Gormer,

2007). Golongan obat antihipertensi yang banyak digunakan yaitu:

1) Diuretik tiazid

Diuretik tiazid adalah diuretik dengan potensi menurunkan

tekanan darah dengan cara menghambat reabsobsi sodium pada

daerah awal tubulus distal ginjal, meningkatkan ekskresi sodium

dan volume urin. Efek samping dari pemberian diuretik tiazid yaitu

peningkatan ekskresi urin, sehingga dapat menimbulkan

hipokalemia, hiponatremia, dan hipomagnesiemi.

2) Beta-blocker

Beta blocker memblok beta-adrenoseptor. Reseptor ini

diklasifikasikan menjadi reseotor beta-1 dan beta-2. Reseptor beta-

1 terutama terdapat pada jantung, sedangkan beta-2 banyak

ditemukan di paru-paru. Beta-blocker diekskresikan lewat hati atau

14
ginjal tergantung sifat kelarutan obat dalam air atau lipid. Efek

samping beta-blocker adalah bradikardi, gangguan kontraktil

miokard, tangan-kaki terasa dingin.

3) ACE inhibitor

ACE inhibitor akan menghambat secara kompetitif

pembentukan angiostensin II dari preskursor angiontensin I yang

inaktif, yang terdapat pada darah, pembuluh darah, ginjal, jantung,

kelenjar adrenal, dan otak. Efek samping ACE inhibitor adalah

dapat menyebabakan hiperkalemia karena menurunkan produksi

aldosteron, sehingga suplementasi kalium dan penggunaan diuretik

hemat kalium harus dhindari.

4) Calcium Channel Blocker

Calcium Channel Blocker (CCB) menurunkan influks ion

kalsium ke dalam sel miokard, sel-sel dalam sistem konduksi

jantung, dan sel-sel otot polos pembuluh darah. Efek ini akan

menurunkan kontraktilitas jantung, menekan pembentukan dan

propagasi implus elektrik dalam jantung dan memacu aktivitas

vasodilatasi pembuluh darah. Efek samping Calcium Channel

Blocker (CCB) adalah terjadi kemerahan pada wajah, pusing dan

pembengkakakn pergelangan kaki sering dijumpai.

15
5) Alpha-blocker

Alpha-blocker (penghambat adreno-septor alfa-1) memblok

adrenoseptor alfa-1 perifer, mengakibatkan efek vasodilatsi karena

merelaksasi otot polos pembuluh darah. Efek samping dapat

menyebabkan hipotensi postural, yang sering terjadi pada pemberian

pertama kali.

6) Golongan lain

Antihipertensi vasodilator menurunkan tekanan darah dengan

cara merelaksasi otot polos pembuluh darah. Antihipertensi kerja

sentral bekerja pada adrenoreseptor alpha-2 atau reseptor lain pada

batang otak, menurunkan aliran simpatik ke jantung, pembuluh

darah dan ginjal, sehingga efek akhirnya menurunkan tekanan

darah. Efek samping dapat menyebabkan retensi cairan (Gormer,

2007).

b. Penatalaksanaan Non-Farmakologis

Penatalaksanaan non- farmakologis hipertensi menurut Lenny dan

Danang (2008) yaitu

1) Diet rendah garam atau kolesterol atau lemak jenuh

2) Mengurangi berat badan agar mengurangi beban kerja jantung

sehingga kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup juga

berkurang.

16
3) Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh

Menurut Masjoer (2001) yang dikutip Danang (2008)

mengatakan bahwa sebaiknya mengurangi asupan natrium <100

4) Ciptakan keadaan rileks. Berbagai cara relaksasi seperti meditasi,

yoga atau hypnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya

dapat menurunkan tekanan darah.

5) Melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama

30-40 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Olahraga, terutama bila

disertai penurunana berat badan. Olahraga meningkatkan kadar

High Density Lipoprotein (HDL), yang dapat mengurangi

hipertensi yang terkait aterosklerosis.

6) Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol. Berhenti

merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi

karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai

organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.

