You are on page 1of 20

` Laporan Kasus

HORDEOLUM

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata FK Unsyiah/
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Oleh:

Putri Febryanti
1407101030089

Pembimbing
dr. Enny Nilawati, M.Ked (Oph),Sp.M

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSU Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Hordeolum”. Shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada Rasulullah
SAW. yang telah membawa umat manusia ke masa yang menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan.

Laporan kasus ini merupakan salah satu tugas dalam menjalankan


kepanitraan Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Enny Nilawati, M.Ked
(Oph),Sp.M yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas
ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
untuk laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis dan
orang lain.

Banda Aceh, Februari 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 2
2.1. Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata....................................... 2
2.2. Definisi...................................................................................... 4
2.3. Epidemiologi............................................................................. 4
2.4. Etiologi...................................................................................... 5
2.5. Klasifikasi ................................................................................ 5
2.6. Tanda dan Gejala....................................................................... 6
2.7. Patofisiologi.............................................................................. 6
2.8. Diagnosis Banding.................................................................... 7
2.9. Tatalaksana................................................................................ 9
2.10. Komplikasi................................................................................ 10
2.11. Pencegahan................................................................................ 10

BAB III LAPORAN KASUS................................................................................... 11


3.1. Identitas pasien.......................................................................... 11
3.2. Anamnesis................................................................................. 11
3.3. Pemeriksaan Fisik..................................................................... 12
3.4. Resume...................................................................................... 13
3.5. Diagnosis Banding.................................................................... 14
3.6. Diagnosis Kerja ........................................................................ 14
3.7. Tatalaksana................................................................................ 14
3.8. Prognosis................................................................................... 15

BAB IV ANALISA KASUS............................................................................ 16


BAB V KESIMPULAN................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 19

BAB I
PENDAHULUAN
Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata
melindungi kornea dan berfungsi dalam pendistribusian dan elaminasi air mata.
Kelainan yang dapat terjadi pada kelopak mata bermacam-macam, salah satunya
adalah infeksi.1
Hordeolum merupakan salah satu infeksi yang sering terjadi pada kelopak
mata yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus. 2
Hordeolum adalah kelainan kelopak mata yang cukup sering ditemukan di
masyarakat. Infeksi ini dapat mengenai semua usia, tetapi lebih sering terjadi pada
orang dewasa karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dan dapat terjadi pada
orang-orang dengan tingkat kebersihan yang kurang.1,2
Penderita hordeolum biasanya menunjukkan gejala radang pada kelopak
mata seperti bengkak, terasa mengganjal, kemerahan disertai nyeri jika ditekan.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata


Gambar 2.1. Anatomi Palpebra

Palpebra atau kelopak mata adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan
fibrosa yang berfungsi melindungi struktur-struktur jaringan mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata disepan kornea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola mata.1,3
Palpebra mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan
dibagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Palpebra terdiri beberapa bagian, yaitu :
1. Kelenjar
Seperti kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada pangkal
rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
2. Otot
Seperti M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar didalam kelopak mata atas dan
bawah, dan terletak dibawah kulit kelopak. Pada tepi margo palpebra terdapat otot
orbikularis okuli yang disebut M.Rioland. M.orbikularis okuli berfungsi menutup bola
mata yang dipersarafi oleh N.fasial. M.levator palpebra yang berorigo pada annulus
foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M.orbikularis
okulli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.levator palpebra
terlihat sebagai sulkus palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N.III yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata.3
3. Tarsus
Didalam kelopak mata terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar
didalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.3
4. Septum orbita
Septum orbita merupakan jaringan fibrosis yang berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan palpebra superior.3

