You are on page 1of 28

REKAYASA IRIGASI 1 2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu sistem irigasi dikerjakan karena adanya permintaan dari masyarakat
petani, kemudian dilakukan Studi Kelayakan oleh Ahli Pertanian (Ahli Tanah,
Pertanian Tanaman Pangan), Sosial Ekonomi, Sipil (Ahli Hidrologi, Ahli Irigasi),
Geodesi, Geologist, dan Ahli Lingkungan.
Oleh karena itu ilmu irigasi sangat penting untuk membuat petani atau
rakyat sekitarnya dapat memanfaatkan sumber air yang ada, sehingga petani dapat
meningkatkan kesejahteraannya.
Setelah mendapat hasil dari Studi Kelayakan, maka akan dilakukan
sosialisasi dengan masyarakat setempat, para sesepuh, adat, LSM, Bupati dan
Anggota DPRD (apabila diperlukan).
Dari sini menuntut perencana, terutama Civil Enggenering harus dapat
merencana irigasi khususnya jaringan irigasi dengan baik dan efesien, sehingga
menguntungkan semua pihak. Untuk mencapai hal tersebut maka para calon
perencana mulai sejak dini (mahasiswa) harus mengetahui ilmunya, dan untuk
aplikasinya maka mahasiswa diberikan tugas struktur perencanaan peta-petak
daerah irigasi.
Berikut merupakan tahapan-tahapan pada pembangunan sistem jaringan
irigasi. Dan pada laporan ini akan dibahas mengenai tahapan-tahapan
perencanaannya.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penulisan masalah ini penulis ingin membahas masalah yang telah
dirumuskan di atas. Masalah-masalah yang akan dibahas adalah sebagai
berikut :
1) Aspek-aspek apa saja yang berpengaruh dalam Teknik Irigasi?
2) Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam Teknik Irigasi?
3) Apakah tujuan dari pembangunan Irigasi?
4) Apa yang di maksud dengan Skema Jaringan Irigasi dan Skema Bangunan ?

1 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

5) Apa saja istilah-istilah dalam Irigasi dan apa pengertiannya?


6) Bagaimanakah tahapan-tahapan dalam perencanaan sistem Jaringan Irigasi?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun maksud penyusunan laporan ini, antara lain :
1) Mengetahui aspek-aspek apa saja yang berpengaruh dalam Teknik Irigasi.
2) Mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam Teknik Irigasi.
3) Mengetahui tujuan dari pembangunan Irigasi.
4) Memahami istilah-istilah Irigasi dan pengertiannya.
5) Mengetahui dan dapat mendesain jaringan Irigasi.

1.4 Manfaat Penulisan


Dengan penulisan makalah ini terdapat manfaat yang sangat besar untuk
mahasiswa, khususny mahasisiwa sipil dapat menjelaskan dan mengetahui tata
cara perencanaan dan perhitungan dalam proses merencanakan Bangunan Air
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh badan-badan yang
bergerak dalam bidang Keairan.

1.5 Metode Penulisan


Data yang diperlukan didukung dari studi literature atau studi kepustakaan,
yaitu data yang dihimpun dari hasil membaca dan mempelajari buku-buku
sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas, ditambah
dengan data empiris yang penulis dapatkan selama ini.

2 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Irigasi


Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi
kebutuhan Pertanian dan disamping itu air irigasi bisa juga digunakan untuk
keperluan lain seperti untuk air baku, penyediaan air minum, Pembangkit Tenaga
Listrik, keperluan Industri, Perikanan, untuk penggelontoran riol-riol di dalam
kota (Teknik Penyehatan) dan lain-lain.
Jaringan Irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan
dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan
,pengambilan,pembagian,pemberian, dan penggunaannya.
Sumber air yang digunakan untuk Irigasi adalah :
 Air yang di permukaan tanah : sungai, danau, waduk, dan mata air.
 Air hujan yang ditampung dengan waduk lapangan (Embung).
 Air Tanah (Ground Water).
Pemakaian air dapat memenuhi beberapa kenyataan, yaitu :
 Menjamin sepenuhnya persediaan air untuk kehidupan tanaman.
 Menjamin waktu panen pada saat musim kemarau/kering.
 Menjaga suhu tanah agar tetap dingin.
 Mencuci garam-garam yang berada dalam tanah.
 Memperkecil resiko rembesan air tanah.
 Agar tanah lebih mudah dikerjakan pada saat mengolah tanah.

2.2 Aspek-Aspek yang Berpengaruh dalam Teknik Irigasi


Adapun aspek-aspek yang berpengaruh dalam Teknik Irigasi antara lain :

3 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

 Aspek Engineering
a. Penyimpanan, penyimpangan, pengangkutan.
b. Membawa air ke ladang/sawah pertanian.
c. Pemakaian air untuk persawahan.
d. Mengeringkan air yang berlebihan.
e. Pembangkit tenaga air.
 Aspek Agrikultural
a. Kedalaman air yang diperlukan untuk berbagai tanaman.
b. Distribusi air secara seragam dan berkala.
c. Reklamasi tanah tandus dan tanah alkaline.

2.3 Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Teknik Irigasi


Adapun faktor-faktor yang berpengaruh dalam Teknik Irigasi antara lain :
 Iklim, sangat berpengaruh walau hanya naik 1o saja.
 Sumber air yang ada di dunia berasal dari 3 sumber, yaitu :
a. Sumber air atas permukaan.
b. Sumber air permukaan (ideal untuk irigasi).
c. Sumber bawah permukaan.
 Ketersediaan teknologi, kualitas dan kuantitas air sangat berpengaruh.
 Tingkat teknologi masyarakat.
 Topografi tanah (kondisi tanah dan kontur).
a. Sifat fisik lahan.
b. Sifat kimiawi lahan.
 Biologi tanaman.
 Ekonomi masyarakat.
 Sosial Budaya masyarakat.
 SIDLACOM (Survey Investigation Desain Land Aquirement
Construction Opeartion Maintance).

