You are on page 1of 25

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR 1

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR KLASIK


ROMAWI

FERDI GUNAWAN (F 221 16 005)

QORY NOFIRAH SALSABILLAH (F 221 16 011)

RESKY SRI AGUSTIN (F 221 16 012)

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat
menyelesaikan sebuah makalah tentang “Perkembangan arsitektur Yunani”. Makalah ini
menyajikan deskripsi mengenai periode periode dalam perkembangan arsitektur Yunani yang
meliputi perkembangannya struktur bangunan di tiap periode yang berbeda. Penulis berharap
tulisan ini dapat bermafaat bagi pembacanya. Kritik dan saran penulis harapkan untuk
menjadi bahan perbaikan di masa mendatang.

Palu, 17 februari 2018

penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar.............................................................................................. i

Daftar isi........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang....................................................................................
2. Rumusan masalah dan tujuan..............................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Arsitektur Romawi ....................................................................

B. Perkembangan Denah pada Arsitektur

Romawi.......................................................................

C. Perkembangan Struktur pada Arsitektur Romawi…………………………

D. Perkembangan Pola Ruang Arsitektur Romawi………………………………

E. Perkembangan Ornamen dan peletakannya pada Bangunan Romawi

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap bangsa memiliki arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik itu pada
bangunan kuno maupun bangunan modern. Dimana hal tersebut dapat mencerminkan dan
menjadi sebuah ciri khas dari suatu Negara.
Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan, yang berkaitan dengan berbagai segi
kehidupan antara lain : seni, teknik, ruang/tata ruang, geografi, dan sejarah

Arsitektur Romawi merupakan lanjutan warisan yang ditinggalkan oleh arsitek


sebelumnya dari bangsa Yunani. Bangunan dengan ciri arsitektur yunani kuno yang sangat
kkental dapat ditemukan, terutama di Korintus, terbukti di banyak gedung-gedung publik
yang besar. Namun, orang-orang Romawi juga merupakan inovator besar dan mereka dengan
cepat mengadopsi teknik konstruksi baru, menggunakan bahan-bahan baru, dan sesuatu yang
unik dikombinasikan dengan teknik yang sudah ada dengan desain kreatif untuk
menghasilkan berbagai macam struktur arsitektur baru seperti basilika, gapura, saluran air,
amphitheater, bangunan lumbung, dan blok perumahan. Banyak dari inovasi ini adalah
respon terhadap kebutuhan praktis yang mengubah masyarakat Romawi, dan proyek-proyek
ini semua didukung oleh aparat negara yang mendanai, terorganisir, dan menyebarkannya di
seluruh wilayah Romawi, menjamin kelanggengan mereka sehingga jangan heran bila banyak
dari bangunan-bangunan besar masih bertahan hinggan hari

Pada Arsitektur Romawi mengalami pemisahan bentuk dan struktur, bentuk tidak
selalu mencerminkan strukturnya, struktur hanyalah merupakan hiasan atau ornamen.
Arsitektur Romawi lebih mengutamakan fungsi (utilitarian), konstruksi bangunan, dan
suasana (grandeur).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan serta pengaruh terhadap Bentuk Bangunan Arsitektur
Romawi?
2. Bagaimana perkembangan Denah serta pengaruh terhadap Bentuk Bangunan Arsitektur
Romawi?
3. Bagaimana Perkembangan Pola Ruang serta pengaruh terhadap Bentuk Bangunan
Arsitektur Romawi?
4. Bagaimana perkembangan Struktur bangunan Romawi serta pengaruhnya terhadap
Bentuk Bangunan Arsitektur Romawi?
5. Bagaiman Perkembangan Ornamen serta pengaruh terhadap Bentuk Bangunan
Arsitektur Romawi?

1.3 Tujuan Masalah


 Mengetahui Sejarah Perkembangan Arsitektur Romawi
 Mengetahui Perkembangan Denah, Pola Ruang, Struktur, Ornamen serta
pengaruh terhadap Bentuk Bangunan Arsitektur Romawi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Arsitektur Romawi

Zaman Romawi Awal dimulai dari bangsa Etruscan yang menguasai wilayah
semenanjung Itali bagian barat-tengah, pada sekitar tahun 700-an SM. Berdasarkan legenda,
kota Roma sekarang berada di bukit-bukit bagian selatan dari wilayah Etruria. Dahulu
wilayah ini di bawah kekuasaan raja Etruscan.

