You are on page 1of 16

BAB IV

HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
1. Penderita Skabies Pondok Pesantren Nurul Falah

Diagram 4.1. Penderita Skabies

Dari total 76 santri dan santriwati responden di Pondok Pesantren Nurul Falah,
sebanyak 49 (64%) orang menderita scabies dan 27 (36%) orang lainnya sehat.
(Diagram 4.1).

2. Penderita Skabies Menurut Jenis Kelamin

Diagram 4.2. Jenis Kelamin Santri


Perbandingan jenis kelamin responden yang menderita skabies di Pondok
Pesantren Nurul Falah yaitu laki-laki sebanyak 16 orang (33%), sedangkan 33
orang (67%) sisanya adalah perempuan (Diagram 4.2).

3. Usia

Diagram 4.3. Usia Santri dan santriwati

Rentang usia responden yang menderita scabies di Pondok Pesantren Nurul


Falah yaitu usia ≤ 15 tahun sebanyak 31 orang (63%). Sedangkan 18 (37%)
responden memiliki rentang usia > 15 tahun (Diagram 4.3).

4. Pendidikan

Diagram 4.4. Tingkat Pendidikan


Sebagian besar responden yang menderita skabies di Pondok Pesantren Nurul
Falah menempuh pendidikan SMP sebanyak 31 orang (63%). Sejumlah 18 orang
lainnya (37%) menempuh pendidikan SMA (Diagram 4.4).
5. Pengetahuan Santri Pondok Pesantren Nurul Falah

Diagram 4.5 Pengetahuan

Penderita skabies di Pondok Pesantren Nurul Falah sebagian besar memiliki


pengetahuan yang kurang, yaitu skor >6 sebanyak 42 orang (86%). Sedangkan sisanya
sebanyak 7 orang (14%) memiliki pengetahuan yang baik dengan skor <6. Tingkat
pengetahuan yang dinilai meliputi pengertian skabies, penyebab, cara penularan, cara
pencegahan, serta terapi penyakit skabies.

Berdasarkan data pengetahuan penderita skabies di Pondok Pesantren Nurul


Falah sebagian besar memiliki pengetahuan kurang. Hal tersebut berbanding lurus
terhadap pendidikan pasien yang sebagian besar merupakan siswa SMP.

BAB V
PEMBAHASAN DAN
RENCANA INTERVENSI

A. Pembahasan
Jumlah seluruh santri yang menderita skabies di Pondok Pesantren Nurul Falah adalah
49 orang dari total yang berjumlah 76 santri. Angka kejadian scabies di pondok tersebut
cukup tinggi, sesuai dengan karakteristik Indonesia sebagai negara berkembang dan iklim
Indonesia yang tropis sehingga memudahkan kejadian scabies meningkat. Keadaan dan
kejadian peningkatan infeksi skabies tersebut sesuai menurut penelitian Departemen
Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2008 mencapai 12,95 %.1
Pada tabel 2 diketahui bahwa jenis kelamin perempuan di pondok Nurul Falah
mendominasi terjangkitnya scabies hingga 33 orang. Hal ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Suci Chairiya, dkk pada tahun 2013 yang menyatakan perempuan akan
berisiko kecil terpapar penyakit scabies karena perempuan cenderung pandai merawat
kesehatan diri dan penampilan berbeda dengan laki-laki yang kurang memperhatikan
kebersihan diri.2 Perbedaan hasil ini diperkirakan akibat jumlah sampel yang tidak seimbang
antara laki-laki dan perempuan di pondok Pesantren Nur Falah.
Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dicurigai bahwa faktor risiko terbanyak
terjadinya skabies di Pondok Pesantren Nurul Falah adalah pengetahuan yang kurang
mengenai pengertian skabies, penyebab, cara penularan, cara pencegahan, serta terapi
penyakit skabies. Selain itu di pesantren tersebut tidak terdapat petugas kesehatan, belum
pernah ada petugas kesehatan yang memberi penyuluhan mengenai skabies.
Kebersihan personal merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk
menjaga kesehatan pribadi, disamping itu juga untuk mencegah terjadinya penyakit skabies
serta penularannya. Menurut Iskandar (2000) skabies merupakan penyakit yang sulit
diberantas, pada manusia terutama dalam lingkungan masyarakat pada hunian padat tertutup,
karena kutu Sarcoptes scabiei penyebab skabies mudah menular di lingkungan yang padat
dan tertutup.3
Intervensi yang dilakukan pada mini project ini akan difokuskan pada santri dan
santriwati semua usia di Pondok Pesantren Nurul Falah. Beberapa intervensi yang dapat
dilakukan antara lain penyuluhan tentang skabies, screening untuk menemukan santri dan
santriwati yang menderita skabies dengan pemeriksaan fisik dan anamnesis. Hal tersebut
diharapkan menurunkan kejadian berulang dan infeks dari skabies serta meningkatkan
kesadaran untuk hidup lebih sehat.