7) Terapi komplementer juga termasuk penatalaksanaan secara non

farmakologis, bersifat terapi pengobatan alamiah diantaranya

menurut Sustrani, (2005) yang dikutip Widaswara (2011) adalah

dengan:

a) Terapi herbal: obat-obatan untuk menangani hipertensi antara

lain bawang putih atau garlic (Allium sativum), seledri atau

celery (Apium gravolens), bawang merah atau onion (Allium

cepa), tomat ( Lyocopercison lycopersium), semangka

(Citrullus vulgaris).

17
b) Terapi nutrisi

(1) Makakanan yang kaya potassium, seperti: apicot, pisang,

waluh, ikan lele, bayam, tomat, kacang-kacangan, kentang ,

susu, yoghurt

(2) Makanan kaya magnesium, seperti : kacang-kacangan,

polong-polongan dan hasil olahannya (kacang merah,

kedelai, tahu), bahan makanan dari ikan laut (ikan, kerang,

cumi-cumi).

(3) Makanan yang banyak mengandung kalsium, seperti:

polong-polongan dan hasil olahannya, sayur-sayuran hijau,

daging sapi dan ayam rendah lemak.

(4) Makanan yang banyak mengandung asam lemak esensial

seperti: ikan laut (salmon, tuna, makeral), aneka kacang-

kacangan (kenari, kacang mete, wulnut).

(5) Makanan yang kaya vitamin C seperti: beragam buah-

buahan (jambu biji, jeruk, mangga, pepaya, rambutan),

aneka sayuran yang disantap mentah (kol, kacang panjang,

daun katuk, cabai rawit, cabai merah).

(6) Makanan yang banyak mengandung seng adalah daging

rendah lemak, kerang, polong-polongan, beras merah.

c) Relaksasi progresif.

d) Meditasi.

18
e) Akupuntur: cara penyembuhan Tiongkok kuno dengan cara

menusukkan jarum ke titik-titik tertentu di tubuh pasien.

f) Akupresur: cara penyembuhan Tiongkok yang mengaktifkan

neuron pada sistem saraf, yang dapat merangsang kelenjar-

kelenjar endokrin dan hasilnya mengaktifkan orang yang

bermasalah.

g) Aromaterapi: cara penyembuhan dengan menggunakan

konsentrasi minyak essensial yang sangat aromatik, dan

diekstraksi dari tumbuh-tumbuhan.

h) Terapi Bach Flower Remedy: penanganan terdiri dari 38

tumbuhan dan bunga yan digunakan untuk mengobati

gangguan emosi yang berbeda-beda.

i) Refleksiologi: cara penanganana dengan merangsang berbagai

daerah refleks (zona atau mikrosistem) di kaki, tangan, dan

telinga yang ada

19
B. Terapi Non Farmakologis

1. Tomat

a. Pengertian

Tomat (Lycopersicum esculantum Mill.) berasal dari daerah tropis Meksiko

hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari

Amerika Latin yang dibawa oleh orang Spanyol dan Portugis pada abah ke-16.

Saat ini, budidaya tomat modern dan tomat hibrida dapat tumbuh dengan baik

pada iklim yang berbeda dari daerah asalnya (Villareal & Moomaw, 1979).

Klasifikasi botani tomat memiliki sejarah yang menarik, pertama kali tomat

ditempatkan pada genus Solanum dan diidentifikasikan sebagai Solanum

lycopersicon. Walaupun telah diubah menjadi Lycopersicum esculentum, hal ini

memiliki arti sederhana “dapat dimakan”.

Secara lengkap ahli-ahli botani mengklasifikasikan tanaman tomat secara

sistemik sebagai berikut (Tugiyono, 2005).

Tabel 2.1 taksonomi umbi ungu

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotylodonnae

Ordo Tubiflorae

Famili Solanaceae

Genus Solanum

Spesies Lycopersicum esculentum

Mill

20
b. Kandungan

Kandungan yang terdapat dalam buah tomat meliputi alkaloid solanin

(0,007%), saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat, biflavonoid, protein,

lemak, gula (fruktosa, glukosa), adenine, trigonelin, kolin, tomatin, mineral (Ca,

Mg, P, K, Na, Fe, sulfur, klorin), vitamin (B1, B2, B6, C, E, niasin), histamin, dan

likopen (Dalimartha, 2007).

