Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
parenkim paru yang ditandai dengan gejala infeksi akut, ditemukannya infiltrat
pada foto toraks atau pada pemeriksaan auskultasi didapatkan tanda pneumonia.
Selain itu, pasien juga tidak pernah dirawat atau berada di fasilitas kesehatan lebih
dari 14 hari sebelum timbul gejala. CAP bersama dengan influenza menjadi
915900 episode CAP pada usia ≥65 tahun tiap tahunnya di Amerika Serikat.
demikian, hingga ditemukan metode yang lebih akurat dan cepat untuk menentukan
patogen penyebab, terapi inisial untuk semua pasien CAP adalah terapi empiris.
Selain infeksi paru oleh bakteri, infeksi paru oleh jamur juga sering
1
Penyebabnya antara lain Histoplasma capsulatum, Sporothrix schenkii,
lainnya. Pada banyak kasus, pengobatan infeksi jamur harus berdasarkan jamur
penyebab, beratnya penyakit, dan klinis pasien. Adapun golongan obat yang dapat
diberikan pada infeksi ini adalah golongan polyenes, triazol, dan echinocandins.
Selain infeski intra-torakal, pada referat ini juga dibahas mengenai infeksi
terperinci, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lab, yang juga digunakan untuk
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1.1 Definisi
IDSA mendefenisikan CAP sebagai suatu infeksi pada parenkim paru yang
ditandai dengan gejala infeksi akut, ditemukannya infiltrat pada foto toraks atau
pada pemeriksaan auskultasi didapatkan tanda pneumonia. Selain itu, pasien juga
tidak pernah dirawat atau berada di fasilitas kesehatan lebih dari 14 hari sebelum
timbul gejala.
2.1.2 Epidemiologi
di Amerika Serikat. Berdasarkan data, didapatkan 915900 episode CAP pada usia
≥65 tahun tiap tahunnya di Amerika Serikat. Meskipun adanya perkembangan yang
cukup maju mengenai terapi antimikroba, angka kematian akibat pneumonia tetap
tidak turun secara signifikan akibat penggunaan penisilin yang rutin dan tersedia
bebas.
2.1.3 Etiologi
3
2.1.4 Keputusan Rawat Inap
respiratory rate, low blood pressure, age 65 years or greater), atau model
diperlakukan sebagai pasien rawat jalan, pasien kelas III harus di observasi atau
dirawat inap namun sebentar, dan pasien kelas IV dan V harus dirawat di rumah
sakit. Sementara itu, untuk CURB-65, pasien dengan skor 0-1 ditatalaksana sebagai
pasien rawat jalan, skor 2 dirawat diruang perawatan, dan pasien dengan skor ≥3
Sekitar 10% pasien CAP yang dirawat membutuhkan ICU, tetapi indikasi
untuk kebutuhan ICU ini berbeda antara pasien, dokter, dan sistem pelayanan
rumah sakit. Satu yang terpenting dalam penetapan kebutuhan ICU adalah adanya
kondisi komorbid kronik dan CAP yang berat (memenuhi 1 kriteria mayor atau 3
kriteria minor).
4
NOTE. BUN, blood urea nitrogen; PaO2/FiO2, arterial oxygen pressure/fraction of inspired
oxygen; WBC, white blood cell.
a
Other criteria to consider include hypoglycemia (in nondiabetic patients), acute
alcoholism/alcoholic withdrawal, hyponatremia, unexplained metabolic acidosis or elevated lactate
level, cirrhosis, and asplenia.
b
A need for noninvasive ventilation can substitute for a respiratory rate 130 breaths/min or a
PaO2/FiO2 ratio <250.
c
As a result of infection alone.
2.1.6 Diagnosis
produksi sputum, dan nyeri dada pleuritik) dan didukung adanya temuan radiologis
pada paru. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya ronki atau suara nafas
bronkial yang merupakan komponen penting pada evaluasi, tetapi kurang sensitif
penyebab lain batuk dan demam, seperti bronkitis. Pada pasien yang dirawat dan
ditemukan infiltrat, dapat dilakukan pemeriksaan foto toraks ulang dalam 24-48
jam.