2.4 Tujuan Pembangunan Jaringan Irigasi


Tujuan dari pembangunan Jaringan Irigasi antara lain :

4 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

 Membasahi tanah.
 Merabuk (memberi pupuk).
 Mengatur suhu tanah.
 Membersihkan tanah.
 Kolmatese (memindahkan tanah dari satu tempat ke tempat lain).
 Membersihkan air kotor.
 Meninggikan air tanah.
 Pemeliharaan ikan.

2.4 Skema Jaringan Irigasi dan Skema Bangunan


Skema Jaringan Irigasi adalah gambaran yang menampilkan jaringan
saluran dimulai dari bendung, saluran primer, sekunder, bangunan bagi, bangunan
sadap dan petak-petak tersier dengan standar sistem tata nama.
Skema Bangunan adalah yang menampilkan khusu jumlah dan macam
bangunan-bangunan yang ada pada tiap-tiap ruas saluran dan berada dalam satu
daerah jaringan irigasi dengan standar sistem tata nama.

2.5 Istilah-Istilah Irigasi dan Pengertiannya


Agar tidak terjadi persepsi yang berbeda terhadap istilah-istilah keirigasian,
maka dibutakan istilah-istilah seperti berikut ini :
 Sumber air adalah tempat/wadah air baik yang terdapat dipermukaan tanah
maupun yang di dalam tanah (Ground Water).
 Daerah Irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi.
 Jaringan Irigasi adalah dimulai dari Bendung, jaringan saluran pembawa,
jaringan saluran pembuang, bangunan pengatur air dan bangunan
pelengkapnya menjadi satu kesatuan di dalam melayani kebutuhan air untuk
Irigasi.
 Jaringan Utama adalah jaringan dimulai dari Bendung, saluran Primer,
saluran Sekunder, dan berakhir pada saluran Muka.

5 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

 Jaringan Tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana


pelayanan air didalam Petak Tersier.
 Petak Tersier adalah gabungan beberapa petak kwarter menjadi satu
kesatuan dan mendapatkan air dari saluran Tersier yang sama.
 Petak Sekunder adalah gabungan petak-petak Tersier menjadi satu kesatuan
dan mendapat air dari satu saluran Sekunder.
 Saluran garis tinggi adalah saluran pembawa yang tracenya mengikuti garis
tinggi (contour).
 Saluran punggung adalah saluran pembawa yang mengikuti punggung tanah
(memotong contour).
 Saluran Primer (Induk) adalah saluran pembawa pertama yang menyadap air
langsung dari Bendung.
 Saluran Sekunder adalah saluran pembawa kedua yang mengambil air dari
saluran Induk (Primer).
 Saluran Tersier adalag saluran pembawa ketiga yang mengambil air dari
saluran Tersier.
 Saluran Kwarter adalah saluran pembawa ke tempay yang mengambil air
saluran Tersier.
 Pembuangan/Drainase adalah pengaliran kelebihan/sisa pemakaian air
Irigasi yang sudah tidak digunakan lagi dan dibuang melalui jaringan
saluran pembuang.
 Waduk adalah tempat/wadah penampung air dari sungai yang dapat
digunakan untuk : Pembangkit Listrik, Irigasi, Air Minum, Perikanan dan
Industri.
 Embung/Waduk Lapangan adalah tempat/wadah penampungan air irigasi
pada waktu terjadi surplus air disungai atau air hujan.
 Bangunan Air adalah bangunan-bangunan bersangkutan dengan air yang
utamanya yang berkaitan dengan jaringan Irigasi.
 Bangunan Sadap Utama (Bendung) adalah bangunan yang diletakkan
melintang sungai fungsinya untuk meninggikan muka air sungai dan
kemudian disadap dan dialirkan ke saluran Iinduk (Primer).

6 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

 Bangunan Bagi adalah bangunan yang fungsinya membagikan air baik dari
saluran Primer (Induk) kesaluran Sekunder, atau dari saluran Sekunder ke
saluran Sekunder yang lain.
 Bangunan Sadap adalah bangunan yang fungsinya memberikan sadapan
kesaluran Tersier. Letaknya bisa disalurkan Induk dan bisa juga disaluran
Sekunder.
 Bangunan Bagi-Sadap adalah gabungan dari bangunan dan bangunan sadap,
yang fungsinya membagikan air baik dari saluran Primer ke saluran
Sekunder maupun dari saluran Sekunder ke saluran Sekunder lainnya dan
memberikan sadapan kesaluran Tersier.
 Bangunan Silang adalah banguna air yang dibuati oleh karena persilabgab
kedua saluran yang berbeda fungsinya atau persilangan antara saluran
dengan jalan.
 Bangunan Pelindung adalah bangunan yang fungsinya untuk melindungi
konstruksi bangunan lain pada bagian-bagian tertentu.
 Bangunan Pembawa adalah bangunan-bangunan yang fungsinya membawa
atau melewatkan air.
 Bangunan Pelengkap adalah pengelompokkan bangunan-bangunan yang ada
pada jaringan Irigasi selain kelompok Bangunan Utama (Bendung, Bagi,
Sadap, Bagi-Sadap).
 Bangunan Sipon, merupakan bangunan yang membawa air melewati bawah
saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Perencanaan hidrolis sipon
harus mempertimbangkan kecepatan aliran, kehilangan pada peralihan
masuk, kehilangan akibat gesekan, kehilangan pada bagian siku sipon serta
kehilangan pada peralihan keluar.
 Bangunan Gorong – Gorong, adalah bangunan yang dipakai untuk
membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang) melewati jalan air
lainnya (biasanya saluran), bawah jalan atau kereta api. Bangunan gorong-
gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil dari pada luas
penampang basah saluran hulu maupun hilir.

