You are on page 1of 34

MAKALAH

Sistem Kardiovaskuler 1
Artherosklerosis

Oleh:

Lailaturohmah Kurniawati 131411131016


Laila Amalia 131411131037
Desy Indah Nur Lestari 131411131052
Kiki Ayu Kusuma 131411131070
Syarif Hidayatullah 131411131088
Niken Ariska Prawesti 131411133002
Bella Nabilla Wijaya K. 131411133020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
SEMESTER GENAP
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penyusun dapat

menyelesaikan makalah dengan judul Artherosklerosis dengan

lancar.Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi

kepada pembaca mengenai penyakit artheroskerosis pada sistem

kardiovaskuler. Makalah ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang

sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah

ini.

Ucapan terimakasih penyusun sampaikan kepada dosen

pembimbing mata kuliah sisitem kardiovaskuler I yang telah memberikan

motivasi dan pengarahan kepada penyusun untuk memperbaiki

makalah ini.Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh

pihak yang telah memberikan bantuan berupa konsep dan pemikiran

dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.Tak ada gading

yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan

hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat saya harapkan dari

para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain

pada waktu mendatang.

Surabaya, 07 Mei 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i


Kata Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 4
1.3 Manfaat ......................................................................................................... 5
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Auskultasi ..................................................................................................... 6
2.2 Prosedur Pemeriksaan Fisik Auskultasi Pada Sisitem Respirasi ................. 7
2.3 Bunyi Normal Dan Abnormal ...................................................................... 11
BAB 3 Penutup
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 14
3.2 Saran ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Aterosklerosik merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di


Negara maju. Namun demikian, penyakit aterosklerotik yang
mempengaruhi arteria koronaria merupakan penyebab terpenting
morbiditas dan mortalitas. Pada tahun 1977, penyakit jantung
aterosklerotik koroner menyebabkan 466.101 kematian dan saat ini tetap
merupaka penyebab kematian untama di Amerika Serikat. Arterosklerosis
pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteria koronaria yang
paling sering ditemukan. Arterosklerosis menyebabakan penimbunan lipid
dan jaringan fibrosa dalam artheria korornaria, sehingga secara progesif
mempersempit lumen peredaran darah. Bila lumen menyempit maka
resistensi terhadap aliran darah meningkat dan membahayakan aliran
miokardium. Masalah mendasar yang disebabkan oleh aterosklerosis
adalah ketidak seimbangan antara penyediaan dan kebutuhan oksigen
sehingga menyebabkan penyakit jantuk iskemia atau infark miokardium.
Bila penyakit ini semakin lanjut, maka penyempitan lumen akan diikuti
perubahan vaskular yang mengurangi kemampuan pembuluh darah untuk
melebar. Dengan demikian keseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen menjadi genting, yang akan menbahayakan miokardium distal
dari daerah lesi.
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Setelah pembelajaran mata kuliah kardiovaskuler 1 diharapkan
mahasiswa semester 2 dapat memahami mengaplikasikan dalam
asuhan keperawawatan
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah proses pembelajaran mata kuliah Kardiovaskuler 1
diharapkan mahasiswa semester 2 dapat mengetahui sistem
kardiovaskuler tentang penyakit arterosklerosis.
1.3 Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai penyakit
arteriosklerosis.
2. Menambah sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan keperawatan bagi pembaca.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Aterosklerosis

Istilah aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani, yaitu penebalan


tunikaintima arteri dan penimbunan lipid. Secara morfologi, aterosklerosis
terdiri atas lesi- lesi fokal yang terbatas pada arteri- arteri otot dan jaringan
elastic berukuran besar dan sedang, seperti aorta (yang menyebabkan
penyakit aneurisma), arteri poplitea dan femoralis (menyebabkan penyakit
pembuluh darah perifer), arteri karotis (menyebabkan stroke), arteria renalis
(menyebabkan penyakit jantung iskemik atau infark miokardium). Masalah
mendasar yang disebabkan oleh atreosklerosis pembuluh darah arteri
koroner adalah ketidakseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan
oksigen sehingga menyebabkan penyakit jantung iskemia atau infark
miokardium.
Sekarang orang-orang sudah tak beranggapan lagi bahwa arterosklerosis
merupakan akibat proses penuaan saja. Timbulnya bercak-bercak lemak
pada dinding arteria koronaria bahkan sejak masa kanak-kanak sudah
merupakan fenomena alamiah dan tidak selalu harus menjadi lesi
arterosklerotik. Sekarang dianggap bahwa terdapat banyak faktor yang
saling berkaitan dalam mempercepat proses arterogenik. Telah ditemukan
beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor resiko yang meningkatkan
kerentanan terhadap terjadinya artroskerosis koroner pada individu tertentu.

2.2 Faktor Resiko


2.2.1 Faktor yang dapat diubah antara lain :
Ada empat faktor resiko biologis yang tak dapat diubah yaitu: usia, jenis
kelamin, ras dan riwayat keluarga. Kerentanan terhadap arteriosklerosis
koroner meningkat dengan bertambahnya usia 40 tahun. Tetapi hubungan
antara usia dan timbulnya penyakit mungkin hanya mencerminkan lama
paparan yang lebih panjang terhadap faktor-faktor aterognik. Wanita agaknya
lebih kebal terhadap penyakit ini samapi setelah menopause. Dan kemudian
menjadi sama rentanya seperi pria. Efek perlindungan estrogen dianggap
sebagai penjelas adanya imunitas wanita pada usia menupause. Faktor-faktor
lain tambahan lainya masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat
memperlambat proses arterogenik. Faktor-faktor resiko mayor adalah
peningkatan kadar lipid serum, hipertensi, merokok, gangguan toleransi
glukosa dan diet tinggi lemak jenuh, kolesterol, dan kalori.