Hal ini dapat mengubah terapi standar (empiris) menjadi terapi yang berdasarkan
patogen spesifik.
5
antibiotic
therapy
Cavitary x x xb
infiltrates
Leukopenia x
Active x x x x
alcohol abuse
Chronic x x
severe liver
disease
Severe x
obstructive/
Structural
lung disease
Asplenia x x
(anatomic or
functional)
Recent travel x xc
(within past 2
weeks)
Positive xd NA
Legionella
UAT result
Positive x x NA
pneumococcal
UAT result
Pleural x x x x xe
effusion
NOTE. NA, not applicable; UAT, urinary antigen test.
a
Endotracheal aspirate if intubated, possibly bronchoscopy or nonbronchoscopic bronchoalveolar
lavage.
b
Fungal and tuberculosis cultures.
c
See table 8 for details.
d
Special media for Legionella.
e
Thoracentesis and pleural fluid cultures
patogen. Meskipun demikian, hingga ditemukan metode yang lebih akurat dan
6
cepat untuk menentukan patogen penyebab, terapi inisial untuk semua pasien CAP
7
pneumoniae
- Penicillin Penicillin G, amoxicillin Macrolide,
nonresistant; cephalosporins (oral:
MIC<2 mg/ml cefpodoxime, cefprozil,
cefuroxime, cefdinir,
cefditoren. Parenteral:
cefuroxime, ceftriaxone,
cefotaxime),
clindamycin,
doxycyline, respiratory
fluoroquinolone
8
Burkholderia Carbapenem, ceftazadime Fluroquinolone,
pseudomallei TMP-SMX
Acinetobacter species Carbapenem Cephalosporin-aminogly
coside,
ampicillin-sulbactam,
colistin
Enterobacteriaceae Third generation β lactam /β lactamase
cephalosporin, carbapenemc inhibitord,
(drug of choice if extended fluoroquinolone
spectrum β lactamase
producer)
Staphylococcus aureus
- Methicillin Antistaphylococcal Cefazolin, clindamycin
susceptible penicilling
- Methicillin Vancomycin or linezolid TMP-SMX
resistant
Bordatella pertussis Macrolide TMP-SMX
Anaerob (aspiration) β lactam/ β lactamase Carbapenem
inhibitord, clindamycin
Influenza virus Oseltamivir or zanamivir
M. tuberculosis Isoniazid plus rifampisin Refer to [243] for
plus ethambutol plus specific
pyrazinamide recommendations
Coccidioides species For uncomplicated infection Amphotericin B
in a normal host, no therapy
generally recommended; for
therapy, itraconazole,
fluconazole
Histoplasmosis Itraconazole Amphotericin B
Blastomycosis Itraconazole Amphotericin B
NOTE. Choices should be modified on the basis of susceptibility test results and advice from local
specialists. Refer to local references for appropriate doses. ATS, American Thoracic Society; CDC,
Centers for Disease Control and Prevention; IDSA, Infectious Diseases Society of America;
TMP-SMX, trimethoprim-sulfamethoxazole.
a.
Levofloxacin, moxifloxacin, gemifloxacin (not a first-line choice for penicillin susceptible
strains); ciprofloxacin is appropriate for Legionella and most gram-negative bacilli
(including H. influenza).
b.
Azithromycin is more active in vitro than clarithromycin for H. influenza.
c.
Imipenem-cilastatin, meropenem, ertapenem.
d.
Piperacillin-tazobactam for gram-negative bacilli, ticarcillin-clavulanate,
ampicillin-sulbactam or amoxicillin-clavulanate.
e.
Ticarcillin, piperacillin, ceftazidime, cefepime, aztreonam, imipenem, meropenem.
f.
750 mg daily.
g.