Sebagai sumber vitamin, buah tomat sangat baik untuk mencegah dan

mengobati berbagai macam penyakit, seperti sariawan karena kekurangan vitamin

C, xeropthalmia pada mata akibat kekurangan vitamin A, beri-beri, radang syaraf,

lemahnya otot-otot, dermatitis, bibir menjadi merah dan radang lidah akibat

kekurangan vitamin B. Sebagai sumber mineral, buah tomat dapat bermanfaat

untuk pembentukan tulang dan gigi (zat kapur dan fosfor), sedangkan zat besi (Fe)

yang terkandung didalam buah tomat dapat berfungsi untuk pembentukan sel

darah merah atau hemoglobin. Buah tomat juga mengandung serat yang berfungsi

memperlancar proses pencernaan makanan didalam perut dan membantu

memudahkan buang kotoran. Selain itu, tomat mengandung zat kalium yang

sangat bermanfaat untuk menurunkan gejala tekanan darah tinggi. Kan(Firmanto,

2011).

21
Table 2.2 kandungan tomat

Informasi gizi Kandungan per 100 gram

Air (g) 93,76


Energi (kkal) 21
Total lemak (g) 0,33
Karbohidrat (g) 4,64
Protein (g) 0,85
Kalsium (mg) 5
Fosfor (mg) 24
Kalium (mg) 222
Magnesium (mg) 11
Seng (mg) 0,09
Zat besi (mg) 0,45
Vit. A (IU) 623

Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) mengandung flavonoid dan kalium.

Flavonoid mempunyai efek hipotensif, yang bekerja sebagai ACE inhibitor

dengan cara menghambat Angiotensin Converting Enzym (ACE) yang mengubah

angiotensin I menjadi angiotensin II, sehingga terjadi vasodilatasi (Guyton & Hall,

2008).Kalium dapat mengurangi sekresi renin yang menyebabkan penurunan

angiotensin II sehingga vasokonstriksi pembuluh darah berkurang dan

menurunnya aldosterone berkurang. Kalium juga mempunyai efek dalam pompa

Na-K yaitu kalium dipompa dari cairan ekstra selular ke dalam sel, dan natrium

dipompa keluar.Sehingga kalium dapat menurunkan tekanan darah (Guyton,

2008).

Menurut Prio Raharjo (2007) menyatakan bahwa pemberian jus buah tomat

dapat menurunkan tekanan darah tinggi di desa wonorejo kecamatan Lawang

kabupaten Malang, terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian jus tomat

22
dengan penurunan hipertensi dengan Nilai p value sebesar 0,05. Dengan cara

meminum jus tomat merah sebantak 150 gram tanpa ditambah gula maupun air,

kemudian dihancurkan dengan menggunakan blender diminum satu hasri satu kali

selama dua hari.

Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh menurut Marsita Lita

, (2010), yang meneliti tentang pengaruh jus buah tomat terhadap tekanan darah

normal pada perempuan dewasa, terdapat penurunan rata -rata tekanan darah

sebelum dilakukan intervensi sebesar 106/72,5 mmHg menjadi 97/66,5 mmHg

setelah dilakukan intervensi

Hasil penelitian pada tekakanan darah wanita menopause di semarang

menunjukan penurunan tekanan darah sistolik,11,76 mmHg dan diastolic 8,82

mmHg dengan menggunakan intervensi jus tomat. (Lestari,2014)

Hasil peneltia yang menyatakan bahwa ada pengaruh pemberian jus tomat

terhadap penurunan darah sistolik dan distolih penderita hipertensi pada lansia

dengan hasil iji statistic menunjukan adanya perbedaan sistolik dan diastolic

sebelum dan sesudah pemberian perlakuan dengan Nilai selisish penurunan

sistolik sebesar8,50 mmHg dan diastolic sebesar 6,14 mmHg (Nuziati,2016)

