You are on page 1of 45

LAPORAN MINI PROJECT

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU


TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KAJEN 1 DESA ROWOLAKU
KAB. PEKALONGAN

Oleh:

dr. Arya Bogi Kusumo


dr. Astari Rindu Astuti
dr. Farah
dr. Jinan Fairuz A.R
dr. Nely Tsurayya
dr. Putri Nurrani K
dr. Samuel Keryanto R

Pendamping:
dr. Agustina Rusmawati

PUSKESMAS KAJEN 1
KABUPATEN PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul
Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kajen 1 Desa Rowolaku Kab. Pekalongan.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. dr. Tarjo selaku kepala Puskesmas Kajen 1.
2. dr. Agustina Rusmawati selaku pembimbing yang telah memberikan
petunjuk kepada kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas
ini.
3. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam
penyusunan laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis berupaya menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

Pekalongan, Desember 2017


Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. v
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... vi
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
2.1 Air Susu Ibu (ASI) ....................................................................... 4
2.1.1 Pengertian ASI ................................................................... 4
2.1.2 Volume ASI ....................................................................... 4
2.1.3 Komposisi ASI ................................................................... 4
2.1.4 Zat Gizi dalam ASI ............................................................ 7
2.1.5 Kandungan Antibodi dalam ASI ........................................ 9
2.1.6 Manfaat ASI ....................................................................... 11
2.2 Laktasi ............................................................................................. 12
2.2.1 Fisiologi Laktasi ................................................................. 12
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI............. 14
2.3 ASI Eksklusif .................................................................................. 15
2.4 Kerangka Konsep ........................................................................... 17
BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................... 18
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 18
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 18
3.3 Desain Penelitian ........................................................................... 18
3.4 Sampel Penelitian ........................................................................... 18

iii
3.5 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 18
3.6 Instrumen Penelitian ...................................................................... 19
3.7 Definisi Operasional ....................................................................... 19
3.8 Aspek Pengukuran ......................................................................... 19
BAB 4. HASIL PENELITIAN ......................................................................... 21
4.1 Data Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Wilayah Kerja Puskesmas
Kajen 1 ............................................................................................ 21
4.2 Karakteristik Responden ............................................................... 22
4.3 Gambaran Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Pre-test dan
Post-test Diberikan Penyuluhan ................................................... 23
4.4 Gambaran Sikap Ibu Tentang ASI Eksklusif Sebelum (pre-test)
dan Sesudah (Post-test) diberikan penyuluhan ........................... 24
4.5 Pengaruh Pengetahuan Responden Berdasarkan Karakteristik
Responden pada saat pretest dan posttest ................................... 25
BAB 5. PEMBAHASAN DAN DISKUSI ........................................................ 27
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 30
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 30
6.2 Saran................................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 31
LAMPIRAN ....................................................................................................... 33

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 : Ringkasan perbedaan antara ASI, Susu Sapi, Susu formula ............... 6
Tabel 2 : Komponen unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat melindungi
bayi dari berbagai penyakit ............................................................... 10
Tabel 3 : Kebutuhan cairan, kalori dan protein bayi menurut U/BB .................. 16
Tabel 4 :Distribusi Frekuensi Responden Balai Desa Rowolaku Berdasarkan
Umur ................................................................................................... 22
Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan .................. 23
Tabel 6 : Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Usia dalam pemberian
ASI eksklusif pada saat pretest dan posttest ..................................... 26
Tabel 7 : Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pendidikan dalam
pemberian ASI eksklusif pada saat pretest dan posttest ................... 26

v
DAFTAR GRAFIK

Halaman
Grafik 1 : Pencapaian ASI Eksklusif Wilayah Kerja Puskesmas Kajen 1
bulan Januari 2017 .......................................................... 21
Grafik 2 : Pencapaian ASI Eksklusif Wilayah Kerja Puskesmas Kajen 1
bulan Februari 2017 ....................................................... 21
Grafik 3 : Pencapaian ASI Eksklusif Wilayah Kerja Puskesmas Kajen 1
bulan Maret 2017 ........................................................... 22

Grafik 4 : Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif .............. 23

Grafik 5 : Gambaran Sikap Ibu Tentang ASI Eksklusif ......................... 25

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ASI merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi yang bernilai gizi
tinggi serta terjangkau. Pola pemberian ASI yang dianjurkan adalah pemberian
ASI segera atau 30 menit hingga 1 jam setelah melahirkan, selanjutnya pemberian
asi saja atau menyusui secara eksklusif hingga bayi usia 6 bulan dan pemberian
makanan tambahan dan pemberian makanan tambahan setelah umur 6 bulan serta
tetap memberikan asi diteruskan sampai umur 2 tahun. Kebijakan Nasional untuk
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri
Kesehatan No. 450/Menkes/SK/IV/2004. ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang
diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan
minuman, kecuali obat dan vitamin. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah
bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan kabupaten/kota di


Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif
hanya sekitar 28,96%, terjadi sedikit peningkatan bila dibandingkan dengan tahun
2012 yang mencapai 27,35%. Angka ini dirasakan masih sangat rendah bila
dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2014 sebesar 80%.
Cakupan tertinggi adalah di Kabupaten Tegal yaitu sebesar 77,21%. Sedangkan
yang terendah adalah di Kabupaten Pekalongan sebesar 2,61%. Hanya 3
kabupaten/kota saja yang telah mencapai pemberian ASI eksklusif di atas 60%.
Sedangkan 32 kabupaten/kota lainnya masih di bawah 60%.