Gambar 2.2 Bagian-bagian Palpebra

Margo palpebra dipisahkan oleh garis abu-abu (batas mukokutan) menjadi


margo anterior dan posterior. Margo anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss
dan Moll.Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.Glandula Moll adalah modifikasi
kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.Margo
posterior berhubungan dengan bola mata, dan sepanjang margo ini terdapat
muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula
Meibom atau tarsal). 1,3
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari margo posterior
palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus ke sakus lakrimalis. 1,3
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka.Fisura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis kira-
kira 0,5 cm dari margo lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbital
adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara
margo orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai pemisah antara palpebra orbita.
Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan
tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior. 1,3
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V. 1,3

2.2 Definisi
Hordeolum merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif kelenjar
kelopak mata. Hordeolum biasanya merupakan infeksi Staphylococcus pada
kelenjar sebasea kelopak mata.3

2.3 Epidemiologi
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan
pada praktek kedokteran. Insiden tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin.
Infeksi ini dapat mengenai semua usia, tetapi lebih sering terjadi pada orang
dewasa, kemungkinan karena kombinasi dari beberapa faktor seperti tingginya
level androgen.4

2.4 Etiologi
Penyebab terjadinya hordeolum adalah kuman Staphylococcus.
Staphylococcus Aureus adalah penyebab pada 90-95% kasus hordeolum.penyakit
ini juga dapat dicetuskan oleh beberapa faktor seperti:
1. Stress
2. Nutrisi yang buruk
3. Peradangan pada kelopak mata seperti Blefaritis
4. Kebersihan diri dan lingkungan yang tidak bersih
Infeksi ini mudah menyebar sehingga diperlukan pencegahan terutama
mengenai kebersihan individual, yaitu dengan tidak menyentuh mata yang
terinfeksi, pemakaian kosmetik bersama-sama, pemakaian handuk dan washcloth
bersama-sama.3,5
2.5 Klasifikasi
Terdapat 2 bentuk hordeolum, yaitu
1. Hordeolum eksternum, merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum
eksternum akan menunjukkan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak dan nanah
dapat keluar dari pangkal rambut.
2. Hordeolum internum, merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak didalam tarsus.
Hordeolum internum memberikan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal. 3

Gambar 2.3 Bentuk-bentuk Hordeolum


2.6 Tanda dan gejala
Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak,
mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan. Hordeolum
internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum eksternum.
Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak
sehingga sukar diangkat. Pada pasien hordeolum, kelenjar preaurikel biasanya
turut membesar. Sering hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan
sendirinya.6,7
Gejala-gejala pada hordeolum adalah :
1. Pembengkakan didaerah kelopak mata
2. Rasa nyeri pada kelopak mata
3. Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata
4. Riwayat penyakit yang sama
Tanda-tanda pada hordeolun meliputi:
1. Eritema
2. Edema
3. Nyeri bila ditekan didekat pangkal bulu mata
4. Seperti gambaran abses kecil
2.7 Patofisiologi
Hordeolum eksternum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeis
dan Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang
terletak didalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi
pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari
komplikasi blefaritis.2,7
Patogenesis terjadinya hordeolum eksternum diawali dengan pembentukan
nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus Aureus. Selanjutnya
terjadi pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Secara histologi akan
tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dan debris nekrotik.2,7

2.8 Diagnosa Banding


Diagnosa banding untuk kasus hordeolum meliputi :
1. Kalazion
Kalazion merupakan peradangan kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada
kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang
mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.
Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak
hiperemi, tidak ada nyeri tekan dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preurikel tidak
membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat
tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut. Terkadang kalazion
sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorpsi.2,3

Gambar 2.4 Kalazion


2. Blefaritis
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata atau tepi kelopak. Blefaritis dapat
disebabkan infeksi dan alergi berjalan kronis ataupun menhun. Blefaritis alergi dapat
terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak mata
disebabkan kuman Streptococcus alfa atau beta, pneumococcus dan pseudomonas.
Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, nyeri, eksudat
lengket dan epiforia.2,3

