Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Adilah Marwa
2201031614020
Serbuk rimpang kunyit menberikan zat warna yang berwarna kuning jika dilarutkan
di dalam air. Rimpang kunyit berisi kira-kira 5% bahan pewarna diaryl heptanoid, lebih
dikenal sebagai curcuminoids. Yang utama dari curcuminoid adalah curcumin
(diferuloylmethane) bersama-sama dalam jumlah yang lebih kecil dicaffeoglmethane,
caffeoglferuloylmethane dan dihydrocurcumin. Selain itu, menyatakan bahwa karakterisasi
dari konstituen dari fraksi polisrimpangida curcuma menunjukkan glycans asam yang baru
seperti ukanons A, B, C, dan D. (Evans, 1998)
2.1.2 Jahe
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Sumber: mindbodygreen.com
Spesies :Zingiber officinale
Rosc.
Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu: jahe besar (jahe gajah) yang ditandai dengan ukuran rimpang yang besar, berwarna
muda atau kuning, berserat halus dan sedikit beraroma maupun berasa kurang tajam.
(Rukmana, 2000)
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) termasuk dalam ordo Zingiberales, famili
Zingiberaceae, dan genus Zingiber (Simpson, 2006). Jahe banyak mengandung berbagai
fitokimia dan fitonutrien. Beberapa zat yang terkandung dalam jahe adalah minyak atsiri 2-
3%, pati 20-60%, oleoresin, damar, asam organik, asam malat, asam oksalat, gingerin,
gingeron, minyak damar, flavonoid, polifenol, alkaloid, dan musilago. Minyak atsiri jahe
mengandung zingiberol, linaloal, kavikol, dan geraniol. Rimpang jahe kering per 100 gram
bagian yang dapat dimakan mengandung 10 gram air, 10-20 gram protein, 10 gram lemak,
40-60 gram karbohidrat, 2-10 gram serat, dan 6 gram abu. Rimpang keringnya mengandung
1-2% gingerol (Suranto, 2004).
2.2 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, dimana komponen yang dipisahkan
terdistribusi dalam 2 fase. Salah satu fase tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan
permukaan yang luas yang lainnya seperti fluida yang mengalir lembut disepanjang
landasan stasioner. Ketika pita tersebut melewati kolom, pelebaran disebabkan oleh
rancangan kolom dan kondisi pengerjaan dan dapat diterangkan secara kuantitatif dengan
pengertian jarak dengan teori kolom adalah jantung kromatografi, pemisahan sesungguhnya
komponen dicapai dalam kolom. Kromatografi lapis tipis atau TLC (Thin layer
chromatography) seperti halnya kromatografi kertas, murah dan mudah dilakukan.
Kromatografi ini mempunyai satu keunggulan dari segi kecepatan dan kromatografi kertas.
Kromatografi lapis tipis membutuhkan hanya setengah jam saja, sedangkan pemisahan
yang umum pada kertas membutuhkan waktu beberapa jam. TLC sangat terkenal dan rutin
digunakan di berbagai laboratorium. Media pemisahannya adalah lapisan dengan ketebalan
sekitar 0,1-0,3 mm zat padat adsorben pada lempeng kaca, plastic dan aluminium. Lempeng
yang paling umum digunakan yang berukuran 8x2 inchi. Dan zat padat yang digunakan
adalah alumina, TLC kadang-kadang disebut dengan kromatografi planar. Tidak ada cara
yang mudah dalam mengelusi komponen sampel dari lempengan (kertas) untuk melintasi
sebuah detektor tetapi telah dikembangkan peralatan untuk mengamati lempengan dengan
sifat-sifat sampel seperti itu adsorpsi sinar UV dan pengedaran ( Underwood.2006 : 487 ).
KLT merupakan contoh dari kromatografi adsorpsi. Fase diam berupa padatan dan fase
geraknya dapat berupa cairan dan gas. Zat terlarut yang diadsorpsi oleh permukaan partikel
padat. Kromatografi adsorpsi memiliki beberapa kekurangan, yaitu : a. pemilihan fase
diam(adsorben), b. koefisien distribusi untuk seringkali tergantung pada kadar total,
sehingga pemisahannya kurang sempurna ( Soebagio,dkk. 2002 : 58-88).
Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun
1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan
elektroforesis. Berbeda debgan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau
dikemas di dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang
seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat
aluminium atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan
sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom. Kromatografi lapis tipis menggunakan
plat tipis yang dilapisi dengan adsorben seperti silika gel, aluminium oksida (alumina)
maupun selulosa. Adsorben tersebut berperan sebagai fasa diam. Fasa gerak yang digunakan
dalam KLT sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas
senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas,
sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara trial and error.
Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh. Faktor
retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak yang ditempuh
oleh eluen. Rumus faktor retensi adalah: Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa
tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya
perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti
mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa
diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga
menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf
terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya.
(Ewing Galen Wood, 1985)
Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah
dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang digunakan.
Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat
dikatakan hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat.
Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini
1. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.
2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan perekasi warna, fluorinsasi
atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
2. Dapat dilakukan elusi secara menaik, atau dengan cara elusi 2 dimensi. merupakan bercak
yang tidak bergerak.
3. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan
merupakan bercak yang tidak bergerak.
Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan banyaknya komponen dalam campuran,
identifikasi senyawa, memantau berjalannya suatu reaksi, menentukan efektivitas
pemurnian, menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi kolom, serta memantau
kromatografi kolom, melakukan screening sampel untuk obat. Analisa kualitatif dengan
KLT dapat dilakukan untuk uji identifikasi senyawa baku. Parameter pada KLT yang
digunakan untuk identifikasi adalah nilai Rf. Analisis kuantitatif dilakukan dengan 2 cara,
yaitu mengukur bercak langsung pada lengpeng dengan menggunakan ukuran luas atau
dengan teknik densitometry dan cara berikutnya dalaha dengan mengerok bercak lalu
menetapkan kadar senyawa yang terdapat dalam bercak dengan metode analisis yang lain,
misalnya dengan metode spektrofotometri. Dan untuk analisis preparatif, sampel yang
ditotolkan dalam lempeng dengan lapisan yang besar lalu dikembangkan dan dideteksi
dengan cara yang non- dekstruktif. Bercak yang mengandung analit yang dituju selanjutnya
dikerok dan dilakukan analisis lanjutan (Gholib Gandjar, 2007).
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat,
hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel
tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi
dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya. Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik
komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan
massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. (Harbone, 1987; Dirjen POM, 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara panas dengan cara
refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin dengan cara maserasi, perkolasi dan alat
soxhlet. (Dirjen POM, 1986)
2.4 Nilai Rf
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang telah dipisahkan pada lapisan tipis lebih baik
dikerjakan dengan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna. Namun, lazimnya untuk
identifikasi menggunakan nilai Rf
Definisi nilai Rf (Faktor Retardasi) adalah jarak yang digerakkan oleh senyawa dari titik
asal diibagi dengan jarak yang digerakkan oleh pelarut dari titik asal. Nilai Rf berkisar pada
rentang 0 – 1. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai senyawa
standar. Suatu senyawa dikatakan identik dengan standarnya jika Rf senyawa tersebut sama
atau mendekati Rf standar. Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula
jarak bergeraknya senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat membandingkan
dua sampel yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila
senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan adsorben polar dari plat kromatografi
lapis tipis.
Nilai Rf sangat ditentukan oleh kelancaran pergerakan bercak dalam KLT, adapun
faktor yang mempengaruhi pergerakan bercak adalah :
(Sastrohamidjojo, 1985)
Etanol memiliki banyak manfaat bagi masyarakat karena memiliki sifat yang tidak
beracun. Selain itu etanol juga memiliki banyak sifat-sifat, baik secara fisika maupun kimia.
Etanol selain memiliki sifat-sifat fisika juga memiliki sifat-sifat kimia. Sifat-sifat kimia
tersebut adalah:
3. Bila direaksikan dengan asam halida akan membentuk alkyl halida dan air CH3CH2OH +
HC=CH CH3CH2OCH=CH2
4. Bila direaksikan dengan asam karboksilat akan membentuk ester dan air CH3CH2OH +
CH3COOH CH3COOCH2CH3 + H2O
5. Dehidrogenasi etanol menghasilkan asetaldehid
6. Mudah terbakar diudara sehingga menghasilkan lidah api (flame) yang berwarna biru muda
dan transparan, dan membentuk H2O dan CO2.
2.5.3 Metanol
Sifat Fisik dan Kimia Metanol (Riawan, 2010)
Sifat fisika Metanol (CH3OH) :
1. Mudah terbakar,
2. Beracun
3. Mudah menguap
4. Tidak berwarna
5. Bau yang khas (berbau lebih ringan dari pada etanol)
2.5.4 Heksana