7 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

2.6 Perencanaan Peta Petak Irigasi


Untuk merencanakan suatu daerah irigasi dalam hal ini perencanaan peta
petak maka hal-hal yang harus disediakan adalah :
1. Peta topographi
2. Data curah hujan
3. Data klimatologi
4. Data kesuburan tanah
Data curah hujan dan klimatografi digunakan untuk mencari kebutuhan air
sawah ( l/dt/ha). Sedangkan peta topografi 1: 20.000 atau 1: 10.000 atau 1: 50.000
dipergunakan untuk merencanakan peta petak atau jaringan irigasi.
Peta yang menggambarkan lay-out saluran dan bangunan adalah peta yang
menggambarkan dan menunjukkan lokasi dan arah saluran, lokasi bangunan-
bangunan baik bangunan utama, bangunan pembagi maupun bangunan pelengkap,
lokasi jalan batas petak irigasi, daerah yang dapat diairi maupun tidak, serta
seluruh jaringan drainase.
Perencanaan peta petak ini menggunakan peta situasi skala 1 : 30.000,
dibuat petak-petak yang terdiri dari:
a. Petak Tersier, yaitu kumpulan dari sawah-sawah yang menerima air irigasi
dari saluran tersier yang disadap dari saluran induk/sekunder di satu tempat
pengambilan. Hal ini dibuat untuk memperlihatkan lokasi seluruh daerah yang
diairi dengan membuat batas-batas daerah dan garis-garis kontir secara
lengkap. Luas satu petak tersier sedapat mungkin merata antara 50 – 100 ha
dan tidak boleh lebih dari 150 ha, juga jarak sawah terjauh dari bangunan
sadap tidak boleh lebih dari 3 km. Hal ini untuk memudahkan pengelolaan air
oleh petugas dari para petani pemakai air.
b. Petak Sekunder, yaitu suatu petak yang terdiri dari kumpulan dari beberapa
petak tersier yang dapat air irigasi dari satu saluran sekunder. Setiap petak
sekunder harus mendapatkan air hanya dari satu bangunan bagi yang terletak
di saluran induk atau saluran sekunder lainnya, kecuali pada hal-hal tertentu
harus mendapatkan air irigasi suplesi dari saluran lain.
c. Petak Primer, yaitu suatu petak gabungan dari beberapa petak tersier yang
dapat air langsung dari saluran induk dan beberapa petak sekunder. Setiap

8 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

petak primer sedapat mungkin dekat dengan bangunan utama bendung agar
tidak terlalu panjang dalam membuat saluran induknya.
d. Nomenklatur, ialah nama petunjuk (indeks) yang jelas dan singkat dari suatu
obyek, baik petak, saluran, bangunan bagi/sadap, bangunan pelengkap,
bangunan silang dan sebagainya, sehingga akan memudahkan dalam
pelaksanaan eksploitasi dan pemeliharaan dari tiap-tiap bagian jaringan irigasi.
Syarat dalam menentukan pemberian nama antara lain, yaitu:
- Sebaiknya terdiri dari satu huruf untuk menyatakan petak, saluran atau
bangunan.
- Saluran induk diberi nama sesuai dengan nama sungainya atau nama
kampung terdekat.
- Begitu pula untuk bangunannya, baik bangunan utama, pembagi/sadap
- maupun bangunan pelengkap lainnya diberi nama sesuai dengan nama
saluran di hulunya dan diberi indeks 1, 2, 3 dan seterusnya.
- Di dalam petak tersier diberi kotak dengan ukuran panjang 4 cm dan lebar
1,5 cm.
Di dalam kotak diberi kode dari saluran mana kotak tesebut mendapat air
irigasi, arah salurannya (kiri atau kanan) dilihat dari arah aliran. Kotak ini dibagi
dua bagian, atas untuk nama petak tersier yang bersangkuran, sedangkan bagian
bawahnya dibagi dua pula, yaitu sebelah kiri untuk luas areal sawah yang diairi
(ha) dan sebelah kanannya untuk menunjukkan besarnya debit yang diperlukan
(l/det). Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

E2Kn
45.408 Ha 76.626 l/det

Gambar 2.1 Nomenklatur Petak Tersier

Dimana:
E2Kn = nama petak tersier
2 = nomor bangunan
Kn = arah petak tersier sebelah kiri

9 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

36,8 ha = luas petak sawah yang diairi


76,626 lt/det = besar debit yang dibutuhkan.

2.7 Pembuatan dan Pemberian Nama Saluran, Bangunan


Setelah penempatan bendungan ini dilakukan maka :
1. Mulailah dari rencana bendung, tariklah garis titik-garis titik yang
menyusuri kontur tertinggi dimana diperkirakan sawah akan dialiri
2. Garis titik-garis titik tersebut diatas tidak perlu sejajar dengan kontur, akan
tetapi dibuat menurun lebih kurang 30 cm setiap satu kilometer
3. Garis titik-garis titik tersebut adalah rencana saluran induk
4. Pada tempat tertentu dimana ada sawah yang akan dialiri, maka dibuat satu
bangunan sadap, atau bilamana ternyata dapat mengaliri sawah yang luas
dan letaknya lebih jauh dari bangunan tadi, maka dapat dibuat saluran
sekunder. Jadi fungsi bangunan tadi berubah yaitu disamping menyadap
dia juga membagi kesaluran sekunder dan nama bangunan tersebut adalah
bangunan bagi sadap (BM1, BM2, BM3)
5. Bangunan sadap maupun bangunan bagi diletakan pada tempat yang tinggi
atau yang lebih tinggidari sawah yang akan dialiri
6. Pada umumnya terase saluran induk mengikuti garis tinggi, dan terase
saluran sekunder mengikuti punggung (perhatikan saluran induk