B. Rencana Intervensi
1. Program Penyuluhan tentang Skabies terkait definisi, tanda, gejala, tatalaksana
dan pencegahannya di Pondok Pesantren Nurul Falah
a. Tujuan Program
Tujuan utama: mengurangi angka kejadian skabies akibat kurangnya pengetahuan
santri dan santriwati tentang penyakit skabies di Pondok Pesantren Nurul Falah
Tujuan khusus : meningkatkan pengetahuan santri dan santriwati di Pondok
Pesantren Nurul Falah mengenai skabies, meliputi :
1) Pengetahuan mengenai pengertian skabies
2) Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi terjadinya skabies
3) Pengetahuan mengenai keluhan penderita skabies
4) Pengetahuan mengenai cara penularan penyakit skabies
5) Pengetahuan mengenai cara pencegahan penularan penyakit skabies
6) pengetahuan mengenai penanganan penyakit skabies
b. Sasaran Program
Sasaran program intervensi ini adalah santri dan santriwati di Pondok Pesantren
Nurul Falah.
c. Tempat dan Waktu Program
Penyuluhan ini akan dilaksanakan:
Hari/Tanggal : Jumat, 22 Desember 2017
Waktu : 09.00 – 11.00
Tempat : Pondok Pesantren Nurul Falah
d. Materi Penyuluhan
1) Pengertian skabies
2) Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit skabies.
3) Tanda dan gejala skabies.
4) Cara penularan skabies
5) Cara pencegahan skabies
6) Penanganan skabies
e. Metode Penyuluhan
Penyuluhan diselenggarakan dalam bentuk pemaparan materi dan diskusi
interaktif dengan para narasumber.
f. Media Penyuluhan
Presentasi materi
g. Evaluasi Program
1) Proses Penyuluhan
a) Kehadiran 80% dari seluruh undangan.
b) 60% peserta aktif mendengarkan materi yang disampaikan.
c) Di dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara
penyuluh dan peserta.
d) Peserta yang hadir diharapkan tidak ada yang meninggalkan tempat
penyuluhan.
e) 20% peserta mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diberikan.
2) Hasil Penyuluhan
a) Jangka Pendek
Banyak santri yang berkonsultasi dan terjadi diskusi 2 arah yang
bermanfaat bagi santri maupun pembicara.
b) Jangka Panjang
Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai pentingnya kebersihan
diri dan lingkungan serta kewaspadaan terhadap penyakit skabies.

