Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Pendamping:
dr. Agustina Rusmawati
PUSKESMAS KAJEN 1
KABUPATEN PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul
Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kajen 1 Desa Rowolaku Kab. Pekalongan.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. dr. Tarjo selaku kepala Puskesmas Kajen 1.
2. dr. Agustina Rusmawati selaku pembimbing yang telah memberikan
petunjuk kepada kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas
ini.
3. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam
penyusunan laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis berupaya menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi pembaca.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. v
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... vi
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
2.1 Air Susu Ibu (ASI) ....................................................................... 4
2.1.1 Pengertian ASI ................................................................... 4
2.1.2 Volume ASI ....................................................................... 4
2.1.3 Komposisi ASI ................................................................... 4
2.1.4 Zat Gizi dalam ASI ............................................................ 7
2.1.5 Kandungan Antibodi dalam ASI ........................................ 9
2.1.6 Manfaat ASI ....................................................................... 11
2.2 Laktasi ............................................................................................. 12
2.2.1 Fisiologi Laktasi ................................................................. 12
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI............. 14
2.3 ASI Eksklusif .................................................................................. 15
2.4 Kerangka Konsep ........................................................................... 17
BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................... 18
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 18
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 18
3.3 Desain Penelitian ........................................................................... 18
3.4 Sampel Penelitian ........................................................................... 18
iii
3.5 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 18
3.6 Instrumen Penelitian ...................................................................... 19
3.7 Definisi Operasional ....................................................................... 19
3.8 Aspek Pengukuran ......................................................................... 19
BAB 4. HASIL PENELITIAN ......................................................................... 21
4.1 Data Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Wilayah Kerja Puskesmas
Kajen 1 ............................................................................................ 21
4.2 Karakteristik Responden ............................................................... 22
4.3 Gambaran Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Pre-test dan
Post-test Diberikan Penyuluhan ................................................... 23
4.4 Gambaran Sikap Ibu Tentang ASI Eksklusif Sebelum (pre-test)
dan Sesudah (Post-test) diberikan penyuluhan ........................... 24
4.5 Pengaruh Pengetahuan Responden Berdasarkan Karakteristik
Responden pada saat pretest dan posttest ................................... 25
BAB 5. PEMBAHASAN DAN DISKUSI ........................................................ 27
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 30
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 30
6.2 Saran................................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 31
LAMPIRAN ....................................................................................................... 33
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Ringkasan perbedaan antara ASI, Susu Sapi, Susu formula ............... 6
Tabel 2 : Komponen unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat melindungi
bayi dari berbagai penyakit ............................................................... 10
Tabel 3 : Kebutuhan cairan, kalori dan protein bayi menurut U/BB .................. 16
Tabel 4 :Distribusi Frekuensi Responden Balai Desa Rowolaku Berdasarkan
Umur ................................................................................................... 22
Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan .................. 23
Tabel 6 : Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Usia dalam pemberian
ASI eksklusif pada saat pretest dan posttest ..................................... 26
Tabel 7 : Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pendidikan dalam
pemberian ASI eksklusif pada saat pretest dan posttest ................... 26
v
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1 : Pencapaian ASI Eksklusif Wilayah Kerja Puskesmas Kajen 1
bulan Januari 2017 .......................................................... 21
Grafik 2 : Pencapaian ASI Eksklusif Wilayah Kerja Puskesmas Kajen 1
bulan Februari 2017 ....................................................... 21
Grafik 3 : Pencapaian ASI Eksklusif Wilayah Kerja Puskesmas Kajen 1
bulan Maret 2017 ........................................................... 22
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
sebesar 42,86%, dan Maret 2017 sebesar 57,14%. Hal ini pula yang mendasari
pemilihan Desa Rowolaku sebagai desa yang digunakan sebagai sampel penelitian
ini.
Salah satu penyebab rendahnya pemberian asi eksklusif yaitu kurangnya
pengetahuan ibu yang berdampak pada perilaku ibu dalam menyusui. Untuk
mengubah perilaku ibu dalam pemberian asi tersebut diperlukan banyak upaya,
salah satunya melalui pendidikan kesehatan. Pemberian pendidikan kesehatan
tentang asi eksklusif mampu mengubah perilaku, sikap ibu dalam menyusui dan
dapat menambah pengetahuan ibu mengenai asi eksklusif.
