Professional Documents
Culture Documents
HORDEOLUM
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata FK Unsyiah/
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Oleh:
Putri Febryanti
1407101030089
Pembimbing
dr. Enny Nilawati, M.Ked (Oph),Sp.M
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Hordeolum”. Shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada Rasulullah
SAW. yang telah membawa umat manusia ke masa yang menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Enny Nilawati, M.Ked
(Oph),Sp.M yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas
ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
untuk laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis dan
orang lain.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 2
2.1. Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata....................................... 2
2.2. Definisi...................................................................................... 4
2.3. Epidemiologi............................................................................. 4
2.4. Etiologi...................................................................................... 5
2.5. Klasifikasi ................................................................................ 5
2.6. Tanda dan Gejala....................................................................... 6
2.7. Patofisiologi.............................................................................. 6
2.8. Diagnosis Banding.................................................................... 7
2.9. Tatalaksana................................................................................ 9
2.10. Komplikasi................................................................................ 10
2.11. Pencegahan................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata
melindungi kornea dan berfungsi dalam pendistribusian dan elaminasi air mata.
Kelainan yang dapat terjadi pada kelopak mata bermacam-macam, salah satunya
adalah infeksi.1
Hordeolum merupakan salah satu infeksi yang sering terjadi pada kelopak
mata yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus. 2
Hordeolum adalah kelainan kelopak mata yang cukup sering ditemukan di
masyarakat. Infeksi ini dapat mengenai semua usia, tetapi lebih sering terjadi pada
orang dewasa karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dan dapat terjadi pada
orang-orang dengan tingkat kebersihan yang kurang.1,2
Penderita hordeolum biasanya menunjukkan gejala radang pada kelopak
mata seperti bengkak, terasa mengganjal, kemerahan disertai nyeri jika ditekan.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Palpebra atau kelopak mata adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan
fibrosa yang berfungsi melindungi struktur-struktur jaringan mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata disepan kornea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola mata.1,3
Palpebra mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan
dibagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Palpebra terdiri beberapa bagian, yaitu :
1. Kelenjar
Seperti kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada pangkal
rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
2. Otot
Seperti M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar didalam kelopak mata atas dan
bawah, dan terletak dibawah kulit kelopak. Pada tepi margo palpebra terdapat otot
orbikularis okuli yang disebut M.Rioland. M.orbikularis okuli berfungsi menutup bola
mata yang dipersarafi oleh N.fasial. M.levator palpebra yang berorigo pada annulus
foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M.orbikularis
okulli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.levator palpebra
terlihat sebagai sulkus palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N.III yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata.3
3. Tarsus
Didalam kelopak mata terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar
didalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.3
4. Septum orbita
Septum orbita merupakan jaringan fibrosis yang berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan palpebra superior.3
2.2 Definisi
Hordeolum merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif kelenjar
kelopak mata. Hordeolum biasanya merupakan infeksi Staphylococcus pada
kelenjar sebasea kelopak mata.3
2.3 Epidemiologi
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan
pada praktek kedokteran. Insiden tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin.
Infeksi ini dapat mengenai semua usia, tetapi lebih sering terjadi pada orang
dewasa, kemungkinan karena kombinasi dari beberapa faktor seperti tingginya
level androgen.4
2.4 Etiologi
Penyebab terjadinya hordeolum adalah kuman Staphylococcus.
Staphylococcus Aureus adalah penyebab pada 90-95% kasus hordeolum.penyakit
ini juga dapat dicetuskan oleh beberapa faktor seperti:
1. Stress
2. Nutrisi yang buruk
3. Peradangan pada kelopak mata seperti Blefaritis
4. Kebersihan diri dan lingkungan yang tidak bersih
Infeksi ini mudah menyebar sehingga diperlukan pencegahan terutama
mengenai kebersihan individual, yaitu dengan tidak menyentuh mata yang
terinfeksi, pemakaian kosmetik bersama-sama, pemakaian handuk dan washcloth
bersama-sama.3,5
2.5 Klasifikasi
Terdapat 2 bentuk hordeolum, yaitu
1. Hordeolum eksternum, merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum
eksternum akan menunjukkan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak dan nanah
dapat keluar dari pangkal rambut.
