Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh :
1. Verawati : 2011 21 032
2. Retalia Rista Amanda : 2011 21 034
3. Astri Ivo : 2011 21 036
4. Mujiburrahman : 2011 21 038
5. Puji Herawati : 2011 21 040
6. Aditia : 2011 21 042
7. Eva Deviana : 2011 21 044
8. Indah Permata Sari : 2011 21 048
9. Rika Riyati : 2011 21 050
10. Winda Warokah : 2011 21 052
11. Tuti Susanti : 2011 21 054
12. Giatno Putra : 2011 21 056
13. Revi Riskawati : 2011 21 058
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan karuniaNya,
penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem Hemetologi dan Imunologi yang berjudul ”
Asuhan keperawatan leukimia ” tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen bidang studi yang sekaligus
menjadi narasumber yang telah memberikan bimbingan dan motivasi. Penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun agar penulis dapat berbuat
lebih banyak di kemudian hari. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas
Sistem Hematologi & Imunologi yang berjudul ” Asuhan Keperawatan Klien
Leukimia”.
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang
telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang
konsep skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.
2
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Pengertian
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah
proliferasi tidak teratur atau akumulasi ssel darah putih dalam sumusm tulang,
menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati,
limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges,
traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer,
S C and Bare, B.G, 2002 : 248 ).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan
sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke
jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis berpendapat
bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat
pembentuk darah.
2.2 Klasifikasi
Leukemia dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Leukemia akut
Leukemia akut merupakan proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas,
sering di sertai bentuk leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan
serta dapat menyebabkan anemi, trombositemia dan kematian.
Leukemia akut diklasifikasikan menjadi dua,yaitu:
a. Leukemia mielositik akut / acute myeloid leukemia (LMA/AML)
3
Leukemia mielositik akut merupakan leukemia yang mengenai sel stem
hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA merupakan
leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
b. Leukemia limfosiitik akut /acute lymphoblastik leukemia (LLA/ALL)
LLA merupakan suatu proliferasi ganas dari limfoblast.
2. Leukemia kronis
proliferasi yang melibatkan sel yang lebih matur (yaitu: berdiferensiasi)
Leukemia kronis dibagi menjadi :
a. Leukemia mieloid
Yaitu leukemia granulositik kronis/leukemia mieloid kronis (LGK/LMK).
LMK merupakan suatu penyakit mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi
berlebihan seri granulosit yang relatif matang.
LMK merupakan leukemia kronis dengan gejala yang itmbul perlahan-lahan dan sel
leukemianya berasal dari transformasi sel induk mieloid.
Perjalanan penyakit LMK dibagi menjadi 2 fase
1) Fase kronis
fase ini berjalan selama 2-5 tahun dan responsif terhadap kemoterapi
2) Fase akselerasi atau transformasi akut :
a) Fase ini manifestasi klinis LMK berubah mirip leukemia akut
b) Proporsi sel muda meningkat dan akhirnya masuk ke dalam blast crisis atau
krisis blastik
c) Sekitar 2/3 menunjukan sel blast mieloid, sedangkan 1/3 menunjukan seri
limfoid.
3. Leukemia limfoid
LLK adalah sejumlah besar peningkatan limfosit matang yang bersifat ganas dan
pembesaran kelenjar getah bening atau merupakan suatu proses proliferasi ganas
limfoblast. Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan adanya sejumlah
besar limfosit (salah satu jenis sel darah putih) matang yang bersifat ganas dan
pembesaran kelenjar getah bening.
4
2.3 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
(Tcell Leukemia – Lhymphoma Virus/ HLTV).
b. Radiasi
c. Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol.
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
e. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom. (Suriadi & Rita Yuliani,
2001 : hal. 177)
2.4 Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan kita
dengan infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai dengan perintah, dapat
dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Leukemia meningkatkan produksi
sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat
berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel lekemia
memblok produksi sel darah putih yang normal , merusak kemampuan tubuh
terhadap infeksi. Sel lekemia juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum
tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai
oksigen pada jaringan.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001) analisa sitogenik menghasilkan banyak
pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan
leukemia,. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang
menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur,
5
yang termasuk translokasi ini, dua atau lebih kromosom mengubah bahan genetik,
dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya
proliferasi sel abnormal. Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel
menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah
keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian
dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Penyusunan kembali kromosom
(translokasi kromosom) mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini
menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam
organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan otak.(www.
medicastore.com)
Proses patofisiologi leukemia akut dimulai dari transpormasi ganas sel
induk hematologi atau turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghasilkan sel
leukemia dan mengakibatkan hal-hal berikut ini.