Nafcillin, oxacillin flucloxacillin.
pertama sudah harus diberikan ketika pasien berada di IGD. Untuk pasien kritis,
9
hemodinamik tidak stabil, terapi antibiotik awal harus diberikan. Keterlambatan
dalam memulai pemberian antibiotik dari IGD tidak jarang terjadi, terutama pada
Lama pemberian antibiotik pada pasien CAP adalah minimal 5 hari dan
pasien bebas demam selama 48-72 jam. Durasi terapi yang lebih lama diberikan
bila terapi inisial tidak dapat melawan patogen yang ada atau terjadi infeksi
sudah stabil dan terdapat perbaikan klinis, pasien dapat meminum obatnya, dan
dari rumah sakit ketika klinis telah stabil, tidak memiliki masalah medis lainnya,
alfa activated dalam waktu 24 jam. Hipotensi, pasien yang telah diresusitasi cairan,
dengan CAP berat, juga harus dilakukan skrining terhadap insufisiensi adrenal.
terjadi respon klinis yang tidak adekuat terhadap pemberian antibiotik. Sekitar
10
6%-15% pasien yang dirawat dengan CAP tidak respon terhadap pemberian
antibiotik inisial.
ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi, (2) Uji diagnostik lebih lanjut, dan
(3)Perubahan dalam terapi. Namun hal pertama yang dilakukan pada nonresponsif
test yang tidak dilakukan sebelumnya, sebaiknya dilakukan. Bila terjadi perubahan
2.1.10 Preventif
1. Setiap orang usia ≥50 tahun, dan lainnya yang berisiko terhadap
formulasi vaksin alternatif untuk usia 5-49 tahun tanpa penyakit dasar
5. Status vaksinasi harus dinilai ketika masuk ke rumah sakit untuk seluruh
11
6. Vaksinasi dapat dilakukan ketika pasien akan dipulangkan atau selama
8. Berhenti merokok sebaiknya menjadi tujuan pada orang yang dirawat inap
lavage (BAL), protected specimen brush (PSB), dan blind bronchial sampling
Jika pasien melakukan kultur kuantitatif invasif dan hasilnya berada di bawah
12
Untuk pasien dengan HAP harus diobati sesuai hasil penelitian
pasien yang tidak dapat bekerja sama untuk menghasilkan sampel sputum, dan
ventilasi mekanis. Jika pasien yang sampel pernafasannya tidak dapat diperoleh
secara noninvasif, mungkin ada faktor yang dapat mendorong pertimbangan untuk
dengan VAP dan kerentanan antimikroba mereka. Ini adalah nilai tinggi untuk
menargetkan patogen spesifik yang terkait dengan VAP sesempit mungkin untuk
13
Terapi penggantian ginjal sebelum onset VAP
untuk S.aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan basil gram negatif lainnya. Untuk
pasien dengan faktor risiko untuk pasien resistansi antimikroba yang dirawat di
unit dimana>10% -20% isolat S. aureus adalah resisten methicillin, dan pasien di
tidak diketahui, regimen harus termasuk agen yang aktif melawan MRSA,
termasuk vankomisin dan linezolid. Untuk pasien tanpa faktor resiko resistensi
antimikroba, yang dirawat di ICU dimana <10% -20% isolat S.aureus adalah
sensitif terhadap methicillin, rejimen harus termasuk agen yang aktif terhadap
imipenem, atau meropenem. Untuk pasien yang diduga VAP dengan faktor risiko
resistensi antimikroba, pasien di unit dimana> 10% isolat gram negatif tahan
14
Tabel 2.8 Pilihan pengobatan empiris yang disarankan untuk VAP yang
diduga secara klinis untuk MRSAStaphylococcus aureus dan
Antipseudomonal / Gram-Negatif ganda Sesuai