Untuk data cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kajen 1


Kabupatan Pekalongan selama tahun 2017, dari bulan Januari-Maret 2017 rata-
rata sebesar 59,11%. Rowolaku, salah satu desa dalam wilayah kerja Puskesmas
Kajen 1, menempati 5 besar desa yang masih kurang cakupan ASI eksklusifnya.
Pada bulan Januari 2017 cakupan ASI eksklusif sebesar 57,69%, Februari 2017

1
sebesar 42,86%, dan Maret 2017 sebesar 57,14%. Hal ini pula yang mendasari
pemilihan Desa Rowolaku sebagai desa yang digunakan sebagai sampel penelitian
ini.
Salah satu penyebab rendahnya pemberian asi eksklusif yaitu kurangnya
pengetahuan ibu yang berdampak pada perilaku ibu dalam menyusui. Untuk
mengubah perilaku ibu dalam pemberian asi tersebut diperlukan banyak upaya,
salah satunya melalui pendidikan kesehatan. Pemberian pendidikan kesehatan
tentang asi eksklusif mampu mengubah perilaku, sikap ibu dalam menyusui dan
dapat menambah pengetahuan ibu mengenai asi eksklusif.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusun rumusan masalah sebagai
berikut: Bagaimanakah gambaran pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian
asi eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kajen 1 Desa Rowolaku Kab.
Pekalongan

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap
pengetahuan dan sikap ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kajen 1 Desa Rowolaku
Kab. Pekalongan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan umur,
pendidikan, pekerjaan, paritas, dan sumber informasi.
2. Mengidentifikasi pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif.
3. Mengidentifikasi sikap responden tentang ASI Eksklusif.
4. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan ASI ekskusif terhadap
pengetahuan ibu.
5. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap
sikap ibu.

2
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam upaya peningkatan
cakupan program.
2. Sebagai sumber informasi untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu
terhadap pemberian ASI Eksklusif.
3. Mempromosikan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif, dan
saran yang membangun untuk penelitian selanjutnya.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Susu Ibu (ASI)


2.1.1 Pengertian ASI
Air Susu Ibu adalah suatu emulsi dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
anorganik yang disekresi oleh kalenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi
bayi yang mengandung nutrisi-nutrisi dasar dan elemen dengan jumlah yang sesuai,
untuk pertumbuhan bayi yang sehat. ASI tidak memberatkan fungsi traktus digestivus
dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi yang baru lahir. Karena ASI sangat
mudah dicerna sistem pencernaan bayi yang masih rentan, bayi mengeluarkan lebih
sedikit energi dalam mencerna ASI, sehingga ia dapat menggunakan energi selebihnya
untuk kegiatan tubuh lainnya, pertumbuhan dan perkembahan organ sehingga dapat
menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum (Pudjiadi, 2005).

2.1.2 Volume ASI


Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat
ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada 4 hari pertama
sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 100-300 ml ASI dalam sehari, dari
jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 300-450 ml/hari pada
waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Pada hari ke 10 sampai seterusnya
volume bervariasi yaitu 300–850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi
saat laktasi. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400–850 ml/hari, tahun
kedua 200–400 ml/hari, dan sesudahnya 200 ml/hari (Manajemen laktasi, 2004).

2.1.3 Komposisi ASI


Komposisi ASI berubah menurut stadium penyesuaian sesuai dengan
kebutuhan bayi pada saat itu. ASI yang dihasilkan sampai minggu pertama
(kolostrum) komposisinya berbeda dengan ASI yang dihasilkan kemudian (ASI
peralihan dan ASI matur). ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan kurang bulan
komposisinya berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu melahirkan cukup

4
bulan. Demikian pula komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai menyusui
dan akhir fase menyusui.
Menurut stadium laktasinya, terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik
dan komposisi berbeda yaitu:
a. Stadium Kolostrum
Di sekresi pada 4 hari pertama setelah persalinan yang diproduksi
sebesar 150–300 ml/hari. Komposisi kolostrum ASI lebih banyak
mengandung protein dibandingkan ASI matur, tetapi berlainan dengan
ASI matur dimana protein yang utama adalah casein, pada kolostrum
protein yang utama adalah globulin, khususnya tinggi dalam level
immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih
rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah
alergi makanan. Kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar (pembersih
usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi
yang baru lahir segera bersih dan siap menerima makanan selanjutnya.
Jumlah energi dalam kolostrum hanya 58 kalori/100 ml
b. ASI transisi / peralihan
ASI yang diproduksi pada hari ke 5 sampai pada hari ke 10.
Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi komposisi protein semakin
rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi, hal ini untuk
memenuhi kebutuhan bayi karena aktivitas bayi yang mulai aktif dan bayi
sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa ini pengeluaran
ASI mulai stabil.
c. ASI matang / matur
Adalah ASI yang dikeluarkan pada hari ke 10 sampai seterusnya
dengan volume bervariasi yaitu 300–850 ml/hari tergantung pada
besarnya stimulasi saat laktasi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang
terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan.
Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan pendamping
selain ASI.

5
Tabel 1 Ringkasan perbedaan antara ASI, Susu Sapi, Susu formula
Properti ASI Susu Sapi Susu Formula
Kontaminasi Tdk ada Mgkn ada Ada bila
bakteri dicampurkan
Anti Infeksi Ada Tidak ada Tidak ada
Faktor Ada Tidak ada Tidak ada
pertumbuhan
Protein Jml sesuai dan Terlalu banyak dan Sebagian
mudah dicerna sukar dicerna diperbaiki
Kasein:whey Kasin:whey 80:20 Disesuaikan dgn
40:60 ASI
Whey : alfa Whey:
betalactoglobulin
Lemak -Cukup asam - Kurang ALE -Kurang ALE
lemak esensial - Tdk ada lipase -Tdk ada DHA
(ALE), DHA / dan AA
AA - Tdk ada lipase
-Mengandung
lipase
Zat besi Jumlah kecil tapi Banyak tdk dpt Ditambahkan
mudah dicerna diserap dgn baik ekstra tdk diserap
dgn baik
Vitamin Cukup Tdk cukup vit A,C Vit ditambahkan
Air Cukup Perlu tambahan Mungkin perlu
tambahan
Sumber: Konseling menyusui: Pelatihan untuk tenaga kesehatan : kerjasama
WHO/UNICEF/BK.PP.ASI /2000

Dari beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa komposisi ASI yang


diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (ASI prematur) berbeda

6
dengan ASI yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan (ASI
matur). Pada bayi yang lahir sebelum waktunya (preterm) ASI yang dihasilkan
ibu memiliki kuantitas IgA, laktoferin dan lysozym yang lebih banyak
dibandingkan ASI dari ibu yang melahirkan tepat waktu karena kondisi bayi
masih belum dalam keadaan optimal untuk beradaptasi dan lebih rentan terhadap
permasalahan kesehatan (Neonatal division AIIMS, 2005).
Selanjutnya komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai menyusu dan
akhir fase menyusu. Pada awal fase menyusu ASI (5 menit pertama) yang
dikeluarkan disebut foremilk, air susu encer dan bening yang hanya mengandung
sekitar 1 – 2g/dl lemak, susu ini berasal dari payudara yang berisi, air susu yang
encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air
susu berikutnya disebut hindmilk yang merupakan ASI yang dihasilkan pada saat
akhir menyusui (setelah 15-20 menit), air susu yang kental dan putih ini berasal
dari payudara yang keriput/mulai kosong, mengandung sedikitnya tiga sampai
empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang
dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak
memperoleh air susu ini (Mizuno, K. et al., 2008).

