You are on page 1of 9

a.

Jaman Hindia Belanda ( 1886-1942 )

Pada tahun 1886 seorang sarjana pertambangan Mr. Andrian Stoop berhasil

mengadakan penyedikan minyak bumi di Jawa yang kemudian mendirikan DPM

pada tahun 1886. Pengeboran pertama dilakukan di Surabaya kemudian pada tahun

1890 didirikan tempat penyaringan minyak didaerah Wonokromo. Selain di

Surabaya Mr. Andrian Stoop juga menemukan minyak di daerah Rembang.

Pada januari tahun 1896 Mr. Andrian Stoop mengadakan perjalanan dengan

rakit dari Ngawi menelusuri Solo menuju Ngareng, Cepu merupakan kota kecil di

Bengawan Solo, diperbatasan Jawa Timur Jawa Tengah. Konsensi minyak didaerah

ini bernama Panolan yang diresmikan pada tanggal 28 Mei 1893 atas nama AB

Versteneegh. AB Verssteegh tidak mengusahakan diri sumber minyak tersebut tetapi

mengontrakan kepada perusahan yang sudah kuat pada masa itu yaitu perusahaan

DPM di Surabaya. Kontrak berlangsung selama 3 tahun dan baru sah menjadi milik

DPM pada tahun 1899.

Penemuan sumur minyak bumi bermula pada sumber minyak Ledok 1 di bor

pada bulan juli 1893 yang merupakan sumber pertama di daerah Cepu. Mr. Andrian

Stoop menyimpulkan bahwa didaerah Panolan terdapat ladang minyak berkualitas

besar. Namun derah tersebut telah dikuasai perusahan lainnya. Luas area dan konsensi

Panolan adalah 11.977 bahu yang meliputi distrik Panolan sampai dengan perbatasan
5
dengan konsensi Tinawun. Yang termasuk lapangan Ledok adalah area Gelur dan

Nglebur yang produktif sepanjang 2,5 km dan lebar 1,25 km.

Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU


Pada tahun 1893 oleh Mr. Andrian Stoop, pengeboran pertama dilakukan

dengan kedalaman pertama 94 m dengan produksi 4m³ perhari di Gelur pada tahun

1897 dengan kedalaman 239-295 dengan produksi 20m³ per hari (sebanyak 7 sumur).

Minyak mentah yang dihasilkan diolah di kilang Cepu. Sebelum perusahaan di Cepu

dan Wonokromo terpusat di Jawa Timur, namun pada perkembangan usaha diperluas

meliputi lapangan minyak Kawengan,Wonocolo, Ledok, Nglobo, Semanggi dan Lusi.

b. Jaman Jepang ( 1942-1945 )

Perang Eropa merangsang pemerintah Jepang memperluas kekuasaan di

Asia.Pada tanggal 8 desember 1941 Pearl Harbour yang terletak di Hawai dibom oleh

Jepang.Pengeboman ini menyebabkan meluasnya peperangan di Asia.Pemerintah

belanda di Indonesia merasa kedudukannya terancm sehingga untuk menghabat laju

serangan Jepang mereka menghancurkan instalasi atau Kilang minyak yang

menunjang perang,karena pemerintah Jepang sangat memperlukan minyak untuk

diangkat ke negerinya. Perusahan minyak yang terakhir dikuasai Belanda yang

terdapat di pulau Jawa yaitu Surabaya,Cepu,dan Cirebon.Dimana pada waktu itu

produksi di Cepu merupakan yang paling besar dengan total produksi 5,2 juta

barel/tahun.

Jepang menyadari bahwa pengeboran atas daerah minyak akan merugikan diri

sendiri sehingga perebutan daerah minyak jangan sampai menghancurkan fasilitas

lapangan dan Kilang Minyak.Meskipun sumber-sumber minyak dan kilang sebagian

besar dalam keadaan rusak akibat taktik fdari Belanda,Jepang berusaha agar minyak

mengalir kembali secepatnya. Tentara Jepang tidak mempunyai kemampuan di bidang


6
Perminyakan sehingga untuk memperoleh kebutuhan tenaga terampil dan terdidik

dalam bidang perminyakan sehingga di dapat bantuan tenaga sipil Jepang yang pernah

Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU


bekerja di perusahhan minyak Belanda,kemudian menyelenggarakan pendidikan di

Indonesia.