1. Penekananan hematopoiesis normal. sehingga terjadi bone marrow failure
2. Infiltrasi sel leukemia ke dalam organ, sehingga menimbulkan organomegali
3. Katabolisma meningkat, sehingga terjadi keadaan hiperkatabolik
6
2.5 Web Of Caution
Zat kimia Faktor Herediter Genetik Virus Radiasi
Sel Leukimia
Menguasai
Infiltrasi ke organ sumsum tulang
Tulang
Kegagalan
Organomegali sumsum tulang
Nyeri Tulang
Hematopoiesis
Hepatomegali inefektif
MK : Nyeri Splenomegali
Limfadenopati
Anemia
Anoreksia Infeksi Perdarahan spontan
Pucat
MK : Gangguan Lemah Demam Ptekie
Nutrisi < Lemas Epistaksis
kebutuhan Perdarahan gusi
MK :
MK : Intoleransi Hipertermi
aktivitas MK : Defisit volume
Cairan
7
2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai
berikut :
1. Aktivitas : kelelahan, kelemahan, malaise, kelelahan otot.
2. Sirkulasi :palpitasi, takikardi, mur-mur jantung, membran mukosa pucat.
3. Eliminsi : diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang, feses hitam,
penurunan haluaran urin.
4. Integritas ego : perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut, mudah
terangsang, ansietas.
5. Makanan/cairan: anoreksia, muntah, perubahan rasa, faringitis, penurunan
BB dan disfagia
6. Neurosensori : penurunan koordinasi, disorientasi, pusing kesemutan,
parestesia, aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
7. Nyeri : nyeri abomen, sakit kepala, nyeri sendi, perilaku hati-hati gelisah
8. Pernafasan : nafas pendek, batuk, dispneu, takipneu, ronkhi, gemericik,
penurunan bunyi nafas
9. Keamanan : gangguan penglihatan, perdarahan spontan tidak terkontrol,
demam, infeksi, kemerahan, purpura, pembesaran nodus limfe.
10. Seksualitas : perubahan libido, perubahan menstruasi, impotensi,
menoragia.
8
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan
mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan
2.9 Penatalaksanaan
Penanganan leukemia meliputi kuratif dan suportif:
a. Penanganan Suportif
Merupakan pengobatan penyakit lain yang menyertai leukemia dan pengobatan
komplikasi yang antara lain dapat berupa pemberian transfusi darah/trombosit,
pemberian anti bodi, pemberian obat untuk meningkatkan granulosit, obat anti
jamur, pemberian nutrisi yang baik dan pendekatan aspek psikososial. Terapi
suportif misalnya transfusi komponen darah, pemberian antibiotik, nutrisi, dan
psikososial.
9
1. Tranfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan tranfusi
trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
2. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah
dicapai remisi dosis dikurangi sedikit dan akhirnya dihentikan.
3. Sintostatika. Selain sitostatik yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp,
metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih
potenseperti vinkristin (Oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid,
L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan sebagainya. Umumnya
sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison.
Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia,
stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis. Hendaknya lebih berhati-
hati bila jumlah leukosit jurang dari 2.000/mm3.
4. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar
yang suci hama).
5. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai
remisi dan jumlah sel leukimia cukup rendah (105-106), imunoterapi mulai
diberikan. Pengobatan yang aspesifik dilakukan demgam pemberian imunisasi
BCG atau dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk amntibodi
yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan
penyuntikan sel leukimia yang telah diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan
terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel leukimia, sehingga semua sel
patologis akan dihancurkan sehingga diharapkan penderita leukimia dapat sembuh
sempurna.
b. Penanganan kuratif
Terapi kuratif/spesifik bertujuan untuk menyembuhkan leukemianya berupa
kemoterapi yang meliputi induksi remisi, intensifikasi, profilaksis SSP dan
rumatan.
c. Pelaksanaan kemoterapi
d. Irradiasi cranial
e. Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :
10
1). Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan
behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum
tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
2). Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui
intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial
dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf
pusat.
3) Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan
mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala,
mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon
sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka
pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
Leukemia limfositik kronik berkembang dengan lambat, sehingga banyak penderita
yang tidak memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun sampai jumlah limfosit
sangat banyak, kelenjar getah bening membesar atau terjadi penurunan jumlah
eritrosit atau trombosit.