Suku bangsa Etruscans ini, mendiami wilayah tengah-barat Itali yang merupakan
kelompok suku yang sangat maju pada zamannya dalam arsitektur. Pada sekitar abad VII SM
suku ini sudah membangun kota dengan antara lain dinding-dinding, pipa-pipa pembuangan
air, hingga mengontrol sungai sehingga permukaan airnya sama dengan rata-rata permukaan
danau.

Setelah abad ke VI SM, supremasi bangsa Etruscan mulai turun, hingga runtuh pada
500-an SM. Kekuatan Etruscan direbut dengan peperangan di laut oleh Syracusans beraliansi
dengan Cumae, koloni Yunani tertua di Itali bagian selatan. (Ibid : 25).

Menurunnya kekuasaan Etruscan memberi kesempatan pada orang-orang Roma untuk


mendominasi kota-kota yang tadinya dikuasai orang-orang Etruscan. Kekuasaan Romawi
meluas terutama setelah wilayah Itali Selatan jatuh ketangannya pada 273 SM.

Penaklukan atas Macedonia dan Yunani (146 SM) selain menambah Provinsi Romawi
juga mendorong didatangkannya seni dan para seniman Yunani ke wilayah Romawi pada 133
SM. Wilayah kekuasaan Yunani di Mediterania Timur dan Asia Minor menjadi bagian utama
dari Provinsi Romawi di Asia. Spanyol dikuasai pada 64 SM sehingga kekuasaan Roma
mencakup wilayah Euphrates hingga Atlantik.

Hal inilah yang memicu awal mulanya Arsitektur Romawi. Sekitar tahun 200 SM,
Romawi mulai menaklukan Yunani, dan hal ini sangat mempengaruhi gaya seni mereka.
Ketika pasukan Romawi memasuki Yunani, mereka melihat banyak sekali karya seni di kuil,
di pemakaman, di alun-alun kota, dan di rumah-rumah. Mereka sangat mengagumi karya seni
Yunani. Bangsa Romawi pun mengambil banyak karya seni Yunani, baik dengan cara
membelinya, mencurinya, atau kadang memeprolehnya dari orang Yunani sebagai hadiah).
Bangsa Romawi juga banyak membawa pematung Yunani (kadang dengan cara
memperbudak mereka) ke Romawi supaya mereka bisa membuat lebih banyak karya seni
untuk Romawi.

Seni Romawi pada abad pertama dan kedua Masehi masih meneruskan gaya dari masa
sebelumnya. Namun seniman Romawi mulai menambahkan fungsi seni sebagai propaganda
untuk menunjukkan pada rakyat Romawi apa yang diinginkan oleh kaisar untuk diketahui
atau dipikirkan oleh rakyatnya, beberapa contohnya adalah Pelengkung Titus dan Tiang
Trajanus.

B. Perkembangan Denah Arsitektur Romawi

Denah kuil-kuil dibangun pada zaman Romawi secara garis besar dapat dikategorikan
dalam dua bentuk, yaitu segi empat panjang dan bukan segi empat. Kuil Romawi berdenah
segi empat panjang sebagian besar mendapat pengaruh yang cukup besar dari arsitektur
Yunani. Pada zaman itu, mulai berkembang bentuk-bentuk kuil yang tidak segi empat
panjang, bervariasi dalam bentuk denah poligonal, lingkaran dan kombinasi lainnya.

Pada zamannya, arsitektur Romawi ini bisa dikatakan sebagai mahakarya yang begitu
hebat. Bayangkan saja, ketika bangsa-bangsa lain masih mempertahankan denah bangunan
yang dianggap sebagai denah terbaik. Tetapi bangsa ini berani melakukan eksplorasi terhadap
denah bangunan-bangunannya. Kebanyakan mereka sering mengkombinasikan denah segi
empat, lingkaran, dan setengah lingkaran.

 Kuil Maison Caree (16 SM)


Sebuah Kuil di Nimes Perancis bagian selatan dibangun tahun 16 SM, pada zaman
kekuasaan Romawi meliputi wilayah hampir seluruh daratan Eropa, terutama Eropa Barat.
Kuil diberi nama Maison Caree yang artinya “Rumah Segi Empat”, karena bentuk denahnya
yang segi empat. Kuil ini merupakan satu-satunya peninggalan zaman Romawi, yang masih
dalam kondisi utuh. (Ibid : 265).
Gambar 2.11 Rekonstruksi tampak depan, denah, (284 SM),
Sumber : Sumalyo, 2003 : 33.