2. Program Skrining penyakit skabies


a. Tujuan Program
Tujuan utama: mengurangi angka kejadian skabies pada santri dan santriwati di
Pondok Pesantren Nurul Falah.
Tujuan khusus
1) Mendeteksi adanya penyakit skabies dan tingkat keparahan penyakit yang
belum diketahui
2) Melakukan pemeriksaan lebih lanjut, konseling dan pendampingan terhadap
santri dan santriwati yang terdeteksi skabies.
b. Sasaran Program
Sasaran dari program intervensi ini adalah santri dan santriwati di Pondok
Pesantren Nurul Falah.
c. Tempat dan Waktu Program
Intervensi merupakan bagian rangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Jumat, 22 Desember 2017
Waktu : 09.00 – 11.00
Tempat : Pondok Pesantren Nurul Falah
d. Metode Intervensi
Metode intervensi dilakukan dengan pengisin kuesioner. Sasaran diberikan
pertanyaan sesuai kuesioner yang ada
e. Alat & Bahan Intervensi
Alat tulis dan kuesioner skabies
f. Evaluasi Program
Pada sasaran yang terdeteksi skabies pada hasil pemeriksaan akan dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut dan konseling oleh puskesmas daerah tempat di mana
sasaran tersebut tinggal serta pendampingan dan pengawasan khusus yang
dilakukan oleh staff pengurus pondok pesantren Nurul Falah.
BAB VI

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN

1. Program Penyuluhan Penyakit Skabies berupa Penyebab, Cara Penularan, Cara

Pencegahan, Serta Terapi Penyakit Skabies Di Pondok Pesantren Nurul Falah

Intervensi kesehatan yang dilakukan berupa penyuluhan dengan santri dan

santriwati dan santri dan santriwatiwati Pondok Pesantren Nurul Falah mengenai penyakit

skabies. Penyuluhan yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan santri

dan santriwati dan meningkatkan kesadaran santri dan santriwatiwati dalam upaya

penanganan penyakit skabies. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilaksanakan melalui 3

tahap yaitu :

a. Tahap Persiapan

 Perijinan

 Materi : Materi yang disiapkan adalah materi tentang penyebab, cara penularan,

cara pencegahan, serta terapi penyakit skabies.

 Sarana : Sarana yang dipersiapkan berupa laptop, LCD proyektor, dan

microphone.

b. Tahap pelaksanaan

 Judul Kegiatan : Penyuluhan Penyakit Skabies di Pondok Pesantren Nurul Falah

 Hari/Tanggal : Rabu, 22 Desember 2017

 Tempat : Pondok Pesantren Nurul Falah

 Pembimbing : dr. Riyono

 Pelaksana : Dokter Internship


 Peserta : Santri dan santriwati Pondok Pesantren Nurul Falah

c.Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi adalah melakukan evaluasi mengenai 3 hal, yaitu evaluasi sumber

daya, evaluasi proses, evaluasi hasil. Berikut ini akan dijelaskan mengenai hasil evaluasi

masing-masing aspek.

1. Evaluasi sumber daya

Evaluasi sumber daya meliputi evaluasi terhadap 5 M yaitu man, money,

metode, material, machine.

a. Man: Secara keseluruhan sumber daya dalam pelaksanaan penyuluhan sudah

termasuk baik karena narasumber memiliki pengetahuan yang cukup memadai

mengenai materi yang disampaikan.

b. Money: Sumber dana juga cukup untuk menunjang terlaksananya diskusi

termasuk untuk menyiapkan sarana dan prasarana.

c. Metode: Metode diskusi adalah pemberian materi secara lisan dan tulisan.

Evaluasi pada metode ini termasuk cukup baik dan sasaran penyuluhan tertarik

untuk mengikuti dan mendengarkan penjelasan narasumber.

d. Material: Materi yang diberikan pada penyuluhan telah dipersiapkan dengan

baik, materi penyuluhan diperoleh dari artikel kesehatan.

2. Evaluasi proses

Evaluasi terhadap proses disini adalah terhadap proses pelaksanaan

penyuluhan. Penyuluhan berjalan seusai dengan waktu dan tempat yang telah

direncanakan sebelumnya. Proses penyuluhan berlangsung kurang lebih 60 menit,

meliputi pemberian materi 30 menit, dan sesi diskusi 30 menit. Secara kuantitatif,
peserta yang hadir 80% dari santri dan santriwati di Pondok Pesantren Nurul Falah.

