Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh
Selly Resty Pratama
NIM : 14.IK.413
B. DEFINISI
Menurut Brain Injury Assosiation of America, 2006. Cedera kepala adalah
suatu kerusakan pada kepala bukan bersifat congenital ataupun degenerative, tetapi
disebabkan serangan/benturan fisik dari luar yang dapat mengurangi atau mengubah
kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Cedera kepala atau trauma kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena
trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit neorologis terjadi karena
robeknya substansia alba, iskemia dan pengaruh massa karena hemoragig, serta
edema cereblal disekitar jaringan otak.
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak. Cedera kepala meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan otak.
Cedera otak terdapat dibagi dalam dua macam yaitu :
1. Cidera otak primer adalah kelainan patologi otak yang timbul segera akibat
langsung dari trauma. Pada cidera primer dapat terjadi: memar otak, laserasi.
2. Cidera otak sekunder adalah kelainan patologi otak disebabkan kelainan biokimia,
metabolisme, fisiologi yang timbul setelah trauma.
Proses-proses fisiologi yang abnormal:
1. Kejang-kejang
2. Gangguan saluran nafas
3. Tekanan intrakranial meningkat yang dapat disebabkan oleh karena:
a. edema fokal atau difusi
b. hematoma epidural
c. hematoma subdural
d. hematoma intraserebral
e. over hidrasi
4. Sepsis/septik syok
5. Anemia
6. Shock
Proses fisiologis yang abnormal ini lebih memperberat kerusakan cidera otak dan
sangat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas.
C. ETIOLOGI
1. Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor bertabrakan
dengan kenderaan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan
atau kecederaan kepada pengguna jalan raya .
2. Jatuh
Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke bawah
dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakan turun maupun
sesudah sampai ke tanah.
3. Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan
seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau
menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang lain (secara paksaan).
Selain itu penyebab lain terjadinya trauma kepala, antara lain :
1. Trauma tajam
Kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana merobek otak, misalnya
tertembak peluru atau benda tajam
2. Trauma tumpul
Kerusakan menyebar karena kekuatan benturan, biasanya lebih berat sifatnya
3. Cedera akselerasi
Peristiwa gonjatan yang hebat pada kepala baik disebabkan oleh pukulan maupun
bukan dari pukulan
4. Kontak benturan (Gonjatan langsung)
a. Terjadi benturan atau tertabrak sesuatu objek
b. Kecelakaan lalu lintas
c. Jatuh
d. Kecelakaan industri
5. Serangan yang disebabkan karena olah raga
Perkelahian
D. KLASIFIKASI
Cedera kepala dibagi menjadi:
1. Cedera Kepala terbuka
Luka kepala terbuka akibat cedera kepala dengan pencahnya tengkorak
atau luka penetrasi. Besarnya cedera kepala pada tipe ini ditentukan oleh
velositas, masa dan bentuk dari benturan. Kerusakan otak juga dapat terjadi jika
tulang tengkorak menusuk dan masuk ke dalam jaringan otak dan melukai
durameter saraf otak, jaringan sel otak akibat benda tajam/ tembakan. Cedera
kepala terbuka memungkinkan kuman pathogen memiliki abses langsung ke otak.
2. Cedera Kepala Tertutup
Benturan cranium pada jaringan otak didalam tengkorak ialah goncangan yang
mendadak. Dampaknya mirip dengan sesuatu yang bergerak cepat, kemudian
serentak berhenti dan bila ada cairan dalam otak cairan akan tumpah. Cedera
kepala tertutup meliputi: komusio (gegar otak), kontusio (memar), dan laserasi.
3. Berdasarkan Tingkat Keparahan
Biasanya Cedera Kepala berdasarkan tingkat keparahannya didasari atas
GCS. Dimana GCS ini terdiri dari tiga komponen yaitu :
a. Reaksi membuka mata (E)
b. Reaksi berbicara
Reaksi Verbal Nilai
Komunikasi verbal baik, jawaban tepat 5
Bingung, disorientasi waktu, tempat dan ruang 4
6
Mengikuti perintah
b. Apatis, yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
c. Delirium, yaitu kondisi seseorang yang mengalami kekacauan gerakan, siklus tidur
bangun yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi serta
d. Somnolen yaitu kondisi seseorang yang mengantuk namun masih dapat sadar bila
dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur kembali Nilai GCS (9-7).