Anemia diatasi dengan transfusi darah dan suntikan eritropoietin (obat yang
merangsang pembentukan sel-sel darah merah). Jika jumlah trombosit sangat
menurun, diberikan transfusi trombosit. Infeksi diatasi dengan antibiotik.
Terapi penyinaran digunakan untuk memperkecil ukuran kelenjar getah bening, hati
atau limpa.
Obat antikanker saja atau ditambah kortikosteroid diberikan jika jumlah limfositnya
sangat banyak. Prednison dan kortikosteroid lainnya bisa menyebabkan perbaikan
pada penderita leukemia yang sudah menyebar. Tetapi respon ini biasanya
berlangsung singkat dan setelah pemakaian jangka panjang, kortikosteroid
menyebabkan beberapa efek samping.
11
Leukemia sel B diobati dengan alkylating agent, yang membunuh sel kanker
dengan mempengaruhi DNAnya. Leukemia sel berambut diobati dengan interferon
alfa dan pentostatin.
2) Data Biografi
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat penyakit
b) Kaji adanya tanda-tanda anemia :
1. Pucat
2. Kelemahan
3. Sesak
4. Nafas cepat
c) Kaji adanya tanda-tanda leukopenia :
1. Demam
2. Infeksi
d) Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia
1. Ptechiae
2. Purpura
3. Perdarahan membran mukosa
e) Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
1. Limfadenopati
2. Hepatomegali
3. Splenomegali
f) Kaji adanya pembesaran testis
g) Kaji adanya :
1. Hematuria
2. Hipertensi
3. Gagal ginjal
4. Inflamasi disekitar rectal
5. Nyeri
12
2. Diagnosa keperawatan
1) resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2) intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3) resiko terhadap cedera : perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
4) resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5) perubahan membran mukosa mulut : stomatitis berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
6) perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi atau stomatitis
7) nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari leukimia
8) kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agen kemoterapi
9) gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan pada
penampilan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LEUKIMIA
KASUS
An. A umur 11 tahun dirawat di Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi dengan
keluhan demam dengan suhu 39 0 C, sering mimisan, badan teraba hangat, orang tua
anak mengatakan berat badan anaknya menurun sebelumnya 39 kg menjadi 34
kg ,TD=100/60 mmHg, HR= 96x/i, pucat, kelemahan, terdapat bercak biru pada
kulit, kadang – kadang terasa nyeri pada tulang, kulit dan gusi sering terjadi
benjolan, anoreksia, mual, dan perut terasa keras dan membengkak, terjadi
kelumpuhan otot wajah dan tungkai tanpa sebab yang pasti.
13
A. Pengkajian
Data yang dikumpulkan pada klien dengan cikungunya sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
a) Identitas klien.
1. Nama klien : An. A
2. Umur : 11 tahun
b) keluhan utama
Klien mengatakan demam, sering mimisan dan badan teraba hangat.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Klien tampak pucat, kelemahan, terdapat bercak biru pada kulit, klien
mengatakan terasa nyeri pada tulang, kulit dan gusi sering terjadi benjolan,
anoreksia, mual, dan perut terasa keras dan membengkak.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat di keluarga klien yang menderita penyakit yang sama yaitu ayah
klien yang meninggal akibat penyakit ini.
DS:
- An. A mengeluhkan kadang – kadang terasa nyeri pada tulang
- orang tua anak mengatakan berat badan anaknya menurun sebelumnya 39 kg
menjadi 34 kg
DO:
a. Kelemahan, Pucat
b. Mual
c. Anoreksia
d. Bercak biru pada kulit
e. Kulit dan gusi sering terjadi benjolan
f. Kelumpuhan otot wajah dan tungkai
g. Berat badan menurun sebelumnya 39 kg menjadi 34 kg,
14
h. Perut keras dan membengkak
i. Badan teraba hangat
j. Suhu 390C
k. HR 96 x/i
l. TD 100/60 mmHg
B. ANALISA DATA
No S (Sign dan
Etiologi Problem
simptom)
1. DS: Infiltrasi sel leukosit Nyeri
- An. A ke organ, (nyeri
mengeluhkan tulang)
kadang – kadang (Hepatomegali,
terasa nyeri pada splenomegali)
tulang
DO:
a. Perut
terasa keras dan
membengkak
2. DO: Infeksi Hipertermi
DS:
- Suhu 39o C
- Badan teraba
hangat
15
mmHg
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri behubungan dengan infiltrasi sel leukosit abnormal ke organ
(splenomegali, hepatomegali.nyeri tulang)
2. Hipertermi berhubungan dengan infeksi
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum dan penuruna
cadangan energi
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
D. NCP
16
keperawatan
1. Nyeri b/d Nyeri Kaji Memba
infiltrasi sel berkurang/hilang keluhan nyeri ntu mengkaji
leukimia ke dengan KH : (gunakan skala 0- kebutuhan untuk
organ (nyeri 1. Melaporkan 10) intervensi
tulang, nyeri
hepatomegali, berkurang/terkont Dapat
splenomegali) rol Awasi
membantu
Ds: 2. Menunjukka tanda vital,
mengevaluasi
- An. A n perilaku perhatikan
peryataan verbal dan
mengeluhkan penanganan nyeri petunjuk non-
keefektifan
kadang – 3. Tampak verbal,, mis :
intervensi
kadang rileks dan mampu gelisah
17
latihan rentang Memini
gerak lembut malkan kebutuhan
atau meningkatkan
efek obat
Berik
an tindakan
Memud
kenyamanan (mis :
ahkan relaksasi dan
pijitan, kompres
meningkatkan
dingin)
kemampuan koping.