2.8 Rencana dan Perhitungan Luas Petak Tersier


a. Setiap batas petak tersier sedapat mungkin terlihat jelas
b. Batas-batas tersebut berupa kampung / desa (warna hijau), berupa jalan
(warna coklat), berupa sungai atau selokan (warna merah). Berupa bukit
(warna kuning), atau beberapa saluran pembawa itu sendiri (warna biru)
c. Luas petak tersier lebih kurang 100 hektar
d. Usahakan lebar petak tersier sama besar
e. Usahakan panjang saluran induk maupun sekunder kurang dari 3000 meter

10 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

f. Usahakan jangan sampai saluran tersier melewati bangunan sadap atau


bangunan bagi sadap berikutnya (saluran tersier A1 kr tidak boleh melewati
BA2)
g. Setiap petak tersier harus mendapat air hanya dari atau bangunan sadap
yang terletak di saluran induk atau sekunder
h. Petak yang direncanakan harus mudah diairi dan mudah juga dibuang
bilamana air tersebut tidak digunakan lagi
i. Air tersebut dibuang melalui saluran pembuang atau saluran drainase, baik
yang sengaja dibuat maupun melalui saluran atau selokan-selokan alam
j. Saluran pembuang ini sedapat mungkin bermuara ke sungai atau ke laut

2.9 Skema Jaringan Irigasi


Skema jaringan irigasi merupakan bagan yang dibuat dari peta layout awal
yang memuat bangunan-bangunan irigasi, saluran pembawa dan pembuang.
Pembuatan skema ini bertujuan memudahkan dalam pemberian nama bangunan
dan saluran. Sekma ini selain memuat tata nama juga memuat luas petak area
pesawahan, panjang saluran, debit rencana dan ketinggian bangunan.

2.10 Skema Bangunan Irigasi


Skema bangunan merupakan skema yang memuat bangunan utama maupun
bangunan pelengkap. Penggambaran skema irigasi dan skema bangunan dalam
pembuatannya harus berdasarkan pada Kriteria Perencanaan (KP 07) standar
penggambaran.
Pembuatan skema bangunan maupun skema irigasi tidak pernah lepas dari
layout awal. Semua yang ada pada peta menjadi acuan untuk pembuatan skema.

2.11 Dimensi Saluran dan Perhitungan Muka Air


Untuk mendimensi saluran pembawa dapat dihitung berdasarkan dua
kriteria. Kriteria tersebut antara lain :
1. Perhitungan dimensi jika Saluran yang sudah ada

11 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

Sebaiknya dalam perencanaan dimensi saluran yang sudah ada lebar dasar,
kemiringan dasar, dan tebing saluran yang ada dip[eertahankan. Perubahan yang
masih memungkinkan dirubah, terbatas pada tinggi muka air dan tinggi jagaan.
Langkah-langkah perencanaannya dihitung dengan menggunakan rumus stickler :
V = k. R2/3. I1/2
Q = A. V
Luas penampanguntuk saluran berbentuk trapesium :
A = h2 (n+m) = h (b + mh)
P = h (n +2√(1 +m2)) = b + 2h √(1 + m2)
R = A/P
Langkah perhitungan selanjutnya :
a. Dicobakan kedalaman air h = h0
b. Kecepatan yang sesuai dihitung dengan persamaan:
2⁄3
(b + mh)h
V = k[ ] × I 1⁄2
(b + 2h√1 + m2
c. Luas penampang basah diperlukan: A0 = Q/V0
d. Dari A0 hitung kedalaman air yang baru : h1 = √ A0 / (n+m)
e. Bandingkan h1 dan h0
Jika h1 – h0 ≤ 0,005 maka h1 = h memenuhi syarat
Jika h1 – h0 ≥ 0,005 maka h1 tidak memenuhi syarat, ambil h1 yang baru,
hitung lagi seperti prosedur semula sampai didapat h1 – h0 ≤ 0,005
f. Masukan harga b, h, k, m, n kedalam rumus stickler, maka akan ketemu V
dan I

2. Perhitungan dimensi jika saluran belum ada


Dalam perencanaan jaringan irigasi teknis pada laporan ini belum ada
saluran, sehingga perlu direncanakan dengan langkah sebagi berikut :
a. Tentukan Qd dan I, hal ini menghasilkan titik-titik dengan harga khusus Qd
dan I
b. Plot titik- titik Qd – I untuk masing-masing saluran berikutnya sampai
terakhir

12 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

c. Tentukan V dasar yang diizinkan untuk setiap ruas saluran atau < 0,70 m/dt
d. Garis Qd – I, makin ke ghilir atau Qd makin kecil, I √R menjadi semakin
besar
Perencanaan dalam mendimensi saluran pasangan :
a. Kegunaan pasangan adalah untuk mengurangi kehilangan air akibat
rembesan, gerusan atau erosi, tumbuhanair, mengurangi biaya pemeliharaan,
memperkecil lengkung, pembebasan tanah lebih kecil
b. Jenis-jenis pasangan : pasangan batu, beton dan tanah
c. Kecepatan maksimum yang diizinkan sebagai berikut
No Jenis Pasangan Kecepatan (V)
1 Pasangan batu 2 m/det
2 Pasangan beton 3 m/det
3 Pasangan tanah Sesuai dengan struktur tanah
Dalam perencanaan, semua saluran baik saluran induk, sekunder maupun
tersier direncanakan dengan konstruksi tanah atau dengan perkataan lain
salurannya adalah saluran tanah.
a. Bentuk hidraulis dan kriteria
1. Penampang saluran berbentuk trapesium.
2. Kecepatan minimum (V) = 0.25 m/det
3. Lebar dasar minimum (b) = 0.30 m
4. Perbandingan antara b; h; v; dan kemiringan talud (m) tergantung dari
debit.
Tabel 2.1 hubungan antara Q, b, h, V dan m
Kecepatan air Kemiringan talud
Q b/h
V (m/dt) (m)
0,00 - 0,15 1 0,25 - 0,30 1:1
0,15 - 0,30 1 0,30 - 0,35 1:1
0,30 - 0,40 1,5 0,35 - 0,40 1:1
0,40 - 0,50 1,5 0,40 - 0,45 1:1
0,50 - 0,75 2 0,45 - 0,50 1:1
0,75 - 1,15 2 0,50 - 0,55 1:1½