Maison Caree merupakan contoh sangat representatif dari arsitektur campuran Yunani
Etruscan dengan detail-detail corak Order Korientien. Bagian utama kuil berdiri di atas
podium model Etruscan setinggi 3.66 m. dengan tangga masuk ke teras atau portico depan.

Cella berupa kamar tunggal, besarnya selebar podium menghadap ke portico tersebut
juga merupakan bagian dari kuil Etruscan. Kolom langsing berderet enam buah di depan
berkepala dihias dengan pola floral, merupakan bagian dari konstruksi Order yang
menyangga frieze, architrave, pediment, tympanum yang bercorak Korintien.
Gambar 2.12 Tampak depan dan denah Maison Caree di Nimes (16 SM).
Sumber : Sumalyo, 2003 : 33.

 Kuil Fortuna Virilis di Roma (40 SM)

Kuil Fortuna Virilis di Roma (40 SM) adalah salah satu contoh dari kecenderungan
denahnya segi empat yang terdiri dari cella dan portico. Kuil berdiri di atas podium setinggi 3
m dan cella yang berupa ruang tunggal.

Gambar 2.9 Kuil Virilis di Roma (40 SM).


Sumber : Sumalyo, 2003 : 32.

 Denah Kuil Antonius dan Faustina di Roma (141 SM)


Bentuk dan denah Kuil Antonius dan Faustina di Roma (141 SM) mirip dengan Kuil
Virilis, namun lebih besar. Kuil terletak di Forum Romawi menghadap ke selatan-barat.
Kedua kuil berciri arsitektur Romawi, yang berupa perpaduan Etruscan-Yunani. Tinggi
podium 6 m, deretan enam buah kolom bergaya Korintien.

Gambar 2.10 Denah, tampak depan dan samping Kuil Antonius dan Faustina di Roma (141 SM).
Sumber : Sumalyo, 2003 : 31.

 Kuil Jupiter Capitolinus (509 SM)


kuil tergolong dalam kategori berdenah segi empat adalah Kuil Jupiter Capitolinus (509 SM)
di pusat kota Roma. Kuil terletak di dalam Forum Romanus pada ketinggian sebuah bukit,
sehingga terlihat dari berbagai tempat di kota. Tata letak semacam ini, kemungkinan besar
mendapat pengaruh dari Yunani seperti misalnya kuil-kuil di Acropolis. Denahnya segi
empat panjang, identik dengan kuil-kuil Yunani,

Dari segi denah, ada perbedaan kuil ini dibanding dengan kuil-kuil Yunani pada
umumnya, yaitu pada letak naos yang tidak berada di tengah, sehingga tidak ada ambulatory.
Naos mempunyai tiga kamar berderet melintang, di dalamnya masing-masing diletakkan
patung Jupiter, Minerva dan Juno. (Ibid : 265).
Gambar 2.7 Rekonstruksi Kuil Jupiter Capitolinus di Roma (509 SM), denah dan perspektif .
Sumber : Sumalyo, 2003 : 31.
Lingkaran dan Poligonal

Selain berbentuk segi empat hasil perpaduan arsitektur Etruscan-Yunani pada zaman
Romawi bentuk kuil-kuil berkembang lebih bervariasi menjadi berdenah lingkaran dan segi
banyak atau poligonal. Kecenderungan ini terjadi sejak sekitar awal abad I M dan
sesudahnya.

 Kuil Vesta di Tivoli (80 M).


Kuil Vesta di Tivoli (80 M). Dinding tidak menyatu dengan kolom, sehingga
membentuk semacam teras keliling. Atap kuil mengikuti denahnya yang lingkaran berbentuk
kubah. Meskipun kecil, kuil ini merupakan cikal bakal dari konstruksi kubah lebih besar pada
kuil-kuil Romawi hingga gereja-gereja pada zaman Bisantine (Byzantine).

Gambar 2.13 Tampak depan, denah, dan


ornamen Korintien pada kepala kolom
Kuil Vesta, Tivoli (80 M).
Sumber : Sumalyo, 2003 : 34.
 Colosseum Roma (82M )

Colosseum Roma adalah amphitheatre terbesar dan termegah yang didirikan pada
zaman Romawi. Dibangun atas perintah Vespasian pada tahun 70 M, diselesaikan oleh
Demitian pada 82 M.

