You are on page 1of 7

TUGAS MAKALAH

MATAKULIAH SELFCARE AND MEDICATION

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5
FARMASI B

MAGHFIRANI FAROH FAUZIA G 701 15 192

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENEGTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
berupa cacing. Cacing umumnya tidak menyebabkan penyakit berat sehingga
sering kali diabaikan walaupun sesungguhnya memberikan gangguan
kesehatan. Tetapi dalam keadaan infeksi berat atau keadaan yang luar biasa,
kecacingan cenderung memberikan analisa keliru ke arah penyakit lain dan
tidak jarang dapat berakibat fatal (Margono, 2008).
Definisi infeksi kecacingan menurut WHO (2011) adalah sebagai
infestasi satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan
nematode usus. Diantara nematoda usus ada sejumlah spesies yang
penularannya melalui tanah atau biasa disebut dengan cacing jenis STH yaitu
Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Trichuris trichuira dan
Ancylostoma duodenale (Margono et al., 2006).
Penyakit yang sering terjadi ini sangat menganggu tumbuh kembang
anak. Sehingga sangat penting untuk mengenali dan mencegah penyakit
cacing pada anak sejak dini. Gangguan yan ditimbulkan mulai dari yang
ringan tanpa gejala hingga sampai yang berat bahkan sampai mengancam
jiwa. Secara umum gangguan nutrisi atau anemia dapat terjadi pada penderita.
Hal ini secara tidak langsung akan mengakibatkan gangguan kecerdasan pada
anak.
I.2 RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui pengertian penyakit cacingan
2. Mengetahui etiologi penyakit cacingan
3. Mengetahui patofisiologi dan gambaran klinik penyakit cacingan
4. Mengetahui penyakit cacingan
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang
6. Mengetahui Macam-macam obat penyakit cacingan
7. Mengetahui Efek samping dan cara mengatasi obat.
8.
9.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 DEFINISI
Infeksi kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya
parasit (berupa cacing) kedalam tubuh manusia, parasit ini mempunyai tubuh
yang simestris bilateral dan tersusun dari banyak sel (multi seluler). Cacing
yang penting atau cacing yang sering menginfeksi tubuh manusia terdiri atas
dua golongan besar yaitu filum Platyhelmithes dan filum Nemathelminthes.
Filum Platyhelmithes terdiri atas dua kelas yang penting yaitu kelas
Cestoda dan kelas Trematoda, sedangkan filum Nemathelmithes kelasnya
yang penting adalah Nematoda. Cacing gelang, cacing cambuk, cacing
tambang adalah kelas Nematoda yang selalu parasitik pada tubuh manusia
dan menjadikannya sebagai tempat hidup dan berkembang biak atau hospes
definitive.
Penyakit infeksi kecacingan merupakan salah satu penyakit yang
masih banyak terjadi di masyarakat namun kurang mendapatkan perhatian
(neglected diseases). Penyakit yang termasuk dalam kelompok neglected
diseases memang tidak menyebabkan wabah yang muncul dengan tiba-tiba
ataupun menyebabkan banyak korban, tetapi merupakan penyakit yang secara
perlahan menggerogoti kesehatan manusia, menyebabkan kecacatan tetap,
penurunan intelegensia anak dan pada akhirnya dapat pula menyebabkan
kematian.

1. Soil Transmitted Helminths


Soil-transmitted helminths merupakan kelompok parasit cacing nematoda
yang menyebabkan infeksi pada manusia akibat tertelan telur atau melalui
kontak dengan larva yang berkembang dengan cepat pada tanah yang hangat
dan basah di negara-negara subtropis dan tropis di berbagai belahan dunia.
Bentuk dewasa soil-transmitted helminths dapat hidup selama bertahun-tahun
di saluran percernaan manusia. Lebih dari dua milyar penduduk dunia
terinfeksi oleh paling sedikit satu spesies cacing tersebut, terutama yang
disebabkan oleh A. lumbricoides, T. trichiura dan cacing tambang (WHO,
2005; WHO, 2006).