13 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

1,50 - 3,00 2,5 0,55 - 0,60 1:1½


3,00 - 4,50 3 0,60 - 0,65 1:1½
4,50 - 6,00 3,5 0,65 - 0,70 1:1½
6,00 - 7,50 4 0,70 1:1½
7,50 - 9,00 4,5 0,70 1:1½

5. Free board (F) tergantung dari debit


Tabel 2.2 free board
Q (m3/det) F (m)
0,00 – 0,30 0,30
0,30 – 0,50 0,40
0,50 – 1,50 0,50
1,50 – 15,0 0,60
6. Lebar tanggul (W)
Tabel 2.3 Lebar Tanggul
Saluran W (m)
Induk 2,00
Sekunder 1,50
Tersier 0,50

7. Jari-jari belokan pada as saluran 3-7 kali lebar muka air


8. Kapasitas saluran ditentukan oleh luas areal (A), angka pemberian air (a)
dan koefisien lengkung tegal
- Rumus saluran Terbuka dengan penampang trapesium
Q=FxV
F = (b + mh) h

O = b + 2h m2  1
R = F/ O
Rumus strickler : V = K. R2/3 I1/2
Dimana :
Q = debit saluran (m3/ dt)

14 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

F = Luas penampang basah saluran (m2)


V = Kecepatan aliran air (m/ dt)
O = keliling basah saluran (m)
R = jari-jari hidraulis (m)
K = koefisien kekasaran Strickler
Untuk debit tertentu nilai K dapat dilihat pada tebel koefisien strickler
Tabel 2.4 Koefisien Kekasaran Strickler
Saluran K
Saluran induk dan sekunder Q> 10 m3/ dt 50
Saluran Induk dan Sekunder s , Q , 10 m3/dt 47, 50
Saluran induk dan sekunder Q< 5 m3/dt 45
Saluran muka 40, 50
Saluran tersier 40
- Luas penampang basah diperlukan: A0 = Q/V0
- Dari A0 hitung kedalaman air yang baru : h1 = √ A0 / (n+m)
- Bandingkan h1 dan h0
- Jika h1 – h0 ≤ 0,005 maka h1 = h memenuhi syarat
- Jika h1 – h0 ≥ 0,005 maka h1 tidak memenuhi syarat, ambil h1 yang baru,
hitung lagi seperti prosedur semula sampai didapat h1 – h0 ≤ 0,005
- Masukan harga b, h, k, m, n kedalam rumus stickler, maka akan ketemu V
dan I
3. Perhitungan dimensi jika saluran belum ada
Dalam perencanaan jaringan irigasi teknis pada laporan ini belum ada
saluran, sehingga perlu direncanakan dengan langkah sebagi berikut :
a. Tentukan Qd dan I, hal ini menghasilkan titik-titik dengan harga khusus Qd
dan I
b. Plot titik- titik Qd – I untuk masing-masing saluran berikutnya sampai
terakhir
c. Tentukan V dasar yang diizinkan untuk setiap ruas saluran atau < 0,70 m/dt
d. Garis Qd – I, makin ke ghilir atau Qd makin kecil, I √R menjadi semakin
besar

15 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

Untuk merencanakan muka air rencana saluran, harus tersedia data-data


topografi dalam jumlah yang memadai. Setelah layout pendahuluan selesai, terase
saluran yang dsiusulkan diukur. Elevasi sawah harus diukur 7,5 m diluar as
saluran irigasi atau pembuang yang direncanakan tiap interval 50 m pada lokasi-
lokasi khusus. Hal tersbut menjadi penting karena :
a. Saluran kuarter harus memeberi air kesawah-sawah ini
b. Pembuang kuarter dan tersier menrima kelebihan air dari sawah-sawah ini
c. Jalan inspeksi atau jalan petani 0,5 m diatas permukaan sawah ini
d. Kedalaman pondasi bangunan dikaitkan langsung dengan elevasi sawah asli
Jika saluran-saluran yang sudah ada masih tetap akan dipakai, maka elevasi
tanggulnya juga harus diukur.
Hasil-hasil pengukuran akan disajikan dalam bentuk gambar situasi (1 :
2000) dan potongan memanjang (skala horisontal 1 : 2000, vertikal 1 : 50). Tidak
diperlukan potongan melintang, kecuali untuk standar potongan untuk setiap
sketsa dengan dimensi yang sama. Tetapi potongan melintang pada daerah
bergelombang digambar pada jarak 100 m.
Pada elevasi (head) yang ada diantar elevasi sawah dengan elevasi air di
jaringan utama harus diketahui. Elevasi air di jaringan utama dari jaringan irigasi
yang ada dapat diperoleh dari gambar-gambar rencana atau gambar purnalaksana
(as-bulit drawings). Jika gambar-gambar semacam itu tidak ada, maka elevasi
tersebut harus ditentukan dengan mengandalkan pengukuran detail pada bangunan
sadap serta elevasi ambang bangunan ukur.
Elevasi muka air yang diperlukan disaluran primer/sekunder di hulu
bangunan sadap tersier dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
P = A + a + b +nc + d+ me+ f + g + ∆H + z
Dimana :
P = muka air yang dibutuhkan jaringan utama di hulu bangunan sadap
tersier
A = elevasi sawah yang menentukan di petak tersier
a = kedalaman air sawah (- 10 cm)
b = kehilangan tinggi energi dari saluran kuarter sampai sawah
(-10 cm))