A. Gram positive antibiotics B. Gram-Negative antibiotics C. Gram-Negative Antibiotics
with MRSA activity with antipseudomnal activity: With Antipseudomonal
β-Lactam-based agents Activity:
Non-β-Lactam-Based
Agents
Glycopeptides Antipseudomonal penicillins Fluoroquinolones
OR Cephalosporins
OR
Oxazolidinones\ Cefepime 2 g IV q8h
Aminoglycosides
Linezolid 600 mg IV q12h Ceftazidime 2 g IV q8h
Amikacin 10-20mg/kg IV
q24h
OR
OR
Polymyxins
Monobactams
Colistin 5 mg/kg IV x 1
Aztreonam 2 g IV q8h (loading dose) followed by
2,5 mg x (1.5 x CrCl + 30)
IV q12h (maintenance
dose)
Pasien dengan HAP yang diterapi secara empiris dan memiliki faktor
resiko untuk infeksi MRSA, harus diberi resep antibiotik dengan aktivitas
15
melawan MRSA termasuk vankomisin atau linezolid. Di sisi lain, bagi pasien
yang tidak memiliki faktor resiko untuk infeksi MRSA dan bukan merupakan
pasien dengan VAP yang disebabkan bakteri gram negatif yang rentan terhadap
Or
Or Or Cefepimed or
ceftazidimed 2 g IV q8h
Cefepime 2 g IV q8h Cefepime or ceftazidime
2 g IV q8h
Or
Or
Or Levofloxacin 750 mg IV
Levofloxacin 750 mg IV daily
daily Levofloxacin 750 mg IV
daily Ciprofloxacin 400 mg IV
Imipenem 500 mg IV q6h q8h
Ciprofloxacin 400 mg IV
Meropenem 1 g IV q8h q8h
Or
16
Meropenem 1 g IV q8h
Or
Or Plus:
Linezoid 600 mg IV q12h Vancomycin 15 mg/kg
IV q8–12h with goal to
target 15–20 mg/mL
trough level (consider a
loading dose of 25–30
mg/kg IV × 1 for severe
illness)
Or
Linezolid 600 mg IV
q12h If MRSA coverage
is not going to be used,
include coverage for
MSSA. Options include:
Piperacillin-tazobactam,
cefepime, levofloxacin,
imipenem, meropenem.
Oxacillin, nafcillin, and
cefazolin are preferred
for the treatment of
proven MSSA, but would
17
ordinarily not be used in
an empiric regimen for
HAP.
antara vankomisin atau linezolid dapat dipandu oleh faktor spesifik pasien seperti
ginjal, dan biaya. Pilihan antibiotik untuk pasien dengan HAP / VAP yang
dengan buruk, dan yang kedua, hanya sedikit studi yang mengevaluasi efek
monoterapi aminoglikosida untuk HAP / VAP. Bagi pasien yang tidak terkena
syok septik atau berisiko tinggi meninggal, dan bagi pasien dengan hasil uji
atau berisiko tinggi kematian saat hasil uji kepekaan antibiotik diketahui. Pada
pasien karena patogen tahan karbapenem yang sensitif hanya pada polymyxins
Untuk pasien dengan VAP / HAP, terapi antimikroba harus paling sedikit
18
laboratorium. Tingkat pro kalsitonin ditambah kriteria kritis untuk memandu
Infeksi paru oleh jamur dapat disebabkan oleh berbagai jenis jamur,
penyebab, beratnya penyakit, dan klinis pasien. Adapun golongan obat yang
1. Polyenes
yang merupakan terapi pilihan dasar pada beberapa jenis jamur, terutama pada
dan zigomikosis.
kebocoran sel dan kematian sel jamur. Amfoterisin B diberikan secara intravena,
dan hal ini dikaitkan dengan efek samping obat yang luas. Monitoring yang
19
diperlukan ketika memberikan obat ini adalah serum kreatinin, blood urea nitrogen
(BUN), elektrolit serum (terutama kalium dan magnesium), darah rutin, dan fungsi
hati. Monitoring sebaiknya dilakukan minimal 1 minggu sejak terapi dimulai, atau
2. Triazole
benzodiazepin, statin, dan obat anti-HIV. Kontraindikasi azol adalah wanita hamil.