2.2.2 Faktor yang Dapat Diubah

1. Hiperlipidemia
Istilah hiperlipidemia menyatakan peningkatan kolesterol atau
trigliserida serum di atas batas normal. Kasus dengan kadar tinggi yang
disebabkan oleh gangguan sistemik disebut sebagai hiperlipidemia sekunder.
Penyebab utama hiperlipidemia adalah obesitas, asupan alkohol yang
berlebihan, diabetes melitus, hipotiroidisme, dan sindrom nefrotik.
Hiperlipidemia akibat predisposisi genetik terhadap kelainan metabolisme
lipid disebut sebagai hiperlipidemia primer.
Hiperlipidemia primer terbukti terjadi akibat kelainan genetik yang
mengode enzim, apoprotein, atau reseptor yang terlibat dalam metabolisme
lipid. Salah satu konsekuensi hiperlipidemia yang paling penting adalah
peningkatan kolesterol serum, yang terutama mencerminkan kolesterol
lipoprotein serum densitas rendah (LDL-C), merupakan faktor presdiposisi
terjadinya ateroma. Semua keluarga penderita hiperlipideia familial atau
penyakit jantung aterosklerotik prematur harus menjalani skrining lipid yang
teratur sehingga dapat diberikan terapi yang sesuai untuk menghambat
aterogenesis dan konsekuensinya.
2. Hipertensi
Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di
Amerika Serikat. Penderita hipertensi tidak hanya berisiko tinggi menderita
penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal dan pembuuh darah. Makin tinggi tekanan darah, makin tinggi
risikonya. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg.
3. Merokok
Risiko merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari,
bukan pada lama merokok. Seseorang yang merokok lebih dari satu pak rokok
sehari menjadi dua kali lebih lebih rentan terhadap penyakit atreosklerotik
koroner daripada mereka yang tidak merokok. Yang diduga menjadi penyebab
adalah pengaruh nikotin terhadap pelepasan katekolamin oleh sistem saraf
otonom. Namun efek nikotin tidak bersifat kumulatif, mantan perokok
tampanya beresiko rendah seperti pada bukan perokok.
4. Diabetes Melitus
Penderita diabetes cenderung memiliki prevalensi, prematuritas, dan
keparahan aterosklerotik koroner yang lebih tinggi. Diabetes melitus
menginduksi hiperkolesterolemia dan secara bermakna meningkatkan
kemungkinan timbulnya aterosklerosis. Diabetes melitus juga berkaitan
dengan poliferasi sel otot polos dalam pembuluh darah arteri koroner; sintesis
kolesterol,trigliserida, dan fosfolipid; peningkatan kadar LDL-C; dan kadar
HDL-C yang rendah.
Penderita DM mempunyai risiko kejadian kardiovaskular dalam 10
tahun sebesar 20%. Mereka yang menderita DM juga mempunyai angka
kematian yang tinggi bila mengalami kejadian kardiovaskular, mereka lebih
banyak yang meninggal dan lebih banyak yang mendapatkan komplikasi.
Oleh karena itulah bagi mereka yang menderita DM tata laksananya
harus lebih agresif, misalnya target pengontrolan tekanan darah pada mereka
harus kurang dari 130/80 mmHg. Pengontrolan kolesterol pada penderita
Dmpun harus lebi rendah dan agresif dengan target LDL kurang dari
100mg/dl. Pengobatan diberikan bila kadar kolesterol diatas 130 mmHg,
tetapi dapat juga diberikan bila kadar kolesterol LDLnya kurang dari 130
mg/dl.
2.3 Patofisiologi

2.3.1 Iskemia
Kebutuhan akan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh
pembuluh yang terserang penyakit menyebabkan iskemia miokardium lokal.
Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversibel
pada tingkat sel dan jaringan dan menekan fungsi miokardium berkurangnya
kadar oksigen memaksa miokardium metabolisme yang bersifat aerobik
menjadi metabolisme anaerobik. Metabolisme anaerobik lewat lintasan
glikolitik jauh lebih tidak efisien apabila dibandingkan dengan metabolisme
aerobik melalui fosforilasi oksidatif dan siklus kreb. Pembentukan fosfat
berenergi tinggi menurun cukup besar. Hasil akhir metabolisme anaerob, yaitu
asam laktat, akan tertimbun sehingga menurunkan Ph sel.gabungan efek
hipoksia, berkurangnya energi yang tersedia, serta asidosis yang cepat
menganggu fungsi ventrikel kiri. Kekurangan kotraksi daerah miokardium
yang terserang berkurang, serabut serabutnya memendek dan daya serta
kekuatanya berkurang. Selain itu gerakan dinding sekmen yng mengalami
iskemia menjadi upnormal bagian tersebut akan menonjol keluar setiap kali
ventrikel berkontraksi. Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakan
jantung mengubah hemodinamika. Perubahanhemodinamika berfariasi sesuai
ukuran sekmen yang mengalami iskemia dan derajat respon refleks
kompensasi sistem saraf otonom. Menurunnya fungsi ventrikel kiri dapat
mengurangi curah jantung dengan berkurangnya curah sekuncup
(jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut ). Berkurangnya
pengosogan ventrikel saat sistol akan memperbesar volume ventrikel.
Akibatnya, tekanan jantung kiri meningkat, tekanan akhir diastolik ventrikel
kiri dan baji dalam kapiler paru paru meningkat. Peningkatan tekanan
diperbesar oleh tekanan perubahan daya kembang dinding jantung akibat
iskemia. Dinding yang kurang lentur semakin memperberat peningkatan
tekanan pada volume ventrikel tertentu. Pada iskemia, manifestasi
hemodinamika yang sering terjadi adalah peningkatan ringan tekanan darah
dan denyut jantung sebelum timbul nyeri. Iskemia miokardium secara khas
disertai oleh dua perubahan elektrokardiogram akibat perubahan fisiologi
seluler. Serangan iskemia biasanya mereda dalam beberapa menit apabila
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen sudah diperbaiki.
Perubahan metabolik, fungsional, hemodinamik dan elektrokardiografik yang
terjadi semuanya bersifat reversibel.