Gambar 2.5 Blefaritis

3. Karsinoma palpebra

Gambar 2.6 Adenocarsinoma palpebra superior

Salah satu karsinoma palpebra yang paling sering terjadi adalah karsinoma sel
basal, yang merupakan keganasan yang berasal dari sel nonkeratosis yang berasal dari
lapisan basal epidermis. Paling sering mengenai pinggir bawah palpebra (50-60%) dan
dekat kantus medial (25-30%), jarang mengenai palpebra superior (15%). Berupa
benjolan yang transparan, bagian sentral benjolan tersebut mencekung dan halus.
Tumbuh lambat dan disertai ulserasi dan menyebabkan kerusakan hebat disekitarnya.
Umumnya ditemukan didaerah berambut dan jarang bermetastase.6,7

Gambar 2.7 Karsinoma sel basal palpebra

2.9 Tatalaksana
Pada umunnya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam 1-2 minggu.
Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal (salep atau
tetes mata antibiotic) maupun kombinasi dengan obat antibiotik oral.3,8
Urutan tatalaksana hordeolum adalah:
- Kompres hangat selama 10-15 menit, 4 kali sehari.
- Antibiotik topikal (salep, tetes mata) misalnya : Gentamisin, Kloramfenikol, Dibekasin,
dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama 7-10 hari sesuai anjuran dokter, terutama
pada fase peradangan.
- Antibiotik oral seperti Eritomisin 250 mg atau Dikloksasilin 125-250 mg 4 kali sehari,
dapat juga diberikan Tetrasiklin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak
menunjukkan perbaikan dengan antibiotk topikal.
- Obat-obat simptomatik dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri, seperti asam
mefenamat atau ibuprofen.
- Pada nanah dan kantong nanah yang tidak dapat dikeluarkan maka akan dilakukan insisi,
pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes
mata. Dilakukan anestesi infiltrat dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan
dilakukan insisi yang bila :
1. Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo
palpebra.
2. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi
jaringan meradang didalam kantongnya dan kemudian diberi salep
antibiotik. 8

2.10 Komplikasi
Komplikasi hordeolum adalah selulitis palpebra, yang merupakan radang jaringan ikat
palpebra didepan septum orbita, dan abses palpebra. 3

2.11 Pencegahan
Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan wajah
dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum
tidak mudah berulang, menjaga kebersihan peralatan alat make-up mata agar tidak
terkontaminasi oleh kuman, dan menggunakan kacamata pelindung jika bepergian
di daerah berdebu. 2,6

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. MY
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Aceh
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Punge Jurong
CM : 0814447
Tanggal Pemeriksaan : 10 Maret 2016

3.2 ANAMNESIS

a. Keluhan Utama : Benjolan di kelopak mata kiri


b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poli Mata RSUDZA dengan keluhan benjolan di kelopak mata kiri yang
sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya timbul benjolan kecil, dan semakin lama
semakin membesar. Benjolan terasa nyeri berwarna merah, dan terasa mengganjal. Pasien juga
mengeluhkan dari benjolan tersebut mengeluarkan cairan seperti nanah sejak 2 hari yang lalu.
Penurunan penglihatan tidak ada. Riwayat trauma pada mata tidak ada.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami keluhan yang sama 2 tahun yang lalu dan sembuh.
Pasien juga melakukan operasi katarak di mata kanan pada tahun 2013.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.

e. Riwayat Pemakaian Obat


Pasien memakai obat tetes mata yang dibeli apotik, tetapi pasien lupa
nama obat.
f. Riwayat Kebiasaan Sosial
Pasien adalah seorang pedagang, sering terpapar debu dan panas matahari,
pasien juga sering mengucek-ngucek matanya menggunakan tangan.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Present
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Frekuensi Jantung : 78 x/menit, reguler
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Temperatur : 36,6 0C
b. Status Oftalmologi
Foto Klinis pasien :

OD OS

TIO Negatif Negatif

Uji Hirscberg

Gerak Bola Mata Ke segala arah Ke segala arah

Palpebra superior Normal Pseudoptosis (+)

