You are on page 1of 24

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha kuasa,karena atas berkat dan
rahmatnya sehigga penulis boleh menyelesaikan penulisan makalah ini. Makalah ini merupakan
perwujudan dari tugas kelompok yang diberikan oleh dosen mata kuliah KEPERAWATAN
GERONTIK.
Makalah ini berisikan tentang materi yang berhubungan dengan mata kuliah
KEPERAWATAN GERONTIK yaitu ASKEP GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA
LANSIA “ RHEUMATOID ARTRITIS “.
Apabila ada kekurangan dari penulisan makalah ini mohon kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan makalah ini.semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar..................................................................................................i
Daftar isi.............................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan :
A. Latar belakang...................................................................................................1
B. Tujuan penulisan................................................................................................3
Bab II Tinjauan pustaka :
A. Definisi................................................................................................................4
B. Anatomi fisiologi.................................................................................................4
C. Etiologi................................................................................................................7
D. Patofisiologi........................................................................................................8
E. Penyimpangan KDM.........................................................................................-
F. Tanda dan gejala................................................................................................9
G. Pemeriksaan dignostik....................................................................................10
H. Penatalaksanaan umum...................................................................................12
I. Penatalaksanaan medik....................................................................................13
J. Komplikasi..........................................................................................................14
Bab III Asuhan Keperawatan :
A. Kasus..................................................................................................................15
B. Analisa Data.......................................................................................................16
C. Diagnosa,Intervensi dan rasional.....................................................................19
D. Evaluasi...............................................................................................................32
Bab IV Penutup :
A. Kesimpulan.........................................................................................................33
B. Saran...................................................................................................................33
Daftar pustaka………………………………………………………………...34
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang

Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya
usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan
jaringan tubuh.

Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang
ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan
penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan
muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat
sejalan dengan meningkatnya usia manusia.

Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada
bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia
menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau
menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum
sepenuhnya dapat dimengerti.

Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan.golongan
penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya
menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi,
reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga
keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan,
serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak.
(Soenarto, 1982)
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut, atau sebagai
kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat dengan meningkatnya
umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994).

Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati urutan kedua
14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia >55 tahun
(Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996). Dan berdasarkan survey WHO di Jawa
ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia
(Boedhi Darmojo et. al, 1991).

Artritis reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan. Bisanya terdapat
banyak tanda- tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan. Tata laksananya sering
merupakan masalah utama. Insiden pucak dari artritis reumatoid terjadi pada umur dekade
keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki. Terdapat
insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).

Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang tidak diketahui.
Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga terdapat predisposisi terhadap penyakit.
Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit rheumatoid artritis
dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien lansia dengan gangguan
muskuloskeletal yaitu rheumatoid artritis.

2. Tujuan khusus

Makasiswa dapat menjelaskan :


1. definisi penyakit Rheumatoid Artritis.
2. etiologi penyakit Rheumatoid Artritis.
3. manifestasi klinik Rheumatoid Artritis.
4. patofisiologi penyakit Rheumatoid Artritis.
5. komplikasi penyakit Rheumatoid Artritis.
6. pemeriksaan diagnostik penyakit Rheumatoid Artritis.
7. penatalaksanaan penyakit Rheumatoid Artritis.
8. asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan Rheumatoid Artritis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.Definisi
Rematoid atritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik yang manifestasi utamanya adalah
poliartritis yang progresif,akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ
tubuh.(Hidayat,2006).
Artritis rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian( biasanya sendi tangan dan
kaki ) secara simetris mengalami peradangan ,sehingga terjadi pembengkakan ,nyeri dan sering
kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. (www.medicastore.com).