2.3.2 Infak
Iskemia yang terjadi lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan
kerusakan seluler yang ireversibel dan kematian otot dan nekrosis, bagian
miokardium yang mengalami infak atau nekrosis akan berhenti secara
permanen. Jaringan yang mengalami infak dikelilingi daerah iskemik yang
berpotensi dapat hidup. Ukuran infak akhir tergantung dari nasib daerah
iskemik tersebut. Bila pinggir daerah ini mengalami nekrosis maka besar
daerah infak akan bertambah besar sedangkan perbaikan iskemia akan
memperkecil daerah nekrosis. Infak miokardium biasanya menyerang daerah
ventrikel kiri. Infak transmural mengenai seluruh tebal dinding yang
bersangkutan, sedangkan subendokardial terbatas pada separuh bagian
miokardiu. Otot yang mengalami infak akan mengalami serangkaian
perubahan selama proses penyembuhan. Infak miokardium jelas akan
mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis kehilangan daya
kontraksi, sedangkan otot yang iskemia disekitarnya juga mengalami
gangguann daya kontraksi. Secara fungsional infak miokardium juga
menyebabkan perubahan-perubahan seperti pada iskemia, yaitu diantaranya
adalah
1. Daya kontraksi menurun
2. Gerakan dinding upnormal
3. Perubahan daya kembang dinding ventrikel
4. Pengurangan isi curah sekuncup
5. Pengurangan fraksi ejeksi
6. Peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel
7. Meningkatkan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
Sesudah infak miokardium akan terlihat spektrum disfungsi ventrikel
kiri yang luas. Derajat gangguan fungsional ini tergantung dari berbagai
faktor ;
1. Ukuran infak : infak yang melebihi 40% miokardium berkaitan
dengan insiden syok kardiogenik yang tinggi
2. Lokasi infak : infak dinding anterior lebih besar kemungkinannya
mengurangi fungsi mekanik dibandingkan dengan kerusakan
dinding inferior
3. Fungsi miokardium yang tak terlibat : infak tua akan
membahayakan fungsi miokardium sisanya
4. Sirkulasi kolateral : sirkulasi kolateral baik melalui saluran yang
baru terbentuk, dapat berkembang sebagai respon terhadap iskemia
yang kronik dan hipoperfusi regional guna memperbaiki aliran
darah yang menuju ke miokardium yang terancam.
5. Mekanisme kompensasi dan kardiovaskular : mekanisme
refleks kompensasi bekerja untuk mempertahankan curah jantung
dan pefusi perifer. Peningkatan frekuensi jantung dan daya
kontraksi oleh refleks simpatik dapat memperbaiki fungsi
ventrikel.penyempitan arteriola menyeluruh akan mempertinggi
resistensi perifer total, denga demikian tekanan rata-rata arteria
akan meningkat. Penyempitan pembuluh vena akan mengurangi
kapasitas vena, meningkatkan alir balik vena ke jantung daan
pengisian ventrikel. Pengisian ventrikel yang meningkat akan
meningkatkan daya kontraksi dan volume ejeksi. Dengan
menurunnya fungsi ventrikel maka diperlukan tekanan pengisian
diastolik yang lebih tinggi agar curah sekuncup dapat
dipertahankan. Peningkatan tekanan pengisian diastolik dan
volume ventrikel akan meregangkan serabut miokardium, dan
dengan demikian meningkatkan kekuatan kontraksi sesuai Hukum
Starling.Terdapat serangkaian refleks yang dapat mencegah
memburuknya curah jantung dan tekanan perfusi:
1. Peningkatan frekuensi jantung dan daya kontraksi
2. Vasokontriksi umum
3. Retensi natrium dan air
4. Dilatasi ventrikel dan hipertrofi ventrike