Benjolan pada kulit kelopak


mata , uk : 0,7x 0,6x 0,5 cm,
hiperemis (+), Pus (+),
Nyeri tekan (+)
Palpebra inferior Normal Normal
Konjungtiva Bulbi Normal Normal
Konjungtiva Tarsal Normal Normal
Kornea Arcus senilis (+) Jernih
COA Cukup Cukup
Pupil Bulat, isokor, RCL (+), RCTL Bulat, isokor, RCL (+), RCTL (+)
(+)
Lensa IOL Keruh
Visus VOD : 5/20 VOS : 5/15
PH : 5/15 PH : 5/9

3.4 RESUME
Pasien datang ke Poli Mata RSUDZA dengan keluhan benjolan di kelopak
mata kiri yang sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya timbul
benjolan kecil, dan semakin lama semakin membesar. Benjolan terasa nyeri
berwarna merah, dan terasa mengganjal. Pasien juga mengeluhkan dari benjolan
tersebut mengeluarkan cairan seperti nanah sejak 2 hari yang lalu. Pasien
mempunyai riwayat oeprasi katarak pada mata kanan pada tahun 2013. Dari
pemeriksaan oftalmologi didapatkan pada palpebra superior pseudopetosis (+)
benjolan pada kulit kelopak mata , ukuran 0,7x 0,6x 0,5 cm, hiperemis (+), pus
(+), nyeri tekan (+)., Arcus senilis dan IOL pada mata kanan. Dari pemeriksaan
visus mata didapatkan VOD 5/20 dan VOS 5/15.

3.5 DIAGNOSA BANDING


Pseudofakia OD + dd 1. Hordeolum Eksternum OS
2. Kalazion OS
3. Blefaritis OS

3.6 DIAGNOSIS KERJA


Pseudofakia OD + Hordeolum eksternum OS

3.7 TATALAKSANA
A. Non-medikamentosa
Kompres hangat selama 10-15 menit 4 kali sehari.
B. Medikamentosa
- Ciprofloxacin 2 x 500 mg
- Asam mefenamat 3 x 500 mg
- Cendo Xytrol EO (pagi dan sore)
C.Pembedahan
Jika nanah tidak dapat dikeluarkan, maka akan dilakukan tindakan insisi
hordeolum sejajar dengan margo palpebra.
D. Edukasi
- Menganjurkan pasien untuk lebih menjaga kebersihan diri
terutama bagian mata
- Menganjurkan kepada pasien untuk selalu mencuci tangan sebelum
menyentuh daerah mata