B.Anatomi dan fisiologi


Muskuloskeletal terdiri dari tulang,otot,kartilago,ligament,tendon,fasia,bursae dan persendian.
a.Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler.Tulang berasal dari embryonic
hyaline cartilage yang mana melalui proses “ osteogenesis “ menjadi tulang.proses ini dilakukan
oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat menimbunya garam
kalsium.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
Mendukung jaringan dan bentuk tubuh.
Melindungi organ tubuh (jantung,otak,paru-paru) dan jaringan lunak
Memberi pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan )
Membuat sel-sel darah merah didalam sumsum tulang (hema topoiesis)
Menyimpan garam-garam mineral.misalnya kalsium ,fosfor.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :


Tulang panjang (femur,humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis.batang dibentuk
oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongibone ( cacellous atau trabecular)
Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan suatu
lapisan luar dari tulang yang padat.
Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar
adalah tulang cancellous.
Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
Tulang sesamoid merupakan tulang kecil,yang terletak disekitar tulang yang berdekatan
dengan persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial misalnya patella ( kap lutut )
b.Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk menghasilkan
pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh.
Kelompok otot terdiri dari :
Otot rangka ( otot lurik ) didapatkan pada sistem skeletal dan berfungsi untuk memberikan
pengontrolan pergerakan ,mempertahankan sikap dan menghasilkan panas.
Otot viseral (otot polos ) didapatkan pada saluran pencernaan ,saluran perkemihan dan
pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dan kontraksinya tidak di bawah control
keinginan.
Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah control
keinginan.
c.kartilago
kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat.kartilago sangat kuat tapi
fleksibel dan tidak bervaskular.nutrisi mencapai ke sel-sel kartilago dengan proses difusi melalui
gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibrosis yang menutupi kartilago) atau
sejumlah serat-serat kolagen didapat pada kartilago.
d. Ligament
ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan akhir dari suatu
otot dan berfungsi mengikat suatu tulang.
e. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus setiap otot dan
berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu,khususnya
pada pergelangan tangan dan tumit.Pembungkus ini dibatasi oleh membran synofial yang
memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.
f.Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung dibawah
kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal,jaringan penyambung yang
membungkus fibrous yang membungkus otot,saraf dan pembuluh darah.bagian akhir diketahui
sebagai fasia dalam.
g.Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat dimana
digunakan diatas bagian yang bergerak misalnya terjadi pada kulit,tulang antara tendon dan
tulang antara otot. Bursae sebagai penampang antara bagian yang bergerak seperti pada
olecranon bursae,terletak antara presesus dan kulit.
h.Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada. Kelenturan
dimungkinkan karena adanya persendian.tatu letah dimana tulang berada bersama-sama.Bentuk
dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlahdan tipe pergerakan yang dilakukan.
Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu :
Sendi synarthroses ( sendi yang tidak bergerak )
Sendi amphiartroses ( sendi yang sedikit bergerak )
Sendi diarthoses ( sendi yang banyak bergerak )
Perubahan fisiologi pada proses menjadi tua
Ada jangka periode waktu tertentu dimana induvidu paling mudah mengalami perubahan
muskuloskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa anak-anak atau remaja karena pertumbuhan
atau perkembangan yang cepat atau timbulnya terjadi pada usia tua. Perubahan struktur sistem
muskuloskeletal dan fungsinya sangat bervariasi antara induvidu selama prosesmenjadi tua.
Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan kelanjutan dari kemunduran yang
mulai dari usia pertengahan. Jumlah total dari sel-sel bertumbuh berkurang akibat perubahan
janringan penyambung ,penurunan pada jumlah dan elastisitas dari jaringan subkutan dan
hilangnya serat otot dan kekuatan.
Perubahan fisiologis yang umum adalah :
Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. Pada maturasi usia tua.
Lebar bahu menurun.
Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha.

C.Etiologi
Hingga kini penyebab remotoid artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa
menunjukkan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a. mekanisme IMUN (antigen-antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor rematoid
b. gangguan metabolisme
c. genetik
d. faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan ( pekerjaan dan psikososial).
D. Patofisiologi
Cidera mikrovaskuler dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium merupakan lesi paling
dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang menimbulkan respon ini masih belum
diketahui.kemudian tampak peningkatan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama
sel mononukleus privaskuler.seiring dengan perkembangan proses sinovium edematosa dan
menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolan vilosa.
Pada penyakit Reumatoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
a.stadium sinovisis
pada stadim ini terdapat perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,edema
karena kongesti,nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak,bengkak dan kekakuan.
b.stadium destruksi
pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial juga pada jaringan sekitarnya
yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c.stadium deformitas
pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali ,deformitas dan gangguan
fungsi secara menetap.
F.Tanda dan gejala
a. Pasien-pasien dengan RA akan menunjukkan tanda dan gejala seperti:
nyeri persendian.
b. bengkak ( rheumatoid nodule).
c. kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari.
d. terbatasnya pergerakan.
e. sendi-sendi terasa panas.
f. demam ( pireksia).
g. Anemia.
h. berat badan menurun.
i. kekuatan berkurang.
j. tampak warna kemerahan disekitar sendi.
k. perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal.
l. pasien tampak anemik.

