You are on page 1of 13

Asuhan Keperawatan Hiperemesis Gravidarum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mual dan muntah merupakan gejala yang umum terjadi pada sekitar 50% sampai 80% dari
seluruh kehamilan. Kondisi ini umumnya disebut “morning sickness”. Bagaimanapun sebesar
0,05% - 2% pada seluruh kehamilan dapat terjadi mual dan muntah yang berat, kondisi ini sering
disebut dengan hiperemesis gravidarum, dengan prevalensi 1% sampai 3% atau 5-20 kasus per
1000 kehamilan(Simpson et.al, 2001).

Hiperemesis gravidarum (HG) dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian pada ibu dan
janin jika tidak tertangani dengan baik. Mual dan muntah secara terus menerus, mengakibatkan
turunnya berat badan hingga lebih dari 5% berat sebelum hamil, dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan komplikasi maternal seperti kerusakan hati dan
ginjal, robekan pada esofagus, pneumothoraks, neuropati perifer, ensefalopati wernicke, dan
kematian. Pada janin dengan ibu yang menderita hiperemesis gravidarum berkepanjangan dapat
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian (Asih, Kampono, & Prihartono,
2009).

Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu ke-9 sampai ke 10,
memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada minggu ke-12 sampai ke-14.
Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut melewati minggu ke-20 sampai ke-22. Pada 0,3-
2% kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus ditata laksana
dengan rawat inap. Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian,tetapi angka
kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum dirawat inap lebih
dari sekali. Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-menerus dan sulit sembuh
membuat pasien depresi. Pada kasus kasus ekstrim, ibu hamil bahkan dapat merasa ingin
melakukan terminasi kehamilan. Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan hiperemesis
gravidarum antara lain hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, berat badan
berlebih, kehamilan multipel, penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok.

Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan dalam kehamilan
yang kurang (<7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan
lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan,prematur, dan nilai APGAR lima menit kurang dari
tujuh.

Adanya berbagai macam dampak yang ditimbulkan akibat hiperemesis gravidarum, perlu
menjadi perhatian bagi tenaga kesehatan.Penanganan cepat dan tepat dari tenaga kesehatan di
pelayanan kesehatan sangat diperlukan. Soltani & Taylor (2003) menyatakan bahwa tenaga
kesehatan kadang menunjukkan sikap yang tidak mendukung (ambivalent) jika menemui kasus
HG dan menganggap kondisi HG merupakan masalah pasien. Selain itu, literatur yang
membahas tentang sikap tenaga kesehatan dalam menangani kasus HG masih sangat terbatas.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum :

Mahasiswa keperawatan mengerti tentang hiperemesis gravidarum

1.3.2 Tujuan khusus :

1. Untuk mengetahui pengertian hiperemesis gravidarum


2. Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum
3. Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum
4. Untuk mengetahui diagnosis hiperemesis gravidarum
5. Untuk mengetahui klasifikasi hiperemesis gravidarum
6. Untuk mengetahui pencegahan hiperemesis gravidarum
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
8. Untuk mengetahui prognosis hiperemesis gravidarum
9. Untuk mengetahui komplikasi hiperemesis gravidarum

10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hiperemesis gravidarum


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk karena terjadi
dehidrasi(Sinopsis Obstetri 1, 195)

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehaIr- hari
terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Kapita Selekto 1, 259)

Hiperemesis gravidarum tingkat 1 adalah muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan
umum, menimbulkan rasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan turun dan nyeri
epigastrum. Frekuensi nadi pasien naik sekitar 100x permenit, tekanan darah sistolik turun,
turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung (Kapita Selekto 1, 259)

Hiperemesisi gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-
hari menjadi terganggu dan membuat keadaan umum menjadi lebuh buruk (arif 1999)

Mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-haridan bahkan membahayakan
kehidupannya(Manuaba 2001)

Mual dan muntah selama kehamilan biasanya di sebabkan oleh perubahan dalam sistem endokrin
yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar hCG (human
Chorionik gonadotropin), khususnya karena periode mual dan muntah gestasional yang paling
umum adalah pada 12-16 minggu pertama, yang pada saat itu hCG mencapai kadar tingginya.
hCG sama dengan LH (luteinizing hormon) dan di sekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit.
hCG melewati kontrol ovarium di hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi
estrogen dan progesteron, suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan korionik plasenta.
Keluhan ini secara umum dikenal sebagai “morning sickness” karena terasa lebih berat pada pagi
hari. Namun, mual dan muntah dapat berlangsung sepanjang hari. Rasa dan intensitasnya
seringkali dideskripsikan menyerupai mual muntah karena kemoterapi untuk kanker.