2
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam upaya peningkatan
cakupan program.
2. Sebagai sumber informasi untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu
terhadap pemberian ASI Eksklusif.
3. Mempromosikan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif, dan
saran yang membangun untuk penelitian selanjutnya.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
bulan. Demikian pula komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai menyusui
dan akhir fase menyusui.
Menurut stadium laktasinya, terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik
dan komposisi berbeda yaitu:
a. Stadium Kolostrum
Di sekresi pada 4 hari pertama setelah persalinan yang diproduksi
sebesar 150–300 ml/hari. Komposisi kolostrum ASI lebih banyak
mengandung protein dibandingkan ASI matur, tetapi berlainan dengan
ASI matur dimana protein yang utama adalah casein, pada kolostrum
protein yang utama adalah globulin, khususnya tinggi dalam level
immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih
rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah
alergi makanan. Kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar (pembersih
usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi
yang baru lahir segera bersih dan siap menerima makanan selanjutnya.
Jumlah energi dalam kolostrum hanya 58 kalori/100 ml
b. ASI transisi / peralihan
ASI yang diproduksi pada hari ke 5 sampai pada hari ke 10.
Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi komposisi protein semakin
rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi, hal ini untuk
memenuhi kebutuhan bayi karena aktivitas bayi yang mulai aktif dan bayi
sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa ini pengeluaran
ASI mulai stabil.
c. ASI matang / matur
Adalah ASI yang dikeluarkan pada hari ke 10 sampai seterusnya
dengan volume bervariasi yaitu 300–850 ml/hari tergantung pada
besarnya stimulasi saat laktasi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang
terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan.
Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan pendamping
selain ASI.
5
Tabel 1 Ringkasan perbedaan antara ASI, Susu Sapi, Susu formula
Properti ASI Susu Sapi Susu Formula
Kontaminasi Tdk ada Mgkn ada Ada bila
bakteri dicampurkan
Anti Infeksi Ada Tidak ada Tidak ada
Faktor Ada Tidak ada Tidak ada
pertumbuhan
Protein Jml sesuai dan Terlalu banyak dan Sebagian
mudah dicerna sukar dicerna diperbaiki
Kasein:whey Kasin:whey 80:20 Disesuaikan dgn
40:60 ASI
Whey : alfa Whey:
betalactoglobulin
Lemak -Cukup asam - Kurang ALE -Kurang ALE
lemak esensial - Tdk ada lipase -Tdk ada DHA
(ALE), DHA / dan AA
AA - Tdk ada lipase
-Mengandung
lipase
Zat besi Jumlah kecil tapi Banyak tdk dpt Ditambahkan
mudah dicerna diserap dgn baik ekstra tdk diserap
dgn baik
Vitamin Cukup Tdk cukup vit A,C Vit ditambahkan
Air Cukup Perlu tambahan Mungkin perlu
tambahan
Sumber: Konseling menyusui: Pelatihan untuk tenaga kesehatan : kerjasama
WHO/UNICEF/BK.PP.ASI /2000
6
dengan ASI yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan (ASI
matur). Pada bayi yang lahir sebelum waktunya (preterm) ASI yang dihasilkan
ibu memiliki kuantitas IgA, laktoferin dan lysozym yang lebih banyak
dibandingkan ASI dari ibu yang melahirkan tepat waktu karena kondisi bayi
masih belum dalam keadaan optimal untuk beradaptasi dan lebih rentan terhadap
permasalahan kesehatan (Neonatal division AIIMS, 2005).
Selanjutnya komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai menyusu dan
akhir fase menyusu. Pada awal fase menyusu ASI (5 menit pertama) yang
dikeluarkan disebut foremilk, air susu encer dan bening yang hanya mengandung
sekitar 1 – 2g/dl lemak, susu ini berasal dari payudara yang berisi, air susu yang
encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air
susu berikutnya disebut hindmilk yang merupakan ASI yang dihasilkan pada saat
akhir menyusui (setelah 15-20 menit), air susu yang kental dan putih ini berasal
dari payudara yang keriput/mulai kosong, mengandung sedikitnya tiga sampai
empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang
dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak
memperoleh air susu ini (Mizuno, K. et al., 2008).
7
untuk pertumbuhan tulang, terutama pada masa bayi untuk proses pertumbuhan
gigi dan perkembangan tulang. Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap bayi
yang mendapat ASI ekslusif menunjukkan rata-rata pertumbuhan gigi sudah
terlihat pada bayi berumur 5 atau 6 bulan, dan gerakan motorik kasarnya lebih
cepat.
Laktosa oleh fermentasi di dalam usus akan diubah menjadi asam laktat.
Asam laktat ini membuat suasana di usus menjadi lebih asam. Kondisi ini sangat
menguntungkan karena akan menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya
dan menjadikan tempat yang subur bagi bakteri usus yang baik yaitu lactobacillus
bifidus karena proses pertumbuhan dibantu oleh glukosamin (Pudjiadi, 2004).
2. Protein
Protein dalam ASI merupakan bahan baku pada pertumbuhan dan
pekembangan bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya
hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini disebabkan
karena protein ASI merupakan kelompok protein Whey, protein yang sangat
halus, lembut, dan mudah dicerna sedangkan komposisi protein yang ada di dalam
susu sapi adalah kasein yang kasar bergumpal dan sangat sukar dicerna oleh bayi.
3. Lemak
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang
merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta
mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Docosahexaenoic acid (DHA) dan
Arachidonic acid (AA) merupakan asam lemak tak jenuh rantai panjang
(polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak
(myelinasi) yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi
untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Selain itu DHA dan AA
dalam tubuh dapat disintesa dari substansi prekusornya yaitu asam linolenat
(Omega 3) dan asam linoleat (Omega 6).
Sumber utama kalori dalam ASI adalah lemak. Walaupun kadar lemak
dalam ASI tinggi tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI
8
lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase dalam ASI.
(Dadhich, J.P., Dr. 2007).
4. Mineral
Zat besi dan kalsium didalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil
dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Walaupun jumlah kecil tidak
sebesar susu sapi tetapi dapat diserap secara keseluruhan dalam usus bayi.
Berbeda dengan susu sapi yang jumlahnya tinggi namun sebagia besar harus
dibuang melalui sistem urinaria maupun pencernaan karena tidak dapat dicerna.
Kadar mineral yang tidak dapat diserap akan memperberat kerja usus bayi untuk
mengeluarkan, menganggu keseimbangan dalam usus bayi, dan meningkatkan
pertumbuhan bakteri yang merugikan yang akan mengakibatkan kontraksi usus bayi
tidak normal sehingga bayi kembung, gelisah karena konstipasi atau gangguan
metabolisme.
5. Vitamin
Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah
terdapat dalam ASI dalam jumlah yang cukup. Namun pada minggu pertama usus bayi
belum mampu membentuk vitamin K, sedangkan bayi setelah persalinan mengalami
pendarahan perifer yang perlu dibantu dengan pemberian vitamin K untuk proses
pembekua darah. Dalam ASI vitamin A, D, C ada dalam jumlah yang cukup, sedangkan
golongan vitamin B kecuali riboflavin dan pantotenik sangat kurang. Tetapi tidak perlu
ditambahkan karena bisa diperoleh dari menu yang dikonsumsi ibu.
9
Tabel 2 Komponen unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat melindungi bayi
dari berbagai penyakit
NO Komposisi Peranan
2. Laktoferin & Transferin Mengikat zat besi sehingga zat besi tidak
digunakan oleh bakteri patogen untuk
pertumbuhannya.
10
9. Interferon Menghambat pertumbuhan virus
11
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui bayi juga memberikan
manfaat pada ibu, yaitu :
1. Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya
rahim ke bentuk semula.
2. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil.
3. Menunda kesuburan. Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara
mencegah kehamilan. Namun, ada tiga syarat yang harus dipenuhi,
yaitu: bayi belum diberi makanan lain; bayi belum berusia enam bulan;
dan ibu belum haid.
4. Menimbulkan perasaan dibutuhkan dan memperkuat hubungan batin
antara ibu dan bayi.
5. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan
datang.
Manfaat lain dari pemberian ASI pada bayi untuk keluarga, antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Aspek ekonomi, ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang
seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan
untuk keperluan lain.
2. ASI sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.
3. Mengurangi biaya pengobatan. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit,
sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.
2.2 Laktasi
2.2.1 Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui yaitu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran
ASI. Proses laktasi dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor
hormonal. Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon
yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara progesteron, estrogen,
prolaktin, oksitosin, human placental lactogen (HPL).
12
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi
ASI. Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis
I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang
kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi
ASI sebenarnya.
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat
hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin
tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal
dengan fase Laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam
darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke
level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin
menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga
keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin
dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2
pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.
Proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi
biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari)
setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung
setelah melahirkan.
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama
kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI
mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI
dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara
dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI.
Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa
baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan. Terdapat
dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu :
a. Refleks prolaktin
Dalam puting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris. Bila ini
dirangsang, maka timbal impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke
13
kelenjar hipofisis anterior sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon
prolaktin, hormon inilah yang berperan pada produksi ASI. Prolaktin
dibentuk lebih banyak pada malam hari.
14
Namun jika makanan ibu terus-menerus tidak mengandung cukup zat gizi
yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu
dalam payudara ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan
akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri dan
rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan
gagal dalam menyusui bayinya.
Penggunaan Alat Kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron
Bagi ibu yang dalam menyusui tidak dianjurkan menggunakan
kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat
mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi
ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat
digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau
spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak
langsung dapat meningkatkan hormon oksitosin yang dapat merangsang
produksi ASI.
Kurang sering menyusui atau memerah payudara
Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat:
o Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
o Teknik perlekatan yang salah
Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
Jaringan payudara hipoplastik
15
perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berumur
enam bulan.
Dari segi kebutuhan cairan dan energi, bayi usia 6 bulan dengan berat badan ideal
7,5 kg membutuhkan intake cairan sebesar 750 ml/hari, dengan kebutuhan kalori
750kkal/hari, serta protein 18,75 gr/hari. Ibu dengan bayi usia 6 bulan ASI yang
diproduksi 300-850 ml/hari dengan kandungan kalori sebesar 70kkal dan protein sebesar
1,3gram tiap 100ml ASI. Karena itu selama kurun waktu 6 bulan ASI mampu memenuhi
kebutuhan gizi bayi. Setelah 6 bulan volume pengeluaran ASI menjadi menurun dan
sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat
makanan tambahan.
Pada saat bayi berumur enam bulan sistem pencernaannya mulai matur. Setelah
berumur enam bulan usus bayi mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang
masuk. Hal ini dikarenakan pori-pori jaringan usus bayi yang pada awalnya berongga
seperti saringan pasir yang memungkinkan bentuk protein ataupun kuman akan langsung
masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi, akan tertutup rapat
setelah bayi berumur enam bulan (Manajemen laktasi, 2004).
16
12 bulan ± 1050 ± 1050 26,25
2 tahun ± 1600 ± 1600 32
17
BAB 3
METODE PENELITIAN
18
3.5.2 Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Kajen 1, yaitu data Cakupan
Pemberian ASI Eksklusif Desa Rowolaku bulan Juni-September 2016.
19
3. Kurang, bila jawaban responden benar <40% dari total nilai angket
pengetahuan.
Maka penilaian terhadap pengetahuan responden, yaitu:
1. Skor 12-15 = baik.
2. Skor 7-11 = sedang.
3. Skor <7 = kurang.
2. Sikap
Sikap ibu diukur dengan memberikan 10 buah pertanyaan menggunakan
kuesioner, dengan ketentuan :
- jawaban benar diberi nilai 1
- jawaban salah diberi nilai 0
Skor dikalikan 2
Berdasarkan jumlah nilai yang telah diperoleh responden maka ukuran
tingkat sikap ibu hamil menurut Pratomo (1990):
a. Kategori baik, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari
75%
b. Kategori sedang, apabila nilai yang diperoleh responden 40%-75%
c. Kategori kurang, apabila nilai yang diperoleh responden kurang dari
40%
20
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Data Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Wilayah Kerja Puskesmas Kajen 1
21
Grafik 3. Pencapaian ASI Eksklusif Wilayah Kerja Puskesmas Kajen 1
bulan Maret 2017
22
4.2.2 Pendidikan
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
4.3 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Sebelum (pre- test)
dan Sesudah (Post-test) diberikan penyuluhan
Grafik 2. menjelaskan adanya perubahan tingkat pengetahuan antara
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada responden. Perbedaan tingkat
pengetahuan ini disebabkan karena penyuluhan yang diberikan kepada responden
sehingga bisa membantu responden meningkatkan pengetahuannya tentang ASI
eksklusif.
Grafik 4 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif
60
50
40 Baik
30 Sedang
20 Kurang
10
0
Pretest Posttest
23
Berdasarkan hasil pre-test didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan
responden sebelum diberikan penyuluhan adalah sebanyak 49 orang (85,96%)
berada pada kategori baik dan 8 orang (14,03%) pada kategori sedang dan tidak
ada responden berkategori kurang. Dapat dikatakan bahwa umumnya tingkat
pengetahuan responden tentang ASI eksklusif cukup baik. Sementara itu setelah
dilakukukan pos-test didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden
setelah diberikan penyuluhan adalah baik sebanyak 55 orang (96,49%), sedang
sebanyak 2 orang (3,5%) dan tidak ada yang kurang.. Bisa dikatakan bahwa
tingkat pengetahuan responden mengalami peningkatan menjadi lebih baik
setelah di berikan penyuluhan.
4.4 Gambaran Sikap Ibu Tentang ASI Eksklusif Sebelum (pre-test) dan
Sesudah (Post-test) diberikan penyuluhan
Pada grafik 3 dapat dilihat bahwa sikap responden terbanyak sebelum
diberikan penyuluhan adalah sebanyak 31 orang (60,78%) berada pada kategori
baik, 20 orang (35,08%) berada pada kategori sedang dan sebanyak 6 orang
(10,52%) dengan kategori kurang. Dapat dikatakan bahwa sikap responden
tentang ASI eksklusif sebelum diberikan penyuluhan sejalan dengan
pengetahuannya terhadap hal yang sama. Kemudian setelah diberikan penyuluhan
adalah sebanyak 50 orang (87,71%) berkategori baik, sebanyak 6 orang (10,52%)
berada pada kategori sedang dan 1 (1,75%) orang berkategori kurang. Artinya ada
pengaruh penyuluhan terhadap sikap responden setelah dilakukan penyuluhan
yang ditandai dengan meningkatkannya responden yang memiliki sikap baik
berdasarkan hasil post-test.
24
Grafik 5 Gambaran Sikap Ibu Tentang ASI Eksklusif
50
40
Baik
30
Sedang
20
Kurang
10
0
Pretest Posttest
25
Tabel 6. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Usia dalam pemberian
ASI eksklusif pada saat pretest dan posttest
Pengetahuan Baik Sedang Rendah
Usia
Pre Post Pre Post Pre Post
18-24 19 20 3 2
25-31 17 20 2
>31 13 15 3
SD 21 24 5 2
SMP 21 24 3
SMA 7 7
26
BAB 5
PEMBAHASAN DAN DISKUSI
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada
ibu hamil adalah pengetahuan gizi. Seseorang yang mempunyai pengetahuan gizi
yang baik, diharapkan akan memilliki perilaku pemberian ASI eksklusif yang
baik. Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO
yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) adalah dengan pemberian informasi untuk
meningkatkan pengetahuan adalah dengan pemberian informasi sehingga
menimbulkan kesadaran dan dapat dilakukan adalah dengan penyuluhan.
Salah satu yang menjadikan Desa Rowolaku sebagai daerah yang dlakukan
penelitian mengenai ASI Eksklusif adalah rendahnya perilaku pemberian ASI
Eksklusif terhadap bayi usia 0-6 bulan. Penyuluhan dilakukan tiga kali di tiga
tempat dan waktu yang berbeda. Hal ini disebabkan Desa Rowolaku memiliki
beberapa RT sehingga pemilihan sample dilakukan tiga kali agar persebaran
sample merata. Kemudian data dari tiga tempat tersebut dijadikan satu sebagai
keseluruhan sample responden.
Diawali dengan pemberian pretest sebelum pemberian penyuluhan,
bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap responden mengenai
ASI Eksklusif. Kemudian dilakukan penyuluhan untuk memberikan pengetahuan
tambahan serta meluruskan kesalahan-kesalahan pengetahuan atapun mitos yang
beredar di masyarakat yang menyebabkan kurangnya pemberian ASI Eksklusif.
Pertemuan diakhiri dengan pemberian kuesioner posttest dengan pertanyaan yang
sama dengan pretest, tujuannya untuk mengukur apakah ada perubahan
peningkatan pengetahuan maupun sikap responden pasca diberi penyuluhan.
Berdasarkan data pada BAB IV, diketahui bahwa responden berasal dari
berbagai macam usia dan tingkat pendidikan. Berdasarkan sebaran usia, rata-rata
responen merupakan wanita usia subur. Hal ini tepat sasaran karena
memungkinkan mereka untuk memberi ASI Eksklusif pada anak-anak mereka
kelak ataupun bagi yang sudah tidak berencana memiliki anak lagi tetap mendapat
pengetahuan yang bisa mereka bagikan kepada tetagga, sanak saudara, maupun
27
anak-anak mereka jika sudah dewasa kelak. Harapannya, mitos-mitos mengenai
ASI Eksklusif dapat perlahan hilang di masyarakat.
Dari hasil penelitian diperoleh terdapat peningkatan pengetahuan dan
sikap responden setelah diberikan penyuluhan. Hal ini berdasarkan tabel dan
grafik yang tertera pada BAB IV. Terlihat adanya peningkatan pada grafik
posttest dibandingkan saat pretest. Namun pengetahuan dan sikap responden saat
pretest dan posttest sebagian besar masih dalam kategori baik. Namun masih ada
pengetahuan dan sikap yang kurang dari responden sehingga hal tersebut mungkin
menjadi penyebab responden tidak memberikan ASI kepada bayinya. Setelah
diberi penyuluhan, responden mengalami peningkatan pengetahuan dan sikap
mengenai ASI Eksklusif. Hal ini diharapkan membuat responden semakin yakin
untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya,
Menggali lebih dalam faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden,
kategori usia 18-31 tahun memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding usia
>31 tahun. Hal ini dapat disebabkan karena semakin majunya informasi dan ilmu
kesehatan yang menyebar di masyarakat sehingga memungkinkan responden
dengan usia muda lebih banyak mendapat pengetahuan dibanding responden yang
usianya lebih tua. Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan, menunjukkan
lulusan SMA dan diatasnya memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding
lulusan SMP maupun SD. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usia dan tingkat
pendidikan mempengaruhi pengetahuan responden mengenai ASI Eksklusif.
Selain melalui data diatas, diskusi, tanya jawa, serta sharing saat
penyuluhan juga menjadi cara untuk mengetahui pengetahuan dan sikap
responden terhadap ASI Eksklusif. Banyak dari responden yang mendapatkan
persepsi dari sanak saudaranya bahwa bayi yang baru lahir, harus diberi makan
karena bayi sudah tidak makan selama 9 bulan di dalam kandungan. Maka dalam
penyuluhan, diluruskan bahwa bayi 0-6 bulan hanya butuh ASI sebagai makanan
utamanya dikarenakan belum siapnya sistem pencernaannya serta ASI sudah
cukup memenuhi kebutuhan makannya. Maka sebelum bayi usia 6 bulan tidak
perlu diberi makanan apapun termasuk air putih. Sedangkan pada kasus terntentu,
seperti ASI yang tidak keluar, jika sudah dilakukan berbagai cara dan konsultasi
28
medis namun tidak membuahkan hasil, maka tidak ada jalan lain selain
memberikan susu formula pada bayi sesuai dengan kategori usianya.
Pengetahuan mengenai sikap dalam menyusui juga banyak menuai
pertanyaan. Salah satunya mengenai bila terjadi luka di payudara saat bayi mulai
tumbuh gigi, maka sebaiknya ibu memeriksakan luka tersebut ke puskesmas,
dokter, ataupun bidan setempat untuk mengetahui pengobatan yang tepat. Jika
payudara membutuhkan pengobatan khusus maka bayi cukup menyusu di
payudara yang sehat. Jika sudah sembuh maka kedua payudara boleh digunakan
untuk menyusui. Saat menyusui, jangan memindahkan bayi ke payudara satunya
sebelum bayi melepaskan sendiri payudara yang sedang dihisapnya. Bayi yang
lebih mengetahui kapan ASI dalam satu payudara telah habis. Hal ini penting
karena jika bayi melepaskan sendiri payudara yang dihisapnya berarti bayi telah
menghabiskan porsi ASI nya dan telah kenyang sehingga gizinya terpenuhi.
Biasanya bayi yang kenyang cenderung tidak mudah rewel.
Terkadang, bayi menolak meminum ASI dari salah satu payudara karena
posisi menyusui yang kurang nyaman. Maka perlu berlatih posisi yang nyaman
dan aman bagi ibu dan bayi saat menyusui.
ASI diberikan bagi anak usia 0-2 tahun, setelah memasuki usia 2 tahun,
maka bayi disapih. Hal ini karena kualitas ASI yang sudah mulai menurun, serta
sudah siapnya pencernaan bayi menerima makanan layaknya orang dewasa.
Selain itu, usia 2 tahun, anak mulai dikenalkan mengenai jenis kelamin, maka
berdasar nilai kepatutan, anak usia 2 tahun sebaiknya sudah disapih.
Setelah pemberian penyuluhan ASI Ekslusif ini dan melihat hasil
peningkatan pengetahuan dan sikap responden mengenai ASI Eksklusif,
dharapkan kedepannya dapat memberikan pengetahuan yang benar mengenai ASI
Eksklusif di masyarakat khususnya di Desa Rowolaku. Nantinya diharapkan
secara kuantitatif adanya peningkatan pencapaian pemberian ASI Eksklusif
terhadap bayi di Desa Rowolaku.
29
BAB.6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengatahuan ibu dalam
pemberian ASI eksklusif di Desa Rowolaku
2. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat sikap ibu hamil dalam
pemberian ASI eksklusif di Desa Rowolaku
3. Ada pengaruh usia dan tingkat pendidikan terhadap pengetahuan mengenai
ASI Eksklusif.
6.2. Saran
1. Upaya meningkatkan pengetahuan, sikap ibu hamil tentang ASI eksklusif
dapat lakukan dengan salah satu metode penyuluhan yaitu metode ceramah
dan pembagian leaflet.
2. Diharapkan bagi petugas promosi kesehatan di Puskesmas agar
memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif serta penyuluhan gizi
lainnya kepada masyarakat terutama dengan metode ceramah guna
membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat serta membantu
mewujudkan pencapaian pemberian ASI eksklusif.
dr.Agustina Rusmawati
NIP. 19771231 2008 01 2 018
30
DAFTAR PUSTAKA
Arafah, Nur. 2010 Gambaran Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian Asi
Eksklusif Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008.
Medan: FK USU
Dadhich, J.P., Dr. 2007. Successful Infant and Young Child Feeding.
http://www.bpni.org/Presentation/Successful_Exclusive_Breastfeeding.pdf
Dinkes Jatim. 2013. Daftar Isi Jatim Dalam Angka Terkini Tahun 2012 - 2013
Triwulan.
31
Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta.
Rineka Cipta.
Pudjiadji, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinik pada Anak Edisi keempat. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran.
Purwanti, 2004. Konsep Penerapan ASI ekslusif, Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
USAID Linkages Project, 2004. Exclusive Breastfeeding: The Only Water Source
Young Infants Need - Frequently Asked Questions, Washington DC.
32
LAMPIRAN
KUESIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU
TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KAJEN 1 DESA ROWOLAKU
KAB. PEKALONGAN
Petunjuk Pengisian:
1. Semua pertanyaan dalam kuesioner ini harus dijawab
2. Berilah tanda checklist(√) pada kolom yang telah disediakan.
3. Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan satu jawaban yang
sesuai menurut keadaan ibu.
I. DATA DEMOGRAFI
1. Umur ibu : Tahun
2. Pendidikan : □ SD □SLTP □SLTA
□Perguruan tinggi
3. Pekerjaan :
4. Jumlah anak :
5. Sumber informasi : □ Koran, makalah, buku (media
cetak)
□ TV, Radio (Media elektronik)
□ Dari orang lain (Media massa)
II. Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif
NO Pernyataan Alternatif Jawaban
B S
1 ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan paling
sempurna bagi bayi.
33
2 ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa
makanan dan minuman tambahan lain pada
bayi berumur 0-6 bulan.
34
ibu yang bergizi serta yang banyak
mengandung cairan.
35
c. TS (Tidak Setuju)
d. STS (Sangat tidak setuju)
36
9 Air susu Ibu tidak harus diberikan sampai
6 bulan lebih baik dilanjutkan sampai 2
tahun
37
LAMPIRAN FOTO
38
39