2.3.3 Komplikasi Iskemia dan Infark


1. Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif merupakan kohesti sirkulasi akibat
disfungsi miokardium. Tempat kongesti tergantung dari
ventrikel yang terlibat. Disfungsi ventrikel kiri atau gagal
jantung kiri, menimbulkan kongesti pada vena pulmonalis,
sedangkan disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan
mengakibatkan kongesti vena sistemik. Kegagalan pada kedua
ventrikel dinamakan gagal biventrikular. Gagal jantung kiri
merupakan kompilkasi mekanis yang paling sering terjadi
setelah infark miokardium, yaitu pada sekitar 50% kasus. Infark
miokardium mengganggu fungsi miokardium karena
menyebabkan pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan
dinding yang abnormal, dan mengubah daya kembang ruang
jantung tersebut. Dengan berkurangnya kemampuan ventrikel
kiri untuk mengosongkan diri, maka besar curah sekuncup
berkurang sehingga volume sisa ventrikel meningkat. Akibatnya
tekanan jantung sebelah kiri meningkat. Kenaikan tekanan ini
disalurkan ke belakang vena pulmonalis. Bila tekanan
hidrostatik dalam kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik
vaskular maka terjadi proses transudasi ke dalam ruang
interstisial. Bila tekanan masih meningkat lagi, maka terjadi
edema paru-paru akibat perembesan cairan ke dalam alveoli.
Manifestasi klinis gagal jantung mencerminkan derajat
kerusakan miokardium dan kemampuan serta besarnya respon
kompensasi. Berikut ini hal-hal yang bisa ditemukan pada gagal
jantung sebelah kiri:
1. Tanda dan gejala: dispnea, oliguria, lemah, lelah, pucat, dan
berat badan bertambah
2. Auskultasi: ronki basah, bunyi jantung ketiga (akibat dilatasi
jantung dan ketidaklenturan ventrikel waktu pengisian cepat)
3. Elektrkardigram: takikardia
4. Radiogram dada: kardiomegali, kongesti vena pulmonalis,
redistribusi vaskuler ke lobus atas
2. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik diakibabtkan oleh disfungsi nyata ventrikel
kiri sesudah mengalami infark yang masif, biasanya mengenai
lebih dari 40% ventrikel kiri. Timbul lingkaran setan
hemodinamik progresif hebat yang ireversible antara lain:
penurunan perfusi perifer, penurunan perfusi koroner,
peningkatan kongesti paru-paru. Hipotensi, asidosis metabolik,
dan hipoksemia selanjutnya makin menekan fungsi miokardium.
Insiden syok kardiogenik adalah 10-15% sedangkan kematian
yang diakibatkannya mencapai 80-90%.
3. Disfungsi Otot Kapilaris
Penutupan katup mitralis selama sistolik ventrikel
tergantung dari integritas fungsional otot kapilaris ventrikel kiri
dan korda tendinea. Disfungsi hiskemik atau ruptura nekrotik
otot papilaris akan mengganggu fungsi katup mitralis,
memungkinkan eversi daun katup ke dalam atrium selama
sistolik. Inkompetensi katup mengakibatkan aliran retrograd dan
ventrikel kiri ke dalam atrium kiri dengan dua akibat:
penguranagan aliaran ke aorta dan peningkatan kongesti pada
atrium kiri dan vena pulmonalis. Volume aliaran regurgitasi
tergantung dari derajat gangguan pada otot papilaris
bersangkutan, hiskemia biasanya akan menyebabkan gagal
jantung kongestif ringan sampai sedang. Akan tetapi nekrosis
dan ruptura otot merupakan suatu peristiwa berbahaya dengan
kemunduran fungsi yang cepat ke arah edema paru dan syok.
4. Defek Septum Ventrikel
Nekrosis septum inteventrikular dapat menyebabkan
ruptura dinding septum sehingga terjadi defek septum ventrikel.
Karena septum mendapat aliran darah ganda, yaitu dari arteria
yang berjalan turun pada permukaan anterior dan posteriot
sulkus interventrikularis, maka ruptura septum menunjukkan
adanya penyakit ateria koronaria yang cukup berat, yang
mengenai lebih satu ateria. Ruptura membentuk saluran keluar
kedua dari ventrikel kiri. Pada tiap kontraksi ventrikel maka
aliran terpecah dua yaitu melaui aorta dan melalui defek septum
ventrikel. Karena tekanan jatung kiri jauh lebih besar dari
jantung kanan, maka darah akan mengalami pirau melalui defek
dari kiri ke kanan, dari daerah yang lebih besar tekanannya
menuju daerah yang ebih rendah tekanannya. Darah yang dapat
dipindahkan dari kanan jantug cukup besar jumlahnya, sehingga
jumlah darah yang dikeluarkan aorta menjadi berkurang.
Akibatnya curah jantung sngat berkurang disertai peningkatan
kerja ventrikel kanan dan kongesti paru-paru.
5. Ruptura Jantung
Meskipun jarang terjadi, ruptura dinding ventrike
jantung yang bebas dapat terjadi pada awal perjalan infark
selama fase pembuangan jaringan nekrotik sebelum
pembentukan parut. Dindng nekrotik yang tipis pecah, sehingga
terjadi pendarahan masif ke dalam kantong perikardium yang
relatif tidak elastis tak dapat berkembang. Kantong perikardium
yang terisi oleh darah menekan jantung, menimbulkan apa yang
dinamakan tamponade jantung. Tamponade jantung ini akan
mengurangi alir balik vena dan curah jantung. Biasanya
kematian terjadi dalam beberapa menit.
6. Aneurisme Ventrikel
Penojolan miokardium paradoks yang bersifat
sementara pada iskemia miokardium sering terjadi, pada sekitar
15% pasien, aneurisme ventrikel akan menetap. Aneurisme ini
biasanya terjadi pada permukaan anterior atau apeks jantung.
Aneurisme ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada
saat sistolik, teregan secara pasif oleh sebagian curah sekuncup.
Aneurisme dapat menimbulkan tiga masalah yaitu: gagal jantung
kongesti kronik, embolisasi sistemik dan trombus mural dan
aritmia ventrikel refrakter.
7. Tromboembolisme
Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan
endotel menjadi kasar yang merupakan predisposisi
pembentukan trombus. Pecahan trombus mural intrakardia dapat
terlepas dan terjadi embolisasi sistemik. Daerah kedua yang
memepunyai potensi membentuk trombus adalah sistem vena
sistemik. Embolisasi vena akan menyebabkan embolisme pada
paru-paru.
8. Perikarditis
Infark miokardium gelombang Q (biasanya infark
transmural) dapat menyebabkan cidera lapisan epikardium
miokardium yang kontak dengan perikardium sehingga terjadi
iritasi dan inflamasi miokardium. Perikarditis dicirikan dengan
nyeri dada berat yang berkaitan dengan gerakan pasien.
Terkadang terjasi efusi perikardium atau penimbuan cairan,
penimbunan cairan jarang mnegakibatkan perubahan
hemodinamik, sperti temponade jantung.
9. Sindrom Dressler
Sindrome pasca infark miokardium ini merupakan
respon peradangan jinak yang disertai nyeri pada
pleuroperikardial. Diperkirakan sindrom ini merupakan suatu
reaksi hipersensitivitas terhadap miokadium yang mengalamin
nekrosis.
10. Aritmia
Ganggunan irama jantung atau aritmia merupakan jenis
komplikasi yang paling sering terjadi pada infark miokardium,
dimana insidennya 90%. Bebrapa faktor predisposisi
bertanggung jawab terhadap tingginya aaritmia pada penyakit
arterosklerosis kororner yaitu: iskemia jaringan, hipoksemia,
pengaruh sistem syaraf otonom, gangguan metabolisme,
kelainan hemodinamik, obat-obatan, ketidakseimbangan
elektrolit.