2. Hordeolum internum, merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak didalam tarsus.
Hordeolum internum memberikan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal. 3
3. Karsinoma palpebra
Salah satu karsinoma palpebra yang paling sering terjadi adalah karsinoma sel
basal, yang merupakan keganasan yang berasal dari sel nonkeratosis yang berasal dari
lapisan basal epidermis. Paling sering mengenai pinggir bawah palpebra (50-60%) dan
dekat kantus medial (25-30%), jarang mengenai palpebra superior (15%). Berupa
benjolan yang transparan, bagian sentral benjolan tersebut mencekung dan halus.
Tumbuh lambat dan disertai ulserasi dan menyebabkan kerusakan hebat disekitarnya.
Umumnya ditemukan didaerah berambut dan jarang bermetastase.6,7
2.9 Tatalaksana
Pada umunnya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam 1-2 minggu.
Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal (salep atau
tetes mata antibiotic) maupun kombinasi dengan obat antibiotik oral.3,8
Urutan tatalaksana hordeolum adalah:
- Kompres hangat selama 10-15 menit, 4 kali sehari.
- Antibiotik topikal (salep, tetes mata) misalnya : Gentamisin, Kloramfenikol, Dibekasin,
dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama 7-10 hari sesuai anjuran dokter, terutama
pada fase peradangan.
- Antibiotik oral seperti Eritomisin 250 mg atau Dikloksasilin 125-250 mg 4 kali sehari,
dapat juga diberikan Tetrasiklin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak
menunjukkan perbaikan dengan antibiotk topikal.
- Obat-obat simptomatik dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri, seperti asam
mefenamat atau ibuprofen.
- Pada nanah dan kantong nanah yang tidak dapat dikeluarkan maka akan dilakukan insisi,
pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes
mata. Dilakukan anestesi infiltrat dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan
dilakukan insisi yang bila :
1. Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo
palpebra.
2. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi
jaringan meradang didalam kantongnya dan kemudian diberi salep
antibiotik. 8
2.10 Komplikasi
Komplikasi hordeolum adalah selulitis palpebra, yang merupakan radang jaringan ikat
palpebra didepan septum orbita, dan abses palpebra. 3
2.11 Pencegahan
Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan wajah
dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum
tidak mudah berulang, menjaga kebersihan peralatan alat make-up mata agar tidak
terkontaminasi oleh kuman, dan menggunakan kacamata pelindung jika bepergian
di daerah berdebu. 2,6
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. MY
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Aceh
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Punge Jurong
CM : 0814447
Tanggal Pemeriksaan : 10 Maret 2016
3.2 ANAMNESIS
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama 2 tahun yang lalu dan sembuh.
Pasien juga melakukan operasi katarak di mata kanan pada tahun 2013.
OD OS
Uji Hirscberg
3.4 RESUME
Pasien datang ke Poli Mata RSUDZA dengan keluhan benjolan di kelopak
mata kiri yang sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya timbul
benjolan kecil, dan semakin lama semakin membesar. Benjolan terasa nyeri
berwarna merah, dan terasa mengganjal. Pasien juga mengeluhkan dari benjolan
tersebut mengeluarkan cairan seperti nanah sejak 2 hari yang lalu. Pasien
mempunyai riwayat oeprasi katarak pada mata kanan pada tahun 2013. Dari
pemeriksaan oftalmologi didapatkan pada palpebra superior pseudopetosis (+)
benjolan pada kulit kelopak mata , ukuran 0,7x 0,6x 0,5 cm, hiperemis (+), pus
(+), nyeri tekan (+)., Arcus senilis dan IOL pada mata kanan. Dari pemeriksaan
visus mata didapatkan VOD 5/20 dan VOS 5/15.
3.7 TATALAKSANA
A. Non-medikamentosa
Kompres hangat selama 10-15 menit 4 kali sehari.
B. Medikamentosa
- Ciprofloxacin 2 x 500 mg
- Asam mefenamat 3 x 500 mg
- Cendo Xytrol EO (pagi dan sore)
C.Pembedahan
Jika nanah tidak dapat dikeluarkan, maka akan dilakukan tindakan insisi
hordeolum sejajar dengan margo palpebra.
D. Edukasi
- Menganjurkan pasien untuk lebih menjaga kebersihan diri
terutama bagian mata
- Menganjurkan kepada pasien untuk selalu mencuci tangan sebelum
menyentuh daerah mata
3.8 PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam
BAB IV
ANALISA KASUS
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Pearce, E. 2010. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.
Jakarta : PT Gramedia
2. Vaughan, DG. 2012. Oftalmologi Umum. Jakarta : Widya
Medika
3. Ilyas S, Yulianti SR. 2011. Ilmu Penyakit Mata Edisi Keempat.