23
2. Wortel

a. Pengertian

Wortel/carrots (Daucus carota L.) bukan tanaman asli Indonesia,

berasal dari negeri yang beriklim sedang (sub-tropis). Menurut sejarahnya,

tanaman wortel berasal dari Asia Timur dan Asia Tengah. Tanaman ini

ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500 tahun yang lalu. Rukmana (1995)

Wortel (Daucus carota L.) adalah tumbuhan jenis sayuran umbi yang

biasanya berwarna kuning kemerahan atau jingga kekuningan dengan tekstur

serupa kayu (Malasari 2005). Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah

bagian umbi atau akarnya. Cadangan makanan tanaman ini disimpan di dalam

umbi. Kulit umbi wortel tipis dan jika dimakan mentah terasa renyah dan agak

manis (Makmun 2007).

Secara lengkap ahli-ahli botani mengklasifikasikan tanaman tomat secara

sistemik sebagai berikut (Cahyono, 2002 dalam (Pohan, 2008)

Tabel 2.3 taksonomi wortel

Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledon
Ordo Umbelliferales
Famili Umbelliferae
Genus Daucus
Spesies Daucus carota L

24
b. Kandungan

Salah satu kandungan jus wortel yang baik untuk menurunkan atau

mengendalikan tekanan darah adalah kalium. Kalium brsifat diuretic yang kuat

sehingga membantu menjaga keseimbangan tekanan darah (Junaidi 2010).

Kalium juga memiliki fungsi vasolidasi pada pembuluh darah dapat

menurunkan tahanan parifer dan meningkatkan curah jantungsehingga

tekanan darah dapat normal. Selain itu, kalium dapat mengjhambat pelepasan

renin sehiingga mengubah aktifitas system reninangiostensin dan kalium juga

mampu mempengaruhi system saraf parifer dan sentral yang mempengaruhi

tekanan darah sehingga tekanan darah dapat terkontrol (Budiman,1999 dan

Wibowo,2010)

Tabel 2.4. Komposisi zat gizi wortel per 100 g berat basah

Komposisi Zat Gizi Satuan Jumlah


Kalori Kal 42,00
Protein gr 1,20
Lemak gr 0,30
Karbohidrat gr 9,30
Kalsium mg 39,00
kalium mg 320
Fosfor mg 37,00
Zat Besi mg 0,80
Vitamin A SI 12,000,00
Vitamin B mg 0,06
Vitamin C mg 6,00
Air gr 88,20
Sumber: USDA National Nutrient Database for Standard Reference

(2007& Rukmana 1995

25
Wortel (Daucus carota L.) mengandung kalium. Kelebihan ion kalium

dalam cairan ekstrasel akan menurunkan potensial membran istirahat di dalam

serabut-serabut otot jantung. Sehingga intensitas potensial juga menurun yang

selanjutnya membuat kontraksi jantung secara progresif melemah yang akan

berpengaruh terhadap cardiac output (CO) dan menghambat sekresi renin

(Guyton & Hall, 2008).

Salah satu kandungan jus wortel yang baik untuk menurunkan atau

mengendalikan tensi adalah kalium, yang mempunyai sifat diuretic yang kuat

sehingga membantu menjaga keseimbangan tekanan dara (junaidi,2010).

Kalium juga memiliki fungsi sebagai vasolidasi pada pembuluh darahdapat

menurunkan tekanan darah parifer dan meningkatkan curah jantung sehingga

tekanan darah normal, selain itu kalium dapat menghambat pelepasan renin

sehingga mengubah aktifitas system reninagoitensin dan kalium juga mapu

mempengaruhi system saraf parifer dan sentral yang mempengaruhi tekanan

darah sehingga tekanan darah dapat terkontrol (Budiman,1999 dalam

Wibowo,2010)

Meurut Nurul Fitriyani Haris (2012), menyatakan bahwa pemberian

jus wortel berpengaruh untuk memurunkan tekanan darah pada lansia

penderita hipertensidi Panti Sosial Tresna Werda unit Budhi Luhur Kasongan

Bantul Yogyakarta dengan Nilai p value 0,029. Dengan cara meberikan terapi

jus wortel sebanyak 130 cc 1 kali sehari selama 5 hari berturut – turut dan

pada hari kelima dilakukan pengecekan tekanan darah.