e. Sopor, yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun masih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi tidak
terbangun sempurna dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik Nilai GCS
(6-5).
nyeri hanya sedikit, tetapi refleks kornea dan pupil masih baik Nilai GCS (4)
g. coma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, memberikan respons
terhadap pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respons terhadap rangsang
G. KOMPLIKASI
Kemunduran pada kondisi pasien mungkin karena perluasan hematoma
intrakranial, edema serebral progresif, dan herniasi otak Edema serebral dan herniasi
Edema serebral adalah penyebab paling umum peningkatan TIK pada pasien
yang mendapat cedera kepala, puncak pembengkakan yang terjadi kira kira 72 jam
setelah cedera. TIK meningkat karena ketidakmampuan tengkorak untuk membesar
meskipun peningkatan volume oleh pembengkakan otak diakibatkan trauma. Sebagai
akibat dari edema dan peningkatan TIK, tekanan disebarkan pada jaringan otak dan
struktur internal otak yang kaku. Bergantung pada tempat pembengkakan, perubahan
posisi kebawah atau lateral otak (herniasi) melalui atau terhadap struktur kaku yang
terjadi menimbulkan iskemia, infark, dan kerusakan otak irreversible, kematian.
Defisit neurologik dan psikologik Pasien cedera kepala dapat mengalami
paralysis saraf fokal seperti anosmia (tidak dapat mencium bau bauan) atau
abnormalitas gerakan mata, dan defisit neurologik seperti afasia, defek memori, dan
kejang post traumatic atau epilepsy. Pasien mengalami sisa penurunan psikologis
organic (melawan, emosi labil) tidak punya malu, emosi agresif dan konsekuensi
gangguan.
Komplikasi lain secara traumatik:
1. Infeksi sitemik (pneumonia, ISK, sepsis)
2. Infeksi bedah neurologi (infeksi luka, osteomielitis, meningitis, ventikulitis, abses
otak)
3. Osifikasi heterotropik (nyeri tulang pada sendi sendi)
Komplikasi lain:
1. Peningkatan TIK
2. Hemorarghi
3. Kegagalan nafas
4. Diseksi ekstrakranial
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Spinal X ray, Membantu menentukan lokasi terjadinya trauma dan efek yang terjadi
(perdarahan atau ruptur atau fraktur).
2. CT Scan, Memeperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti.
3. Myelogram, Dilakukan untuk menunjukan vertebrae dan adanya bendungan dari
spinal aracknoid jika dicurigai.
4. MRI (magnetic imaging resonance), Dengan menggunakan gelombang magnetik
untuk menentukan posisi serta besar/ luas terjadinya perdarahan otak.
5. Thorax X ray, Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo.
6. Pemeriksaan fungsi pernafasan, Mengukur volume maksimal dari inspirasi dan
ekspirasi yang penting diketahui bagi penderita dengan cidera kepala dan pusat
pernafasan (medulla oblongata).
7. Analisa Gas Darah, Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha
pernafasan.
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung tipe,lokasi dan keparahan cedera dan
mungkin di persulit oleh cedera tambahan pada organ vital
a. Aktifitas dan istirahat
Gejala : merasa lemah,lelah,kaku hilang keseimbangan
Tanda: Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, ataksia cara berjalan tidak
tegap, masalah dlm keseimbangan, cedera/trauma ortopedi, kehilangan tonus
otot.
b. Sirkulasi
Gejala :Perubahan tekanan darah atau normal, Perubahan frekuensi jantung
(bradikardia,takikardia yg diselingi bradikardia disritmia)
c. Integritas ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas,mudah tersinggung,delirium,agitasi,bingung,depresi.
d. Eliminasi
Gejala: Inkontensia kandung kemih/usus mengalami gangguan fungsi
e. Makanan/cairan
Gejala : mual,muntah dan mengalami perubahan selera
Tanda : muntah,gangguan menelan
f. Neurosensori
Gejala:Kehilangan kesadaran sementara,amnesia seputar kejadian, vertigo,
sinkope,tinitus,kehilangan pendengaran, Perubahan dalam penglihatan seperti
ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagain lapang pandang, gangguan
pengecapan dan penciuman
Tanda : Perubahan kesadran bisa sampai koma, Perubahan status mental,
Perubahan pupil, Kehilangan penginderaan, Wajah tdk simetris, Genggaman
lemah tidak seimbang, Kehilangfan sensasi sebagian tubuh.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yg berbeda biasanya lama
Tanda: Wajah menyeringai,respon menarik pd ransangan nyeri, nyeri yang
hebat,merintih.