2.1.4 Zat Gizi dalam ASI


1. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI yang utama adalah laktosa, yang jumlahnya
berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Misalnya
hidrat arang dalam kolustrum untuk tiap 100 ml ASI adalah 5,3 gram, dan dalam
ASI peralihan 6,42 gram, ASI hari ke 9 adalah 6,72 gram; ASI hari ke 30 adalah 7
gram. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4 yang berarti ASI
terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI, kondisi ini yang menyebabkan
bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI.
Produk dari laktosa adalah galaktosa dan glukosamin. Galaktosa
merupakan nutrisi vital untuk pertumbuhan jaringan otak dan juga merupakan
nutrisi medula spinalis, yaitu untuk pembentukan myelin (pembungkus sel saraf).
Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium dan magnesium yang sangat penting

7
untuk pertumbuhan tulang, terutama pada masa bayi untuk proses pertumbuhan
gigi dan perkembangan tulang. Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap bayi
yang mendapat ASI ekslusif menunjukkan rata-rata pertumbuhan gigi sudah
terlihat pada bayi berumur 5 atau 6 bulan, dan gerakan motorik kasarnya lebih
cepat.
Laktosa oleh fermentasi di dalam usus akan diubah menjadi asam laktat.
Asam laktat ini membuat suasana di usus menjadi lebih asam. Kondisi ini sangat
menguntungkan karena akan menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya
dan menjadikan tempat yang subur bagi bakteri usus yang baik yaitu lactobacillus
bifidus karena proses pertumbuhan dibantu oleh glukosamin (Pudjiadi, 2004).

2. Protein
Protein dalam ASI merupakan bahan baku pada pertumbuhan dan
pekembangan bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya
hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini disebabkan
karena protein ASI merupakan kelompok protein Whey, protein yang sangat
halus, lembut, dan mudah dicerna sedangkan komposisi protein yang ada di dalam
susu sapi adalah kasein yang kasar bergumpal dan sangat sukar dicerna oleh bayi.

3. Lemak
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang
merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta
mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Docosahexaenoic acid (DHA) dan
Arachidonic acid (AA) merupakan asam lemak tak jenuh rantai panjang
(polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak
(myelinasi) yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi
untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Selain itu DHA dan AA
dalam tubuh dapat disintesa dari substansi prekusornya yaitu asam linolenat
(Omega 3) dan asam linoleat (Omega 6).
Sumber utama kalori dalam ASI adalah lemak. Walaupun kadar lemak
dalam ASI tinggi tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI

8
lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase dalam ASI.
(Dadhich, J.P., Dr. 2007).

4. Mineral
Zat besi dan kalsium didalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil
dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Walaupun jumlah kecil tidak
sebesar susu sapi tetapi dapat diserap secara keseluruhan dalam usus bayi.
Berbeda dengan susu sapi yang jumlahnya tinggi namun sebagia besar harus
dibuang melalui sistem urinaria maupun pencernaan karena tidak dapat dicerna.
Kadar mineral yang tidak dapat diserap akan memperberat kerja usus bayi untuk
mengeluarkan, menganggu keseimbangan dalam usus bayi, dan meningkatkan
pertumbuhan bakteri yang merugikan yang akan mengakibatkan kontraksi usus bayi
tidak normal sehingga bayi kembung, gelisah karena konstipasi atau gangguan
metabolisme.

5. Vitamin
Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah
terdapat dalam ASI dalam jumlah yang cukup. Namun pada minggu pertama usus bayi
belum mampu membentuk vitamin K, sedangkan bayi setelah persalinan mengalami
pendarahan perifer yang perlu dibantu dengan pemberian vitamin K untuk proses
pembekua darah. Dalam ASI vitamin A, D, C ada dalam jumlah yang cukup, sedangkan
golongan vitamin B kecuali riboflavin dan pantotenik sangat kurang. Tetapi tidak perlu
ditambahkan karena bisa diperoleh dari menu yang dikonsumsi ibu.

2.1.5 Kandungan Antibodi dalam ASI


ASI mengandung macam-macam substansi anti infeksi yang melindungi
bayi terhadap infeksi terutama bilamana kebersihan lingkungan tidak baik. Faktor-
faktor proteksi dalam ASI tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :

9
Tabel 2 Komponen unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat melindungi bayi
dari berbagai penyakit
NO Komposisi Peranan

1. Faktor bifidus Mendukung proses perkembangan


bakteri yang menguntungkan dalam usus
bayi untuk mencegah pertumbuhan
bakteri yang merugikan seperti E. Coli
patogen

2. Laktoferin & Transferin Mengikat zat besi sehingga zat besi tidak
digunakan oleh bakteri patogen untuk
pertumbuhannya.

3. Laktoperoksidase Bersama dengan peroksidase hidrogen


dan ion tiosianat membantu membunuh
Streptococcus

4. Faktor Anti staphilococcus Menghambat pertumbuhan


Staphilococcus patogen.

5. Sel limfosit dan makrofag Mengeluarkan zat anti bodi untuk


meningkatkan imunitas terhadap
penyakit.
6. Komplemen Memperkuat Fagosit

7. Imunoglobulin Memberikan kekebalan terhadap infeksi


8. Lizosim Memiliki fungsi bakteriostatik terhadap
enterobakteri dan bakteri gram negatif

10
9. Interferon Menghambat pertumbuhan virus

10. Faktor pertumbuhan epidermis Membantu pertumbuhan selaput usus


bayi sebagai perisai untuk menghindari
zat-zat merugikan yang masuk ke
peredaran darah.

