Professional Documents
Culture Documents
KASUS KEMATIAN
BAB I
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS
Nama : An. MI
Agama : Islam
NO. RM : 562183
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Kejang sejak 5 jam SMRS
Keluhan Tambahan : demam (+), batuk pilek (+)
Riwayat Penyakit Sekarang : Os datang dengan kejang sejak 5 jam SMRS.
Kejang dirasakan selama ± 1 menit. Saat kejang
mata os mendelik keatas. Setelah kejang os
langsung sadaar dan kemudian menangis beberapa
menit setelahnya. Os mengalami demam ± 2 hari
sebelum timbul kejang, demam dirasakan mendadak
o
tiggi dan mencapai 39,0 C. Batuk dan pilek (+).
Mual dan muntah (+), 2 kali/hari. BAB dan BAK
tidak ada keluhan.
1
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
2
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umun : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital :
Suhu : 38,5o C
Nadi : 110 x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
Nafas : 32 x/menit
Antropometri :
BB : 10 kg
TB : 78 cm
Status gizi
STATUS GENERALIS
Kepala :
Bentuk : normocephal
Lingkar kepala : 44 cm
Ubun-ubun : normal, tidak cekung
3
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
Thoraks
Paru
Jantung
Abdomen
4
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
Ascites :-
Ekstremitas Atas
Akral : hangat
Edema : (-)
Ekstremitas Bawah
Akral : hangat
Edema : (-)
Pemeriksaan Neurologis
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tanggal 23 November 2017
W : 12-16
5
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
E. RESUME
Os datang dengan kejang sejak 5 jam SMRS. Kejang dirasakan selama ± 1 menit. Saat
kejang mata os mendelik keatas. Setelah kejang os langsung sadaar dan kemudian
menangis beberapa menit setelahnya. Os mengalami demam ± 2 hari sebelum timbul
o
kejang, demam dirasakan mendadak tiggi dan mencapai 39,0 C. Batuk dan pilek (+).
Mual dan muntah (+), 2 kali/hari. Sebelumnya OS dibawa ke klinik dan diberikan obat
kejang. Riwayat kejang yang sama satu kali pada umur 9 bulan. Dikeluarga ada yang
mengalami hal yang sama. Os rutin melakukan imunisasi di puskesmas.
TTV
S : 38,5o C
N : 110 x/m
RR : 32 x/m
Status gizi
6
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
F. DIAGNOSIS
Kejang demam sederhana
G. TERAPI
- IVFD KAEN 3A 10 tpm makro
- Inj. Ceftriaxone 1x500 mg
- PCT drip 3x100 mg
- Protap kejang bila kejang
H. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad malam
- Quo ad sanationam : dubia ad malam
I. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
23-12- 2017 Kejang selama TTV Kejang Diazepam
Jam 14.15 ± 1 menit. Saat demam supp10 mg
S: 39,1o C
kejang mata os kompleks
mendelik N: 112 x/m
keatas. Setelah
RR: 32 x/m
kejang
langsung
sadaar dan
kemudian
menangis.
7
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
23-12-2017 Pasien
Jam 21.15 meninggal
8
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
KEJANG DEMAM (KD): bangkitan kejang yg terjadi pd suhu tubuh (S rektal >
38oC) yg disebabkan o/ proses ekstrakranium.
Klasifikasi
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, umum, tonik dan atau
klonik , umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu
24 jam.
9
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
B. Epidemiologi
d. Demam lebih banyak oleh karena infeksi sal.napas atas, otitis, pneumonia,
gastroenteritis & ISK
C. Etiologi
Penyebab Febrile Convulsion hingga kini belum diketahui dengan Pasti, demam
sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang
tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang
(Mansjoer, 2000).
Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami hipoksemia (penurunan
oksigen dalam darah) berat, hipoglikemia, asodemia, alkalemia, dehidrasi, intoksikasi air,
atau demam tinggi. Kejang yang disebabkan oleh gangguan metabolik bersifat reversibel
10
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
D. Faktor Risiko
Faktor risiko berulangnya kejang demam
Kejang demam akan terjadi kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya
kejang demam adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulang 80 %, sedangkan bila tidak
terdapat faktor tersebut hanya 10 % - 15 % kemungkinan berulang. Kemungkinan
berulang paling besar pada tahun pertama.
11
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
E. Patofisiologi
Sel neuron dikelilingi oleh suatu membran. Dalam keadaan normal membran sel
neuron dapat dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan sangat sulit dilalui oleh ion
natrium dan ion lain, kecuali ion clorida. Akibatnya konsentrasi natrium menurun
Dengan perbedaan jenis konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat
perbedaan potensial yang disebut potensial membran dan ini dapat dirubah dengan
adanya :
b. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya
Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari
membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga meluas ke seluruh sel maupun ke membran
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda, tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang tersebut. Pada anak dengan ambang kejang rendah, kejang
12
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
dapat terjadi pada suhu 38 C, sedang pada ambang kejang tinggi baru terjadi pada suhu
Kejang berhenti anak tak bereaksi sejenak bbrp detik/menit anak terbangun &
Kejang dpt diikuti hemiparesis sementara (hemiparesis Todd) bbrp jam s/ bbrp
hari
hari
G. Kriteria Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisis yang baik diperlukan untuk memilih
pemeriksaan penunjang yang terarah dan tatalaksana selanjutnya. Anamnesis dimulai dari
riwayat perjalanan penyakit sampai terjadinya kejang, kemudian mencari kemungkinan
adanya faktor pencetus atau penyebab kejang. Ditanyakan riwayat kejang sebelumnya,
13
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
Secara klinis umumnya tidak sulit untuk menegakkan diagnosis kejang demam,
dengan adanya gejala kejang pada suhu badan yang tinggi serta tidak didapatkan gejala
neurologis lain dan anak segera sadar setelah kejang berlalu. Tetapi perlu diingat bahwa
kejang dengan suhu badan yang tinggi dapat pula tejadi pada kelainan lain, misalnya pada
radang selaput otak (meningitis) atau radang otak (ensefalitis)
Pemeriksaan cairan serebrospinal dapat dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama dan dengan
usia kurang dari 1 tahun. Elektroensefalografi (EEG) ternyata kurang mempunyai nilai
14
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, dan dapat dikerjakan untuk
mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab demam, seperti darah
perifer, elektrolit dan gula darah.
Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis
adalah 0,6 % - 6,7 %. Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas
secara klinis, oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
1. Bayi kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan : dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan : tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya
kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang
demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat
dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya: kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
Pencitraan
15
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
Foto X-ray kepala dan neuropencitraan seperti Computed Tomography (CT) atau
Magnetic Resonance Imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan atas
indikasi, seperti:
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2. Parese nervus VI
3. Papiledema
I. Komplikasi
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya terjadi
hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula – mula
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan kejang demam :
a. Pneumonia aspirasi
b. Asfiksia
c. Retardasi mental
J. Penatalaksanaan
Jalan napas hrs bebas, isap lendir, beri O2, jika perlu intubasi
16
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
Penghentian kejang
Bila kejang (+) diazepam dpt diulang 2 kali jika msh kejang beri fenitoin
Fenitoin dosis awal: 10-20 mg/kgBB (IV) setelah 12-24 jam fenitoin: 4-8
mg/kgBB/hari
Pengobatan profilaksis
17
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
Dapat dipertimbangkan bila KD terjadi pd bayi < 12 bulan atau terjadi kejang
multipel dlm satu episode demam
Antikonvulsan profilaksis terus menerus diberikan selama 1-2 thn setelah kejang
terakhir, kmdn dihentikan sec.bertahap selama 1-2 bulan
K. Prognosis
Dengan penangulangan yang tepat dan cepat, prognosis kejang demam baik dan
tidak perlu menyebabkan kematian. Dari penelitian yang ada, frekuensi terulangnya
kejang berkisar antara 25% - 50%, yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Apabila
melihat pada umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga, Lennox-Buchthal (1973)
mendapatkan:
Pada anak berumur kurang dari 13 tahun, terulangnya kejang pada wanita 50% dan
pria 33%.