h. Pernafasan
Tanda: Perubahan pola nafas, nafas berbunyi, stridor, tersedak,ronkhi,mengi.
i. Keamanan
Gejala: Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda:Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, kulit:laserasi, abrasi,
perubahan warna, tanda batle disekitar telinga, adanya aliran cairan dari telinga
atau hidung, Gangguan kognitif, Gangguan rentang gerak, Demam.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan (spesifik serebral) b.d aliran arteri dan atau vena
terputusNyeri
2. Nyeri akut b.d dengan agen injuri fisikKebersihan jalan nafas tidak efektif
3. Defisit self care b.d de-ngan kelelahan, nyeri
J. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI KEPERAWATAN (NOC)
1 Ketidakefektifan perfusi jaringan NOC : NIC :
(spesifik serebral) b.d aliran arteri dan Status sirkulasi Perfusi jaringan Monitor Tekanan Intra Kranial
atau vena terputus. serebral 1. Catat perubahan respon klien
Setelah dilakukan tindakan terhadap stimulus / rangsangan
keperawatan selama ….x 24 jam, klien 2. Monitor TIK klien dan respon
mampu men-capai : Status sirkulasi neurologis terhadap aktivitas
dengan indikator: Tekanan darah sis- 3. Monitor intake dan output
tolik dan diastolik dalam rentang yang 4. Pasang restrain, jika perlu
diharapkan Tidak ada ortostatik 5. Monitor suhu dan angka leukosit
hipotensi Tidak ada tanda tanda PTIK 6. Kaji adanya kaku kuduk
Perfusi jaringan serebral, dengan 7. Kelola pemberian antibiotik
indikator : 8. Berikan posisi dengan kepala
O
1. Klien mampu berkomunikasi elevasi 30-40 dengan leher dalam
dengan jelas dan sesuai posisi netral
kemampuan klien. 9. Minimalkan stimulus dari lingkungan
2. Klien menunjukkan perhatian, 10. Beri jarak antar tindakan
konsentrasi, dan orientasi Klien keperawatan untuk meminimalkan
mampu memproses informasi peningkatan TIK
3. Klien mampu mem-buat 11. Kelola obat obat untuk
keputusan dengan benar mempertahankan TIK dalam batas
4. Tingkat kesadaran klien membaik spesifik
Monitoring Neurologis
1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi
dan bentuk pupil
2. Monitor tingkat kesadaran klien
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Monitor keluhan nyeri kepala, mual,
dan muntah
5. Monitor respon klien terhadap
pengobatan
6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
7. Observasi kondisi fisik klien
Terapi Oksigen
1. Bersihkan jalan nafas dari secret
2. Pertahankan jalan nafas tetap
efektif
3. Berikan oksigen sesuai instruksi
4. Monitor aliran oksigen, kanul
oksigen, dan humidifier
5. Beri penjelasan kepada klien
tentang pentingnya pemberian
oksigen
6. Observasi tanda-tanda hipoventilasi
7. Monitor respon klien terhadap
pemberian oksigen
8. Anjurkan klien untuk tetap memakai
oksigen selama aktivitas dan tidur
2 Nyeri akut b.d dengan agen injuri fisik. NOC: NIC:
1. Nyeri terkontrol Manajemen nyeri
2. Tingkat Nyeri 1. Kaji keluhan nyeri, lokasi,
3. Tingkat kenyamanan karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, dan beratnya
Setelah dilakukan asuhan nyeri.
keperawatan selama …. x 24 jam, klien 2. Observasi respon ketidaknyamanan
dapat : secara verbal dan non verbal.
1. Mengontrol nyeri, dengan 3. Pastikan klien menerima perawatan
indikator: analgetik dg tepat.
- Mengenal faktor-faktor 4. Gunakan strategi komunikasi yang
penyebab efektif untuk mengetahui respon
- Mengenal onset nyeri penerimaan klien terhadap nyeri.