2.4 Tindakan Pengobatan

2.4.1 Pencegahan
Untuk membantu mencegah aterosklerosis yang harus
dihilangkan adalah faktor-faktor resikonya. Jadi tergantung kepada
faktor resiko yang dimilikinya, seseorang hendaknya:

a. Menurunkan kadar kolesterol darah


b. Menurunkan tekanan darah
c. Berhenti merokok
Berhenti merokok. Rokok merusak arteri penderita. Jika penderita
merokok, berhenti merokok adalah hal terbaik untuk memperlambat
progresivitas aterosklerosis dan mengurangi risiko terjadinya
komplikasi
d. Menurunkan berat badan
Menurunkan berat badan dan pertahankan berat badan yang ideal.
Jika memiliki kelebihan berat badan, penurunan 2,3 sampai 4,5
kilogram dapat membantu mengurangi resiko peningkatan tekanan
darah dan kolesterol yang tinggi, dua dari faktor resiko mayor
perkembangan aterosklerosis.
e. Berolah raga secara teratur
Latihan fisik rutin dapat mengkondisikan otot untuk menggunakan
oksigen lebih efisien. Aktivitas fisik juga dapat memperbaiki sirkulasi
dan mendorong pertumbuhan dari pembuluh darah baru yang
membentuk jalan di sekitar daerah sumbatan (pembuluh darah
kolateral).
f. Makan makanan sehat.
Diet yang sehat untuk jantung anda terdiri atas buah-buahan,
sayuran, gandum-ganduman dan rendah lemak jenuh, kolesterol, serta
garam, dapat membantu mengontrol berat badan, tekanan darah,
kolesterol, dan gula darah. Menganti roti putih dengan roti gandum,
memilih sebuah apel, pisang, atau wortel sebagai makanan ringan, dan
membaca informasi nutrisi untuk mengontrol jumlah garam dan lemak
yang dimakan.
g. Mengurangi stres.
Mengurangi stres sebanyak mungkin. Berlatih teknik sehat untuk
mengatasi stres, seperti relaksasi otot dan pengambilan nafas dalam.

Tahap Pencegahan Penyakit


a. Health Promotion (Promosi Kesehatan)

Pada tahap pencegahan ini, dilakukan pada saat masih


sehat.Tidak hanya untuk mengantisipasi penyakikit aterosklerosis saja
tetapi juga penyakit-penyakit yang lain.Karena upaya ini bertujuan
agar kondisi kesehatan tetep terjaga.Promosi kesehatan yang dilakukan
adalah member penyuluhan tentang pengetahuan kesehatan, olahraga
secara teratur, menyeimbangkan pasokan gizi dalam tubuh, melakukan
pemeriksaan secara berkala, dan pegetahuan secara genetis tentang
riwayat penyakit.
b. Specific Protection (Perlindungan Khusus)

Tahap pencegahan ini lebih dikhususkan kepada yang telah


berisiko tinggi terhadap penyakit.Sepeti ateroklerosis adalah salah satu
dari penyakit jantung, sehingga bagi yang beresiko tinggi terhadap
penykit jantung diharapkan untuk bisa menghindari hal-hal yang bisa
meninggalakan kebiasaan-kebiasaan seperti morkok,menjaga
kolesterol, tekanan darah darah dan diabetes di bawah kontol dngan
sering berkonsultasi dengan dokter.
c. Early Diagnosis and Prompt treatment (Diagnosis dan Pengobatan
segera).

Sebelum terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan terdiagnosis


komplikasi yang terjadi adalah terdengarnya bruit (suara meniup) pada
pemeriksaan dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk dari aterosklerosis.
Denyut nadi pada daerah yang terkena bisa berkurang.

Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis aterosklerosis:


1. ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan
darah di pergelangan kaki dan lengan.
2. Pemeriksaan Doppler di daerah yang terkena.
3. Skening ultrasonik Duplex.
4. CT scan di daerah yang terkena.
5. Arteriografi resonansi magnetik.
6. Arteriografi di daerah yang terkena.
7. IVUS (intravascular ultrasound).

Pengobatan bisa dilakukan denagan memberikan obat-obatan untuk


menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah (contohnya
colestyramine, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol,
lovastatin).Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa
diberikan untuk mengurangi resikoterbentuknya bekuan darah.

d. Disability Limitation(Pembatasan Disabilitas)

Jika terdapat gejala yang akut, sumbatan akut yang mengancam


kemampuan otot dan jaringan kulit untuk berkontraksi atau salah satu
organ sudah tidak dapat berfungsi sempurna, mungkin dapat dilakukan
pengobatan selanjutnya.Seperti:
1. pembedahan Angioplasti balon dilakukan untuk
meratakan plak dan meningkatkan aliran darah yang melalui
endapan lemak.
2. Enarterektomi merupakan suatu untuk mengangkat endapan.
3. Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif,
dimana arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan
untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang
tersumbat.
4. Thrombolytic. Jika arteri tersumbat oleh adanya gumpalan
darah, biasanya diberi obat untuk melarutkan gumpalan ke
dalam arteri sampai gumpalan itu kembali normal.
5. Penggunaan Angiography. Dengan cara memasukkan catheter
kecil ke dalam arteri dan di celup, dan kemudian sumbatan
tersebut di tolong dengan sinar X.

e. Rehabilitation (Rehabilitasi)

Rehabilitasi pengobatan yang spesifik ditentukan berdasarkan :


1. Usia, kesehatan secara menyeluruh dan riwayat kesehatan.
2. Perluasan dari penyakit tersebut
3. Daerah yang mengalami sumbatan
4. Tanda-tanda dan gejala-gejala yang dialami pasien

Pada prinsipnya upaya pencegahan adalah untuk memprelambat


dalam batas-batas normal proses kekakuan pembuluh darah dan
mencegah terjadinya akibat lanjut dari aterosklerosis tersebut.Prinsip
pencegahannya menghindarkan dari faktor risiko yang dapat
mempercepat proses atheroklerosis.Namun disadari bahwa penerapan
maksud pencegahan atheroklerosis memang bukan hal yang mudah.

f. Peran Keluarga

Keluarga mempunyai peran penting dalam masalah


pencegahan dan penyembuhan penyakit.Dari segi dorongan moril dan
materiil.Dorongan moriil dilakukan untuk memotivasi pasien untuk
sembuh dengan memberi dukungan penuh saat proses penyembuhan,
memberi perhtian khusus , dan selau memperhatikan keadaan kejiwaan
dengan memberi kesempatan untuk mendengarkan apa yang sedang
diraskan penderita lalu memberi solusi.
Dari segi materiil adalah dengan mengajak penderita untuk
meninggalkan perilaku-perilaku yang dapat meyababkan peyakit akan
terus menjalar karena faktor ateroklerosis berasal dari gaya hidup yang
tidak sehat dengan memberi penjelasan tentang bahaya rokok,
memberi asupan gizi yang cukup dalam makanan sehari-hari,
membiasakan berolahraga, dan menghindari makanan-makanan yang
berkolesterol tinggi.