16 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

n = jumlah boks bagi kuarter pada sluran yang direncanakan


c = kehilangan energi di boks bagi kuarter (5-15 cm/ boks)
d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran tersier dan
kuarter (I x L cm)
m = jumlah boks tersier pada saluran yang direncanakan
e = kehilangan energi di boks tersier (-10 cm)
f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong (-5 cm/ gorong-gorong)
g = kehilangan tinggi energi di pintu Romijn (- 2/3 h)
∆H = variasi tinggi muka air di jaringan utama di hulu bangunan sadap
tersier (-0,18 h100)
z = kehilangan tinggi energi bangunan-bangunan tersier yang lain
h100 = kedalaman air rencana di saluran primer atau sekunder pada bangunan
sadap

2.12 Perhitungan dan Skema Muka Air


Untuk merencanakan muka air rencana saluran, harus tersedia data-data
topografi dalam jumlah yang memadai. Setelah layout pendahuluan selesai,
terase saluran yang dsiusulkan diukur. Elevasi sawah harus diukur 7,5 m diluar
as saluran irigasi atau pembuang yang direncanakan tiap interval 50 m pada
lokasi-lokasi khusus. Hal tersbut menjadi penting karena :
a. Saluran kuarter harus memeberi air kesawah-sawah ini
b. Pembuang kuarter dan tersier menrima kelebihan air dari sawah-sawah ini
c. Jalan inspeksi atau jalan petani 0,5 m diatas permukaan sawah ini
d. Kedalaman pondasi bangunan dikaitkan langsung dengan elevasi sawah asli
Jika saluran-saluran yang sudah ada masih tetap akan dipakai, maka elevasi
tanggulnya juga harus diukur.
Hasil-hasil pengukuran akan disajikan dalam bentuk gambar situasi (1 :
2000) dan potongan memanjang (skala horisontal 1 : 2000, vertikal 1 : 50). Tidak
diperlukan potongan melintang, kecuali untuk standar potongan untuk setiap
sketsa dengan dimensi yang sama. Tetapi potongan melintang pada daerah
bergelombang dgambar pda jarak 100 m.

17 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

Pada elevasi (head) yang ada diantar elevasi sawah dengan elevasi air di
jaringan utama harus diketahui. Elevasi air di jaringan utama dari jaringan irigasi
yang ada dapat diperoleh dari gambar-gambar rencana atau gambar purnalaksana
(as-bulit drawings). Jika gambar-gambar semacam itu tidak ada, maka elevasi
tersebut harus ditentukan dengan mengandalkan pengukuran detail pada bangunan
sadap serta elevasi ambang bangunan ukur.
Elevasi muka air yang diperlukan disaluran primer/sekunder di hulu
bangunan sadap tersier dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
P = A + a + b +nc + d+ me+ f + g + ∆H + z
Dimana :
P = muka air yang dibutuhkan jaringan utama di hulu bangunan sadap
tersier
A = elevasi sawah yang menentukan di petak tersier
a = kedalaman air sawah (- 10 cm)
b = kehilangan tinggi energi dari saluran kuarter sampai sawah
(-10 cm))
n = jumlah boks bagi kuarter pada sluran yang direncanakan
c = kehilangan energi di boks bagi kuarter (5-15 cm/ boks)
d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran tersier dan
kuarter (I x L cm)
m = jumlah boks tersier pada saluran yang direncanakan
e = kehilangan energi di boks tersier (-10 cm)
f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong (-5 cm/ gorong-gorong)
g = kehilangan tinggi energi di pintu Romijn (- 2/3 h)
∆H = variasi tinggi muka air di jaringan utama di hulu bangunan sadap
tersier (-0,18 h100)
z = kehilangan tinggi energi bangunan-bangunan tersier yang lain
h100 = kedalaman air rencana di saluran primer atau sekunder pada bangunan
sadap

18 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

2.13 Penggambaran Situasi dan Profil Memanjang


Sebelum memulai penggambaran profil memanjang maupun profil
melintang setidaknya harus dipersiapkan terlebih dahulu data-data yang
diperlukan. Penyelesaian potongan memanjang membutuhkan data sebagai
berikut :
a. Muka air yang tepat dibutuhkan pada bangunan sadap
b. Panjang ruas yang tepat
c. Kehilangan energi yang tepat pada bangunan
d. Kemiringan saluran yang tepat untuk setiap ruas saluran
e. Potongan melintang yang tepat
f. Lokasi ruas-ruas saluran yang harus diberi pasangan

Selama pembuatan perencanaan pendahuluan, dibuat asumsi-asumsi untuk


kehilangan tinggi energi dibangunan. Ini berrti bahwa karakteristik hidrolis
bangunan harus dihitung kembali berdasarkan hasil penyelidikan.
Sebelum potongan melintang saluran ditetapkan, karakteristik tanah atau
batuan dimana saluran akan dibuat harus diselisdiki guna mengetahui :
a. Stabilitas talut (galian dan timbunan)
b. Penurunan tanggul timbunan
c. Kehilangan air akibat perkolasi dan Erosi
Sifat-sifat tanah pun ikut menetukan apakah standar yang diberikan untuk
dimensi saluran pada tabel 4.1 masih dapat dipakai. Mungkin diperlukan
perubahan-perubahan jika :
a. Kemiringan talut disesuaikan demi stabilitas talut tersebut (m lebih besar)
atau bila saluran terletak pada formasi (m lebih kecil)
b. Jika terdapat kehilangan air akibat perkolasi atau erosi maka diperlukan
pasangan (k lebih besar)

19 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

c. Aspek ekonomi atau tanah yang tersedia memerlukan penyesuaian


perbandingan antara lebar dasar dan kedalaman air (misalnya saluran itu
melewati daerah pedesaan)