Pada tahap yang lanjut akan ditemikan tanda dan gejala seperti :
a) pergerakan menjadi terbatas.
b) adanya nyeri tekan.
c) deformitas bertamabah pembeengkakan.
d) Kelemahan.
e) depresi

Gejala Extraartikular :
a.pada jantung :
Rheumatoid heard diseasure
Valvula lesion (gangguan katub)
Pericarditis
Myocarditis
b.pada mata :
Keratokonjungtivitas
Scleritis
c.pada limpa : lhymphadenopathy
d.pada thyroid : lyphocytic thyroiditis
e.pada otot : mycsitis

G. pemeriksaan diagnostik
Faktor reumatoid : positif 80-95 % kasus.
Fiksasi lateks : positif pada 75 % dari kasus –kasus khas.
Reaksi-reaksi aglutinasi : positif pada lebih dari 50 % kasus khas.
LED : umumnya menigkat pesat (80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala
meningkat.
Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
SDP : meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
JDL : Umumnya menunjukkan anemia sedang.
Lg (lg M dan lg G ) : peningkatan besar menunjukan proses autoimun sebagai penyebar AR.
Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak ,erosi
sendi,dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal ) berkembang menjadi
formasi kista tulang ,memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang
terjadi secara bersamaan.
Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium.
Artroskopi langsung : visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang
pada sendi.
Aspirasi cairan sinovial :mungkin menunjukan volume yang lebih besar dari normal
:buram,berkabut,munculnya warna kuning,(respon inflamasi,produk-produk pembuangan
degeneratif):elefan SDP dan leukosit ,penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
Kriteria diagnostik artritis reumatoid adalah terdapat poli-artritis yang simetris yang mengenai
sendi-sendi proksimal jari tangan serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila
ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikular pada foto rontgen.

Kriteria artritis reumatoid menurut American Resume Association (ARA ) adalah :


1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari.
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.
3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi caiaran) pada salah satu sendi
secara terus menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yang bersifat simetris.
6. Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang daerah ekstensor.
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada artritis rheumatoid.
8. Uji aglutinasi faktor rheumatoid.
9. Pengendapan cairan musin yang jelek.
10. Perubahan karakter histologik lapisan sinovia.
11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
kemungkinan rhematoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 4
minggu.
H.Penatalaksanaan umum

Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi,


menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita
(Lemone & Burke, 2001).

Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :

1. Pemberian terapi

Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan
proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk
memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun

2. Pengaturan aktivitas dan istirahat

Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk mengurangi
gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan
sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus
diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.

3. Kompres panas dan dingin

Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot.
Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.

4. Diet

Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang disarankan
yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.

5. Pembedahan

Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir. Bentuknya
dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join
replacement untuk mengganti sendi.
I.penatalaksanaan medik
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
a) Pendidikan : meliputi tentang pengertian ,patofisiologi,penyebab dan prognosis penyakit ini.
b) Istirahat :karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat.
c) Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang ,ini bertujuan untuk
mempertahankan funsi sendi pasien.
d) Termoterapi.
e) Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat.
f) Pemberian obat-obatan :
Anti inflamasi non steroid (NSAID ) contoh :aspiri yang diberikan pada dosis yang telah
ditentukan.
Obat-obatan untuk rheumatoid artritis :
- acetyl salicylic acid, cholyn salicylate (analgetik,antipiretik,anti inflamasi).
- Indomethacin / indocin ( analgetik dan anti inflamasi ).
- Ibufropen / motrin ( analgetik dan anti inflamasi ).
- Tolmetin sodium / tolectin ( analgesik dan anti inflamasi ).
- Naproxsen / naprosin ( analgetik dan anti inflamasi ).
- Sulindac / clinoril ( analgetik dan anti inflamasi ).
- Piroxicam / feldene ( analgetik dan anti inflamasi ).