I.1 Ascaris lumbricoides


a. Hospes dan nama penyakit
Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides.
Penyakit yang disebabkannya disebut askariasis. Askariasis adalah infeksi
yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides, yang merupakan nematoda
usus terbesar. Angka kejadiannya di dunia lebih banyak dari infeksi cacing
lainnya, diperkirakan lebih dari 1 milyar orang di dunia pernah terinfeksi
dengan cacing ini (Djuanda, 2010).
Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar
diseluruh dunia, lebih banyak di temukan di daerah beriklim panas dan
lembab. Di beberapa daerah tropik derajat infeksi dapat mencapai 100%
dari penduduk. Pada umumnya lebih banyak ditemukan pada anak-anak
berusia 5 – 10 tahun sebagai host (penjamu) yang juga menunjukkan
beban cacing yang lebih tinggi (Haryanti, E, 1993).
b. Epidemiologi
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus terbesar. Angka
kejadiannya di dunia lebih banyak dari cacing lainnya, diperkirakan lebih
dari 1 milyar orang di dunia pernah terinfeksi dengan cacing ini. Hal ini
disebabkan karena telur cacing ini lebih tahan terhadap panas dan
kekeringan.Tidak jarang ditemukan infeksi campuran dengan cacing lain,
terutama Trichuris trichiura.
Menurut Bethony dkk, 2006 cacing ini merupakan parasit yang
kosmopolit yaitu tersebar di seluruh dunia, frekuensi terbesar berada di
negara tropis yang lembab, dengan angka prevalensi kadangkala mencapai
di atas 50%. Meskipun infeksi cacing ini dapat terjadi pada segala usia,
namun angka prevalensi dan intensitas infeksi tertinggi terjadi pada anak
usia sekolah, 5-15 tahun.
Manusia dapat terinfeksi dengan cara menelan telur cacing yang
infektif ( telur yang mengandung larva ). Di daerah tropis, infeksi cacing
ini mengenai hampir seluruh lapisan masyarakat, dan anak lebih sering
terinfeksi. Endemisitas perbedaan insiden dan intensitas infeksi pada anak
dan orang dewasa kemungkinan disebabkan oleh karena berbeda dalam
kebiasaan, aktivitas dan perkembangan imunitas yang didapat.
Pencemaran tanah oleh cacing lebih sering disebabkan oleh tinja
anak. Di Indonesia, kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan
pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah pohon,
di tempat mencuci dan di tempat pembuangan sampah. Cara penularan
pada manusia dari tangan ke mulut; jari-jari yang terkontaminasi oleh
kontak tanah. Cara lain, bahan makanan ( terutama segala sesuatu yang
dimakan mentah) menjadi terinfeksi oleh pupuk manusia atau oleh lalat.
Endemisitas Askariasis dibantu oleh pengeluaran telur cacing yang sangat
tinggi dan resistensinya terhadap keadaan lingkungan yang tidak sesuai.
Telur-telur terbukti tetap infektif pada tanah selama berbulan-bulan dan
dapat bertahan hidup di cuaca yang lebih dingin (5-10°C) selama 2 tahun.
Penularan askariasis dapat terjadi musiman atau sepanjang tahun.
c. Patofisiologi
Gangguan yang disebabkan oleh cacing dewasa biasanya ringan.
Dapat berupa gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang,
diare dan konstipasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak dapat
terjadi gangguan penyerapan makanan (malabsorbtion). Keadaan yang
serius, bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi penyumbatan
pada usus (Ileus obstructive). Selain itu menurut Effendy yang dikutip
Surat Keputusan Menteri Kesehatan (2006) gangguan juga dapat
disebabkan oleh larva yang masuk ke paru-paru sehingga dapat
menyebabkan perdarahan pada dinding alveolus yang disebut Sindroma
Loeffler.

d. Gejala Klinis dan Diagnosis


Gejala cacingan sering dikacaukan dengan penyakit-penyakit lain. Pada permulaan
mungkin ada batuk-batuk dan eosinofilia. Anak yang menderita cacingan biasanya
lesu, tidak bergairah dan kurang konsentrasi belajar.
Pada anak-anak yang menderita Ascariasis lumbricoides perutnya tampak
buncit, perut sering sakit, diare, dan nafsu makan kurang. Biasanya anak masih
dapat beraktivitas walau sudah mengalami penuruanan kemampuan belajar
dan produktivitas. Pemeriksaan tinja sangat diperlukan untuk ketepatan
diagnosis yaitu dengan menemukan telur-telur cacing di dalam tinja tersebut.
Jumlah telur juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan beratnya
infeksi (Menteri Kesehatan, 2006).

You might also like