Pada anak berumur antara 14 bulan dan 3 tahun dengan riwayat keluarga
adanya kejang, terulangnya kejang adalah 50%, sedang pada tanpa riwayat kejang 25%.
18
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
Risiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam
tergantung dari faktor:
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, maka dikemudian hari
akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13%, dibanding bila hanya
terdapat 1 atau tidak sama sekali faktor tersebut di atas, serangan kejang tanpa demam
hanya 2% - 3% saja ("Consensus Statement on Febrile Seizures, 1981") Pada penelitian
yang dilakukan oleh The National Collaboratlve Perinatal Project di Amerika Serikat ,
dalam hal mana 1.706 anak pasca kejang demam diikuti perkembangannya sampai usia 7
tahun, tidak didapatkan kematian sebagai akibat kejang demam. Anak dengan
kejang demam ini lalu dibandingkan dengan saudara kandungnya yang normal,
terhadap tes iQ dengan menggunakan WISC. Angka rata-rata untuk iQ total ialah 93 pada
anak yang pernah mendapat kejang demam. Skor ini tidak berbeda bermakna dari saudara
kandungnya (kontrol). Anak yang .sebelum terjadinya kejang demam sudah abnormal
atau dicurigai menunjukkan gejala yang abnormal, rnempunyai skor yang lebih rendah
daripada saudara kandungnya. Hasil yang diperoleh the National Collaborative Perinatal
Project ini hampir serupa dengan yang didapatkan di Inggris oleh The National Child
Development-Study* Didapatkan bahwa anak yang pernah mengaiami KD kinerjanya
tidak berbeda dengan populasi umum waktu di tes pada usia 7 dan 11 tahun.
19
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
Pada penelitian Ellenberg dan Nelson mendapatkan tidak ada perbedaan IQ waktu
diperiksa pada usia 7 tahun antara anak dengan KD dan kembarannya yang tanpa kejang
demam.
Pencegahan
Bila anak kejang berikan anti kejang
Bila anak panas berikan antipiretik sebelum terjadi kejang.
Kesimpulan
Penanganan kejang pada anak dimulai dengan memastikan adanya kejang.
Tatalaksana kejang yang adekuat dibutuhkan untuk mencegah kejang menjadi status
konvulsivus. Setelah kejang teratasi dilakukan anamnesis, pemeriksaan klinis neurologis,
dan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang.
20
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
BAB III
PEMBAHASAN
A. ANAMNESIS
Os kejang sejak 5 jam SMRS. Kejang dirasakan selama ± 1 menit. Saat kejang mata os
mendelik keatas. Setelah kejang os langsung sadaar dan kemudian menangis beberapa
jam setelahnya. Os mengalami demam ± 2 hari sebelum timbul kejang. Batuk dan pilek
(+). Mual dan muntah (+), 2 kali/hari.
B. PEMERIKSAAN FISIK
TTV
S : 38,5o C
N : 110 x/m
RR : 32 x/m
Antropometri
BB = 10 kg
TB = 7,8 cm
Status gizi
BB/U : 10 – 11,5 = -1,5 SD (Gizi kurang)
TB/U : 78 – 86 = -8 SD (Sangat pendek)
BB/TB : 10 – 10,5 = -0,5 SD (Normal)
Trias Encephalitis
1. Demam hiperpireksia
2. Kejang umum,fokal atau hny twitching
3. Kesadaran menurun
Masa prodromal: 1-4 hari
21
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
22
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
BAB IV
DISKUSI
23
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
24
BERKAS PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
25