2.4.2 Pengobatan
Bisa diberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan
kolesterol dalam darah (contohnya Kolestiramin, kolestipol, asam
nikotinat, gemfibrozil, probukol, lovastatin). Aspirin, ticlopidine dan
clopidogrel atau anti-koagulan bisa diberikan untuk mengurangi resiko
terbentuknya bekuan darah.
Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan
meningkatkan aliran darah yang melalui endapan
lemak. Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk
mengangkat endapan. Pembedahan bypass merupakan prosedur yang
sangat invasif, dimana arteri atau vena yang normal dari penderita
digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang
tersumbat.

Terapi Komplikasi Aterosklerosis: Jantung koroner, stroke otak, dll.


1. Terapi serangan akut jantung koroner.
Terapi umum (general measures) :Pasien istirahat duduk tenang atau
tidursangat penting setelah terjadi serangan berupa angina pectoris
,jangan bergerak-gerak sampai rasa sakit hilang.Jika terjadi serangan
berulang sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit untuk dirawat
di ruang gawat darurat dengan pertolongan dokter Spesialis Jantung.
Terapi dengan obat:nitrogliserin 0,3 mg dibawah lidah ,obat akan
bekerja dalam tempo 1 – 2 menit, serangan sakit akan hilang,bila
masih terjadi serangan berulang dosis ditambah menjadi 0,6
mg;nitroglycerin bebas dimakan dengan dosis tersebut selama ada
serangan dan sesudah serangan berhenti nitro gliserin dapat dipakai
sebagai obat preventif ,atau diberi isosorbid dinitrat 5 mg 2-3 x
sehari,atau cedocard retard 20 mg sekali sehari.
2. Terapi infark miokard akut (IMA).
Terapi umum:dirawat di ruang gawat darurat,dipantau tanda vital
frekwensi denyut jantung,tekanan darah dan frekwensi napas tiap setengah
jam sampai stabil,sesudah itu tiap 4 jam.Diberi infus dekstrosa 5 % atau
Na Cl 0,9 %.Istirahat ditempat tidur dengan kursi “commode” di samping
tempat tidur dan mobilisasi sesuai toleransi setelah 12 jam.
Diet :puasa sampai bebas nyeri kemudian diet cair,kalau tidak terjadi
serangan rasa nyeri dilanjutkan dengan diet jantung.
Pemberian obat atau medikamentosa:Diberikan oksigen nasal atau melalui
hidung sekitar 2 liter/menit dalam beberapa jam sampai serangan sakit
reda.
Untuk mengatasi rasa nyeri diberi suntikan Petidin 25-50
mg,nitratsublingual dibawah lidah. Terapi reperfusi (tombolitik)
<>streptokinase 1.500.000 UI/vial injeksi atau infus. Untuk mencegah
terjadinya thrombus atau antitrombotik diberi tablet Aspirin 160-325 mg.

Pertolongan medis dengan operasi:


1) Angioplasti balon yang dilakukan oleh seorang Kardiolog dengan
memasukkan kateter balon untuk membuka arteri koroner yang menyempit;
setelah penyempitan arteri dibuka, kateter dan balonnya ditarik kembali keluar
tubuh.
2) Operasi jantung yang disebut: Coronary Artery Bypassgraft [CABG] Surgery.
Dalam bedah pintas koroner ini, ahli bedah jantung mengambil pembuluh
darah dengan panjang tertentu dari tempat lain pada tubuh dan
menggunakannya untuk mengalihkan peredaran darah di sekitar arteri koroner
yang menyempit atau tersumbat.Pembuluh yang dilekatkan itu
memungkinkan darah mengambil jalan pintas [bypass]melewati
penyumbatan sehingga otot jantung yang biasanya dipasok oleh arteri koroner
bisa kembali menerima darah dan gizi yang dibutuhkannya.Operasi ini secara
dramatis mampu meningkatkan kualitas dan harapan hidup bagi penderita
penyakit jantung koroner.
3) Terapi stroke iskemik.
Terapi umum:Pasien diobati di ruang gawat darurat,stroke membutuhkan
penanganan segera, stroke disebut sebagaiserangan otak (brain
attack).Dokter berpacu dengan waktuterapi mengurangi jejas (injury) otak dan
meningkatkan pemulihan neurologik atau saraf dengan reperfusi trombolitik
dalam waktu 3 jam sejak permulaan serangan,agar darah dapat kembali
mengalir melalui okklusi. Jika reperfusi lebih dari 3 jam,kemungkinan
terjadi kerusakan permanen(irreversible) saraf yang mengakibatkan cacat.
Kandung kemih yang penuh dikosongkan secara berkala dengan kateter.
Suhu tubuh dipertahankan normal.
Tekanan darah dan denyut jantung diukur tiap 30 menit,jika tekanan darah
sistolik(TDS) lebih dari 220 mm Hg dan tekanan darah diastolik(TDD) lebih
dari 120 mm Hg,diturunkan dengan pemberian obat hipertensi
seperti Captopryl 50 mg/tablet 3 kali sehari, atau Norvasc 10 mg/tablet 2 kali
sehari, sehinggaTDS dan TDD mendekati normal sekitar 140 dan 90 mmHg.
Jika ditemukan hiperglikemia atau hipoglikemia dikoreksi dengan obat anti
diabetik seperti Daonil [Glibenklamida] 5 mg/tablet sekali sehari.
Terapi parmakologik iskemia otak dengan obat anti
trombosisseperti aspirin 160-325 mg/ hari.Terapi reperfusi penghancur trombi
seperti streptokinase 1.500.000 UI /vial injeksi atau infus.Diberi obat
vasodilatator memperlebar pembuluh darahpentoksifilina 100 mg/tab 3
kali/hari.
4) Terapi ganggren ekstremitas:
a) Segera diberi antibiotik jika ada infeksi pada ganggren.
b) Kaki yang kena ganggren posisinya horizontal atau kebawah,tidak boleh
keatas lebih tinggi
dari letak jantung.
c) Kaki yang sakit bebas pakaian.
d) Jika ada nanah pada ganggren diberi antibiotik basitrasinatau neomisin dan
ditutup dengan
has verban steril
e) Jika susah sembuh dilakukan operasi thrombo-endarterectomy yaitu
operasi khusus lokasi
jaringan yang kena okklusi arteri.