Hal ini diperkuat berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitri

Parwanti (2010) yang menyatakan bahwa jus wortel dapat menurunkan

tekanan darah sisitole dan diastole pada penderita hipertensi di di Dusun

26
Gedongsari, Wijirejo, Pandak, Bantul, Yogyakarta, dengan hasil p value sistol

sebesar 0.038 dan p value distol sebesar 0.033 yang berarti Nilai p<0,05.

Hasil penelitian pada tekakanan darah wanita menopause di semarang

menunjukan penurunan tekanan darah sistolik,11,76 mmHg dan diastolic 8,82

mmHg dengan menggunakan intervensi jus tomat. (Lestari,2014)

27
C. Kerangka teori

Keranagka teori penelitian adalah kumpilan teori yang mendasari topic

penelitian yang disusun berdasar teori yang sudah ada dalam tinjauan teori dan

mengikuti kaidah input, proses dan output(saryono,2011). Kerangka teori penelitian

ini akan dijelaskan pada gambar 2.1 sebagai berikut

Penderita hipertensi Penatalaksanaan hipertensi

Non- farmakologi: Farmakologis:


Dipengaruhi faktor:  Diet rendah garam Antihipertensi
1. Tidak dapat diubah  Olahraga  Diuretik tiazid
 Usia  Mengurangi berat  Beta blocker
 Stress badan  ACE inhibitor
 Ras  Berhenti merokok  Calcium chanel
 Jenis kelamin  Terapi blocker
2. Dapat diubah komplementer:  Alpha blocker
 Herbal
 Konsumsi garam  Relaksasi
berlebihan
 Akupentur
 Obesitas
 Akupresure
 Alkohol
 Relaksasi
 Aroma terapi
 Nutrisi

Penurunan tekanan darah

Dikembangkan berdasarkan Perry & Potter (2005), Yugiantoro (2006), Gormer

(2007), dan Lenny & Danang (2008).

28
D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini diterangkan pada gambar 2.2 sebagi

berikut

Variable independet Variable dependent

Pemberian jus tomat

Perubahan tekanan darah

Pemberian jus wortel

Gambar 2.2 kerangka konsep penelitian

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil hipotesis penelitian yaitu :

1. Jus buah tomat dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi

di wilayah kerja Puskesmas Baturaden

2. Jus wortel dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Baturaden

3. Terdapat perbedaan efektifitas jus tomat dan jus wortel terhadap

perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Baturaden

29
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain pre experiment

with two group pretest-posttest design. Penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok yang

dipilih secara random, kemudian dilakukan pretest berupa pengukuran awal dan

posttest berupa pengukuran akhir setelah dilakukan perlakuan (Sugiyono, 2014).

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menggali perbedaan aktifitas antara jus tomat

dengan jus wortel terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di

wilayah kerja Puskesma II Baturaden.

Gambaran skema penelitian adalah sebai berikut :

Pretest treatment posttest

Rebusan jus tomat O1 X1 O2

Rebusan jus wortel O3 X2 O4

Keterangan:

O1 = pengukuran tekanan darah sebelum diberikan terapi jus tomat

O2 = Pengukuran tekanan darah setelah diberikan terapi jus tomat

X1 = perlakuan dengan terapi jus tomat

X2 = perlakuan dengan terapi jus wortel

O3 = Pengukuran tekanan darah sebelum diberikan terapi jus wortel

O4 = Pengukuran tekanan darah setelah diberikan terapi jus wortel

30
B. Populasi, Sempel dan Teknik Sampling

1. Populasi

(Notoadmojo, 2010) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek

penelitian atau objek yang diteliti. Populasi pada peneliti ini adalah seluruh pasien

penyakit hipertensi di wilayah kerja Puskesmas II Baturaden, pada bulan

desember yang berjumlah 120

2. Sempel

Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2003). Besar

sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel (Nursalam, 2001).