J.Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi dibawah kulit
yang disebut subkutan nodule.
b. Pada otot dapat terjadi myosis yaitu proses granulasi jaringan otot.
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
d. Terjadi splenomegali.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.Kasus
Ny.mei berusia 54 tahun,datang keklinik dengan keluhan Klien mengatakan nyeri pada
pergelangan kaki kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan tangan kiri,Klien mengatakan
nyeri seperti ditusuk-tusuk,Klien mengatakan nyeri timbul pada malam dan pagi hari saat bangun
tidur,Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak,Klien mengatakan nyeri hilang
timbul,Klien mengatakan sendi pergelangan kaki kanan dan kiri terasa kaku,Klien mengatakan
nyeri timbul karena kakinya bengkak,Klien tampak berhati-hati bergerak,Status fungsional (katz
indeks AKS) B: kemandirian dalam semua hal kecuali mobilisasi,ROM terbatas pada
pergelangan kaki kanan dan kaki kiri karena nyeri,Klien menggunakan tongkat saat berdiri dan
berjalan,Skala kekuatan otot 5 atau sedang,Kaki klien gemetar saat berdiri, Klien mengatakan
selama sakit dan di wisma tidak pernah bekerja/berkebun lagi,Klien mengatakan saat ini sudah
tidak ada lagi sumber pendapatan,Klien mengatakan pagi ini belum mandi,Klien mengatakan
kesulitan saat mandi,klien selalu bertanya-tanya tentang penyakit apa yang diderita,klien juga
bertanya tentang penyebab dari penyakitnya.
Pada pengkajian fisik skala nyri nya 5 atau sedang,Ekspresi wajah meringis,Ada oedema,
kemerahan, dan kulit teraba panas pada area dorsum pedis dextra,Nyeri tekan pada area dorsum
pedis,Klien mengatakan terasa kaku pada sendi pergelangan kaki kanan dan kiri,Klien
mengatakan jika ingin berdiri dan jalan harus dibantu dengan tongkat,Klien mengatakan bila
bergerak kakinya bertambah nyeri, Klien jarang berinteraksi dengan penghuni panti yang
lain,Klien tidak memiliki sumber pendapatan,Rambut tampak acak-acakan,Penampilan tidak
rapi,Tercium bau badan klien,Kuku panjang dan kotor,Frekuensi mandi 2 kali/hari namun kurang
bersih.pada pemeriksaan TTV terdapat : TD :140/100 mmHg,suhu :36,7 derajat
celcius,pernapasan :28 X/mnit,nadi :84X/menit.

B.Analisa Data
NO Data Fokus Masalah
1 DS: Nyeri
- Klien mengatakan nyeri pada pergelangan kaki
kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan tangan
kiri.
- Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.
- Klien mengatakan nyeri timbul pada malam dan
pagi hari saat bangun tidur.
- Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak.
- Klien mengatakan nyeri hilang timbul
- Klien mengatakan sendi pergelangan kaki kanan
dan kiri terasa kaku.
- Klien mengatakan nyeri timbul karena kakinya
bengkak.
DO:
- Ekspresi wajah meringis.
- Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang.
- Ada oedema, kemerahan, dan kulit teraba panas
pada area dorsum pedis dextra.
- Ada nodul berisi pus pada pergelangan kaki kanan
dan lutut kiri. Nyeri tekan pada area dorsum pedis.

DS:
- Klien mengatakan terasa kaku pada sendi
pergelangan kaki kanan dan kiri.
- Klien mengatakan jika ingin berdiri dan jalan
2. harus dibantu dengan tongkat. Kerusakan imobilitas fisik
- Klien mengatakan bila bergerak kakinya
bertambah nyeri
DO:
- Klien tampak berhati-hati bergerak.
- Status fungsional (katz indeks AKS) B:
kemandirian dalam semua hal kecuali mobilisasi.
- ROM terbatas pada pergelangan kaki kanan dan
kaki kiri karena nyeri.
- Klien menggunakan tongkat (kruk) saat berdiri dan
berjalan.
- Skala kekuatan otot
- Kaki klien gemetar saat berdiri.