3.8 PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam
BAB IV
ANALISA KASUS

Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


laboratorium, pasien ini didiagnosis dengan hordeolum eksternum OS. Dimana
dari hasil anamnesa didapatkan bahwa pasien mengeluhkan benjolan di kelopak
mata kiri sejak 2 minggu yang lalu yang awalnya kecil, semakin lama semakin
membesar. Benjolan terasa nyeri berwarna merah, dan terasa mengganjal. Pasien
juga mengeluhkan dari benjolan tersebut mengeluarkan cairan seperti nanah.
Salah satu penyakit yang dapat menimbulkan gejala pembengkakan pada
kelopak mata adalah infeksi seperti hordeolum. Sesuai dengan teori bahwa
hordeolum merupakan infeksi yang terjadi pada kelopak mata, yang ditandai
dengan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak, mengganjal dengan rasa
sakit, merah, dan nyeri bila ditekan. Pada hordeolum juga sering terjadinya abses
yang diawali oleh pembentukan pus oleh Staphylococcus yang akhirnya dapat
pecah dan dapat memicu infeksi sekunder. 2,3
Pasien adalah seorang pedagang, sering terpapar debu dan panas matahari,
pasien juga sering mengucek-ngucek matanya menggunakan tangan. Salah satu
faktor yang menjadi pemicu terjadinya hordeolum adalah faktor kebersihan diri
dan lingkungan. Kondisi kelopak mata yang kotor atau kebiasaan mengucek-
ngucek mata dengan tangan kotor dapat memicu terjadinya infeksi. Hordeolum
merupakan infeksi yang menular, oleh karena itu sangat penting untuk menjaga
kebersihan terutama daerah mata.2
Pada pemeriksaan fisik oftalmologi pada pasien ini didapatkan palpebra
superior pseudopetosis (+) benjolan pada kulit kelopak mata , ukuran 0,7x 0,6x
0,5 cm, hiperemis (+), pus (+), nyeri tekan (+). Dari pemeriksaan visus mata
didapatkan VOD 5/20 dan VOS 5/15. Pseudoptosis terjadi akibat bertambah
beratnya kelopak sehingga sukar diangkat. Pembengkakan yang terjadi pada kulit
keopak mata menunjukkan bahwa hordeolum yang terjadi adalah hiordeolum
eksternum. Hordeolum eksternum, merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau
Moll yang akan menunjukkan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak dan
nanah dapat keluar dari pangkal rambut.4,6
Pada penatalaksanaan kasus ini, pasien mendapatkan antibiotik oral yaitu
Ciprofloxacin, analgetik yaitu asam mefenamat dan antibiotik topikal Cendo
xytrol ointment. Pada umunya hordeolun dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi
pada beberapa kasus, infeksi ini harus memerlukan tatalaksaa. Tatalaksana awal
yang biasanya dilakukan adalah kompres hangat yang berfungsi untuk
mempercepat peradangan kelenjar. Pengangkatan bulu mata juga dapat dilakukan
untuk drainase nanah. Pada fase peradangan umunya diberikan antibiotik topikal
berupa tetes mata atau salep mata. Bila tidak ada perubahan, maka dapat diberikan
antibiotik sistemik. Apabila pus atau nanah tidak dapat dikeluarkan maka dapat
dilakukan insisi sesuai dengan indikasinya.3,6,8

BAB V
KESIMPULAN

Hordeolum merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif kelenjar


kelopak yang biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococcus. Infeksi ini dapat
mengenai semua usia, tetapi lebih sering terjadi pada orang dewasa.
Terdapat dua bentuk hordeolum yaitu hordeolum eksternum yang timbul
dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeis dan Mol dan hordeolum internum yang
timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak didalam tarsus.
Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak,
mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan.
Pada umunnya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam 1-2 minggu.
Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal (salep atau
tetes mata antibiotik) maupun kombinasi dengan obat antibiotik oral serta
tindakan insisi untuk menangani infeksi yang disertai dengan pembentukan pus.
Umumnya prognosis pada penyakit ini baik, dan penyakit ini dapat
dicegah dengan beberapa cara, salah satunya adalah menjaga kebersihan diri.

DAFTAR PUSTAKA
1. Pearce, E. 2010. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.

Jakarta : PT Gramedia
2. Vaughan, DG. 2012. Oftalmologi Umum. Jakarta : Widya

Medika
3. Ilyas S, Yulianti SR. 2011. Ilmu Penyakit Mata Edisi Keempat.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI


4. Ellen R, Wald MD. Periorbital and Orbital Infections.

Infections of the Head and Neck; 2007 : 21(2)


5. Lindsley K, Nichols JJ. Interventions for Acute Internal

Hordeolum. Wiley Online Library; 2013 : 30(4)


6. Reisa R, Usak J, dkk. Sistem Pakar Untuk Diagnosis Penyakit

Mata. JSIKA; 2013 : 2(2)


7. Yanoff M, Sassani JW. 2002. Ocular Pathology Sixth Edition.

Piledelphia : Mosby Elseveir


8. Leonita. Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Dalam
Penatalaksanaan Hordeolum di RSUP DR.Kariadi Semarang.
2011 : FK UNDIP

You might also like