You are on page 1of 2

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab utama kematian di dunia (WHO, 2013),

diperkirakan 30% dari semua penyebab kematian (Vasan dkk., 2008). Sindroma Koroner Akut (SKA)
merupakan salah satu manifestasi klinis PJK dan merupakan kegawatan jantung yang serius. Di dunia
SKA menduduki peringkat tinggi sebagai penyebab kematian. Tahun 2007 di Amerika Serikat SKA
menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kematian penyakit jantung (Steg dkk, 2012).
Berdasarkan data American Heart Association (AHA), sebanyak 71,3 juta orang Amerika menderita
berbagai bentuk penyakit kardiovaskular pada tahun 2003. Penyakit kardiovaskular menyebabkan
terhadap hampir satu juta kematian pada tahun 2003 dan menyebabkan biaya pelayanan kesehatan
langsung dan tidak langsung sebanyak $403,1 milyar pada tahun 2006. Diantara orang Amerika
dengan penyakit kardiovaskular sebanyak 13,2 juta diantaranya diperkirakan menderita PJK. Data dari
AHA tahun 2006 sebanyak 700.000 orang Amerika menderita PJK serangan untuk pertama kalinya,
dan hampir 500.000 diantaranya akan menderita serangan berulang. Walaupun angka kematian akibat
PJK telah mengalami penurunan sejak tahun 1950, kurang lebih sebanyak 40% dari orang Amerika
meninggal akibat penyakit tersebut (Kleinschmidt, 2006). Pada kelompok penderita yang menderita
PJK berulang, risiko kematian adalah 4 1 2 hingga 6 kali lebih besar dibandingkan dengan populasi
umum (Kleinschmidt, 2006; Steg dkk, 2012). Di Indonesia proporsi mortalitas PJK berdasarkan riset
kesehatan dasar (RISKEDAS) 2007 sebesar 5,1% merupakan penyebab kematian utama
kardiovaskular (Trihono, 2007). Data RISKEDAS 2013 prevalensi PJK meningkat sesuai peningkatan
usia yang tertinggi usia 65-74 tahun sebesar 3,6% (Trihono, 2013).

Penyebab terjadinya PJK multifaktorial antara lain faktor risiko tradisional yang dapat dimodifikasi
seperti : merokok, obesitas, hipertensi, diabetes mellitus tipe 2, dislipidemia, dan faktor yang tidak
dapat dimodifikasi yaitu umur dan jenis kelamin laki-laki (Kleinschmidt, 2006; Steg dkk, 2012).
Proses aterosklerosis memiliki peran yang besar pada penyakit kardiovaskular yang merupakan cikal
bakal terjadinya PJK. Inflamasi sebagai salah satu proses yang berperan dalam mekanisme terjadinya
SKA. Terdapat tiga faktor utama yang saling terkait dan berhubungan dengan perkembangan dini lesi
aterosklerosis yang dapat mencetuskan terjadinya SKA yaitu: terjadinya proses peradangan pada lesi 3
aterosklerosis yang ditandai dengan perekrutan leukosit mononuklear atau monosit pada lapisan
subintima yang berdiferensiasi menjadi sel makrofag, aktivasi sel makrofag yang memfagosit sel
lemak atau foam cell yang mengeluarkan substansi yang mengakibatkan aktifnya enzim protease
seperti
metaloproteinase yang akan mengganggu stabilisasi plak aterosklerosis; proses vasokonstriksi yang
disebabkan disfungsi endotel, yang dipicu oleh agregasi trombosit, keluarnya trombin dan endotelin-1
(ET-1), serta aktivasi sistem saraf simpatis; dan proses peningkatan trombogenisitas akibat ketidak
seimbangan antara nitric oxide (NO) endogen, prostasiklin, protein C/S dengan tissue
plasminogen activator, dan proses kaskade koagulasi yang dipicu oleh komponen plak aterosklerosis
termasuk faktor jaringan (tissue factor) dan apoptosis mikropartikel endotel (Khan, 2005;
Kleinschmidt, 2006).

Inflamasi merupakan mekanisme patofisiologi yang mendasari yang berhubungan dengan RDW dan
penyakit jantung koroner.Inflamasi menyebabkan anisositosis yang menyebabkan pelepasan sel darah
merah imatur ke sirkulasi. Hubungan antara inflamasi dan peningkatan RDW didukung oleh kenaikan
CRP, IL 6, TNF soluble reseptor 1 & 2. Penelitian ini mengindikasikan adanya peningkatan leukosit
dan neutrofil yang berhubungan dengan peningkatan RDW, rasio peningkatan neutrofil/limfosit, dan
pembentukan trombus berhubungan dengan peningkatan RDW. Mekanisme lain yang berpengaruh
adalah stres oksidatif yang menurunkan ketahanan hidup sel darah merah.Pada penelitian lainnya
peningkatan RDW terdapat pada DM,hipertensi,obesitas, ateroslerosis,penyakit degeneratif maupun
inflamasi lainnya.

Selain pemeriksaan klinis, EKG, Troponin, CKMB, Mioglobin, CRP, HFABP, HsCRP, merupakan
marker yg sreing digunakan dalam ACS maka peningkatan RDW menambah intuisi kita dalam telaah
faktor risiko, stratifikasi, prognosis, underlying, ataupun faktor konkomitan lainnya.
Jurnal yang dipresentasikan oleh dr Yoyo ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan kemanfaatan
peningkatan RDW pada pasien ACS.

Adapun yang dapat kita diskusikan pada Telaah ilmiah siang ini adalah

Kriteria dan patofisiologi ACS, biomarker ACS, Bgmn patomekanisme Peningkatan RDW dan ACS,
hubungan anisositosis pada peningkatan RDW dalam ACS.

Terimakasih dan Selamat berdiskusi.

You might also like