Colosseum Roma terletak di tengah kota Roma, setelah timur-selatan Kuil Venus
pada lembah antara dua bukit, Esquiline di utara dan Caelian di selatan. Colloseum adalah
sejenis teater terbuka dalam ukuran besar dan luas. Pada zamannya digunakan untuk olahraga
termasuk pertandingan gladiator, dan upacara-upacara penting kekaisaran. Dalam sejarah
tercatat bahwa Colisseum Roma pernah digunakan untuk penyiksaan dan pembantaian orang-
orang Kristen.

Colosseum Roma sangat luas, denah berbentuk elip, garis tengahnya 189 x 156.4 m2.
Pada dinding keliling yang bentuknya juga elips atau oval, berderet melingkar 80 pelengkung
yang bertingkat 3. Arena di kelilingi audiotorium bertingkat 3, bentuknya juga oval,

Gambar 2.21 Pandangan sisi,


penampang melintang , dan
denah. Sumber : Sumalyo,
2003 : 42.
 Pantheon Roma 117-125 M

Pantheon Roma merupakan kuil terbesar di zamannya yang berdenah lingkaran, kuil
terletak di tengah-tengah pusat seni, budaya dan pemerintahan kota pada zaman Romawi.
Mula pertama kuil dibangun oleh Agrippa pada 27 SM, kemudian direkonstruksi oleh
Hadrien antara 117-125 M. Pada abad VII ditransformasikan menjadi gereja.

Ruang utama berdenah lingkaran, sering disebut rotunda. Diameter bagian dalam
dinding 43,43 m. Ada yang berpasangan, ada yang menyatu dengan dinding atau dapat
disebut pilaster. Pilaster berpenampang segi empat terdapat cukup banyak dalam Pantheon
Roma dan bangunan-bangunan Romawi pada umumnya.

Denah lingkaran dikombinasikan dengan gerbang masuk berdenah segi empat. Pintu masuk
terdapat dibelakang konstruksi gerbang tersebut.
Hal yang unik dalam perancangan Pantheon Roma adalah ukuran diameter cella sama
dengan tinggi bangunan. Bila ditarik garis pada penampang melintang melalui titik pusat
ruang dalam dan puncak kubah akan terbentuk sebuah lingkaran.

Gambar 2.14 Potongan membujur, potongan melintang, dan denah Kuil Pantheon di Roma yang
ditransformasikan menjadi gereja pada abad ke VII.
Sumber : Sumalyo, 2003 : 35.
 Basilika Trajan di Roma (98-112 M)

Basilika Trajan di Roma (98-112 M) dibangun oleh Apollodorus dari Damascus.


Basilika meupakan bangunan pemerintahan. dahulu mempunyai nave tengah bentuknya segi
empat memanjang, Pada kedua ujungnya, masing-masing terdapat tribunal pada ketinggian
lantai dibentuk oleh trap-trap, dan denahnya setengah lingkaran.

Berbebeda dari sebelumnya, jika Denah pantheon Roma menggabungkan bentuk


Persegi dan Lingkaran, pada Denah basilika Trajan ini terlihat bangsa romawi mulai
mengtransformasikan dan mengaplikasikan bentuk lingkaran dan persegi..dimana denah ini
terlihat seperti bentuk lingkaran yang dibelah dan ditengahnya merupakan persegi.panjang

Gambar 2.15 Situasi dari Forum


Trajan, dan denah dalam
Basilika Trajan di Roma (98-
112 M). Sumber : Sumalyo,
2003 : 37.
C. PERKEMBANGAN STRUKTUR PADA ARSITEKTUR ROMAWI

Kolom dan Balok

Pada arsitektur Romawi, bangsa Romawi juga menggunakan Konstruksi kolom dan
balok atau entablature menjadi ciri khas arsitektur Yunani yang disebut Order. Keindahan
dari Order terpancar dari ornamen yang menenkankan pada bagian-bagian yang dominan
antara lain kolom dan kepalanya, entablature dan pediment dengan dekorasi, terbagi menjadi
aliran masing-masing mempunyai ciri khas antara lain, Dorik, Ionik dan Korintien.

Gambar 2.5 Order Dorik, Ionik, dan Korientien Romawi


Sumber : http://www.tribunesandtriumphs.org/roman-architecture/roman-columns.htm, diakses pada 08
September 2015.
Elemen-elemen Order dalam arsitektur Romawi hanya diambil bentuknya, sama
sekali tidak terkait dengan konstruksi, menghias pilaster dan balok-baloknya. Dalam berbagai
bangunan Romawi, elemen arsitektur Yunani hanya menjadi hiasan misalnya pada pintu
masuk dan jendela. Pada teater, kolom, balok atau entablature yang menyatu dengan
pelengkung yang berfungsi ganda yaitu sebagai bagian konstruksi penguat dinding dan juga
sebagai dekorasi. Contoh umumnya bisa kita lihat pada bangunan teater colosseum roma.
Gambar 2.6 Kolom-kolom menyangga semacam entablature, lengkap dengan cornice, bukan berfungsi sebagai
balok, namun juga sebagai ornament. Ditengah frieze, terdapat berkaitan dengan sejarah. Sumber :
http://andieperkembanganarsitek.blogspot.com/2010/06/arsitektur-romawi.html, diakses pada 01 September
2015.

Pelengkung

Arsitektur Romawi mengadaptasi arsitektur Yunani dengan skala yang lebih


besarArsitektur Yunani yang hanya mempunyai komponen vertikal dan horisontal
mempunyai keterbatasan, antara lain jarak antar kolom yang tidak bisa terlalu besar, juga
bangunan tidak bisa lebih tinggi dari dua lantai.Bangsa Romawi menggunakan busur
lengkung yang diletakkan pada kolom. Sistem struktur ini memberikan kemampuan
menopang beban yang jauh lebih baik.Bangunan yang kecil atau bangunan satu lantai
dibangun dengan gaya Yunani. Bangunan yang lebih besar menggunakan busur lengkung.
Pada bangunan ini gaya arsitektur Yunani digunakan lebih sebagai dekorasi.
Pada arsitektur Romawi, pelengkung menjadi bagian yang penting, karena berfungsi
sebagai konstruksi menggantikan kolom dan balok. Berkat pelengkung berbagai bangunan
besar dan tinggi dapat didirikan.

Gambar 2.2 Dinding keliling dengan gerbang berkonstruksi pelengkung Falerii Novi pada abad III SM.
Sumber : Sumalyo, 2003 : 29.

2.3.1.1 Pelengkung Augustus

Pelengkung Augustus di Perugia, dibangun pada akhir abad 11 SM, juga menunjukan
pemakaian pelengkung sudah sejak zaman Romawi awal atau zaman Etruscan. Dengan
sistem konstruksi pelengkung, maka kolom dan balok tidak diperlukan lagi. Kemudian dalam
perkembangannya, bentuk kolom dan balok Yunani hanya menjadi bagian dari dekorasi.
Berbagai kuil pada zaman Etruscan menggunakan sistem kolom dan balok, namun
konstruksi, proporsi, komposisi dan dekorasinya mempunyai ciri khusus berbeda dengan
ketiga Order Yunani.

Gambar 2.3 Rekonstruksi


Pelengkung Augustus.
Sumber : Sumalyo, 2003 : 29.

2.3.1.2 Pelengkung Konstantinus

Untuk mengabadikan kemenangannya, Konstantinus memutuskan untuk membangun


sebuah pelengkung kejayaan. Di bagian atas pelengkunya, ditulis inskripsi yang ditujukkan
untuk dewa. Di bagian bawahnya, ada ukiran yang menggambarkan pertempuran
Konstantinus. Ukiran pada pelengkung ini menggambarkan Konstantinus memasuki kota
Roma dengan kereta perang, juga ada ukiran yang memperlihatkan Konstantinus memberi
uang pada orang miskin. Inovasi pada pelengkung ini adalah digunakannya pewarna,
sedangkan pelengkung-pelengkung sebelumnya tidak dilapisi pewarna.

Gambar 2.4 Pelengkung Konstantinus.


Sumber : https://id.wikibooks.org/wiki/Romawi_Kuno/Arsitektur/Pelengkung_Konstantinus, diakses pada 08
September 2015.

2.3.1.3 Pelengkung Titus

Pelengkung Titus terletak di bagian selatan dari pusat kota Roma, di ujung sebuah
jalan yang berada di samping selatan Kuil Venus. Pelengkung didirikan pada zaman Titus,
untuk memperingati jatuhnya Jerusalem ke tangan orang-orang Roma. Bagian dalam
pelengkung ini diukir dengan ukiran timbul.