DS
- Klien mengatakan selama sakit dan di wisma tidak
pernah bekerja/berkebun lagi.
- Klien mengatakan saat ini sudah tidak ada lagi
sumber pendapatan.
3. DO: Perubahan peran
- Klien jarang berinteraksi dengan penghuni panti
yang lain.
- Status fungsional (katz indeks AKS) B:
kemandirian dalam semua hal kecuali mobilisasi.
- Klien tidak memiliki sumber pendapatan.
DS:
- Klien mengatakan pagi ini belum mandi.
- Klien mengatakan kesulitan saat mandi.
DO:
- Rambut tampak acak-acakan.
- Penampilan tidak rapih. Defisit perawatan diri
4. - Tercium bau badan klien.
- Kuku panjang dan kotor.
Frekuensi mandi 2 kali/hari namun kurang bersih.

DS:
DO :
klien selalu bertanya-tanya tentang penyakit apa
yang diderita.
klien juga bertanya tentang penyebab dari
penyakitnya.
Kurang pengetahuan
5.

DS:
Klien mengatakan terasa kaku pada sendi
pergelangan kaki kanan dan kiri,Klien mengatakan
jika ingin berdiri dan jalan harus dibantu dengan
tongkat.
DO :
Klien menggunakan tongkat saat berdiri dan
6. berjalan. Resiko cedera
Kaki klien gemetar saat berdiri.
C.Diagnosa
1.Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses
inflamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan, berfokus pada diri sendiri,
Perilaku distraksi/ respons autonomic.
Perilaku yang bersifat hati-hati/ melindungi.

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:


• Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
• Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
• Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
• Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.

NO INTERVENSI RASIONAL
1. a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan a.Membantu dalam menentukan
intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor kebutuhan manajemen nyeri dan
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa keefektifan program.
sakit non verbal.

b. Berikan matras/ kasur keras, bantal b.Matras yang lembut/ empuk,


kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai bantal yang besar akan mencegah
kebutuhan. pemeliharaan kesejajaran tubuh
yang tepat, menempatkan stress
pada sendi yang sakit. Peninggian
linen tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri.

c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, c.Mengistirahatkan sendi-sendi


karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, yang sakit dan mempertahankan
brace. posisi netral. Penggunaan brace
dapat menurunkan nyeri dan dapat
mengurangi kerusakan pada sendi.

d.Mencegah terjadinya kelelahan


d. Dorong untuk sering mengubah posisi,. umum dan kekakuan sendi.
Bantu untuk bergerak di tempat tidur, Menstabilkan sendi, mengurangi
sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, gerakan/ rasa sakit pada sendi.
hindari gerakan yang menyentak.

e.Panas meningkatkan relaksasi


otot, dan mobilitas, menurunkan
e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat rasa sakit dan melepaskan
atau mandi pancuran pada waktu bangun kekakuan di pagi hari. Sensitivitas
dan/atau pada waktu tidur. Sediakan pada panas dapat dihilangkan dan
waslap hangat untuk mengompres sendi- luka dermal dapat disembuhkan.
sendi yang sakit beberapa kali sehari. f. meningkatkan relaksasi/
Pantau suhu air kompres, air mandi, dan mengurangi nyeri.
sebagainya.
g.Meningkatkan relaksasi,
memberikan rasa kontrol dan
f. Berikan masase yang lembut mungkin meningkatkan
kemampuan koping.

g. Dorong penggunaan teknik manajemen


stres, misalnya relaksasi progresif,sentuhan
terapeutik, biofeed back, visualisasi, h. Memfokuskan kembali
pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan perhatian, memberikan stimulasi,
pengendalian napas. dan meningkatkan rasa percaya diri
dan perasaan sehat.
i. Meningkatkan realaksasi,
h.Libatkan dalam aktivitas hiburan yang mengurangi tegangan otot/ spasme,
sesuai untuk situasi individu. memudahkan untuk ikut serta
dalam terapi.

i. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang j. sebagai anti inflamasi dan efek
direncanakan sesuai petunjuk. analgesik ringan dalam mengurangi
kekakuan dan meningkatkan
mobilitas.

k.Rasa dingin dapat menghilangkan


j. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai nyeri dan bengkak selama periode
petunjuk (mis:asetil salisilat) . akut.

k. Berikan kompres dingin jika dibutuhkan.