a. Itrakonazol
infeksi jamur lainnya. Sayangnya, itrakonzaol memiliki ikatan yang lebih tinggi
pada protein dan penetrasi yang rendah ke sistem saraf pusat, sehingga obat ini
Itrakonzaol terdapat dalam bentuk kapsul dan oral solution. Bentuk kapsul
20
atau minuman asam. Penggunaan bersamaan dengan obat golongan PPI dan
berhati-hati padaa pasien dengan CHF yang berat, akloridia, disfungsi hepar, atau
adanya hipersensitivitas pada golongan azol lainnya. Efek samping obat ini antara
b. Flukonazol
sebelumnya. Efek samping obat jarang, tapi dapat terjadi skin rash, gatal, mual,
muntah, peningkatan enzim hati, dan sakit kepala. Dibandingkan dengan golongan
azol lainnya, interaksi flukonazol dengan obat lainnya lebih jarang terjadi.
c. Vorikonazol
21
<50ml/menit). Bila penggunaan secara intravena ini diperlukan pada pasien dengan
insufisiensi renal sedang hingga berat, serum kretinin harus dimonitor secara ketat.
hepar berat. Pasien juga harus menghindari cahaya langsung karena efek
fotosensitivitas pada obat ini. Efek samping obat lainnya adalah edem perifer, rash,
d. Posakonazol
pasien imunokompromais yang berat dan terapi pada kandidiasis orofaringeal yang
gagal terhadap flukonazol dan itrakonazol. Selain itu juga dapat digunakan pada
peningkatan konsentrasi plasma dengan prolong QT. Efek samping obat ini adalah
diare dan rasa tidak nyaman pada perut, disfungsi hepar, serta long QT syndrome.
Dosis obat adalah 4x200 mg per hari, dikonsumsi bersamaan dengan makanan yang
3. Echinocandins
jamur melalui inhibisi pada 1,3 β-glucan syntahse complex. Yang termasuk
a. Caspofungin
22
Caspofungin mempunyai efek fungisidal terhadap Candida sp dan efek
dengan gangguan hati, hamil, dan pasien yang mendapat siklosporin. Efek samping
obat adalah peningkatan enzim hepar, mual, sembab wajah, sakit kepala, dan
pruritus.
b. Micafungin
Obat ini digunakan untuk terapi kandidiasis invasif, profilaksis pada pasien
transplantasi stem cell melawan Candida, dan Candida esofagitis. Efek samping
obat berupa reaksi anafilaksis dan syok jarang terjadi. Efek samping lainnya adalah
rash, rasa tidak nyaman pada perut, mual, muntah, atau diare; dan
hiperbilirubinemia.
c. Anidulafungin
samping obat ini adalah diare dan hipokalemia. Penggunaan obat ini harus hati-hati
23
2.4.1 Evaluasi Diagnostik Awal
untuk evaluasi dan pengelolaan lebih lanjut. Bagi pasien dengan temuan
pemeriksaan fisik yang tidak dapat diandalkan, seperti pasien dengan gangguan
status mental, pasien dengan cedera tulang belakang, atau pasien dengan
dipertimbangkan jika pasien menunjukkan adanya bukti infeksi dari sumber yang
belum ditentukan. Pencitraan diagnostik lebih lanjut tidak diperlukan pada pasien
dengan tanda-tanda jelas peritonitis difus dan pada pasien yang memerlukan
intervensi bedah segera. Pada pasien dewasa yang tidak menjalani laparotomi
Untuk pasien dengan syok septik, resusitasi harus segera dimulai saat pasien
mengalami hipotensi. Bagi pasien tanpa bukti penipisan volume, terapi cairan
dicurigai.