Gambar 2.5 Pelengkung (arch) Titus di Roma (82 M).


Sumber : http://andieperkembanganarsitek.blogspot.com/2010/06/arsitektur-romawi.html, diakses
pada 02 September 2015.
Atap Kubah

Pada mulanya, arsitektur khas Romawi juga dilengkapi dengan atap yang berbentuk
melengkung

Pada perkembangan selanjutnya, bentuk atap ini mengalami perkembangan menjadi kubah.
Atap kubah yang berwujud setengah bulatan ini mampu menciptakan kesan megah pada
suatu bangunan.
D. ORNAMEN
ORNAMEN PADA ORDER

Romawi mempunyai lima buah gaya arsitektur (order).

Tiga di antaranya merupakan ‘pinjaman’ langsung dari gaya Yunani: Doric, Ionic dan
Corinthian. Corinthian merupakan gaya yang paling populer di Romawi.

Dua gaya lain yang ditambahkan oleh bangsa Romawi adalah Tuscan (bentuk yang lebih
sederhana dari gaya Doric), dan Composite (gaya Corinthian yang lebih kaya ornamen).

Contoh pengaplikasian order Corinthian dan composite pada bangunan Pantheon

Gambar Order Ionic pada kuil Fortuna virilis


Gambar Order Corinthian dan order Composite

Gambar 4 macam Order pada colosseum roma lantai


pertama menggunakan kolom Doric, lantai kedua ionic,
lantai keiga Corinthian, lantai ke empat menggunakan
kolom composite
POLA RUANG

Desain Simetris

Pada dasarnya, simetris berarti sama antara kiri dan kanan atau atas dan bawah. Desain
simetris termasuk peninggalan bangsa Romawi di bidang arsitektur yang bersifat abadi.
Prinsip desain ini bahkan masih digunakan sampai sekarang sebab mampu menciptakan
kesan yang glamor dalam sekejap
BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Dalam bidang seni dan arsitektur, Roma merupakan peminjam yang secara
keseluruhan mengoper pilar-pilar Yunani yang bergaya Doria, Ionia dan Korintia, yang
selanjutnya digabung serta dikembangkan yaitu gaya Komposit dan Tuskana.

Dorongan utamanya bukan untuk menyaingi kesempurnaan dan keselarasan bangsa


Yunani, melainkan untuk mengungguli dengan kehebatan teknologinya. Para
arsitek Roma merupakan orang pertama yang memanfaatkan beton untuk membangun
gedung raksasa / bangunan besar. Dengan menggunakan material yang murah dan luwes ini,
mereka mengembangkan gagasan pelengkung Etruska untuk menjadi pola viaduk,
akuaduk, pelengkung kemenangan dan kubah-kubah raksasa seperti kubah di Kuil Pantheon.

Konsep arsitektur Romawi mencerminkan segi-segi praktis, yaitu :

 Kekokohan
 Keamanan
 Kenyamanan
 Fungsi

Arsitektur Romawi mengalami pemisahan bentuk dan struktur, bentuk tidak selalu
mencerminkan strukturnya, struktur hanyalah merupakan hiasan atau omamen. Arsitektur
Romawi lebih mengutamakan fungsi (utilitarian), kontruksi bangunan dan suasana
(grandeur)
DAFTAR PUSTAKA

https://pxhere.com/id/photo/1410840
https://id.wikipedia.org (Tanggal akses : 28 Agustus 2015).
Sumalyo, Yulianto. 2003. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Ward-Perkin, John B. 1977. Roman Architecture. New York : Abrahams.
https://id.wikibooks.org/wiki/Romawi_Kuno/Arsitektur/Pelengkung_Konstantinus (Tanggal
akses : 08 September 2015).
http://www.tribunesandtriumphs.org/roman-architecture/roman-columns.htm. (Tanggal akses
: 08 September 2015).
http://andieperkembanganarsitek.blogspot.com/2010/06/arsitektur-romawi.html (Tanggal
akses : 01 September 2015).
http://pinterest.com (Tanggal akses : 30 Agustus 2015).

https://en.m.wikipedia.org (Tanggal akses : 30 Agustus 2015).

http://architecturestation.blogspot.com/2010/06/arsitektur-romawi.html (Tanggal akses : 02


September 2015).

You might also like