Doro
ng menggunakan
Diberik
teknik menejemen
an untuk nyeri yang
nyeri, cth : latihan
tidak hilang dengan
relaksasi/ napas
tindakan
dalam
kenyamanan
Kolab
orasi dalam
pemberian obat
sesuai indikasi :
analgesic
Hipertermi b.d Suhu tubuh kembali berikan kompres E. menurunka
2.
infeksi normal dingin (normal) n suhu tubuh
Ds: Kriteria Hasil :
observasi tanda- F. menentuka
Do: - Kulit teraba
tanda vital n tindakan
-Suhu 39oC normal
terutama suhu keperawatan
-Badan terasa - Suhu normal 36-
tubuh selanjutnya
0
hangat 37 C
Berikan banyak G. Dapat
menurunkan suhu
18
minum air putih tubuh
H. mencegah
berikan pakaian penguapan yang
tipis yang mudah berlebihan
menyerap keringat
I. mendukun
g perawatan dan
kolaborasi medis penatalaksnaan
untuk pemberian medis
infuse dan obat-
obatan antipiretik
Gangguan Nutrisi terpenuhi -Jelaskan tentang -Dengan
3.
nutrisi kurang sesuai dengan manfaat makan bila pemahaman klien
dari kebutuhan kebutuhan tubuh dikaitkan dengan akan lebih
b.d Nafsu Kh : kondisi klien saat ini kooperatif mengikuti
makan menurun - Nafsu makan aturan
membaik
Ds : -Untuk menghindari
- Keadaan umum
-Anjurkan agar klien
makanan yang
membaik
Do : memakan makanan
justru dapat
- Klien tampak mau
yang tersedia di RS
mengganggu proses
-Perut terasa makan
penyembuhan klien.
keras dan - Berat badan
membengkak kembali seperti
biasa. -Higiene oral yang
-Mual baik akan
- Tidak mual lagi
-Lakukan dan
meningkatkan nafsu
-Berat badan ajarkan perawatan
makan klien
menurun dari mulut sebelum dan
39kg menjadi sesudah makan serta
34 kg sebelum dan
sesudah
19
intervensi/periksaan
peroral.
-tingkatkan
lingkungan yang -makana adalah
menenangkan untuk bagian dari peristiwa
makan dengan sosial, dan nafsu
teman jika makan dapat
memungkinkan. meningkat dengan
sosialisasi
-berikan makanan
selingan (mis; keju, -membantu
jam pemasukan
-Kolaborasi tentang
pemenuhan diet -Meningkatkan
klien pemenuhan sesuai
dengan kondisi
klien
20
sehari-hari Mengh
Do: ukur
emat energi untuk
2. Tidak pucat Berik
aktifitas dan
-Pucat
lagi an lingkungan
penyembuhan
tenang dan priode
-Kelemahan jaringan
3. Menunjukka
istirahat
n penurunan
-Td= 100/60O C
tanda fisiologi Memak
BAB IV
PENUTUP
21
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis berpendapat bahwa
leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari
sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
(Tcell Leukemia – Lhymphoma Virus/ HLTV).
b. Radiasi
c. Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol.
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
e. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom. (Suriadi & Rita Yuliani,
2001 : hal. 177)
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar
jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan
kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan
resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu
(misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap
leukemia.
4.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini,
agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
22
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada
Jakarta : EGC
Keperawatan.Jakarta:EGC.
FKUI.
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta
: EGC; 2001.
23