5) Terapi aneurisma aorta:


a) Palliatif dengan memberi obat analgetik misalnya kapletPonstan 500 mg
2-3 kali sehari untuk menyembuhkan rasa sakit di punggung
pinggang atau di sela-sela paha (groin)
b) Operasi memperkuat daerah lemah yang
membesar,jarangdilakukan,karena risiko besar,
kecuali kalau aorta pecah.

6) Pengobatan Aterosklerosis

Aterosklerosis harus segera diatasi untuk menghindari komplikasi


yang tidak perlu. Intervensi medis tepat waktu adalah suatu keharusan.
Sebelum dilakukan pengobatan, pemeriksaan fisik, EKG, ekokardiogram,
MRI, dan CT scan harus dilakukan untuk memastikan diagnosa yang
tepat. Setelah diagnosis, dokter dapat melanjutkan ke tahap pengobatan.
Obat-obatan seperti antikoagulan, beta blocker, dan obat lain untuk
mengencerkan darah dan memperbaiki kondisi jantung dapat diresepkan.
Ketika obat-obatan tidak menunjukkan hasil signifikan atau kondisi
terlalu parah, maka dokter dapat merekomendasikan operasi. Prosedur
operasi akan meliputi kateterisasi jantung, angioplasti koroner, dan bedah
bypass. Menjalani gaya hidup sehat bersama dengan pemeriksaan
kesehatan rutin terbukti sangat membantu mencegah berbagai gangguan
kesehatan seperti aterosklerosis.

Pengobatan Aterosklerosis
Obat-obatan, operasi, dan merubah gaya hidup dapat membantu
penderita dalam peningkatan efisiensi jantungnya. Berikut ini adalah
beberapa perawatan yang dapat diberikan untuk seorang penderita
aterosklerosis.

Pengobatan Kolesterol : Pengobatan kolesterol dapat membantu


memperlambat, menghentikan, atau bahkan membalikkan
penumpukan simpanan lemak arteri pasien. Beberapa dokter
meresepkan antikoagulan untuk pasien yang menderita aterosklerosis,
yang bertindak sebagai pengencer darah, sehingga mencegah
pembentukan gumpalan darah.

Obat antiplatelet atau trombolitik : Jenis obat-obatan ini mengurangi


kemungkinan darah menggumpal di arteri sempit. Selain pengobatan
anti-platelet, bedah balon angioplasty juga merupakan pilihan
pengobatan untuk aterosklerosis. Dengan balon angioplasty bagian
yang tersumbat diperluas agar darah dapat mengalir.
Operasi : Operasi berguna untuk pengobatan aterosklerosis, dan juga
operasi lebih sering dipilih dibanding obat.
BAB 3
Asuhan Keperawatan

3.1 Kasus

Bapak suryo (55th) adalah seorang pengusaha, akhir-akhir ini


sering merasakan denyut jantungnya berdebar-debar,nyeri dada
dengan (skala 7) ketika melakukan aktivitas berat. Karena aktivitasnya
sehari-hari merasa terganggu, maka Pak Suryo pergi ke Rumah Sakit
untuk memeriksakan diri. Ners Vita mengkaji Bapak Suryo yang
ternyata perokok berat dan kurang mempertahankan kebersihan gigi
dan mulutnya. Bapak Suryo juga tidak suka olahraga dan juga sering
makan makanan yang berlemak. Setelah dikaji oleh perawat diperoleh
data BB: 99 kg,TB: 170 cm,TD:150/100 mmHg, RR:29xpermenit,
HR:110 x per menit.
3.2 Pengkajian

1) Identitas
Nama : Tn.Suryo
Usia : 55 Thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Mulyorejo, Surabaya
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Pengusaha
Agama : Islam
Masuk Rumah Sakit :14 Mei 2015
Tanggal Pengkajian : 14 Mei 2015

3.3 Keluhan Utama


Tn.Suryo merasakan denyut jantungnya berdebar-debar dan nyeri dada
3.4 Riwayat Penyakit Sekarang
Akhir-akhir ini sering merasakan denyut jantungnya berdebar-
debar,nyeri dada dengan (skala 7) ketika melakukan aktivitas berat
sehingga aktivitasnya sehari-hari terganggu
3.5 Riwayat Penyakit Masa Lalu
-
3.6 Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas dan istirahat.
Kelemahan, kelelahan,ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan
Tacycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
2. Sirkulasi
a. Mempunyai riwayat IMA, penyakit jantung koroner, CHF, tekanan darah
tinggi, diabetes melitus.
b. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau
terlambatnnya capilary refill time, distritmia.
c. Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan
terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
d. Heart rate mungkin meningkat atau mengalami penurunan (tachy bradi
cardia ).
e. Irama jantung mungkin ireguler atau juga normaI.
f. Edema:Jugular vena distension,odema anasarka,crackles mungkin juga
timbul dengaan gagal jantung.
g. Warna kulit mungkin pucat baik bibir dan di kuku.
3. Eliminasi.
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
4. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak,
muntah dan perubahan barat badan.
5. Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar padasaat melakukan
aktivitas.
6. Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
7. Kenyamanan
a. Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat
atau dengan dengan nitrogliserin.
b. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai
ke lengan, rahang dan wajah.
c.Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang pernah
dialami.Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang
menyeringai, perubahan postur tubuh, menangis, penurunan kontak mata
,perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit
serta tingkat kesadaran.
8. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktifitas, batuk produktif, riwayat perokok
dengan penyakit pernafasan kronis.Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan
peningkatan respirasi, pucat atau cyanisis, suara nafas crakcles atau wheezes
atau juga vesukuler.Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
9. Interaksi sosial
Stress,kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tidak terkontrol.
10. Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes,
stroke, hipertensi, perokok.
3.7 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1 DS: Pasien Penyumbatan arteri Nyeri akut
mengeluh dada
berdebar-debar dan Ateroskleroosis
nyeri
DO:TD 150/100 Darah mengalir
mmHg,RR 29 x per perlahan
menit, HR 110 x
per menit. Suplai O2 ke jantung