intra-abdomen atau pernah terjadi infeksi seperti itu sebelumnya. Untuk pasien
dengan syok septik, antibiotik harus diberikan sesegera mungkin. Bagi pasien
24
2.4.3 Elemen intervensi yang tepat
Pasien dengan peritonitis difus harus menjalani prosedur operasi darurat sesegera
drainase abses perkutandan koleksi cairan lokal lainnya lebih baik daripada
drainase bedah. Untuk pasien hemodinamik stabil tanpa bukti kegagalan organ
24 jam jika terapi antimikroba yang tepat diberikan dan pemantauan klinis yang
cermat diberikan.
tidak disarankan jika tidak ada diskontinuitas usus, kehilangan fasia abdomen
Pasien yang sangat terpilih dengan gangguan fisiologis minimal dan fokus infeksi
yang tertata baik, seperti aplegmon periappendiceal atau pericolonic, dapat diobati
untuk pasien tersebut. Jika pasien tampak toksik secara klinis atau dalam kondisi
25
imunokompromais, pengetahuan tentang bakteriemia dapat membantu dalam
tidak ada nilai yang terbukti dalam mendapatkan pewarnaan Gram rutin dari
Kultur aerobik dan anaerobik rutin dari pasien berisiko rendah dengan
masyarakat dan dalam panduan follow-up terapi oral. Jika ada resistensi yang
signifikan (yaitu, hambatan pada 10% - 20% isolat) isolat komunitas umum
yang luas, studi kultur dan kerentanan rutin harus diberikan untuk apendisitis
didapat di masyarakat jika terapi antimikroba empiris yang aktif terhadap patogen
anaerob umum disediakan. Untuk pasien berisiko tinggi, kultur dari tempat infeksi
harus diperoleh secara rutin, terutama pada pasien dengan paparan antibiotik
sebelumnya, yang lebih mungkin dibandingkan pasien lain yang memiliki patogen
harus mewakili materi yang terkait dengan infeksi klinis. Kultur harus dilakukan
sesuai. Untuk pemulihan bakteri aerobik yang optimal, 1-10 mL cairan harus
26
diinokulasi langsung ke dalam botol kultur darah aerobik. Selain itu, 0,5 mL
setidaknya 0,5 mL cairan atau 0,5 g jaringan harus diangkut dalam tabung
mL cairan dapat diinokulasi langsung ke dalam botol kultur darah anaerob. Uji
negatif dan bakteri fakultatif enterik gram positif dan streptokokus gram positif.
Cakupan untuk basil anaerob obligat harus disediakan untuk infeksi usus halus
distal, usus buntu, dan kolon, dan untuk perforasi gastrointestinal yang lebih
proksimal dengan adanya obstruksi atau ileus paralitik. Untuk pasien dewasa
27
tingkat resistensi terhadap agen ini di antara E. coli yang didapat di masyarakat.
paling tidak efektif, aminoglikosida tidak disarankan untuk penggunaan rutin pada
yang didapat oleh masyarakat. Terapi antijamur empiris untuk Candida tidak
sesuai untuk infeksi dengan tingkat keparahan yang lebih tinggi dan infeksi terkait
layanan kesehatan tidak disarankan untuk pasien dengan infeksi yang didapat dari
masyarakat dengan keparhan ringan sampai sedang, karena rejimen semacam itu
dapat membawa risiko toksisitas yang lebih besar dan memfasilitasi perolehan
dengan tingkat keparahan ringan sampai sedang, termasuk divertikulitis akut dan
berbagai bentuk radang usus buntu, yang tidak akan menjalani prosedur
28
ciprofloxacin atau levofloxacin yang dikombinasikan dengan metronidazol, atau
direkomendasikan untuk pasien dengan infeksi intra abdomen tingkat tinggi yang
beberapa komunitas, dan kuinolon tidak boleh digunakan kecuali jika survei di
terhadap cocci gram positif dianjurkan. Pada orang dewasa, penggunaan rutin
aminoglikosida atau agen kedua lainnya yang efektif melawan bakteri fasik
fakultatif dan aerobik gram negatif tidak disarankan karena tidak adanya bukti
tersebut.