Sumber: Karyadi, 2003

2.1.6 Manfaaat ASI


ASI sebagai makanan utama bayi mempunyai manfaat terhadap bayi,
antara lain sebagai berikut:
1. ASI sebagai makanan alamiah yang baik untuk bayi, mudah dicerna
dan memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan pencernaan bayi.
2. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu
buatan. Didalam usus laktosa akan di fermentasi menjadi asam laktat
yang bermanfaat untuk :
- menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
- Merangsang pertumbuhan organisme mikroorganisme yang
dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa
jenis vitamin.
- Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral seperti
calsium, magnesium.
3. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi
selama 0-6 bulan pertama
4. ASI tidak mengandung beta–lactoglobulin yang dapat menyebabkan
alergi pada bayi.
5. ASI eksklusif sampai enam bulan menurunkan resiko sakit jantung
anak pada masa dewasa.

11
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui bayi juga memberikan
manfaat pada ibu, yaitu :
1. Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya
rahim ke bentuk semula.
2. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil.
3. Menunda kesuburan. Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara
mencegah kehamilan. Namun, ada tiga syarat yang harus dipenuhi,
yaitu: bayi belum diberi makanan lain; bayi belum berusia enam bulan;
dan ibu belum haid.
4. Menimbulkan perasaan dibutuhkan dan memperkuat hubungan batin
antara ibu dan bayi.
5. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan
datang.

Manfaat lain dari pemberian ASI pada bayi untuk keluarga, antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Aspek ekonomi, ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang
seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan
untuk keperluan lain.
2. ASI sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.
3. Mengurangi biaya pengobatan. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit,
sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.

2.2 Laktasi
2.2.1 Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui yaitu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran
ASI. Proses laktasi dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor
hormonal. Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon
yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara progesteron, estrogen,
prolaktin, oksitosin, human placental lactogen (HPL).

12
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi
ASI. Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis
I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang
kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi
ASI sebenarnya.
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat
hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin
tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal
dengan fase Laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam
darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke
level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin
menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga
keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin
dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2
pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.
Proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi
biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari)
setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung
setelah melahirkan.
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama
kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI
mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI
dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara
dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI.
Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa
baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan. Terdapat
dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu :
a. Refleks prolaktin
Dalam puting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris. Bila ini
dirangsang, maka timbal impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke

13
kelenjar hipofisis anterior sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon
prolaktin, hormon inilah yang berperan pada produksi ASI. Prolaktin
dibentuk lebih banyak pada malam hari.

b. Refleks Aliran (let down reflex)


Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar
hipofisis anterior, tetapi juga ke kelenjar hipofisis posterior, yang
mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi
otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI
dipompa keluar. Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga
involusi makin cepat dan baik. Tidak jarang perut ibu terasa mulas pada
hari-hari pertama meyusui dan ini adalah mekanisme alamiah untuk
kembalinya rahim ke bentuk semula (Guyton, 2003).

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI


 Makanan Ibu
Makanan yang dikonsumsi ibu dalam masa menyusui tidak secara
langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan.

14
Namun jika makanan ibu terus-menerus tidak mengandung cukup zat gizi
yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu
dalam payudara ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan
akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
 Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri dan
rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan
gagal dalam menyusui bayinya.
 Penggunaan Alat Kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron
Bagi ibu yang dalam menyusui tidak dianjurkan menggunakan
kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat
mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi
ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat
digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau
spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak
langsung dapat meningkatkan hormon oksitosin yang dapat merangsang
produksi ASI.
 Kurang sering menyusui atau memerah payudara
 Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat:
o Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
o Teknik perlekatan yang salah
 Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
 Jaringan payudara hipoplastik

2.3 ASI Eksklusif


Yaitu memberikan ASI saja selama bayi berumur 0-6 bulan. ASI tanpa bahan
makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan,
setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein, vitamin dan mineral utama untuk
bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras. Pengenalan makanan
tambahan dimulai pada usia enam bulan dan bukan empat bulan, karena pertama dari
hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan

15
perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berumur
enam bulan.
Dari segi kebutuhan cairan dan energi, bayi usia 6 bulan dengan berat badan ideal
7,5 kg membutuhkan intake cairan sebesar 750 ml/hari, dengan kebutuhan kalori
750kkal/hari, serta protein 18,75 gr/hari. Ibu dengan bayi usia 6 bulan ASI yang
diproduksi 300-850 ml/hari dengan kandungan kalori sebesar 70kkal dan protein sebesar
1,3gram tiap 100ml ASI. Karena itu selama kurun waktu 6 bulan ASI mampu memenuhi
kebutuhan gizi bayi. Setelah 6 bulan volume pengeluaran ASI menjadi menurun dan
sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat
makanan tambahan.
Pada saat bayi berumur enam bulan sistem pencernaannya mulai matur. Setelah
berumur enam bulan usus bayi mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang
masuk. Hal ini dikarenakan pori-pori jaringan usus bayi yang pada awalnya berongga
seperti saringan pasir yang memungkinkan bentuk protein ataupun kuman akan langsung
masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi, akan tertutup rapat
setelah bayi berumur enam bulan (Manajemen laktasi, 2004).

Tabel 3 Kebutuhan cairan, kalori dan protein bayi menurut U/BB


Kebutuhan per hari
Umur Cairan (ml) Kalori (kkal) Protein (gr)
1 bulan ± 500 ± 350 8,75
3 bulan ± 600 ± 600 15
4 bulan ± 650 ± 650 16,25
5 bulan ± 700 ± 700 17,5
6 bulan ± 750 ± 750 18,75
7 bulan ± 800 ± 800 20
8 bulan ± 850 ± 850 21,25
9 bulan ± 900 ± 900 22,5
10 bulan ± 950 ± 950 23,75
11 bulan ± 1000 ± 1000 25

16
12 bulan ± 1050 ± 1050 26,25
2 tahun ± 1600 ± 1600 32

2.4 Kerangka konsep

17
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3x pertemuan, yaitu di Balai Desa
Rowolaku pada tanggal 15 November 2017, di Rumah Kader Desa Rowolaku
tanggal 29 November 2017, dan di Rumah Kader Desa Rowolaku tanggal 6
Desember 2017.