2.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,


nyeri, penurunan kekuatan otot.

Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan untuk dengan
sendiri bergerak dalam lingkungan fisik.
Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/ kontrol dan
massa ( tahap lanjut ).

Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :

• Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.


• Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau kompensasi bagian
tubuh.
• Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

NO INTERVENSI RASIONAL
a.Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat Tingkat aktivitas/ latihan tergantung
inflamasi/ rasa sakit pada sendi. dari perkembangan/ resolusi dari
peoses inflamasi.
b. Pertahankan istirahat tirah baring/
duduk jika diperlukan jadwal aktivitas
untuk memberikan periode istirahat yang Istirahat sistemik dianjurkan selama
terus menerus dan tidur malam hari yang eksaserbasi akut dan seluruh fase
tidak terganggu. penyakit yang penting untuk
mencegah kelelahan
mempertahankan kekuatan.
c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif,
demikiqan juga latihan resistif dan Mempertahankan/ meningkatkan
isometris jika memungkinkan. fungsi sendi, kekuatan otot dan
stamina umum. Catatan : latihan
tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya aktivitas
yang berlebihan dapat merusak
sendi.
d. Ubah posisi dengan sering dengan
jumlah personel cukup. Demonstrasikan/
bantu tehnik pemindahan dan penggunaan
bantuan mobilitas, mis, trapeze Menghilangkan tekanan pada
jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
Mempermudah perawatan diri dan
kemandirian pasien. Tehnik
e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, pemindahan yang tepat dapat
gulungan trokanter, bebat, brace. mencegah robekan abrasi kulit.

f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah Meningkatkan stabilitas


leher. ( mengurangi resiko cidera ) dan
memerptahankan posisi sendi yang
diperlukan dan kesejajaran tubuh,
g. Dorong pasien mempertahankan postur mengurangi kontraktor.
tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan
berjalan.
Mencegah fleksi leher.

h. Berikan lingkungan yang aman,


misalnya menaikkan kursi, menggunakan Memaksimalkan fungsi sendi dan
pegangan tangga pada toilet, penggunaan mempertahankan mobilitas.
kursi rodai.

Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. Menghindari cidera akibat


kecelakaan/ jatuh.
j. Kolaborasi: Berikan matras busa/
pengubah tekanan.

Berguna dalam memformulasikan


program latihan/ aktivitas yang
k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai berdasarkan pada kebutuhan
indikasi (steroid). individual dan dalam
mengidentifikasikan alat.

Mungkin dibutuhkan untuk menekan


sistem inflamasi akut.

3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan


kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
Dapat dibuktikan oleh : Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.

Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan penampilan.
Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan,
ketergantungan pada orang terdekat.
Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
Perasaan tidak berdaya, putus asa.
Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :
• Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,
perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
• Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

NO INTERVENSI RASIONAL
a.Dorong pengungkapan mengenai Berikan kesempatan untuk
masalah tentang proses penyakit, harapan mengidentifikasi rasa takut/
masa depan. kesalahan konsep dan
menghadapinya secara langsung.

b. Diskusikan arti dari kehilangan/


perubahan pada pasien/orang terdekat. Mengidentifikasi bagaimana
Memastikan bagaimana pandangaqn penyakit mempengaruhi persepsi diri
pribadi pasien dalam memfungsikan gaya dan interaksi dengan orang lain akan
hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek menentukan kebutuhan terhadap
seksual. intervensi/ konseling lebih lanjut.

c.Diskusikan persepsi pasienmengenai


bagaimana orang terdekat menerima Isyarat verbal/non verbal orang
keterbatasan. terdekat dapat mempunyai pengaruh
mayor pada bagaimana pasien
memandang dirinya sendiri.

d. Akui dan terima perasaan berduka, Nyeri konstan akan melelahkan, dan
bermusuhan, ketergantungan. perasaan marah dan bermusuhan
umum terjadi.

e. Perhatikan perilaku menarik diri, Dapat menunjukkan emosional


penggunaan menyangkal atau terlalu ataupun metode koping maladaptive,
memperhatikan perubahan. membutuhkan intervensi lebih lanjut.
Membantu pasien untuk
f. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. mempertahankan kontrol diri, yang
Bantu pasien untuk mengidentifikasi dapat meningkatkan perasaan harga
perilaku positif yang dapat membantu diri.
koping.
Meningkatkan perasaan harga diri,
g. Ikut sertakan pasien dalam mendorong kemandirian, dan
merencanakan perawatan dan membuat mendorong berpartisipasi dalam
jadwal aktivitas. terapi.