P: Saat beraktivitas Metabolisme


Q: Jantung anaerob
berdeba-debar dan
nyeri seperti Asam laktat
ditusuk-tusuk jarum
R: Di area dada
S : skala 7
T: Saat melakukan
aktivitas berat
2 DS: Pasien Penyumbatan Intoleransi
mengatakan pembuluh darah Aktifitas
merasakan dadanya
berdebar-debar saat Aliran darah ke
beraktifitas berat. jantung menurun
DO: pasien nampak
memegang dadanya
setelah berjalan/
beraktifitas. Suplai O2 ke seluruh
tubuh berkurang

Kemampuan
aktivitas menurun
3 DS: pasien Penyumbata Penurunan
mengatakan n pembuluh darah curah
dadanya berdebar jantung
saat aktivitas berat Suplai darah
DO: TD 150/100 ke jantung
mmHg,RR 29 x berkurang
per menit, HR 110
x per menit. Penurunan
suplai darah ke
seluruh tubuh

Cardiac
output menurun
3.8 Diagnosa Keperawatan dan interverensi
2. Nyeri Akut b.d iskemia miokard
Tujuan : Setelah dilakukan interverensi keperawatan selama 1x 24 jam
nyeri pasien hilang atau berkurang.
Kriteria Hasil :
1) pasien tidak menunjukan ekspresi kesakitan/ meringis
2) skala nyeri menurun
3) pasien tidak merasa kesakitan

Interverensi Rasional
Tindakan mandiri :
1.Kaji tingkat nyeri dada 1. menentukan tingkat
2.Berikan posisi yang nyaman pada keparahan penyebab
pasien nyeri
3.Ajarkan teknik distraksi nyeri dan 2. Posisi yang nyaman
nafas dalan dapat mengurangi
4.kolaboratif,.Mengkolaborasikan nyeri
dalam pemberian analgetik 3. Distraksi nyeri dapat
mengalihkan
perhatian pasien dari
nyeri nya
4. Analgesik dapat
menekan sistem saraf
yang dapat
menurukan nyeri.

3. Penurunan curah jantung b.d penurunan preload (hipovolemi)


Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x 24 jam
cardiac output meningkat adekuat
Kriteria Hasil :
1) Takikardi hilang
2) Dada tidak berdebar-debar
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal TD: 120/80 N: 90x/menit
RR: 18x / menit
Intervensi Rasional
1. Catat tanda-tanda vital 1. Penurunan tekanan
2. Catat/obs adanya darah menunjukan
disritmia, kualitas pompa jantung yang
denyut nadi dan abnormal.
observasirespon pasien 2. Disritmia
3. Observasi perubahan menunjukan kelainan
status kontraktilitas
mental/orientasi/geraka jantung, diasamping
n reflek tubuh/gelisah. juga adanya
4. Catat kualitas nadi penurunan kualitas
perifer dan suhu kulit. denyut nadi, semua
5. Berikan obat-obatan menunjukankualitas
inotropik, digitalis aliran darah secara
sesuai program sistemik, bila ada
kelainan-
kelainantersebut
dapat dipantau secara
berlanjut.
3. Adanya perubahan
mental dan tingkat
kesadaran dapat
terjadibila oksigenasi
ke otak menurun, hal
ini dapat terjadi
karena
kondisisirkulasi yang
tidak adekuat.
4. Nadi perifer
memberikan indikasi
adanya sirkulasi
sistemik, bila nadi
perifer tidak teraba
menunjukan aliran
darah ke perifer tidak
adekuat, demikian
juga
kenaikan/penurunan
suhu kulit sebagai
indikasi sirkulasi
perifer adekuat/tidak.
5. Meningkatkan
kontraktilitas jantung
dan mengatasi
disritmia jantung

4. Intoleransi aktivitas b.d dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen,adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 1x 24 jam pasien mampu
beraktivitas secara normal
Kriteria hasil :
1) Pasien tidak menunjukan tanda-tanda kelelahan
2) Pasien tidak menunjukan wajah kelelahan
3) Pasien mampu melakukan aktifitas secara normal
Intervensi Rasional
1. Pantau pola aktivitas 1. Mengetahui tingkat
2.Latih klien melakukan
pergerakan klien
aktivitas secara bertahap
2. Aktivitas yang
3.Bantu klien dalam
memerlukan energi yang
melakukan/melatih gerakan
besar dapat menambah
yang ringan
kerja jantung
4. Bantu aktifitas perawatan diri
3. Pada pasien yang sulit
sesuai kemampuan pasien.
bergerak akan membuat
5. Kolaborasi: Berikan Oksigen
sesuai indikasi. tubuh menjadi kaku,
dengan melatih gerak yang
ringan dapat melatih otot
4. Mengurangi dan menjaga
keseimbangan antara
kebutuhan oksigen dan
suplai oksigen.
5. Memberikan support
tambahan kebutuhan
oksigen secara manual
sesuai kebutuhan Oksigen
jaringan dan agar kerja
jantung dapat
mengimbangi suplai dan
kebutuhan O2 secara
adekuat.
WOC:

Faktor Resiko:
1. Kebiasaan makan
Diabet hipertensi
makanan yang
berlemak. es
2. Merokok
3. Kurang olahraga

Kandungan kolestrol
dalam darah tinggi

Pembuluh darah Penebalan dinding


tersumbat pembuluh darah

Pompa jantung ke Cardiac Out-Put


Aliran darah ke
seluruh tubuh turun
jantung terhambat
berkurang

Suplai O2 ke jantung
Jantung memompa MK: Penurunan Curah
menurun
lebih keras/cepat Jantung

Iskemik jaringan Takikardi /berdebar-


debar

Metabilisme anaerob

MK: intoleransi
Aktivitas
MK:
Nyeri
Daftar Pustaka
Price Sylvia Anderson, Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC

You might also like