2.2 Etiologi

Menurut (Ratna Hidayati, 2009) hal-hal yang menjadi penyebab hiperemesis gravidarum antara
lain:

1. Sering terjadi pada primigravida, molahidatidosa, dan kehamilan ibu akibat peningkatan
kadar HCG.
2. Faktor organik, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik.
3. Faktor psikologis: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dan sebagainya.
4. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dan sebagainya.

Sedangkan menurut (Maria A. Wijayarini, 2004) etiologi hiperemesis gravidarum belum jelas,
perkiraan faktor-faktor penyebabnya meliputi:

1. Kadar HCG yang tinggi pada awal kehamilan.


2. Defisiensi metabolik atau nutrisi.
3. Lebih umum terjadi pada kehamilan wanita kulit putih yang tidak menikah dan
kehamilan pertama.
4. Ambivalen terhadap kehamilan atau stres terkait dengan keluarga.
5. Disfungsi tiroid

2.3 Patofisiologi

Muntah yang terus menerus mengakibatkan dehidrasi dan akhirny terjadi penurunan
jumlah darah dan nutrien yang bersirkulasi ke janin yang berkembanh. Perawaqtan dirumah sakit
mungkin diperlukan pada gejala-gejala yang berat saat klien memerlukan hidrasi intravena dan
koreksi terhadap ketidakseimbangan metabolik (Barbara R, 2004).

1. Kadar hemoglobin untuk wanita tidak hamil biasanya adalah 13,5 g/dL. Namun kadar
hemoglobin selama trimester kedua dan ketiga kehamilan berkisar 11,6 g/dL sebagai
akibat pengenceran darah ibu karena peningkatan volume plasma. Ini disebut dengan
anemia fisiologi dan merupakan keadaan yang normal selama kehamilan.
2. Selama kehamilan, zat bisa tidak dapat dipenuhi secara adekuat dalam makanan sehari-
hari. Zat dalam makanan seperti susu, teh dan kopi, menurunkan absorpsi besi. Selama
kehamilan, tambahan zat besi diperlukan untuk meningkatkan sel-sel darah merah ibu
dan transfer ke janin untuk penyimpanan dan produksi sel-sel darah merah. Janin harus
menyimpan cukup zat besi pada 4 sampai 6 bulan terakhir setelah kelahiran.
3. Selama trimester ketiga, jiaka asupan wanita tersebut tidak memadai, hemoglobinnya
tidak akan meningkat sampai nilai 12,5 g/dL dan dapat terjadi anemia karena nutrisi. Ini
akan mengakibatkan penurunan transfer zat besi ke janin.
4. Hemoglobinopati, seperti thalasemia, penyakit sel sabit, dan G-6-PD mengakibatkan
anemia melalui hemolisis atau peningkatan penghancuran sel-sel darah merah.

2.4 Manifestasi klinis

Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan
yaitu :

1. Tingkat I

a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :

1) Dehidrasi : turgor kulit turu

2) Nafsu makan berkurang


3) Berat badan turun

4) Mata cekung dan lidah kering

b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus

c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun

d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit

e. Tampak lemah dan lemas

2. Tingkat II

a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :

1) Turgor kulit makin turun

2) Lidah kering dan kotor

3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris

b. Kardiovaskuler

1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit

2) Nadi kecil karena volume darah turun

3) Suhu badan meningkat

4) Tekanan darah turun

c. Liver

Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus


d. Ginjal

Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :

1) Oliguria

2) Anuria

3) Terdapat timbunan benda keton aseton.Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa
lambung pada sindrom mallory weiss.

3. Tingkat III

a. Keadaan umum lebih parah

b. Muntah berhenti

c. Sindrom mallory weiss

d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma

e. Terdapat ensefalopati werniche :

1) Nistagmus

2) Diplopia

3) Gangguan mental

f. Kardiovaskuler

Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat


g. Gastrointestinal

1) Ikterus semakin berat

2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam

h. Ginjal

Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

2.5 Pencegahan

Prinsip pencegahan untuk mengobati emesis agar tidak menjadi hiperemesis adalah :

1. Penerapan bahwa kehamilan dan persalinan adalah proses fisiologi

2. Makan sedikit tapi sering dengan (makanan kering)

3. Hindari makanan berminyak dan berbau


4. Defekasi teratur

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

a) USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya
gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.

b) Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.

c) Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.