3.3 Desain Penelitian


Jenis peneilitian ini adalah kuasi eksperiment dengan pendekatan one
group pretest-postest untuk mengetahui perubahan tingkat pengetahuan dan sikap
ibu tentang ASI Eksklusif sebelum dan sesudah penyuluhan di posyandu Desa
Rowolaku, pada rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (control).

3.4 Sampel Penelitian


Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil, ibu yang memiliki bayi dan
wanita usia produktif di Desa Rowolaku pada bulan November dan Desember
2017 yang diambil secara acak.

3.5 Metode Pengumpulan Data


3.5.1. Data Primer
Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi : pengetahuan
dan sikap, ibu hamil tentang ASI eksklusif yang di peroleh melalui wawancara
langsung dengan responden dengan menggunakan keusioner yang diberikan
kepada responden sebelum dan sesudah penyuluhan.

18
3.5.2 Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Kajen 1, yaitu data Cakupan
Pemberian ASI Eksklusif Desa Rowolaku bulan Juni-September 2016.

3.6. Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang di gunakan adalah kuesioner, leaflet, dan lembar
balik.

3.7. Definisi Operesional


1. Penyuluhan ASI eksklusif adalah suatu usaha penyebarluasan informasi
tentang ASI eksklusif kepada Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil,
ibu yang memiliki bayi dan wanita usia produktif dengan menggunakan
metode ceramah dengan leaflet dan lembar balik.
2. Pengetahuan ibu adalah adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang
pemberian ASI eksklusif sebelum dan sesudah penyuluhan menyangkut
semua yang diketahui ibu tentang ASI eksklusif.
3. Sikap ibu adalah respon atau tanggapan ibu terhadap ASI Eksklusif sebelum
dan sesudah penyuluhan.

3.8 Aspek Pengukuran


1. Pengetahuan
Kuesioner pengetahuan ibu terdiri atas 15 pertanyaan. Pemberian skor
dilakukan berdasarkan ketentuan, jawaban benar diberi skor 1, dan jawaban salah
diberi skor 0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 15. Skor yang diperoleh
masing-masing responden dijumlahkan, dibandingkan dengan skor maksimal
kemudian dikalikan 100.
Dengan memakai skala pengukuran menurut Hadi Pratomo dan Sudarti
(1986), yaitu:
1. Baik, bila jawaban responden benar >75% dari total nilai angket pengetahuan.
2. Sedang, bila jawaban responden benar 40%-75% dari total nilai angket
pengetahuan.

19
3. Kurang, bila jawaban responden benar <40% dari total nilai angket
pengetahuan.
Maka penilaian terhadap pengetahuan responden, yaitu:
1. Skor 12-15 = baik.
2. Skor 7-11 = sedang.
3. Skor <7 = kurang.
2. Sikap
Sikap ibu diukur dengan memberikan 10 buah pertanyaan menggunakan
kuesioner, dengan ketentuan :
- jawaban benar diberi nilai 1
- jawaban salah diberi nilai 0
Skor dikalikan 2
Berdasarkan jumlah nilai yang telah diperoleh responden maka ukuran
tingkat sikap ibu hamil menurut Pratomo (1990):
a. Kategori baik, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari
75%
b. Kategori sedang, apabila nilai yang diperoleh responden 40%-75%
c. Kategori kurang, apabila nilai yang diperoleh responden kurang dari
40%

Maka penilaian terhadap sikap responden, yaitu:


1. Skor 15-20 = baik.
2. Skor 8-14 = sedang.
3. Skor <8 = kurang

20
BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Data Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Wilayah Kerja Puskesmas Kajen 1

Grafik 1. Pencapaian ASI Eksklusif Wilayah Kerja Puskesmas Kajen 1 bulan


Januari 2017

Cakupan ASI Eksklusif Puskesmas Kajen 1


Bulan Januari 2017
100%
80%
60%
40%
Cakupan ASI Eksklusif
20%
Puskesmas Kajen 1 Bulan
0%
Januari 2017

Grafik 2. Pencapaian ASI Eksklusif Wilayah Kerja Puskesmas Kajen 1


bulan Februari 2017

Cakupan ASI Eksklusif Puskesmas Kajen 1


Bulan Februari 2017
140%
120%
100%
80%
60%
Cakupan ASI Eksklusif
40%
Puskesmas Kajen 1 Bulan
20%
Februari 2017
0%

21
Grafik 3. Pencapaian ASI Eksklusif Wilayah Kerja Puskesmas Kajen 1
bulan Maret 2017

Cakupan ASI Eksklusif Puskesmas Kajen 1


Bulan Maret 2017
100%
80%
60%
40%
Cakupan ASI Eksklusif
20% Puskesmas Kajen 1 Bulan
0% Maret 2017

Dari grafik tersebut terlihat bahwa Desa Rowolaku menempati 5 besar


desa yang masih kurang cakupan ASI eksklusifnya, sehingga Desa
Rowolaku perlu diberikan penyuluhan mengenai ASI Eksklusif.
4.2 Karateristik Responden
4.2.1 Umur Responden
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Balai Desa Rowolaku
Berdasarkan Umur

No. Umur Jumlah Persentase


(tahun) (%)
1 18-24 22 38,59%
2 25-31 20 35,08%
3 >31 15 26,31%
Total 57 100

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa umur responden terbanyak


adalah 18-24 dengan jumlah 22 orang (38,59%) dan yang paling sedikit
berumur >31 yaitu 15 orang (26,31%).

22
4.2.2 Pendidikan
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)


1 SD 26 45,61%
2 SMP 24 42,10%
3 ≥SMA 7 12,28%
Total 57 100

Tabel 5 menjelaskan bahwa umumnya responden berpendidikan


terakhir SD yaitu sebanyak 26 orang (45,61%), sedangkan responden yang
berpendidikan terakhir SMP sebanyak 24 orang (42,10%) dan ≥SMA
sebanyak 7 orang (12,28%).