Penelitian ini menggunakan rumus Lemoshow dengan uji hipotesis beda rata-rata

berdasarkan jurnal-jurnal yang terkait dengan penelitian tersebut (Supriyadi,

2014).

[(𝑛1 − 1)𝑠12 + (𝑛2 − 1)𝑠22 ]


𝑆𝑝2 =
(𝑛1−1 ) + (𝑛2−1 )

1 2 [𝑍1−𝛼 + 𝑍1−𝛽 ] 𝛿 2
2
𝑛= 𝑥
1−𝑓 (𝜇0 − 𝜇1 )2

Keterangan:

𝑛1 = besar sampel kelompok jus tomat =15 (nuziati, 2016)

𝑛2 = besar sampel kelompok jus wortel = 13 (Nurul fitriyani,2012)

𝑍1−𝛼 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) sebesar 5%=1,96


2

𝛿 = varians dalam populasi


31
𝑍1−𝛽 = kekuatan uji sebesar 10% = 0,90

𝜇1 = nilai rata-rata tekanan sistolik sebelum intervensi kelompok jus tomat=

160,71(Nuziati,2016)

𝜇2 = nilai rata-rata tekanan sistolik sebelum intervensi kelompok jus wortel =

150,77 (Nurul fitriyani,2012)

𝑆𝑝2 = varians kelompok

𝑠1 = Standar Deviasi untuk kelompok jus tomat = 8,50 (Nuziati,2016)

𝑠2 =Standar Deviasi untuk kelompok jus wortel = 9,62 (Nurul fitriyani,2012)

Berdasarkan jurnal penelitian (Nuziati,2016)dan (Nurul fitriyani,2012) maka

diperoleh sampel dengan rincian sebagai berikut:

𝜇1 = 160,71; 𝜇2 = 150,77 ; 𝑛1 = 15; 𝑛2 = 13; 𝑠1 = 8,50 ; 𝑠2 = 9,62 ; 𝑍1−𝛼 = 1,96;


2

𝑍1−𝛽 = 0,90

[(𝑛1 − 1)𝑠12 + (𝑛2 − 1)𝑠22 ]


𝑆𝑝2 =
(𝑛1−1 ) + (𝑛2−1 )

[(15 − 1)(8,50 2 ) + (13 − 1)(9,62 2 )]


𝑆𝑝2 =
(15 − 1) + (13 − 1)

1.011.5 + 1.110,5
𝑆𝑝2 =
26

𝑆𝑝2 = 86.615

1 2 [𝑍1−𝛼 + 𝑍1−𝛽 ] 𝛿 2
2
𝑛= 𝑥
1−𝑓 (𝜇0 − 𝜇1 )2

1 2[1,96 + 0,90]2 86,615


𝑛= 𝑥
1 − 0 (160,71 − 150,77 )2

1 1.416,95211
𝑛= 𝑥
1−𝑓 98.8036

𝑛 = 14,341

32
Sampel yang dibutuhkan sebanyak 14 sampel untuk masing-masing

kelompok, untuk kelompok yang diberikan air jus tomat dan kelompok yang

diberikan jus wortel. Total sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak

28 sampel. Kemudian peneliti membulatkan menjadi 15 sampel untuk masing-

masing kelompok intervensi sehingga total sempel yang dibutuhkan dalam

penelitian ini adalah 30

Dalam penelitian ini sample dipilih peneliti menggunakan teknik simple

random sampling, yaitu pengambilan sempel secara acak sederhana dan setiap

anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi

menjadi sample Notoadmojo,2010) :

Adapun penentuan sempel berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek peneliti

mewakili sempel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sempel

Nursalam,2003). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1.) Penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesma II Baturaden

2.) Penderita yang bersedia menjadi responden

3.) Penderita yang berumur lebih dari 35 tahun atau kategori dewasa sampai

lansia.

b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak

dapat mewakili sample, karena tidak memiliki syarat sebagai penelitian

(Nursalam,2003).