(MRSA) atau ragi tidak dianjurkan karena tidak adanya bukti infeksi yang
disebabkan organisme semacam itu. Pada pasien berisiko tinggi ini, rejimen
cakupan empiris patogen, rejimen multidrugs yang meliputi agen dengan aktivitas
spektrum yangluas terhadap bakteri gram negatif dan bakteri fakultatif mungkin
29
piperacillin-tazobactam, atau ceftazidime. atau cefepime dalam kombinasi dengan
antimikroba spektrum luas harus disesuaikan saat laporan kultur dan sensitivitas
albicans diisolasi. Untuk spesies Candida yang tahan flukonazol, terapi dengan
tepat. Bagi pasien yang dalam keadaan kritis, direkomendasikan terapi awal
30
dengan echinocandin dan bukan triazol. Karena toksisitasnya, amfoterisin B tidak
imunokompromais, dan mereka yang memiliki penyakit katup jantung atau bahan
pasien beresiko tinggi terkena infeksi karena organisme ini, seperti penerima
31
dengan antibiotik yang signifikan. Vankomisin direkomendasikan untuk
pasien yang dicurgai kolesistitis akut atau kolangitis. Pasien yang dicurigai
mengalami infeksi, dan kolesistitis akut atau cholangitis harus menerima terapi
kolesistitis akut harus menjalani terapi antimikroba dalam 24 jam kecuali ada
bukti adanya infeksi di luar dinding kantong empedu. Untuk infeksi bilier yang
Terapi antimikroba terhadap infeksi harus dibatasi 4-7 hari, kecuali sulit
untuk mendapatkan kontrol sumber yang memadai. Jangka waktu terapi yang
lebih lama belum dikaitkan dengan hasil yang membaik. Untuk peradangan akut
pada perut dan jejunum proksimal, dengan tidak adanya acid-reducing therapy
atau keganasan dan bila kontrol sumber tercapai dalam waktu 24 jam, terapi
antiinflamasi profilaksis yang diarahkan pada coccus gram positif aerobik selama
24 jam sudah cukup. Dengan adanya operasi tertunda untuk akut abdomen dan
perforasi jejunum proksimal, adanya keganasan gastrik atau adanya terapi yang
32
campuran (misalnya, seperti yang terlihat pada infeksi kolon yang rumit) harus
disediakan. Cedera usus akibat trauma tembus, tumpul, atau iatrogenik yang
diperbaiki dalam waktu 12 jam dan kontaminasi intraoperatif lainnya dari bidang
Table 2.11 Dosis antibiotik intravena inisial untuk terapi empirik pada infeksi
intra-abdomen
Antibiotic Adult dosage
β-lactam/ β -lactamase inhibitor combination
Ertapenem 1 g every 24 h
Meropenem 1 g every 8 h
Cephalosporins
Cefoxitin 2 g every 6 h
Ceftazidime 2 g every 8 h
Fluoroquinolones
33
Moxifloxacin 400 mg every 24 h
Aminoglycosides
Apendisitis akut tanpa bukti perforasi, abses, atau peritonitis lokal hanya
aerob dan fakultatif dan anaerob obligat; pengobatan harus dihentikan dalam
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
infiltrat pada foto toraks atau pada pemeriksaan auskultasi didapatkan tanda
pneumonia.
34
2. Foto toraks dibutuhkan untuk evaluasi rutin pasien yang didiagnosis
3. Terapi empiris pada pasien CAP diberikan berdasarkan status pasien, yaitu
7. Untuk pasien dengan VAP / HAP, terapi antimikroba harus paling sedikit 7
laboratorium.
8. Infeksi paru oleh jamur dapat disebabkan oleh berbagai jenis jamur,
35
9. Golongan obat-obatan yang digunakan dalam terapi jamur adalah, polyenes,
11. Pasien harus menjalani pemulihan volume intravaskular yang cepat dan
fisiologis.
36