2.7 Penatalaksanaan

Pentalaksnaan utama hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan pengehentian makanan


peroral. Pemberian antiemtik dan vitamin secara intravena dapat dipertimbangkan sebagai
tambahan.

1) Tata laksana Awal

Pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap dirumah sakit dan dilakukan rehidrasi dengan
cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per oral selama 24-48
jam, serta pemberian antiemetikjika dibutuhkan. Penambahan glukosa, multivitamin,magnesium
pyridoxine, atau tiamin perlu dipertimbangkan. Cairan dextrose dapat menghentikan pemecahan
lemak pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100mg diberikan sebelum pemberian cairan
dextrose. Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan
didapatkan perbaikan hasil laboratorium.

2) Pengaturan Diet

Untuk pasien hiperemesis gravidarum tingkat III, diberikan diet hiperemesis I. makanan yang
diberikan berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-
2jam setelah makan. Diet hiperemesis kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C, sehingga
diberikan hanya selama beberapa hari. Jika rasa mual dan muntah berkurang, pasien diberikan
diet hiperemesis II. Pemberian dilakukan secara bertahap untuk makanan yang bernilai gizi
tinggi.minuman tidak diberikan bersama makanan. Diet hiperemesis II rendah dalam semua zat
gizi, kecuali vitamin A dan D. diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan
hiperemesis ringan. Pemberian makanan dapat diberikan bersama makanan. Diet ini cukup
dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.

3) Terapi psikologik

Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan. Hilangkan rasa takut
oleh karena kehamilan dan persalinan karena itu merupakan proses fisiologis, kurangi pekerjaan
serta menghilangkan masalah dan konflik lainnya yang melatarbelakangi penyakit ini. Jelaskan
juga bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan
menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.
4) Terapi alternative

Terapi alternative seperti akupuntur dan jahe telah diteliti untuk penatalaksanaan mual dan
muntah dalam kehamilan. Akar jahe adalah salah satu pilihan nonfarmakologik dengan efek
yang cukup baik. Bahan aktifnya, gingerol, dapat menghambat pertumbuhan seluruh galur
H.Pylori, terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag)A+ yang sering menyebabkan infeksi.
Empat randomized trials menunjukkan bahwa extrak jahe lebih efektif daripada placebo dan
efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek samping berupa refluks gastroesofageal dilaporkan
pada beberapa penelitian , tetapi tidak ditemukan efeksamping signifikan terhadap keluaran
kehamilan. Terapi lain adalah pemberian vitamin B6 yang berperan mengatasi hiperemesis,
namun masih menjadi kontroversi.

2.8 Komplikasi

Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan dapat
menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat mengalami syok. Dehidrasi yang
berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang janin. Oleh karena itu pada pemeriksaan
fisik harus dicari apakah terdapat abnormalitas tanda-tanda vital, seperti peningkatan frekuensi
nadi (>100kali permenit), penurunan tekanan darah, kondisi subfebris, dan penurunan kesadaran.
Selanjutnya dalam pemeriksaan fisik lengkap dapat dicari tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak
pucat dan sianosis, serta penurunan berat badan.

Selain dehidrasi , akibat lain muntah yang persisten adalah gangguan keseimbangan
elektrolit seperti penurunan kadar natrium, klor dan kalium, sehingga terjadi keadaan alkalosis
metabolic hipokloremik disertai hiponatremia dan hipokalemia. Hipertemesis yanh berat juga
dapat membuat pasien tidak dapat makan atau minum samasekali, sehingga cadangan karbihidrat
dalam tubuh ibu akan habis terpakai untuk pemenuhan kebutuhan energy jaringan. Akibatnya,
lemak akan dioksidasi. Namun, lemak tidak dapat dioksidasidengan sempurna dan terjadi
penumpukan asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik, dan aseton, sehingga menyebabkan
ketosis. Salah satu gejalanya adalah bau aseton (buah-buahan) pada napas. Pada laboratorium
pasien dengan hiperemesis gravidarum dapat diperoleh peningkatan relative hemoglobin dan
hematokrit, hiponatremia, badan keton dalam darah dan proteinuria

Robekan pada selaput jaringan esophagus dan lambung dapat terjadi bila muntah terlalu
sering. Pada umunya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan perdarahan yang muncul dapat
berhenti sendiri.

Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan dalam
kehamilan yang kurang (<7Kg) memiliki resiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, premature, dan nilai APGAR lima menit
kurang dari tujuh.
2.9 Prognosis

Gardsby melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada kehamilan merasakan awal
terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah tersebut menurun 30% pada kehamilan 10
minggu, turun lagi 30% pada kehamilan 12 minggu, dan menjadi 30% pada kehamilan 16
minggu. Sepuluh persen mengalami mual dan muntah setelah 16 minggu dan hanya 1% tetap
mengalaminya setelah usia kehamilan 20 minggu.

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Sebagian
besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirinya pada usia kehamilan 20-22 minggu, namun
demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat membaayakan jiwa ibu dab janin.

3.0 Analisa Data dan Intervensi

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan


1. DS: klien mengatakan sejak Hiperemis Nutrisi kurang dari kebutuhan
satu minggu SMRS pasien Gravidium à tubuh
mengeluh mual muntah lebih menstimulasi
dari 7 kali sehari, terutama di
CTZ pada
pagi hari hipotalamus à
merangsang
DO : BB klien sebelum hamil n.vagus à mual
55 kg dan sekarang 42 kg. TB muntah à nutrisi
= 160, terdapat stomatitis, kurang dari
Diet : lunak, porsi tidak kebutuhan
habis.

2. DS : klien mengatakan sejak Hiperemis Defisit volume cairan dan


satu minggu SMRS pasien Gravidium à elektrolit
mengeluh mual muntah lebih menstimulasi
dari 7 kali sehari, terutama di CTZ pada
pagi hari hipotalamus à
merangsang
DO : Terdapat kelainan n.vagus à muntah
oliguria, TD = 100/60 à defisit cairan
mmHg, N = 106 x/menit, RR dan elektrolit
= 23 x/menit, Hematokrit =
38.2 %, Albumin : 2.2,
mukosa bibir kering
3. DS : pasien mengatakan Hiperemis Intoleransi Aktivitas
lemah gravidium à mual
muntah à asupan
DO : pasien tampak lemah, inadekuat à energi
CRT > 2 detik, konjungtiva menurun à
anemis, Hb : 9
intoleransi

4. DS : pasien mengatakan Hiperemis Resiko hambatan tumbuh


gravidium à kembang janin
mengatakan sejak satu lepasnya hormon
minggu SMRS pasien kortisol à
mengeluh mual muntah lebih merangsang
dari 7 kali sehari, terutama di sekresi asaml
pagi hari lambung à
menstimulus CTZ
à mual muntah à
intake in adekuatà
DO : mukosa bibir kering, resiko hambatan
BB klien sebelum hamil 55 pertumbuhan dan
kg dan sekarang 42 kg. TB = perkembangan
160, porsi makan tidak habis. janin

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Kekurangan Setelah diberikan Kaji kondisi status Pengeluaran cairan peroral sebagai akibat
volume cairan asuhan keperawatan hemodinamik klien hiperemesis gravidarum memiliki
dan elektrolit selama 2 x 24 jam karakteristik bervariasi
berhubungan diharapkan kebutuhan Ukur intake dan Jumlah cairan ditentukan dari jumlah
dengan muntah volume cairan klien output klien setiap kebutuhan harian ditambah dengan
yang berlebihan terpenuhi optimal hari jumlah cairan yang hilang peroral
dan pemasukan Evaluasi status Penilaian dapat dilakukan secara harian
yang tidak Kriteria Hasil : hemodinamik klien melalui pemeriksaan fisik
adekuat setiap hari
1. Tidak terjadi
mual-muntah Kolaborasi Meningkatkan kebutuhan cairan klien
2. Intake dan pemberian sejumlah secara optimal
output seimbang cairan pengganti
baik jumlah / harian sesuai indikasi
kualitasnya
3. Turgor kulit baik