33
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adlah :

1.) Penderita hipertensi dengan komplikasi

2.) Penderita hipertensi yang merokok dan obesitas (BMI>30)

C. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Baturaden dengan waktu

pelaksanaannya pada bulan Maret - April 2017.

D. Variabel penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu

kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmojo,

2005). Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu

1. Variabel independen

Variable ini sering disebut sebagai variable stimulus, predicator,

antecedent (Sugiyono,2011)dalam bahasa Indonesia sering disebut variable bebas.

Variable bebas adalah merupakan variable yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahanya atau timbulnya variable dependent (terikat). Variable

independen dalam penelitian ini yaitu pemberian jus tomat dan jus wortel

2. Variable dependent

Sering disebut sebagai variable output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa

Indonesia sering disebut sebagai variable terikat. Variable terikat merupakan

variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable

bebas. Variable dependen dalam penelitian ini adalah penurunan tekanan darah

pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas II Baturaden

34
E. Definisi operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang digunakan untuk memudahkan

pemahaman dan pengukuran setiap variabel yang ada dalam penelitian (Notoatmojo,

2010).

Tabel 3.1 Definisi operasional variabel penelitian

Variabel Definisi Instrument Hasil ukur Skala

operasional

Perlakuan Pemberian jus Masing- Kelompok: Nominal

terapi non tomat dan jus masing 1. Diberikanju

farmakologi wortel responden s tomat.

terhadap diberikan 2. Diberikan

penderita terapi 1 kali jus wortel.

penyakit pada pukul

hipertensi 13,00

selama

5hari

Tekanan Tekanan darah Spigmoman Angka dalam Rasio

darah pada yang diukur ometer satuan mmHg

penderita menggunakan manual

penyakit spigmomanom merek One

hipertensi eter akan Med.

terbaca melalui

penghentian

aliran arteri

35
F. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah berkenaan dengan cara-cara yang digunakan

untuk mengumpulkan data (Sugiyono, 2014). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan tensimeter manual merek One Med.

Bahan yang digunakan adalah buah tomat dan wortel yang masih segar yang

kemudian dicuci bersih menggunakan air mengalir. Kemudian buah tomat dan wortel

di blender secara terpisah ditambah dengan 50 ml air dan ditambbah pemanis untuk

menambah cita rasa, penyajian menggunakan gelas 150 ml

Menurt (irwan, 2007) kebutuhan kalium diperkirakan sebesar 782mg/hari.

Sehingga perhitungan kalium pada buah tomat dalam 100gram mengandung 222mg

kalium sehingga untuk memenuhinya menggunakan 350 gram tomat segar dan untuk

buah wortel kandungan kalium dalam 100 gram adalah 320 sehingga untuk

memenuhinya menggunakan 250 gram tomat segar

G. Prosedur pengumpulan data

1. Data Primer

Menurut Hidayat (2007) dat primer adalah dayang dikumpulkan oleh peneliti

itu sendiri mulai dari yang sebelumnya tidak ada tujuanya menyesuaikan dengan

keperluan penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil

berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah treatment yang

dilakukan oleh peneliti yaitu 15 pendetita hipertensiyang diberikan perlakuan

konsumsi jus tomat dan 15 penderita hipertensi yang diberikan perlakuan

konsumsi jus wortel sehingga total jumlah data primer 60 data tekanan darah

sebelum dan sesudah

36
2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain serta

ditambahkan data sudah ada (Hidayat,2007). Data sekunder dalam penelitian ini

yang mendukung penelitian ini dan data tentang pasien hipertensi di wilayah

puskesmas II Baturaden

H. Pengolahan Data

1. Pengolahan Data

a. Editing

Melakukan pemeriksaan ulang kuesioner di tempat pengumpulan

data, meneliti kembali jawaban yang ada serta kelengkapannya bila terjadi

kekurangan atau ketidak sesuaian dapat segera dilengkapi atau disesuaikan.

b. Coding

Merupakan suatu metode untuk mengkonversikan data yang terkumpul

selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis,

mengklasifikasikan jawaban responden menurut macamnya. Klasifikasi

dilakukan dengan cara memberi tanda atau merubah masing-masing jawaban

dengan kode tertentu atau bentuk angka.

c. Entry Data

Memasukkan data ke dalam komputer.

d. Tabulating

Dari data mentah dilakukan penataan data, kemudian menyusun dalam

bentuk tabel distribusi.