4.3 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Sebelum (pre- test)
dan Sesudah (Post-test) diberikan penyuluhan
Grafik 2. menjelaskan adanya perubahan tingkat pengetahuan antara
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada responden. Perbedaan tingkat
pengetahuan ini disebabkan karena penyuluhan yang diberikan kepada responden
sehingga bisa membantu responden meningkatkan pengetahuannya tentang ASI
eksklusif.
Grafik 4 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

60

50

40 Baik
30 Sedang

20 Kurang

10

0
Pretest Posttest

23
Berdasarkan hasil pre-test didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan
responden sebelum diberikan penyuluhan adalah sebanyak 49 orang (85,96%)
berada pada kategori baik dan 8 orang (14,03%) pada kategori sedang dan tidak
ada responden berkategori kurang. Dapat dikatakan bahwa umumnya tingkat
pengetahuan responden tentang ASI eksklusif cukup baik. Sementara itu setelah
dilakukukan pos-test didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden
setelah diberikan penyuluhan adalah baik sebanyak 55 orang (96,49%), sedang
sebanyak 2 orang (3,5%) dan tidak ada yang kurang.. Bisa dikatakan bahwa
tingkat pengetahuan responden mengalami peningkatan menjadi lebih baik
setelah di berikan penyuluhan.

4.4 Gambaran Sikap Ibu Tentang ASI Eksklusif Sebelum (pre-test) dan
Sesudah (Post-test) diberikan penyuluhan
Pada grafik 3 dapat dilihat bahwa sikap responden terbanyak sebelum
diberikan penyuluhan adalah sebanyak 31 orang (60,78%) berada pada kategori
baik, 20 orang (35,08%) berada pada kategori sedang dan sebanyak 6 orang
(10,52%) dengan kategori kurang. Dapat dikatakan bahwa sikap responden
tentang ASI eksklusif sebelum diberikan penyuluhan sejalan dengan
pengetahuannya terhadap hal yang sama. Kemudian setelah diberikan penyuluhan
adalah sebanyak 50 orang (87,71%) berkategori baik, sebanyak 6 orang (10,52%)
berada pada kategori sedang dan 1 (1,75%) orang berkategori kurang. Artinya ada
pengaruh penyuluhan terhadap sikap responden setelah dilakukan penyuluhan
yang ditandai dengan meningkatkannya responden yang memiliki sikap baik
berdasarkan hasil post-test.

24
Grafik 5 Gambaran Sikap Ibu Tentang ASI Eksklusif

50

40
Baik
30
Sedang
20
Kurang
10

0
Pretest Posttest

4.5 Pengaruh Pengetahuan Responden Berdasarkan Karakteristik


Responden pada saat pretest dan posttest
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden
dalam pemberian ASI Eksklusif, dilakukan pendalaman persebaran masing-
masing kategori pengetahuan terhadap usia dan tingkat pendidikan responden.
Hassilnya didapatkan bahwa saat pretest kategori usia termuda (18-24 tahun)
memiliki pengetahuan mengenai ASI Eksklusif lebih baik dibanding kategori usia
yang lebih tua. Sedangkan pada saat posttest, perubahan signifikan banyak terjadi
pada kategori usia 25-31 tahun dan usia >31 tahun, terlihat dengan perubahan
pengetahuan responden hingga pada kedua kategori usia tersebut semua
berpengetahuan baik.
Berdasarkan pendidikan, terlihat lulusan SMA 100% berpengetahuan baik
pada pretest dan posttest. Pada lulusan SMP, hanya 12,5% lulusannya yang
berkategori sedang di pretest dan saat posttest pengetahuan responden meningkat
menjadi baik semua. Sedangkan lulusan SD, 19,23% lulusannya berkategori
sedang saat pretest dan saat posttest masih tersisa 7,69% lulusannya tetap
berpengetahuan sedang dan sisanya meningkat menjadi berpengetahuan baik.

25
Tabel 6. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Usia dalam pemberian
ASI eksklusif pada saat pretest dan posttest
Pengetahuan Baik Sedang Rendah
Usia
Pre Post Pre Post Pre Post

18-24 19 20 3 2

25-31 17 20 2

>31 13 15 3

Tabel 7. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pendidikan dalam


pemberian ASI eksklusif pada saat pretest dan posttest
Pengetahuan Baik Sedang Rendah

Pendidikan Pre Post Pre Post Pre Post

SD 21 24 5 2

SMP 21 24 3

SMA 7 7

26
BAB 5
PEMBAHASAN DAN DISKUSI

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada
ibu hamil adalah pengetahuan gizi. Seseorang yang mempunyai pengetahuan gizi
yang baik, diharapkan akan memilliki perilaku pemberian ASI eksklusif yang
baik. Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO
yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) adalah dengan pemberian informasi untuk
meningkatkan pengetahuan adalah dengan pemberian informasi sehingga
menimbulkan kesadaran dan dapat dilakukan adalah dengan penyuluhan.
Salah satu yang menjadikan Desa Rowolaku sebagai daerah yang dlakukan
penelitian mengenai ASI Eksklusif adalah rendahnya perilaku pemberian ASI
Eksklusif terhadap bayi usia 0-6 bulan. Penyuluhan dilakukan tiga kali di tiga
tempat dan waktu yang berbeda. Hal ini disebabkan Desa Rowolaku memiliki
beberapa RT sehingga pemilihan sample dilakukan tiga kali agar persebaran
sample merata. Kemudian data dari tiga tempat tersebut dijadikan satu sebagai
keseluruhan sample responden.
Diawali dengan pemberian pretest sebelum pemberian penyuluhan,
bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap responden mengenai
ASI Eksklusif. Kemudian dilakukan penyuluhan untuk memberikan pengetahuan
tambahan serta meluruskan kesalahan-kesalahan pengetahuan atapun mitos yang
beredar di masyarakat yang menyebabkan kurangnya pemberian ASI Eksklusif.
Pertemuan diakhiri dengan pemberian kuesioner posttest dengan pertanyaan yang
sama dengan pretest, tujuannya untuk mengukur apakah ada perubahan
peningkatan pengetahuan maupun sikap responden pasca diberi penyuluhan.
Berdasarkan data pada BAB IV, diketahui bahwa responden berasal dari
berbagai macam usia dan tingkat pendidikan. Berdasarkan sebaran usia, rata-rata
responen merupakan wanita usia subur. Hal ini tepat sasaran karena
memungkinkan mereka untuk memberi ASI Eksklusif pada anak-anak mereka
kelak ataupun bagi yang sudah tidak berencana memiliki anak lagi tetap mendapat
pengetahuan yang bisa mereka bagikan kepada tetagga, sanak saudara, maupun