2. Ketidakseimbang Setelah dilakukan Kaji status nutrisi Untuk mengetahui keadaan klien
an nutrisi kurang tindakan keperawatan klien
dari kebutuhan selama 1x24 kebutuhan Hidangkan makanan Untuk menghindari rasa mual
tubuh nutrisi klien terpenuhi dalam porsi kecil dan
berhubungan optimal dengan kriteria: hangat
dengan mual- Berikan makanan Dengan memberikan makanan dalam
muntah terus 1. Klien tidak sedikit dalam porsi kecil diharapkan nutrisi akan
menerus, tidak mengeluh mual frekuensi sering terpenuhi dan makanan yang hangat
nafsu makan muntah dapat menambah nafsu makan klien
2. Nafsu makan
klien meningkat Kolaborasi Antiemetic bertujuan untuk mengurangi
dan porsi makan pemberian antiemetic mual dan memenuhi kebutuhan serta
dihabiskan (anti mual) sesuai membantu dalam proses penyembuhan
3. BB dan TB indikasi
seimbang Berikan makanan Makanan yang tidak berlemak dan
yang tidak berlemak berminyak mengurangi rangsangan
dan berminyak saluran pencernaan, sehingga diharapkan
mual dan muntah berkurang
3. Intoleransi Setelah dilakukan Tingkatkan tirah Meningkatkan istirahat dan ketenangan.
aktifitas fisik tindakan keperawatan baring/duduk. Menyediakan energi yang digunakan
berhubungan 2x24 jam klien dapat Ciptakan lingkungan untuk penyembuhan.
dengan melakukan aktifitas yang tenang, batasi
kelemahan dan sehari-hari dengan pengunjung sesuai
kurangnya intake optimal dengan kriteria keperluan.
nutrisi. hasil : Tingkatkan aktivitas Tirah baring lama dapat menurunkan
sesuai toletansi, bantu kemampuan aktivitas. Ini dapat terjadi
1. Nafsu makan klien untuk karena keterbatasan aktivitas yang
meningkat, tidak melakukan latihan mengganggu periode istirahat.
mual muntah rentang gerak sendi
2. Klien tidak pasif/aktif.
mengalami Dorong penggunaan Meningkatkan relaksasi dan
kelemahan teknik menejemen penghematan energi, memusatkan
dalam stress, contoh kembali latihan dan dapat meningkatkan
melakukan ADL relaksasi progresif, koping.
3. Terlihat segar visualisasi,
dan bersemangat bimbingan imajinasi.
melakukan ADL Berikan aktivias
hiburan yang tepat
seperti nonton tv,
radio, membaca
Lakukan aktifitas Memungkinkan periode tambahan
secara bertahap dan istirahat tanpa gangguan.
sesuai toleransi.
4. Risiko hambatan Setelah dilakukan Jelaskan pada ibu Agar ibu menyadari akan pentingnya
pertumbuhan dan tindakan keperawatan mengenai pentingnya nutrisi bagi janin & ibu mengetahui akan
perkembangan 2x24 jam pertumbuhan nutrisi bagi kebutuhan nutrisinya
janin dan perkembangan pertumbuhan dan
berhubungan janin optimal dengan perkembangan janin
dengan kriteria hasil : Periksa fundus uteri Tinggi fundus uterus yg tidak sesuai
berkurangnya secara berkala dengan usia kehamilan dapat menjadi
peredaran darah 1. nutrisi janin bahan penilaian akan nutrisi janin
dan makanana ke terpenuhi Pantau denyut Denyut jantung yg masih dlm keadaan
fetal (janin). optimal jantung janin. normal & aktif menandakan janin masih
2. pertumbuhan dalam keadaan baik.
janin sesuai
dengan usia
kehamilan
Daftar Pustaka

Asih, Kampono, & Prihartono. (2009). Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia. Vol 33, No 3

Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologi dan Patologis. Jakarta:
Salemba Medika

Jurnal.Gunawan,K,Manengkei,dan Ocviyanti.Diagnosis and treatment of Hyperemesis


Gravidarum.Jakarta : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Jurnal.Widayana,Megadhana,dan Kemara.Diagnosis dan Penatalaksanaan Hiperemesis


Gravidarum.FK Udayana

Kevin dkk. 2011. Artikel Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) dengan
judul “Diagnosis dan Tatalaksana Hiperemesis Graviandrum”.

Mansjoer, A, dkk, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Penerbit Media
Aesculapius FKUI.

Mochtar, R, (1998), Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, edisi 2, Jilid 1,
Jakarta : EGC.

Simpson, et.al. (2001). Psychological Factors and Hyperemesis Gravidarum. Journal of


Women’s Health & Gender-Based Medicine. Volume 10, Number 5, 2001

Stright, Barbara R, Maria A. Wijayarini. 2004. Panduan belajar: Keperawatan Ibu-Bayi baru
lahir Ed.3. Jakarta: EGC

Taber, B, (1994), Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, cetakan 1 Jakarta : EGC.

Wardiyah, Aryanti. 2012. Makalah Jurnal Reading Hiperemesis Gravidarum Fkp U

You might also like