Mempertahankan penampilan yang


h. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang dapat meningkatkan citra diri.
diperlukan. Memungkinkan pasien untuk merasa
senang terhadap dirinya sendiri.
i. Berikan bantuan positif bila perlu. Menguatkan perilaku positif.
Meningkatkan rasa percaya diri.

Pasien/orang terdekat mungkin


membutuhkan dukungan selama
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling berhadapan dengan proses jangka
psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, panjang/ ketidakmampuan
psikolog.

k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai


petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-
obatan peningkat alam perasaan. Mungkin dibutuhkan pada saat
munculnya depresi hebat sampai
pasien mengembangkan kemapuan
koping yang lebih efektif.

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan,


daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.
Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
• Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan
individual.
• Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
• Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
NO INTERVENSI RASIONAL
a.Diskusikan tingkat fungsi umum Mungkin dapat melanjutkan aktivitas
(0-4) sebelum timbul awitan/ umum dengan melakukan adaptasi yang
eksaserbasi penyakit dan potensial diperlukan pada keterbatasan saat ini.
perubahan yang sekarang
diantisipasi.
Mendukung kemandirian fisik/emosional.
b. Pertahankan mobilitas, kontrol
terhadap nyeri dan program
latihan.
Menyiapkan untuk meningkatkan
kemandirian, yang akan meningkatkan
harga diri.
c. Kaji hambatan terhadap
partisipasi dalam perawatan diri.
Identifikasi /rencana untuk Berguna untuk menentukan alat bantu
modifikasi lingkungan. untuk memenuhi kebutuhan individual.
Mis; memasang kancing, menggunakan
d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli alat bantu memakai sepatu,
terapi okupasi. menggantungkan pegangan untuk mandi
pancuran.

Mengidentifikasi masalah-masalah yang


e. Kolaborasi: Atur evaluasi mungkin dihadapi karena tingkat
kesehatan di rumah sebelum kemampuan aktual.
pemulangan dengan evaluasi
setelahnya.
Mungkin membutuhkan berbagai bantuan
f. Kolaborasi : atur konsul dengan tambahan untuk persiapan situasi di rumah.
lembaga lainnya, mis: pelayanan
perawatan rumah, ahli nutrisi.

5.Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
Dapat dibuktikan oleh : Pertanyaan/ permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep.
Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
• Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
• Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang
konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
NO INTERVENSI RASIONAL
a.Tinjau proses penyakit, Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat
prognosis, dan harapan masa membuat pilihan berdasarkan informasi.
depan.
Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan
b. Diskusikan kebiasaan pasien inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk
dalam penatalaksanaan proses mempertahankan fungsi sendi dan mencegah
sakit melalui diet,obat-obatan, deformitas.
dan program diet seimbang,
latihan dan istirahat.

c.Bantu dalam merencanakan


jadwal aktivitas terintegrasi
yang realistis,istirahat, Memberikan struktur dan mengurangi ansietas
perawatan pribadi, pemberian pada waktu menangani proses penyakit kronis
obat-obatan, terapi fisik, dan kompleks.
manajemen stres.

d. Tekankan pentingnya
melanjutkan manajemen
farmakoterapeutik.
Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung
e. Anjurkan mencerna obat- pada ketepatan dosis.
obatan dengan makanan, susu,
atau antasida pada waktu tidur.
Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri
pada HS akan meningkatkan tidur dan
m,engurangi kekakuan di pagi hari.

f. Identifikasi efek samping


obat-obatan yang merugikan,
mis: tinitus, perdarahan
gastrointestinal, dan ruam Memperpanjang dan memaksimalkan dosis
purpuruik. aspirin dapat mengakibatkan takar lajak.
Tinitus umumnya mengindikasikan kadar
g. Tekankan pentingnya terapeutik darah yang tinggi.
membaca label produk dan
mengurangi penggunaan obat-
obat yang dijual bebas tanpa Banyak produk mengandung salisilat
persetujuan dokter. tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko
takar layak obat/ efek samping yang berbahaya.
h. Tinjau pentingnya diet yang
seimbang dengan makanan
yang banyak mengandung Meningkatkan perasaan sehat umum dan
vitamin, protein dan zat besi. perbaikan jaringan.

i.Dorong pasien obesitas untuk


menurunkan berat badan dan
berikan informasi penurunan
berat badan sesuai kebutuhan. Pengurangan berat badan akan mengurangi
tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut,
j. Berikan informasi mengenai pergelangan kaki, telapak kaki.
alat bantu

Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi


dan memungkinkan individu untuk ikut serta
secara lebih nyaman dalam aktivitas yang
dibutuhkan.

k. Diskusikan tekinik
menghemat energi, mis: duduk
daripada berdiri untuk
mempersiapkan makanan dan Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan
mandi. perawatan diri, dan kemandirian.

l. Dorong mempertahankan
posisi tubuh yang benar baik
pada sat istirahat maupun pada mekanika tubuh yang baik harus menjadi
waktu melakukan aktivitas, bagian dari gaya hidup pasien untuk
misalnya menjaga agar sendi mengurangi tekanan sendi dan nyeri.
tetap meregang , tidak fleksi,
menggunakan bebat untuk
periode yang ditentukan,
menempatkan tangan dekat
pada pusat tubuh selama
menggunakan, dan bergeser
daripada mengangkat benda
jika memungkinkan.

m. Tinjau perlunya inspeksi


sering pada kulit dan
perawatan kulit lainnya
dibawah bebat, gips, alat
penyokong. Tunjukkan
pemberian bantalan yang tepat. mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit.

6.resiko cedera berhubungan dengan kelemahan otot


NO INTERVENSI RASIONAL
a.Berikan obat anti rematik. a.meminimalkan rasa nyeri.

b.Anjurkan klien berhati-hati saat berdiri b.Sikap yang tidak berhati-hati


dan berjalan . memicu tingkat cedera yang tinggi.

c.
c.Anjurkan klien duduk apabilanyeri saat
berdiri atau berjalan.
d.meminimalakan tingkat cedera.
d.Anjurkan klien menggunakan tongkat
atau alat bantu jalan.

e.meringankan tugas perawat


sekaligus pertolongan pertama pada
e.Jelaskan kepada keluarga klien tentang klien dalam keadaan mendadak.
teknik menolong klien saat timbul nyeri
rematik.

D.Evaluasi
Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol.
Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau kompensasi
bagian tubuh.
Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi
penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan
Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan
individual.
BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit autoimun sistemik menahun yang proses patologi
utamanya terjadi di cairan sinovial.
Penderita Artritis Reumatoid seringkali datang dengan keluhan artritis yang nyata dan tanda-
tanda keradangan sistemik. Baisanya gejala timbul perlahan-lahan seperti lelah, demam,
hilangnya nafsu makan, turunnya berat badan, nyeri, dan kaku sendi.
Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan mempertahankan remisi atau sedapat mungkin
berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut. Tujuan utama dari program terapi adalah
meringankan rasa nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan mencegah dan/atau
memeperbaiki deformaitas.

B.Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep rheumatoid atritis serta dapat
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Kushariyadi.2011.Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba Medika.


Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Anonim, 2004, Arthritis, http://www.arthritis.org.


http://www.peutuah.com/artritis-reumatoid-rematik/
http://nurse87.wordpress.com/2009/12/12/asuhan-keperawatan-rheumatoid-artritis/
http://ilmukeperawatan.wordpress.com
http://askepdoumbojo.blogspot.com/2010/08/askep-muskuloskeletal.html
http://www.peutuah.com/pengkajian-sistem-muskuloskeletal/
http://asuhankeperawatan-kumpulan-askep.blogspot.com/2009_07_01_archive.html

You might also like