Tidak ada peserta yang hadir yang meninggalkan tempat penyuluhan. Peserta antusias

dan aktif mendengarkan materi yang disampaikan. Di dalam proses penyuluhan,

terjadi interaksi antara penyuluh dan peserta melalu sesi diskusi dimana lebih dari

25% peserta mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diberikan. Secara

keseluruhan pelaksanaan penyuluhan berlangsung baik.

3. Hasil skrining

Berikut hasil skrining penderita scabies yang dilakukan pada santri:

No Nama Jenis kelamin Usia(tahun) Gatal


1 Taufik Ridho L 16 +
2 Muhamad Fazam L 14 +
3 Syarifuddin L 17 +
4 Bagas Surya Gunawan L 13 +
5 Ma’mun Hidayat L 17 +
6 Asnah Hazid L 12 +
7 M. Habib Syauqi L 12 +
8 Agil Imam Wibowo L 14 +
9 M. Agil Ali Imron L 13 +
10 M. Rizal Kurnia Ardi L 14 +
11 Zaenal Mustofa L 13 +
12 Nurul Wahab L 21 +
13 M. Lutfi Nur Aziz L 11 +
14 Rahmadan Agil S L 13 +
15 M. Ulul Albab L 13 +
16 Alfian Nur Falah L 18 +
17 Putri Amaria P 13 +
18 Kartiya Wati P 16 +
19 Musarrofatus Sholihah P 15 +
20 Rizka Zulfa P 14 +
21 Yufi Wahyu Rahmatunnisa P 15 +
22 Fela Afiatun P 18 +
23 Wigati Lutfia Rini P 13 +
24 Nafisah P 17 +
25 Muniwiratus Sholihah P 13 +
26 Rizki Amalia R P 14 +
27 Uswatun Khasanah P 15 +
28 Challatur R P 16 +
29 Alfiyah P 12 +
30 Siti Zaimah P 12 +
31 Via Ulin Ni’mah P 16 +
32 Nailul Izzah P 13 +
33 Umi Khasanah P 13 +
34 Baikuniyah P 14 +
35 Ni Lailatul Khusna P 15 +
36 Lara Tabita P 13 +
37 Nurunisa P 13 +
38 Nurul Khotimah P 16 +
39 Lia Zahrotun Niswa P 12 +
40 Titin Hidayah P 14 +
41 Nur Alvi Rohmah P 16 +
42 Istiqomah P 13 +
43 Hani P 20 +
44 Nur Aini Afifah P 19 +
45 Anisa Malicha P 20 +
46 Anisa P 18 +
47 Nurul Muftadiah P 17 +
48 Isna Qosiatul P 16 +
49 Laura Firma Asbani P 12 +

Dari 79 responden yang mengikuti kegiatan skrining skabies ditemukan 49 responden ( 62 %)

yang menderita skabies .

2. Program Skrining Penyakit Skabies

Intervensi kesehatan yang dilakukan berupa skrining penyakit skabies pada santri

dan santriwati diharapkan dapat mendeteksi adanya penyakit skabies dan tingkat keparahan

penyakit yang belum diketahui. Pelaksanaan kegiatan skrining dilaksanakan melalui 3

tahap yaitu :

a. Tahap Persiapan

 Perijinan

 Sarana : Sarana yang dipersiapkan berupa alat tulis dan kuesioner

b. Tahap pelaksanaan
 Judul Kegiatan : Skrining Penyakit Skabies

 Hari/Tanggal : Jumat, 22 Desember 2017

 Tempat : Pondok Pesantren Nurul Falah

 Pembimbing : dr. Riyono

 Pelaksana : Dokter Internship

 Peserta : Santri dan santriwati dan santri dan santriwatiwati Pondok Pesantren

Nurul Falah

c. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi adalah melakukan evaluasi mengenai 3 hal, yaitu evaluasi sumber

daya, evaluasi proses, evaluasi hasil. Berikut ini akan dijelaskan mengenai hasil evaluasi

masing-masing aspek.