27
anak-anak mereka jika sudah dewasa kelak. Harapannya, mitos-mitos mengenai
ASI Eksklusif dapat perlahan hilang di masyarakat.
Dari hasil penelitian diperoleh terdapat peningkatan pengetahuan dan
sikap responden setelah diberikan penyuluhan. Hal ini berdasarkan tabel dan
grafik yang tertera pada BAB IV. Terlihat adanya peningkatan pada grafik
posttest dibandingkan saat pretest. Namun pengetahuan dan sikap responden saat
pretest dan posttest sebagian besar masih dalam kategori baik. Namun masih ada
pengetahuan dan sikap yang kurang dari responden sehingga hal tersebut mungkin
menjadi penyebab responden tidak memberikan ASI kepada bayinya. Setelah
diberi penyuluhan, responden mengalami peningkatan pengetahuan dan sikap
mengenai ASI Eksklusif. Hal ini diharapkan membuat responden semakin yakin
untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya,
Menggali lebih dalam faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden,
kategori usia 18-31 tahun memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding usia
>31 tahun. Hal ini dapat disebabkan karena semakin majunya informasi dan ilmu
kesehatan yang menyebar di masyarakat sehingga memungkinkan responden
dengan usia muda lebih banyak mendapat pengetahuan dibanding responden yang
usianya lebih tua. Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan, menunjukkan
lulusan SMA dan diatasnya memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding
lulusan SMP maupun SD. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usia dan tingkat
pendidikan mempengaruhi pengetahuan responden mengenai ASI Eksklusif.
Selain melalui data diatas, diskusi, tanya jawa, serta sharing saat
penyuluhan juga menjadi cara untuk mengetahui pengetahuan dan sikap
responden terhadap ASI Eksklusif. Banyak dari responden yang mendapatkan
persepsi dari sanak saudaranya bahwa bayi yang baru lahir, harus diberi makan
karena bayi sudah tidak makan selama 9 bulan di dalam kandungan. Maka dalam
penyuluhan, diluruskan bahwa bayi 0-6 bulan hanya butuh ASI sebagai makanan
utamanya dikarenakan belum siapnya sistem pencernaannya serta ASI sudah
cukup memenuhi kebutuhan makannya. Maka sebelum bayi usia 6 bulan tidak
perlu diberi makanan apapun termasuk air putih. Sedangkan pada kasus terntentu,
seperti ASI yang tidak keluar, jika sudah dilakukan berbagai cara dan konsultasi

28
medis namun tidak membuahkan hasil, maka tidak ada jalan lain selain
memberikan susu formula pada bayi sesuai dengan kategori usianya.
Pengetahuan mengenai sikap dalam menyusui juga banyak menuai
pertanyaan. Salah satunya mengenai bila terjadi luka di payudara saat bayi mulai
tumbuh gigi, maka sebaiknya ibu memeriksakan luka tersebut ke puskesmas,
dokter, ataupun bidan setempat untuk mengetahui pengobatan yang tepat. Jika
payudara membutuhkan pengobatan khusus maka bayi cukup menyusu di
payudara yang sehat. Jika sudah sembuh maka kedua payudara boleh digunakan
untuk menyusui. Saat menyusui, jangan memindahkan bayi ke payudara satunya
sebelum bayi melepaskan sendiri payudara yang sedang dihisapnya. Bayi yang
lebih mengetahui kapan ASI dalam satu payudara telah habis. Hal ini penting
karena jika bayi melepaskan sendiri payudara yang dihisapnya berarti bayi telah
menghabiskan porsi ASI nya dan telah kenyang sehingga gizinya terpenuhi.
Biasanya bayi yang kenyang cenderung tidak mudah rewel.
Terkadang, bayi menolak meminum ASI dari salah satu payudara karena
posisi menyusui yang kurang nyaman. Maka perlu berlatih posisi yang nyaman
dan aman bagi ibu dan bayi saat menyusui.
ASI diberikan bagi anak usia 0-2 tahun, setelah memasuki usia 2 tahun,
maka bayi disapih. Hal ini karena kualitas ASI yang sudah mulai menurun, serta
sudah siapnya pencernaan bayi menerima makanan layaknya orang dewasa.
Selain itu, usia 2 tahun, anak mulai dikenalkan mengenai jenis kelamin, maka
berdasar nilai kepatutan, anak usia 2 tahun sebaiknya sudah disapih.
Setelah pemberian penyuluhan ASI Ekslusif ini dan melihat hasil
peningkatan pengetahuan dan sikap responden mengenai ASI Eksklusif,
dharapkan kedepannya dapat memberikan pengetahuan yang benar mengenai ASI
Eksklusif di masyarakat khususnya di Desa Rowolaku. Nantinya diharapkan
secara kuantitatif adanya peningkatan pencapaian pemberian ASI Eksklusif
terhadap bayi di Desa Rowolaku.

29
BAB.6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengatahuan ibu dalam
pemberian ASI eksklusif di Desa Rowolaku
2. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat sikap ibu hamil dalam
pemberian ASI eksklusif di Desa Rowolaku
3. Ada pengaruh usia dan tingkat pendidikan terhadap pengetahuan mengenai
ASI Eksklusif.

6.2. Saran
1. Upaya meningkatkan pengetahuan, sikap ibu hamil tentang ASI eksklusif
dapat lakukan dengan salah satu metode penyuluhan yaitu metode ceramah
dan pembagian leaflet.
2. Diharapkan bagi petugas promosi kesehatan di Puskesmas agar
memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif serta penyuluhan gizi
lainnya kepada masyarakat terutama dengan metode ceramah guna
membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat serta membantu
mewujudkan pencapaian pemberian ASI eksklusif.