- Tindakan pertolong-an non 5. Evaluasi keefektifan penggunaan
farmakologi kontrol nyeri
- Menggunakan anal-getik 6. Monitoring perubahan nyeri baik
- Melaporkan gejala-gejala nyeri aktual maupun potensial.
kepada tim kesehatan. 7. Sediakan lingkungan yang nyaman.
- Nyeri terkontrol
2. Menunjukkan tingkat nyeri, dengan 8. Kurangi faktor-faktor yang dapat
indikator: menambah ungkapan nyeri.
- Melaporkan nyeri 9. Ajarkan penggunaan tehnik
- Frekuensi nyeri relaksasi sebelum atau sesudah
- Lamanya episode nyeri nyeri berlangsung.
- Ekspresi nyeri; wa-jah 10. Kolaborasi dengan tim kesehatan
- Perubahan respirasi rate lain untuk memilih tindakan selain
- Perubahan tekanan darah obat untuk meringankan nyeri.
- Kehilangan nafsu makan 11. Tingkatkan istirahat yang adekuat
3. Tingkat kenyamanan, dengan untuk meringankan nyeri.
indicator :
- Klien melaporkan kebutuhan Manajemen pengobatan
tidur dan istirahat tercukupi 1. Tentukan obat yang dibutuhkan
klien dan cara mengelola sesuai
dengan anjuran/ dosis.
2. Monitor efek teraupetik dari
pengobatan.
3. Monitor tanda, gejala dan efek
samping obat.
4. Monitor interaksi obat.
5. Ajarkan pada klien / keluarga cara
mengatasi efek samping
pengobatan.
6. Jelaskan manfaat pengobatan yg
dapat mempengaruhi gaya hidup
klien.
Pengelolaan analgetik
1. Periksa perintah medis tentang
obat, dosis & frekuensi obat
analgetik.
2. Periksa riwayat alergi klien.
3. Pilih obat berdasarkan tipe dan
beratnya nyeri.
4. Pilih cara pemberian IV atau IM
untuk pengobatan, jika mungkin.
5. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgetik.
6. Kelola jadwal pemberian analgetik
yang sesuai.
7. Evaluasi efektifitas dosis analgetik,
observasi tanda dan gejala efek
samping, misal depresi pernafasan,
mual dan muntah, mulut kering, &
konstipasi.
8. Kolaborasi dgn dokter untuk obat,
dosis & cara pemberian yg
diindikasikan.
9. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik,
kualitas, dan keparahan sebelum
pengobatan.
10. Berikan obat dengan prinsip 5 benar
a. 11. Dokumentasikan respon dari
analgetik dan efek yang tidak
diinginkan
3 Defisit self care b.d kelelahan, nyeri. NIC: NIC :
Self care: activity of daily living Membantu perawatan diri klien Mandi
(ADLs) dan toiletting
Setelah diberi motivasi perawatan Aktifitas: Tempatkan alat-alat mandi di
selama….x24 jam, mengerti cara tempat yang mudah dikenali dan mudah
memenuhi ADL secara bertahap dijangkau klien Libatkan klien dan
sesuai kemam-puan, dengan kriteria : dampingi Berikan bantuan selama klien
1. Mengerti secara seder-hana cara masih mampu mengerjakan sendiri
mandi, makan, toileting, dan NIC: ADL Berpakaian
berpakaian serta mau mencoba Aktifitas: Informasikan pada klien dalam
secara aman tanpa cemas memilih pakaian selama perawatan
Sediakan pakaian di tempat yang mudah
dijangkau Bantu berpakaian yang sesuai
2. Klien mau berpartisipasi dengan Jaga privcy klien Berikan pakaian pribadi
senang hati tanpa keluhan dalam yg digemari dan sesuai
memenuhi ADL NIC: ADL Makan
Anjurkan duduk dan berdo’a bersama
teman Dampingi saat makan Bantu jika
klien belum mampu dan beri contoh Beri
rasa nyaman saat makan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Carolyn M. Hudak. 2001. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II. Alih
Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC.
Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan Masalah
Kolaborasi. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Corwin, E.J. 2002. Handbook of Pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC.
Diagnosa NANDA (NIC & NOC) Disertai Dengan Dischange Planning. 2007-2008. Jakarta:
EGC.
Price, S.A. & Wilson, L.M. 2002. Pathophysiology : Clinical Concept of Disease Processes
. 4th. Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical–Surgical
Nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC.
Suyono, S, et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI