You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh

dengan sendirinya, sehingga tindakan medis secepatnya diindikasikan ketika

terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses dapat menimbulkan

konsekuensi yang fatal (meskipun jarang) apabila abses tersebut mendesak

struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang dapat menekan

trakhea. Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan

menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani

dengan intervensi bedah, debridemen, dan kuretase. Suatu abses harus

diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya, utamanya

apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda asing tersebut harus

diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya perlu

dipotong dan diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian obat

analgesik dan mungkin juga antibiotik.

Drainase abses dengan menggunakan pembedahan biasanya

diindikasikan apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa yang

keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak. Hal ini dinyatakan dalam

sebuah aforisme Latin: Ubi pus, ibi evacua. Apabila menimbulkan risiko

tinggi, misalnya pada area-area yang kritis, tindakan pembedahan dapat

ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu dilakukan.

Drainase abses paru dapat dilakukan dengan memposisikan penderita


sedemikian hingga memungkinkan isi abses keluar melalui saluran

pernapasan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi anggota

gerak dapat dilakukan untuk membantu penanganan abses kulit.

Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus

aureus, antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin

sering digunakan. Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus

resisten Methicillin (MRSA) yang didapat melalui komunitas, antibiotik

biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat

melalui komunitas, digunakan antibiotik lain: clindamycin, trimethoprim-

sulfamethoxazole, dan doxycycline. Adalah hal yang sangat penting untuk

diperhatikan bahwa penanganan hanya dengan menggunakan antibiotik

tanpa drainase pembedahan jarang merupakan tindakan yang efektif. Hal

tersebut terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk ke dalam abses,

selain bahwa antibiotik tersebut seringkali tidak dapat bekerja dalam pH

yang rendah. Namun demikian, walaupun sebagian besar buku ajar

kedokteran menyarankan untuk dilakukan insisi pembedahan, sebagian

dokter hanya menangani abses secara konservatif dengan menggunakan

antibiotik

1.2 Perumusan Masalah

1. Apa definisi abses?

2. Apa saja klasifikasi abses?

3. Bagaimana cara penegakan diagnosis abses?

4. Bagaimana tatalaksana abses?


1.3 Tujuan Penulisan

1. Dokter muda memahami definisi abses

2. Dokter muda memahami klasifikasi abses

3. Dokter muda memahami cara penegakan diagnosis abses

4. Dokter muda memahami terapi abses


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi

Gambar 1. Struktur Kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,

merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya

sekitar 16% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6kg dan luasnya

sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 - 6 mm

tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis seperti : kelopak

mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan

kulit tebal seperti pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan

bokong.

Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, yaitu :

• Lapisan luar adalah epidermis yang merupakan Lapisan epitel berasal dari

ectoderm
• Lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium

yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.

Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang

terdalam), yaitu :

1) Stratum Korneum (lapisan tanduk)

Merupakan lapisan epidermis paling atas, terdiri atas beberapa lapis sel pipih,

tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan

sangat sedikit mengandung air. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa

mengelupas dan berganti.

2) Stratum Lusidum (lapisan bening)

Disebut juga lapisan barrier terletak dibawah lapisan tanduk dengan lapisan

berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yg kecil-

kecil, tipis, dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus

cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.

3) Stratum Granulosum (lapisan berbutir)

Tersusun oleh sel-sel keratonosit berbentuk kumparan yang mengandung

butir-butir di dalam protoplsmanya, berbutir kasar dan berinti mengkerut.

Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki.

4) Stratum Spinosum (lapisan bertaju)

Disebut juga lapisisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan

dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika

sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel
berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada

lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris.

5) Stratum Basale /Stratum Germinativum (lapisan benih)

Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak

(silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas

sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. L

Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan

dermis. Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam

pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28

hari untuk migrasi kepermukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain.

Merupakan satu lapis sel yg mengandung melanosit.

Epidermis mempunyai fungsi sebagai berikut, yaitu :

• Proteksi barier

• Organisasi sel

• Sintesis vitamin D dan sitokin

• Pembelahan dan mobilisasi sel

• Pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).

Dermis merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering

dianggap sebagai “True Skin” karena 95% dermis membentuk ketebalan

kulit. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan

menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang

paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Kulit jangat atau dermis menjadi

tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar


keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh

darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili).

Lapisan Dermis terdiri dua lapisan, yaitu :

• Lapisan papiler, tipis mengandung jaringan ikat jarang.

• Lapisan retikuler, tebal terdiri dari jaringan ikat padat

Subkutis merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri

dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan

kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya

berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi

menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Subkutis/hipodermis

mempunyai fungsi sebagai berikut :

• Melekat ke struktur dasar

• Isolasi panas

• Cadangan kalori

• Kontrol bentuk tubuh

• Mechanical shock absorber.

Suplai darah dan nutrisi untuk kulit diperoleh dari arteri yang membentuk

pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu

antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini

memperdarahi papilla dermis tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan

satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi

mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis pembuluh darah

kulit.
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh, yaitu :

1) Memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan

2) Sebagai barier infeksi

3) Mengontrol suhu tubuh (termoregulasi)

4) Sensasi

5) Eskresi

6) Metabolisme.

Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dan

elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi

mikroorganisme patogen.

Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon

rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir,

putting dan ujung jari.

Kulit berperan pada pengaturan suhu & keseimbangan cairan elektrolit.

Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami

proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan

mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi

pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi

pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan

melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat

meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh

darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.


2.2 Definisi

Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang

telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya

proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda

asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini

merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah

penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah

infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi

nanah.(Siregar, 2004).

Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat

dari infeksi yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu

campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah

mati yang dicairkan oleh enzim autolitik. (Morison, 2003)

Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik “mata”, yang

kemudian pecah; rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis,

meninggalkan jaringan parut yang kecil. (Underwood, 2000)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah suatu infeksi

kulit yang disebabkan oleh bakteri / parasit atau karena adanya benda asing

(misalnya luka peluru maupun jarum suntik) dan mengandung nanah yang

merupakan campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang

sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik


2.3 Etiologi

Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui

beberapa cara:

a) Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum

yang tidak steril

b) Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain

c) Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan

tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya

abses.

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :

a) Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi

b) Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang

c) Terdapat gangguan sistem kekebalan

Bakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus Aureus

2.4 Faktor Risiko

Underwood, J.C.E (1999: 232) mengemukakan penyebab Abses antara lain:

1. Infeksi mikrobial

Salah satu penyebab yang paling sering ditemukan pada proses radang

ialah infeksi mikrobial. Virus menyebabkan kematian sel dengan cara

multiplikasi intraseluler. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik

yaitu suatu sintesis kimiawi yang secara spesifik mengawali proses radang

atau melepaskan endotoksin yang ada hubungannya dengan dinding sel.


2. Reaksi hipersentivitas

Reaksi hipersentivitas terjadi bila perubahan kondisi respons imunologi

mengakibatkan tidak sesuainya atau berlebihannya reaksi imun yang akan

merusak jaringan.

3. Agen fisik

Kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat melalui trauma

fisik, ultraviolet atau radiasi ion, terbakar atau dingin yang berlebih

(frosbite).

4. Bahan kimia iritan dan korosif

Bahan kimiawi yang menyebabkan korosif (bahan oksidan, asam, basa)

akan merusak jaringan yang kemudian akan memprovokasi terjadinya

proses radang. Disamping itu, agen penyebab infeksi dapat melepaskan

bahan kimiawi spesifik yang mengiritasi dan langsung mengakibatkan

radang.

5. Nekrosis jaringan

Aliran darah yang tidak mencukupi akan menyebabkan berkurangnya

pasokan oksigen dan makanan pada daerah bersangkutan, yang akan

mengakibatkan terjadinya kematian jaringan, kematian jaringan sendiri

merupakan stimulus yang kuat untuk terjadinya infeksi. Pada tepi daerah

infark sering memperlihatkan suatu respons, radang akut.


2.5 Klasifikasi

Ada dua jenis abses, septik dan steril.

1) Abses septic

Kebanyakan abses adalah septik, yang berarti bahwa mereka adalah hasil

dari infeksi. Septic abses dapat terjadi di mana saja di tubuh. Hanya bakteri

dan respon kekebalan tubuh yang diperlukan. Sebagai tanggapan terhadap

bakteri, sel-sel darah putih yang terinfeksi berkumpul di situs tersebut dan

mulai memproduksi bahan kimia yang disebut enzim yang menyerang bakteri

dengan terlebih dahulu tanda dan kemudian mencernanya. Enzim ini

membunuh bakteri dan menghancurkan mereka ke potongan-potongan kecil

yang dapat berjalan di sistem peredaran darah sebelum menjadi dihilangkan

dari tubuh. Sayangnya, bahan kimia ini juga mencerna jaringan tubuh. Dalam

kebanyakan kasus, bakteri menghasilkan bahan kimia yang serupa. Hasilnya

adalah tebal, cairan-nanah kuning yang mengandung bakteri mati, dicerna

jaringan, sel-sel darah putih, dan enzim.

Abses adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang diawali

dengan proses yang disebut peradangan. Awalnya, seperti bakteri

mengaktifkan sistem kekebalan tubuh, beberapa kejadian terjadi:

* Darah mengalir ke daerah meningkat.

* Suhu daerah meningkat karena meningkatnya pasokan darah.

* Wilayah membengkak akibat akumulasi air, darah, dan cairan lainnya.

* Ternyata merah.

* Rasanya sakit, karena iritasi dari pembengkakan dan aktivitas kimia.


Keempat tanda-panas, bengkak, kemerahan, dan sakit-ciri peradangan.

Ketika proses berlangsung, jaringan mulai berubah menjadi cair, dan bentuk-

bentuk abses. Ini adalah sifat abses menyebar sebagai pencernaan kimia cair

lebih banyak dan lebih jaringan. Selanjutnya, penyebaran mengikuti jalur yang

paling resistensi, umum, jaringan yang paling mudah dicerna. Sebuah contoh

yang baik adalah abses tepat di bawah kulit. Paling mudah segera berlanjut di

sepanjang bawah permukaan daripada bepergian melalui lapisan terluar atau

bawah melalui struktur yang lebih dalam di mana ia bisa menguras isi yang

beracun. Isi abses juga dapat bocor ke sirkulasi umum dan menghasilkan

gejala seperti infeksi lainnya. Ini termasuk menggigil, demam, sakit, dan

ketidaknyamanan umum.

2) Abses steril

Abses steril kadang-kadang bentuk yang lebih ringan dari proses yang

sama bukan disebabkan oleh bakteri, tetapi oleh non-hidup iritan seperti obat-

obatan. Jika menyuntikkan obat seperti penisilin tidak diserap, itu tetap tempat

itu disuntikkan dan dapat menyebabkan iritasi yang cukup untuk

menghasilkan abses steril. Seperti abses steril karena tidak ada infeksi yang

terlibat. Abses steril cukup cenderung berubah menjadi keras, padat benjolan

karena mereka bekas luka, bukan kantong-kantong sisa nanah.

Menurut Letaknya abses dibedakan menjadi:

a) Abses Ginjal

Abses ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi.Ditandai

dengan pembentukan sejumlah bercak kecil bernanah atau abses yang


lebih besar yang disebabkan oleh infeksi yang menjalar ke jaringan ginjal

melalui aliran darah.

b) Abses Perimandibular

Bila abses menyebar sampai di bawah otot-otot pengunyahan,

maka akan timbul bengkak-bengkak yang keras, di mana nanah akan sukar

menembus otot untuk keluar, sehingga untuk mengeluarkan nanah tersebut

harus dibantu dengan operasi pembukaan abses.

c) Abses Rahang gigi

Radang kronis, yang terbungkus dengan terbentuknya nanah pada

ujung akar gigi atau geraham.Menyebar ke bawah selaput tulang (sub-

periostal) atau di bawah selaput lendir mulut (submucosal) atau ke bawah

kulit (sub-cutaneus).Nanah bisa keluar dari saluran pada permukaan gusi

atau kulit mulut (fistel).Perawatannya bisa dilakukan dengan mencabut

gigi yang menjadi sumber penyakitnya atau perawatan akar dari gigi

tersebut.

d) Abses Sumsum Rahang

Bila nanah menyebar ke rongga-rongga tulang, maka sumsum

tulang akan terkena radang (osteomyelitis). Bagian-bagian dari tulang

tersebut dapat mati dan kontradiksi dengan tubuh. Dalam hal ini nanah

akan keluar dari beberapa tempat (multiple fitsel).

e) Abses dingin (cold abcess)

Pada abses ini, karena sedikitnya radang, maka abses ini

merupakan abses menahun yang terbentuk secara perlahan-lahan.Biasanya


terjadi pada penderita tuberkulosis tulang, persendian atau kelenjar limfa

akibat perkijuan yang luas.

f) Abses hati

Abses ini akibat komplikasi disentri amuba (Latin: Entamoeba

histolytica), yang sesungguhnya bukan abses, karena rongga ini tidak

berisi nanah, melainkan jaringan nekrotik yang disebabkan oleh amuba.

Jenis abses ini dapat dikenali dengan ditemukannya amuba pada dinding

abses dengan pemeriksaan histopatologis dari jaringan.

g) Abses (Lat. abscessus)

Rongga abnormal yang berada di bagian tubuh, ketidaknormalan di

bagian tubuh, disebabkan karena pengumpulan nanah di tempat rongga itu

akibat proses radang yang kemudian membentuk nanah. Dinding rongga

abses biasanya terdiri atas sel yang telah cedera, tetapi masih hidup.Isi

abses yang berupa nanah tersebut terdiri atas sel darah putih dan jaringan

yang nekrotik dan mencair. Abses biasanya disebabkan oleh kuman

patogen misalnya: bisul

2.6 Patofisiologi

Abses adalah reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah perluasan

atau penyebaran infeksi ke bagian lain tubuh. sel-sel lokal dibunuh oleh

organisme atau benda asing yang pada akhirnya menyebabkan pelepasan

sitokin. Sitokin memicu sebuah respon inflamasi, yang menarik sejumlah

besar sel-sel darah putih (leukosit) ke area tersebut dan meningkatkan aliran
darah setempat. Abses mempunyai struktur akhir berupa terbentuknya dinding

abses atau kapsul oleh sel-sel sehat disekelilingnya abses agar mencegah pus

menginfeksi struktur lain disekitar. Namun, seringkali proses enkapsulasi

tersebut justru cenderung menghalangi sel-sel imun untuk menjangkau

penyebab peradangan (agen infeksi atau benda asing) dan melawan bakteri-

bakteri yang terdapat dalam pus (Bolognia, 2007).

Abses merupakan suatu penimbunan nanah, biasanya disebabkan suatu

infeksi bakteri. Jika bakteri memasuki ke dalam jaringan yang sehat, maka

akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang

berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan

pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, lalu bergerak ke dalam rongga

tersebut. Setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih

yang mati inilah yang membentuk nanah sebagai pengisi rongga tersebut.

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong.

Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding

pembatas abses. Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah

penyebaran infeksi lebih lanjut. Apabila suatu abses pecah di dalam maka

infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,

tergantung kepada lokasi abses. Commented [A1]: Bolognia, J. 2007. Infections, hyper- and
hypopigmentation, regional dermatology, and distinctive lesions
in black skin. In: Goldman L, Ausiello D, eds. Cecil Medicine .
23rd ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
Myers, J.W., Neighbors, M., Tannehille-Jones, R. 2002.
Principles of Pathophysiology and Emergency Medical Care.
Clifton Park: Dalmer
Bakteri Gram Positif
(Staphylococcus aureus Streptococcus mutans)

Mengeluarkan enzim hyaluronidase dan enzim koagulase

merusak jembatan antar sel

transpor nutrisi antar sel terganggu

Jaringan rusak/mati/nekrosis
Media bakteri yang baik

Jaringan terinfeksi

Peradangan
Sel darah putih mati

Demam
Pembedahan
Jaringan menjadi abses
& berisi PUS
Gangguan
Thermoregulator
(Pre Operasi)
Pecah
Reaksi Peradangan
(Rubor, Kalor, Tumor, Dolor, Fungsiolaesea)

Luka Insisi

Nyeri Nyeri
Resiko Penyebaran Infeksi
(Pre Operasi) (Post Operasi)
(Pre dan Post Operasi)

Sumber : Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, 2001


2.7 Manisfestasi Klinik

Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru,

mulut, rektum, dan otot.Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau

tepat dibawah kulit terutama jika timbul diwajah.

Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung

kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya

bisa berupa:

a) Nyeri

b) Nyeri tekan

c) Teraba hangat

d) Pembengakakan

e) Kemerahan

f) Demam

Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai

benjolan. Adapun lokasi abses antaralain ketiak, telinga, dan tungkai bawah.

Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena

kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan

gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar.Paling sering, abses akan

menimbulkan nyeri tekan dengan massa yang berwarna merah, hangat pada

permukaan abses , dan lembut.


 Abses yang progresif, akan timbul "titik" pada kepala abses sehingga

Anda dapat melihat materi dalam dan kemudian secara spontan akan

terbuka (pecah).

 Sebagian besar akan terus bertambah buruk tanpa perawatan. Infeksi dapat

menyebar ke jaringan di bawah kulit dan bahkan ke aliran darah.

 Jika infeksi menyebar ke jaringan yang lebih dalam, Anda mungkin

mengalami demam dan mulai merasa sakit. Abses dalam mungkin lebih

menyebarkan infeksi keseluruh tubuh.

2.8 Diagnosis

2.8.1 anamnesis

2.8.2 pemeriksaan fisik

2.8.3 pemeriksaan penunjang

Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dalam, bisa dilakukan

pemeriksaan rontgen, USG, CT scan atau MRI.

2.9 Tatalaksana

Menurut Morison (2003), Abses luka biasanya tidak membutuhkan

penanganan menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh

ditangani dengan intervensi bedah, debridement dan kuretase.

Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi

penyebabnya, terutama apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda

asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing,
biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan dengan

pemberian obat analgetik dan antibiotik.

Drainase abses dengan menggunakan pembedahan diindikasikan apabila

abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap

nanah yang lebih lunak. Drain dibuat dengan tujuan mengeluarkan cairan

abses yang senantiasa diproduksi bakteri.

Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis,

tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir

yang perlu dilakukan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi

anggota gerak dapat dilakukan untuk membantu penanganan abses kulit

2.10 Komplikasi

Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar

atau jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif

(gangren). Pada sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh

dengan sendirinya, sehingga tindakan medis secepatnya diindikasikan ketika

terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses dapat menimbulkan

konsekuensi yang fatal.Meskipun jarang, apabila abses tersebut mendesak

struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang dapat menekan trakea.

(Siregar, 2004)
2.11 Beberapa Contoh Abses

1. abses payudara

Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini

biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada

payudara dapat menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh

lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan menghasilkan

abses kecil.

Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi

infeksi dengan membentuk sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya.

Jaringan ini akan menjadi kapsul abses, yang terisi dengan pus. Terdapat

benjolan yang membengkak yang sangat nyeri, dengan kemerahan panas dan

edema pada kulit diatasnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka pus akan menjadi

berfluktuasi, dengan perubahan warna kulit dan nekrosis. Dalam kasus seperti

ini demam biasa muncul ataupun tidak . Pus dapat diaspirasi denagn spuit dan

jarum berlubang besar.

Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum

ditemukan pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi

khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang

rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area

yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.


MANAGEMENT TINDAKAN BEDAH

2. abses hati

DEFINISI

Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh

karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang

bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses

supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati nekrotik,

sel-sel inflamasi atau sel darah didalam parenkim hati.

3. abses paru

Definisi

Abses paru adalah proses infeksi paru supuratif yang

menimbulkan destruksi parenkim dan pembentukan satu atau lebih kaviti

yang mengandung pus sehingga membentuk gambaran Radiologist Air

Fluid Level. Abses paru Primer adalah akibat pneumonia aspirasi atau

bronkogenik. Abses paru Sekunder adalah akibat penyebaran infeksi dari

tempat lain secara :

– Hematogen

– Limfogen

– Perkontinuitatum
FAKTOR RISIKO

Faktor risiko utama :

• Aspirasi sekret orofaring

• Proses neurologis

• Defek esophagus

• Intubasi

Tabel Faktor Risiko Terjadi Abses Paru

■ Aspirasi

■ Penyakit gigi dan gusi, piorhea

■ Obstruksi jalan napas

■ Bronkiektasis

MANAGEMENT TINDAKAN BEDAH

4. abses perianal

DEFINISI

Abses perianal merupakan infeksi pada jaringan lunak dari kelenjar

disekitar anus yang mengakibatkan pembengkakan sekitar saluran anal,

dengan pembentukan abses di rongga diskrit.

FAKTOR RESIKO

 Colitis ( radang pada usus besar )

 DM

 Diverticulosis ( radang divertikel/ penonjolan berupa kantong pada lapisan

usus)
 Anal Sex

 Penggunaan obat-obatan imunocompromised jangka panjang

 Fisura perianal

 Infeksi pada organ pelvic

MANAGEMENT TINDAKAN BEDAH

5. abses apendiks

You might also like