Kajen, Desember 2017


Dokter Pendamping

dr.Agustina Rusmawati
NIP. 19771231 2008 01 2 018

30
DAFTAR PUSTAKA

Arafah, Nur. 2010 Gambaran Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian Asi
Eksklusif Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008.
Medan: FK USU

Arifin, Siregar.2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang


Mempengaruhinya. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan: FK USU

BPNI. 2007. Production of breastmilk, establishing breastfeeding skills and the


composition of breastmilk. http://www.bpni.com

Dadhich, J.P., Dr. 2007. Successful Infant and Young Child Feeding.
http://www.bpni.org/Presentation/Successful_Exclusive_Breastfeeding.pdf

Dinkes Jatim. 2013. Daftar Isi Jatim Dalam Angka Terkini Tahun 2012 - 2013
Triwulan.

Emilia, Rika. 2009. Pengaruh Penyuluhan Asi Eksklusif Terhadap Pengetahuan


Dan Sikap Ibu Hamil Di Mukim Laure-E Kecamatan Simeulue Tengah
Kabupaten Simeulue (Nad) Tahun 2008 . Medan: FKM USU

Linkages. 2002. Pemberian ASI eksklusif: Satu-satunya sumber cairan yang


dibutuhkan bayi usia dini. Academy for educational.
http://www.linkagesproject.org

Nelson E Waldo.2007.Text Book of Paediatric 18th edition. Philadelphia:


Saunders

31
Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta.
Rineka Cipta.

Pudjiadji, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinik pada Anak Edisi keempat. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran.

Purwanti, 2004. Konsep Penerapan ASI ekslusif, Buku Kedokteran. Jakarta : EGC

Puskesmas Tanggul. 2013. Profil Puskesmas Tanggul. Jember

Puskesmas Tanggul. 2013 LB3 Gizi Tanggul 2013. Jember

Safitri Dian.2007. Dasar-Dasar Pemberian Susu Formula Pada Bayi,


http://www.babycenter.com/refcap/baby/babyfeeding/9195.html

USAID Linkages Project, 2004. Exclusive Breastfeeding: The Only Water Source
Young Infants Need - Frequently Asked Questions, Washington DC.

U.S. Department of Health and Human Services on Women’s Health. 2007. An


Easy Guide to Breastfeeding.
http://www.womenshealth.gov/pub/BF.General.pdf

WHO. 2001. The Optimal Duration of Exclusive Breastfeeding. Geneva:


Department of Nutrition for Health and Development (NHD)

32
LAMPIRAN

KUESIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU
TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KAJEN 1 DESA ROWOLAKU
KAB. PEKALONGAN

Petunjuk Pengisian:
1. Semua pertanyaan dalam kuesioner ini harus dijawab
2. Berilah tanda checklist(√) pada kolom yang telah disediakan.
3. Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan satu jawaban yang
sesuai menurut keadaan ibu.
I. DATA DEMOGRAFI
1. Umur ibu : Tahun
2. Pendidikan : □ SD □SLTP □SLTA
□Perguruan tinggi
3. Pekerjaan :
4. Jumlah anak :
5. Sumber informasi : □ Koran, makalah, buku (media
cetak)
□ TV, Radio (Media elektronik)
□ Dari orang lain (Media massa)
II. Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif
NO Pernyataan Alternatif Jawaban

B S
1 ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan paling
sempurna bagi bayi.

33
2 ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa
makanan dan minuman tambahan lain pada
bayi berumur 0-6 bulan.

3 ASI yang keluar pada hari pertama sampai


hari ketiga atau keempat yang biasanya
berwarna kuning atau kekuning-kuningan
disebut kolostrum.

4 Kolostrum mengandung zat kekebalan


lebih banyak dari susu setelah 1 minggu.

5 Manfaat pemberian ASI salah satunya


adalah meningkatkan jalinan kasih sayang.
6 ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum menjadi ASI matang disebut ASI
transisi/jolong.

7 ASI dapat meningkatkan daya penglihatan


dan kepandaian berbicara.

8 Bayi yang tidak mendapatkan ASI


Eksklusif lebih jarang sakit dibandingkan
bayiyang mendapatkan ASI Eksklusif.

9 ASI bersifat praktis dan mudah diberikan


kepada bayi tapi tidak bersih.
10 Cara memperbanyak ASI adalah disusui
sesering mungkin serta asupan makanan

34
ibu yang bergizi serta yang banyak
mengandung cairan.

11 Pemberian ASI merupakan metode


pembelajaran makanan yang baik, terutama
bayi berumur kurang dari 4 bulan.

12 Manfaat pemberian ASI pada ibu adalah


untuk mempercepat involusi uterus
(kembalinya uterus kebentuk semula)
sebagai metode alat kontrasepsi alamiah,
menjarangkan kehamilan, praktis serta
mengurangi kemungkinan terjadinya
kanker rahim.

13 Bayi diberi rangsangan agar membuka


mulut dengan cara menyentuh pipi dengan
putting susu dan menyentuh sisi mulut
bayi.

14 ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa


harus menyiapkan atau memasak air
dahulu.

15 Proses pemberian ASI yang lancar


memungkinkan asupan .

III. Sikap Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif


a. SS (Sangat Setuju)
b. S (Setuju)

35
c. TS (Tidak Setuju)
d. STS (Sangat tidak setuju)

NO Pernyataan Alternatif Jawaban


SS S TS STS
1 Ibu harus membersihkan payudaranya
dengan sabun sebelum menyusui bayinya

2 Saya lebih mementingkan pekerjaan


daripada memberikan susu bayi

3 Ibu harus member colostrums pada


bayinya dri hari pertama sampai hari
ketiga

4 Bila ibu lelah pada malam hari lebih baik


suami memberi susu formula untuk bayi

5 Susu formula yang mahal saat ini sudah


lengkap dibandingkan air susu ibu

6 Air susu ibu sering membuat bayi mencret

7 Bila dalam perjalanan,sebaiknya ibu tidak


menyusui karena malu

8 Kalau putting susu ibu terbenam dapat


ditanggulangi dengan memijat dan
menarik putting susu 2 bulan sebelum
persalinan

36
9 Air susu Ibu tidak harus diberikan sampai
6 bulan lebih baik dilanjutkan sampai 2
tahun

10 Bagi ibu yang bekerja ASI dapat diganti


dengan susu formula

37
LAMPIRAN FOTO

38
39

You might also like