Kehadiran lembaga perminyakan di Cepu diawali oloh Belanda bernama

Midlebare Potreleum School Bendera NV.Bataafsche Potreleum Maatschapiiy

(BPM).Setelah Belanda menyerah dan Cepu diduduki oleh Jepang maka Lembaga itu

dibuka kembali dengan nama “Shokko Gakko”.

c. Masa Indonesia Merdeka

Searah terima kekuasaan dari Jepang dilaksanakan oleh pimpinan setempat

kepada bangsa Indonesia.Untuk membenahi daerah minyak di Cepu segera diadakan

tugas-tugas operasional dan pertahanan berdasarkan Maklumat Menteri Kemakmuran

No.5 perusahaan minyak di Cepu dipersiapakan sebagai perusahaan tambang minyak

nasional (PTMD).Adapun daerah kekuasan meliputi lapangan-lapangan minyak di

sekitar Cepu, Kilang Cepu dan lapangan-lapngan di daerah Bongas.

Pada bulan Desember 1948 Belanda menyerbu Cepu pabrik minyak PTPN

Cepu dibumihangusakan.Pada akhir tahun 1947 menjelang tahun 1950 setelah adanya

penyerahaan kedaulatan maka pabrik minyak Cepu dan Kawengan diserahkan dan

diusahakn kembali oleh BPM.

d. Periode Tahun 1950-1951(Administrasi Sumber Minyak)

Setelah kembalinya pemerintah RI di Yogyakarta,maka tambang minyak

LEDOK Nglobo,Semanggi dan Lusi diserahkan kepada Komandan Distrik Militer

Blora Tmbang Minyak didaerah tersebut diberi nama Administrasi Sumber Minyak

(ASM) dan dibawah pengawasa Kodim MORA.

7
Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU
e. Periode Tahun 1950-1951(BPM-SHEEL)

Perusahaan BPM sebelum PD 2 menguasai Kilang Minyak di Cepu dan Agresi

Militer Belanda II berubah nama menjadi SHEEL.

Selanjutnya SHEEL melakukan perbaikan – perbaikan seperlunya dilapangan

minyak Kawengan dan kilang minyak Cepu. Tingkat Produksi kurang menguntungkan

sedangkan biaya yang dibutuhkan besar sehingga merugikan perusahaan SHEEL

sendiri.

f. Periode Tahun 1951 – 1957 (Perusahaan Tambang RI)

Pada tahun 1951 pengusahaan Minyak di Lapangan Ledok, Nglobo dan Semanggi

oleh ASM diserahkan pada pemerintah sipil untuk kepentingan tersebut di bentuk

panitia kerja yaitu Badan Penyelenggara perusahaan Negara di Bulan Januari 1951

yang kemudian melahirkan perusahaan Minyak RI (PTMRI). Produk yang dihasilkan

PTMRI berupa Bensin, kerosin, solar dan sisanya residu. Pada tahun 1957 PTMRI

diganti Tambang Minyak Nglobo CA (Combie Anexis).

g. Periode Tahun 1961 – 1965 (PN. PERMIGAN)

Pada tahun 1961 berdasarkan UU No. 19/1960 dan UU No. 44/1960 maka

didirikan tiga perusahan yaitu :

1. PN Pertambangan Minyak Indonesia (PN PERTAMIN) sebagai perusahaan modal

campuran antara pemerintah RI dengan BPM atas dasar 50 % : 50 %.

2. PN. Pertambangan Minyak Nasional (PN PERMINA) sebagai pernjelmaan dari

PT.PERTAMINA yang didirikan pada tahun 1957 dengan PP No. 198 / 1961.

8
3. PN. Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (PN. PERMIGAN). Sebagai penjelmaan dari

tambang Minyak Nglobo CA (dahulu PTMRI) dengan PP No. 199 tanggal 45 Juni 1961.

Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU


Dari ketiga perusahaan tersebut PN. PERMIGAN adalah yang terkecil dimana

kapasitas produksinya adalah 175 – 350 m 3 / hari.

h. Periode Tahun 1965 – 1978 (LEMIGAS PUSDIK MIGAS)

Pada tahun 1963 biro minyak berubah menjadi direktorat Minyak dan Gas

Bumi (DGMB). Didalam organisasi DGMB terdapat bagian laboratorium untuk

persiapan penelitian dalam industri perminyakan di Indonesia.Menteri Perindustrian

dan perdagangan menginstruksikan agar DGMB meningkatkan kemampuannya dalam

aspek teknis minyak dan gas bumi. Untuk keperluan diatas maka dibentuk kepanitiaan

yang terdiri dari unsur –unsur pemerintah, Pertamin, Permina dan Permigan. Panitia

mengusulkan agar dibentuk badan yang bergerak dalam bidang riset dan pendidikan

minyak dan gas bumi.

Dengan surat keputusan menteri dilingkungan Departemen Urusan Minyak dan

Gas Bumi No. 17/M/MIGAS/1965 ditetapkan Organisasi urusan Minyak dan gas bumi

adalah LEMIGAS (Lembaga Minyak dan Gas Bumi).

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 27 tanggal 20 Agustus 1968, dalam

rangka peningkatan dan melancarkan produksi minyak dan gas bumi terjadi

penggabungan antara PN Pertamin dan PN. Permina menjadi satu perusahaan dengan

nama Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional ( PN. PERTAMINA ).

Upaya PUSDIK MIGAS LEMIGAS untuk meningkatkan fungsi kilang Cepu

sebagai sarana operasi pengolahan dan sebagai sarana diklat proses dan aplikasi sudah

cukup memadai, namun kilang Cepu yang sebagian eks pembuatan dan pemasangan

tahun 1930-an dan pernah mengalami pembumihangusan waktu tentara Jepang masuk

9
Cepu.

Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU


Karena banyaknya kebutuhan tenaga ahli dan terampil dalam kegiatan minyak

dan gas bumi, maka tenaga – tenaga muda Indonesia banyak dikirim keluar Negeri

pada tanggal 7 Februari 1967 di Cepu dihasilkan AKAMIGAS ( Akademi Minyak dan

Gas Bumi ) angkatan I. Pada tanggal 4 Januari tahun 1966 sebagai pusat Pendidikan

dan latihan lapangan Perindustrian Minyak dan Gas Bumi (PUSDIK MIGAS).

i. Periode Tahun 1978 – 1984 (PPTMGB ”LEMIGAS”)

Dengan surat keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 646 tanggal 26

Desember 1977, LEMIGAS diubah menjadi bagian Direktorat Jendral Minyak dan

Gas Bumi dan namanya diganti menjadi Pusat Pengembangan Teknologi Minyak dan

Gas Bumi ”LEMIGAS”(PPTMGB ”LEMIGAS”).

Sejak dikelola PPTMGB ”LEMIGAS” produksi minyak lapangan Cepu ±

29.500 – 36.000 m 3 /tahun sehingga kilang beroperasi 120 hari per tahun dengan

kapasitas kilang 250 – 300 m 3 /hari. Produksi BBM seperti kerosin dan solar

diserahkan pada depot Cepu.

Dalam memasarkan produksi naphta, filter oil dan residu, PPTMGB

”LEMIGAS” mengalami kesulitan sehingga kadang – kadang kilang harus berhenti

beroperasi karena semua tangki penuh. Pada tahun 1979 spesifikasi yang diterapkan

pemerintah lebih tinggi, sehingga pemasaran produksi Cepu lebih sulit.

10

Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU


j. Periode Tahun 1984 – 2001 (PPT MIGAS)

Berdasarkan surat Kepres No. 15 tanggal 6 maret 1984, organisasi

pertambangan dan Energi dikembangkan dan PPTMGB ”LEMIGAS” menjadi Pusat

Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi (PPT MIGAS).

k. Periode Tahun 2001 – Sekarang (PUSDIKLAT MIGAS)

Berdasarkan surat Keputusan Menteri ESDM no.150/2001 tanggal 2 Maret

2001,PPT MIGAS diganti menjadi PUSDIKLAT MIGAS ,dan setelah diperbarui


dengan Peraturan Menteri ESDM No.18 Tahun 2010 Tanggal 22
November 2010.

You might also like