1. Evaluasi sumber daya

Evaluasi sumber daya meliputi evaluasi terhadap 5 M yaitu man, money,

metode, material, machine.

a. Man: Secara keseluruhan sumber daya dalam pelaksanaan penyuluhan sudah

termasuk baik karena narasumber memiliki pengetahuan yang cukup memadai

mengenai materi yang disampaikan.

b. Money: Sumber dana juga cukup untuk menunjang terlaksananya diskusi

termasuk untuk menyiapkan sarana dan prasarana.

c. Metode: Metode diskusi adalah pemberian materi secara lisan dan tulisan.

Evaluasi pada metode ini termasuk cukup baik dan sasaran penyuluhan tertarik

untuk mengikuti dan mendengarkan penjelasan narasumber.


d. Material: Materi yang diberikan pada penyuluhan telah dipersiapkan dengan

baik, materi penyuluhan diperoleh dari artikel kesehatan.

e. Machine: Sumber daya sarana dan prasarana berupa alat tulis dan kuesioner

2. Evaluasi proses

Evaluasi terhadap proses disini adalah terhadap proses pelaksanaan skrining

penyakit skabies pada responden . Pemeriksaan skrining berjalan seusai dengan

waktu dan tempat yang telah direncanakan sebelumnya. Proses pengambilan sampel

berlangsung kurang lebih 60 menit.

3. Intervensi Hasil

Berdasarkan hasil pemeriksaan skrining yang ditemukan, 49 responden

menderita skabies. Dari hasil ditemukan penderita skabies, telah dilakukan

penanganan medikasi dan konseling di puskesmas dengan pembiayaan ditanggung

oleh dokter internship.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Dari data yang ada menunjukkan bahwa pnelitian ini dapat dipakai sebagai acuan

untuk memberikan penyuluhan dan pencegahan meningkatnya angka kejadian

skabies. Sebanyak 49 santri (64%) menderita scabies, 16 orang diantaranya laki-laki

dan 33 orang lainnya perempuan. Terdapat beberapa faktor risiko yang ditemukan di

Pondok Pesantren Nurul Falah yang menyebabkan terjadinya peningkatan penyaikit

skabies yaitu pengetahuan yang kurang mengenai pengertian skabies, penyebab, cara

penularan, cara pencegahan, serta terapi penyakit skabies merebaknya penyakit

skabies di pondok pesantren.


2. Intervensi yang telah dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Falah berupa penyuluhan

tentang penyakit skabies, cara penularan, gejala penyakit skabies, dan program

bemberantasan dan penularan penyakit skabies diharapkan dapat menurunkan angka

kejadian penyakit skabies pada santri dan santriwati di pondok pesantren

B. Saran
1. Bagi pihak puskesmas diharapkan dapat memberikan penyuluhan-penyuluhan

mengenai penyakit skabies secara rutin setiap 6 bulan sekali untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat.

2. Bagi pihak kesehatan lingkungan dari puskesmas diharapkan dapat lebih aktif

melakukan motivasi serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang

penyakit skabies

3. Bagi masyarakat khususnya santri dan santriwatiwati dari pondok pesantren

diharapkan dapat menerapkan informasi mengenai penyakit skabies yang telah

diberikan dalam penyuluhan, sehingga dapat terjadi perubahan perilaku ke arah

yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

1. Desmawati. 2015. HubunganPersonal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan


denagn kejadian Skabies di Pondok Pesantren Al Kautsar: Pekanbaru
2. Akmal. S. C. Semiarty. R. 2013. Hubungan Personal Hygiene dengan kejadian
scabies di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum. Padang: Unand
3. Iskandar. T. 2000. Masalah Skabies Pada Hewan dan Manusia Serta
Penanggulangannya. Wartazoa . Vol. 10, No. 1 th 2000. hal 28-34

You might also like