You are on page 1of 8

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN KLINIS (USIA SAAT SAKIT, JUMLAH


LEUKOSIT, JUMLAH TROMBOSIT) UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSIS DEMAM
BERDARAH DENGUE PADA ANAK

Disusun oleh

Aprilliana Risma 20130310139

Arum Via 20130310205

Fahrizal Irsyad 20120310122

Goustaf Pendy 20130310146

Ika Anis Nur N 20130310178

Kiara Rindang Sinoel 20130310020

Nindy Ellena 20130310042

Nurul Hafizhah Suria S 20130310101

Ridham Ismu P 20130310002

Roshynta Linggar A 20130310198

Tabita Nur Amalina 20130310082

Tahta Rilo M 20130310208

We Sagara Dewi 20120310052

Yusuf Susanto 20130310140

PROGRAM STUDIPENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.

Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar

biasa (KLB) di Indonesia (Depkes RI, 2011). Demam Berdarah Dengue (DBD) atau

Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue.Virus dengue ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti

(Depkes RI, 2004). DBD merupakan suatu penyakit terutama menyerang anak-anak

dengan ciri-ciri adanya demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan

bertendensi menimbulkan renjatan (syok) yang berakibat pada kematian (Depkes RI,

1992). Di Indonesia, penyakit ini pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun

1968, pada saat itu terjadi 58 kasus dengan 24 anak meninggal dan pada akhirnya

menyebar keseluruh Indonesia. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia

menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya.

Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health

Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus

DBD tertinggi di Asia Tenggara (Kemenkes RI, 2010).


Data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam Profil Kesehatan

Indonesia menyebutkan bahwa penyakit demam berdarah dengue termasuk sepuluh

terbesar penyakit pada pasien rawat inap rumah sakit di Indonesia pada tahun 2010.

Demam Berdarah Dengue menempati urutan kedua setelah penyakit diare dan

gastroenteritis karena infeksi tertentu (Depkes RI, 2011). Berdasarkan data

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dari tahun

2008 hingga tahun 2011, keseluruhan kabupaten/kota di Provinsi D.I Yogyakarta

terjangkit demam berdarah dengue (Depkes RI, 2011). Penyakit Demam Berdarah

Dengue (DBD) di Provinsi D.I.Yogyakarta pada tahun 2007 sebesar 2.578 kasus.

Angka ini meningkat 27,06 % dibanding pada tahun 2006 yaitu sebesar 1.887 kasus.

Angka kesakitan tertinggi untuk penyakit DBD adalah di wilayah Kota Yogyakarta,

disusul Kabupaten Slemandan Kabupaten Bantul. Angka kesakitan DBD pada tahun

2007sebesar 74,77% (Depkes RI, 2008). DBD merupakan penyakit yang ditandai

oleh demam akut akibat infeksi virus dengue yang menyerang baik dewasa maupun

anak-anak. Namun demikian, penyakit ini lebih banyak menimbulkan korban pada

anak-anak dibawah usia 15 tahun, karena pada pasien anak disertai dengan terjadinya

perdarahan yang mengakibatkan renjatan sehingga dapat berakibat kematian pada

penderita (Soedarto, 1996). Di Indonesia, penderita penyakit DBD terbanyak berusia

5-11 tahun (Ginanjar, 2008). Penyakit ini menunjukkan peningkatan jumlah orang

yang terserang setiap 4-5 tahun. Kelompok umur yang sering terkena adalah anak-

anak umur 4-10 tahun, walaupun dapat pula mengenai bayi dibawah umur 1 tahun

(IDAI, 2009).
Drug Related Problems (DRP) yang paling banyak terjadi adalah terapi tanpa

adanya indikasi terjadi pada 22 pasien dari total 65 pasien pediatri yang didiagnosis

DBD. Permasalahan DRP yang lain berturut-turut adalah dosis kurang sebanyak 14

pasien, dosis lebih terjadi sebanyak 10 pasien, obat salah terjadi pada 4 pasien dan

indikasi butuh obat terjadi pada 2 pasien (Yasin dkk., 2009). Pemberian antibiotik

pada penderita DBD anak di RS Roemani periode 2010 masih cukup besar. Penderita

DBD tanpa komplikasi infeksi lebih banyak diberikan pengobatan antibiotik yaitu

sebesar 93,3%. Penderita tanpa komplikasi dengan tanpa pemberian antibiotik hanya

sebesar 6,7% (Rohmani dan Merry, 2012).

Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang melalui fragmentasi sitoplasma


9
megakariosit. Jumlah trombosit normal adalah sekitar 250 x 10 /l (rentang 150 - 400
9
x 10 /l) dan lama hidup trombosit yang normal adalah 7 - 10 hari. Fungsi utama

trombosit adalah pembentukan sumbat mekanik selama respons hemostasis normal

terhadap cedera vaskular. Tanpa trombosit, dapat terjadi kebocoran darah spontan
3
melalui pembuluh darah kecil.

Penurunan jumlah trombosit <150.000/μl dikategorikan sebagai

trombositopenia. Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme

supresi sumsum tulang, destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Penyebab

trombositopenia pada DBD adalah akibat terbentuknya kompleks virus antibodi yang

merangsang terjadinya agregasi trombosit. Agregat tersebut melewati RES sehingga


dihancurkan. Peningkatan destruksi trombosit di perifer juga merupakan penyebab

trombositopenia pada DBD.

Pada penderita DBD dapat terjadi leukopenia ringan sampai leukositosis

sedang. Leukopenia dapat terjadi pada hari demam pertama dan ke-3 pada 50% kasus

DBD ringan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh adanya degenerasi sel PMN
5
yang matur dan pembentukan sel PMN muda. Pada saat demam, mulai terjadi

pengurangan jumlah leukosit dan netrofil disertai limfositosis relatif. Leukopenia

mencapai puncaknya sesaat sebelum demam turun dan normal kembali pada 2-3 hari

setelah defervescence (demam turun). Penurunan trombosit umumnya mengikuti

turunnya leukosit dan mencapai puncaknya bersamaan dengan turunnya demam.

(Masihor & Mantik, 2013)

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh nilai diagnostik pemeriksaan klinis

terhadap penegakan diagnosis demam berdarah dengue pada anak?

2. Apakah nilai diagnostik pemeriksaan klinis seperti usia saat sakit,

jumlah leukosit, jumlah trombosit dapat menegakkan diagnosis

demam berdarah dengue pada anak?


C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh nilai diagnostik pemeriksaan klinis

terhadap penegakan diagnosis demam berdarah dengue pada anak

2. Untuk mengetahui kemampuan nilai diagnostik pemeriksaan klinis

seperti usia saat sakit, jumlah leukosit, jumlah trombosit dalam

menegakkan diagnosis demam berdarah dengue pada anak.

D. Hipotesis

H0 :usia saat sakit, jumlah leukosit, jumlah trombosit tidak dapat

digunakan untuk diagnosis demam berdarah dengue pada anak

H1 :usia saat sakit, jumlah leukosit, jumlah trombosit dapat digunakan

untuk diagnosis demam berdarah dengue pada anak

E. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode observational

analitik numerik tidak berpasangan. Pengambilan data dilakukan hanya

satu kali (cross sectional) untuk setiap objek penelitian


F. Variabel Penelitian dan Jenis Data

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas pada penelitian ini adalah : nilai diagnostik (usia saat

sakit, jumlah leukosit, jumlah trombosit)

b. Variabel terikat pada penelitian ini adalah : penegakan diagnostik

demam berdarah dengue .

2. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif.

G. Analisis Data

Setelah memperoleh data kemudian data dianalisis dengan uji nonparametrik

menggunakan uji korelasi Spearman dan uji Chi Square karena akan menguji dua

variabel yang berdata ordinal (kategorik) dan numerik. Uji korelasi Spearman dan uji

Chi Square akan diolah menggunakan program komputer pengelola data statistik
DAFTAR PUSTAKA

asihor, J. J., & Mantik, M. F. (2013). Hubungan Jumlah Trombosit Dan Jumlah
Leukosit Pada Pasien Anak Demam Berdarah Dengue. Jurnal e-Biomedik ,
391-395.

You might also like