20 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

RENCANA SISTEM JARINGAN IRIGASI

A. Perencanaan Peta Petak Irigasi


1. Siapkan peta topografi dengan skala 1: 25.000.
2. Mentukan letak bendung di sungai, berikan nama bendung sesuai dengan
nama embung tempat pengambilan air, contoh untuk Embung Dakung, maka
nama bendungnya diberi nama Bendung Dakung atau BD.
3. Tarik saluran pembuang di lembah atau saluran pembuang alami dengan
warna merah.
4. Tarik saluran induk dengan warna biru, garis, titik, garis
sejajar garis tinggi (kontur), setiap 1 km turunkan sekitar 40 – 50 cm. Nama
saluran induk disesuaikan dengan nama sungai, contoh Saluran Induk
Dakung Kiri ruas 1, Saluran Induk Dakung Kiri ruas 2, dst.
5. Tentukan tempat untuk bangunan Bagi atau Sadap di saluran Induk tadi (cari
lokasi sehingga bangunan itu dapat membagikan airnya ke sekitarnya).
Berikan nama bangunan itu sesuai dengan urutan bangunan sejak bangunan
pertama. Contoh : BDKi1, BDKi2, BDKi3, dst.
6. Ruas antara bendung dan bangunan pertama (BD – BDKi1) merupakan
saluran Induk Dakung Kiri ruas 1; antara BDKi1 – BDKi2 merupakan
saluran Induk Dakung Kiri Ruas 2, dst
7. Tarik saluran sekunder melalui punggung atau tegak lurus kontur, namakan
saluran sesuai dengan nama kampung yang dilewati atau yang dekat dengan
saluran sekuder tersebut.
8. Bangunan bagi/sadap yang ada di saluran sekunder ini diberi nama dengan
menggunakan abjad yang berurutan, contoh Bangunan A, disingkat BA. Pada
bangunan kesatu diberi nama BA1, begitu juga pada bangunan selanjutnya
yang masih berada di saluran sekunder tersebut seperti : BA2, BA3, dst.
9. Saluran Sekunder Ruas 1, adalah saluran yang menghubungi bangunan bagi
di saluran induk/sekunder dengan bangunan pertama saluran sekunder.

B. Perhitungan Luas Petak Tersier

21 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

Dalam perencanaan irigasi Monjong, luas petak tersier dibatasi antara 15


ha–60 ha. Hal ini dilihat dari lapangan yang jarang sekali pada waktu
perencanaan irigasi memiliki luas daerah yang lebih dari 85 ha.
Contoh perhitungan pada Saluran Tersier Dakung.

Tabel 1. Luas Petak Tersier

No Petak Luas (Ha)


1 BLe1 58,63
2 Bka2 36,902
3 Bki2 45,061
4 JoKi1 71,303
5 JoKa1 61,683
6 Ku3 66,914
7 Ku4 40,632
8 PrKi1 80,606
9 PrKa1 43,042
10 BKi3 60,498
11 Bka3 36,960
12 Ku1 74,567
13 KuKi2 63,767
14 KuKa2 109,015
15 BeKi5 98,113
16 BeKa5 207,95
17 B4 44,640
18 BeKi3 21,327
19 BeKa3 54,239
20 Be4 89,932
21 To1 104,943
22 ToKi2 85,339
23 ToKa2 57,280
24 ToKi3 57,680

22 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

25 ToKa3 102,032
26 Bki5 43,556
27 Bka5 38,950
28 BeKi2 48,476
29 BeKa2 27,798
30 Be1 58,370
31 Ln1 73,900

C. Perhitungan Kapasitas Saluran


Saluran Tersier Saluran Sekunder Saluran Primer
𝑁𝐹𝑅 × 𝐴 𝑁𝐹𝑅 × 𝐴 𝑁𝐹𝑅 × 𝐴
𝑄𝑡 = 𝑄𝑡 = 𝑄𝑡 =
0,8 0,8 × 0,9 0,8 × 0,9 × 0,9

Perhitungan :
Data : NFR = 1,81 lt/ha/dt
 Saluran Induk BLe1
1,81 × 46.17 X 1000
Q= = 0.012896 𝑚3 /det
0,8 × 0,9 × 0,9

 Saluran Tersier STBe4


1,81 × 89,903 X 1000
Q= = 0.02260 𝑚3 /det
0,8 × 0,9

 Saluran Sekunder SSB2


1,81 × 71,303 X 1000
Q= = 0.0161323 𝑚3 /det
0,8

Pada saluran yang lain pun langkah pengerjaannya sama seperti di atas.
Perhitungan debit secara lengkap tersaji pada Lampiran.

D. Perhitungan Dimensi Saluran


𝑉 = 𝑘 × 𝑅 2/3 × 𝐼1/2

23 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

𝑄 =𝑉×𝐴
𝐴 = 𝑏 × ℎ + 𝑚 × ℎ2 = (𝑛 + 𝑚) × ℎ2

𝑃 = 𝑏 + 2ℎ√1 + 𝑚2 = (𝑛 + 2√1 + 𝑚2 ) ℎ
𝐴 ℎ(𝑛 + 𝑚)
𝑅= =
𝑃 𝑛 + 2√1 + 𝑚2
Perhitungan :
- Pada Saluran Sekunder BC2
Data:
Dengan Q = 0,24684 m3/det dan A = 141 Ha (pada tabel dimensi Lampiran)
diperoleh:
n=1
m=1
k = 35 m1/3/det
Direncanakan V0 = 0,33 m/det2
Penyelesaian :
Q = Vo . F atau F = Q/Vo
F = 0.24684 / 0.33
= 0.74286 m2

F 0.74286
h=√ =√ = 0.609451 m
(m + n) (1 + 1)

b = n × h = 1 × 0,609451 = 0.609451 m
Maka didapat:
F0 = (b + mh) × h
= (0.609451 + 1 × 0.609451) × 0.609451
= 0.742862 m2
Q 0.24684
V= = = 0,332 m⁄det
F 0.742862
P = (b + 2h × (1 + m2 )0,5
0,5
= (0.609451 + 2 × 0.609451 × (1 + 12 )
= 2.33324 m

24 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

F 0.742862
R= = = 0.318382 m
P 2.33324
2 2
𝑉 0,332
𝐼=( ) =( ) = 0.0004146
𝑘 × 𝑅 2/3 35 × 0,3183822/3
Jadi dimensi saluran sekunder BB1 adalah:
Q = 0,246838 m3/det
A = 141 Ha
m =1
n =1
k = 35
V = 0,332 m/det2
I = 0,0004146
h = 0,609451 m
b = 0.609451 m
Perhitungan untuk saluran tersier sama seperti perhitungan saluran sekunder
di atas. Untuk dimensi pada saluran sekunder dan tersier secara lengkap disajikan
table dimensi pada lampiran.

- Pada Saluran Primer BRKi1


Data :
Dengan Q = 1.946 m3/det dan A = 1000.91 Ha (pada tabel dimensi
Lampiran 6) diperoleh :
n = 1,5
m = 1.5
k = 40 m1/3/det
Ia = 0,000421 (dari grafik)
Direncanakan h0 = 0,995735 m maka b = n x ho = 1,5 x 0.995735 = 1.79 m
Penyelesaian:
Kecepatan yang sesuai dihitung:

25 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

2⁄3
(b + mh)h
Vo = k [ ] × I 1⁄2
(b + 2h√(1 + m2 )
2⁄3
(1,79 + 1.5 × 0,995735) × 0,995735
= 35 [ ] × 0,0004211⁄2
(1,79 + 2 × 0,0.995735√(1 + 1.52 )
= 0,58896 m/det
Luas penampang basah yang diperlukan:
Q 1.946
F0 = = = 3.3045 m2
V0 0,58896
Dari F0 hitung kedalaman air yang baru:
0,5 0,5
F0 3.3045
h1 = ( ) =( ) = 1,000688 m
n+m 1,5 + 1.5
h0 − h1 = 0,995735 − 1.000688 = 0,0004953 < 0,005 … 𝑂𝐾!
Jadi dimensi saluran induk BRKi1 adalah:
Q = 0,8686 m3/det
A = 1000.91 Ha
m = 1.5
n = 1,5
k = 40
V = 0,58896 m/det
I = 0,000421
b = 1.79 m
h = 1.000688 m
Untuk dimensi saluran induk yang lain secara lengkap disajikan dalam tabel
dimensi pada lampiran.

E. Perhitungan Elevasi Saluran


Data :
 Elevasi sawah tertinggi, dilihat dari peta perencanaan daerah irigasi, pilih
salah satu elevasi tertinggi dari setiap saluran di satu bangunan.
 Panjang saluran (L) = dilihat dari peta perencanaan daerah irigasi, dengan
mengukur panjang setiap saluran di elevasi tertinggi.
 Kemiringan saluran (I) = didapat di tabel dimensi saluran.

26 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

 Elevasi muka air Down Water Level (DWL) = El sawah tertinggi + 1,8.h
 Elevasi muka air Up Water Level (UWL) = El DWL + (L x I)
 El. MA. Tertinggi bangunan = dilihat dari El.MA. UWL bangunan yang
paling tinggi
 El. Muka tanah asli = diambil dari elevasi sawah tertinggi.

Contoh Perhitungan Muka Air di Saluran Sekunder BE2


Data :
 Elevasi sawah tertinggi : 180.7 m
 Panjang Saluran (L) : 579.59 m
 I : 0,000567538
 h = 0,6594 m
Perhitungan :
 Elevasi muka air Down Water Level
DWL = Elevasi sawah tertinggi + 1,8h
= 180.7 + (1,8 . 0,6594)
= 180.8187 m

 Elevasi muka air Up Water Level


UWL = DWL + (L x I)
= 180.8187 + (579.59 x 0,000567538)
= 181.1476 m
Jadi pada Saluran Sekunder BE2 didapat muka air DWL = 180.8187 m dan
UWL= 181.1476 m.
Nilai muka air pada saluran yang lain disajikan di pada Tabel Dimensi dan
Rencana Muka Air pada Lampiran.

F. Penggambaran Profil Memanjang dan Melintang

27 YUNITIAR RESTI P - 1506381


REKAYASA IRIGASI 1 2018

Sebelum memulai penggambaran profil memanjang maupun profil


melintang setidaknya harus dipersiapkan terlebih dahulu data-data yang
diperlukan. Penyelesaian potongan memanjang membutuhkan data sebagai
berikut :
a. Muka air yang tepat dibutuhkan pada bangunan sadap.
b. Panjang ruas yang tepat
c. Kemiringan saluran yang tepat untuk setiap ruas saluran
d. Potongan melintang yang tepat
e. Lokasi ruas-ruas saluran yang harus diberi pasangan
Sebelum potongan melintang saluran ditetapkan, karakteristik tanah atau
batuan dimana saluran akan dibuat harus diselisdiki guna mengetahui :
a. Stabilitas talut (galian dan timbunan)
b. Penurunan tanggul timbunan
c. Kehilangan air akibat perkolasi dan Erosi
Sifat-sifat tanah pun ikut menentukan apakah standar yang diberikan untuk
dimensi saluran masih dapat dipakai. Mungkin diperlukan perubahan-perubahan
jika :
a. Kemiringan talut disesuaikan demi stabilitas talut tersebut (m lebih
besar) atau bila saluran terletak pada formasi (m lebih kecil)
b. Jika terdapat kehilangan air akibat perkolasi atau erosi maka
diperlukan pasangan (k lebih besar).
c. Aspek ekonomi atau tanah yang tersedia memerlukan penyesuaian
perbandingan antara lebar dasar dan kedalaman air (misalnya saluran
itu melewati daerah pedesaan)
Pada laporan ini, potongan memanjang dan melintang yang akan
digambarkan adalah pada saluran Sekunder B ruas ke 5 (antara BB4 dan BB5).
Penggambaran disesuaikan dengan petunjuk yang telah ditentukan dan
berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil perencanaan.

28 YUNITIAR RESTI P - 1506381

You might also like