37
I. Analisa Data

Dat yang sudah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan program computer dan

manual, analisa data meliputi :

1. Analisis Univarial

Analisis univarial dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variable penelitian (Notoadmojo,2010). Digunakan untuk

mendeskripsikan tekanan darah kelompok yang diberikan jus tomat dan yang

diberikan jus wortel sebelum dan sesudah intervensi meliputi rata-rata, standar

deviasi Nilai maksimum dan minimum masing-masing tekanan darah sistolik

dan diastolic.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariate dilakukan terhadap dua variable yang diduga berbeda dan

akan dibandingkan. Terdapa uji parametric dan non parametric pada analisis

bivariate Notoadmojo,2010)

Menurut Sugiyono (2008) menyebutkan bahwa desain yang sering digunakan

dalam pengujian rancangan experiment adalah desain paired test dan independent

t test.desain paired t test digunakan apabila data yang dikumpulkan daru dua

sempel saling berhubungan yanga artinya bahwa satu sempel akan mempunyai

dua data yang akan diukur sebelum dan sesudah perlakuan tertentu. Selain itu

penggunaan paired t test untuk menguji efektifitas suatu perlakuan terhadap

besaran suatu variable yang ingin ditentukan. Sedangkan independent t test

adalah untuk menguji apakah ada perbedaaan Nilai dua sempel yang diberi

perlakuan berbeda, yaitu membandingkan efektifitas dari dua kelompok yang

diberikan jus tomat dengan kelompok yang diberikan jus wortel

38
Penghitungan uji t dalam penelitian ini menggunakan sofwere computer.

Ketentuan signifikan jik at hitung > t table pada taraf signifikan 5% dan Nilai

p,05 (Syarifudin,2010)

J. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan

a. Penyusunan proposal penelitian.

b. Seminar proposal penelitian setelah proposal disetujui.

c. Melakukan perijinan untuk melaksanakan penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

a. Melakukan orientasi tempat penelitian.

b. Melakukan pendataaan penderita hipertensi yang dijadikan sebagai

responden.

c. Peneliti memberi responden minum jus tomat dan jus wortel masing-masing

150 ml. Pemprosesan jus dilakukan peneliti bersama orangtua. Jus diisi

dalam gelas kemudian dibagikan kepada responden.

d. Peneliti mengawasi saat responden minum jus tomat dan jus wortel sambil

menyarankan untuk ke depan responden tidak minum minuman yang

mengandung kafein dan melakukan aktivitas berat.

e. Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa minum minuman yang

mengandung kafein dan melakukan aktifitas berat selama proses penelitian

dapat mempengaruhi hasil penelitian.

f. Peneliti membuat kontrak waktu selanjutnya dengan responden.

g. Selama 5 hari berturut-turut responden diberikan jus tomat dan wortel pada

pukul 13,00, 2 jam setelah perlakuan dilakukan pengetesan tekanan darah.

39
Hasil pengukuran tekanan darah selama 5 hari di rata-rata untuk dijadikan

hasil (Nurul,2012)

3. Tahap penyelesaian

Menyelesaikan penelitian dilanjutkan dengan sidang hasil penelitian.

K. Etika Penelitian

Proses penelitian dimulai setelah proposal penelitian disetujui oleh

pembimbing. Selanjutnya proses penelitian dilanjutkan dengan menyerahkan surat

permohonan untuk menjadi responden kepada responden dan menjelaskan prosedur-

prosedur berikut :

1. Informed Consent

Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden.

2. Anonimity

Anonimity merupakan masalah etika dalam penelitian dengan tidak

memberikan nama responden pada lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada

lembar kuesioner.

3. Confidentiality

Confidentiality merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari

hasil penelitian. Semua informasi yang telah dikumpulkan pada peneliti dijamin

kerahasiaannya.

40
41

You might also like