Professional Documents
Culture Documents
Materialitas mengukur berapa besar dan pentingnya suatu salah saji (misstatement) dalam
laporan keuangan. Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi, yang bergantung pada ukuran dan
sifatnya serta apabila terjadi kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat pos-pos
laporan keuangan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna laporan keuangan (Bapepam, 2012). Angka materialitas akan dijadikan patokan atau
brenchmark ketika menemukan salah saji. Materialitas digunakan dalam seluruh Proses Audit.
Materialitas untuk tujuan agregrasi dalam peraturan Bapepam Laporan Keuangan (Nomer: KEP-
347/BL/2012 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik)
adalah sebagai berikut:
MEMAHAMI MATERIALITAS
ISA (International Standard on Auditing) adalah standar audit berbasis prinsip, atau principle
based standard. Standar berbasis prinsip, diawali dengan kerangka berpikir atau framework yang
menjelaskan tujuan (apa yang harus dicapai) dalam rambu-rambunya. Auditor mencari jalan untuk
mencapai tujuan tersebut, dengan memperhatikan kondisi (circumstances) di lapangan.
Kasus Telkomsel
Fee curator 0,5% dari asset Telkomsel, dibagi dua antara Telkomsel dan Pemohon Pailit. Jumlah
Aset Telkomsel Rp58,7 Triliun. Bagian Telkomsel menurut Penetapan Pailit PN Niaga adalah 0,5%
dikalikan Rp58,7 Triliun dibagi 2 yaitu lebih dari Rp146,8 Miliar. Mahkamah Agung mengabulkan
permohonan peninjauan kembali yang diajukan Telkomsel. Telkomsel bebas dari kewajiban membayar
fee kurator.
Masalah:
Salah saji Rp146,8 miliar telkomsel adalah sangat material, jika menurut naluri atau kesimpulan kuasa
hukum telkomsel).
Salah saji Rp146,8 miliar adalah immaterial, jika menurut perhitungan BAPEPAM LK.
Pertanyaannya: Mana yang benar
Jawaban:
Ketentuan yang digunakan oleh Bapepam LK adalah contoh berbasis standar atau rules-based standard.
Materialitas digunakan dalam seluruh Proses Audit. Di bawah ini adalah penerapan materialitas dalam
ketiga tahap proses audit.
a) Tingkat laporan keuangan secara menyeluruh (financial statement level) – overall materiality
b) Tingkat saldo akun, jenis transaksi, dan pengungkapan (account balance, class if transactions, and
disclosure level). Auditor harus memastikan apakah saldo akun, transaksi, dan pengungkapan sudah
disajikan ssesuai asersi yang dibuat manajemen. – specific materiality
Salah saji bias terjadi karena berbagai sebab, dan dapat dikelompokkan menurut:
a) Ukuran (size), berapa besarnya salah saji dalam ukuran uang (monetary amount). Ini ukuran
kuantitatif.
b) Sifat (nature) salah saji tersebut, ini ukuran kualitatif dari suatu salah saji
c) Situasi di sekitar terjadinya salah saji tersebut (circumstaces surrounding the occurences).
OVERALL MATERIALITY
Overall Materiality adalah materialitas untuk laporan keuangan secara menyeluruh didasarkan
atas persepsi auditor mengenai kebutuhan informasi keuangan dari pemakai laporan keuangan. Overall
Materiality ditetapkan sebesar angka materialitas yang digunakan pembuat laporan keuangan. Auditor
menetapkan materialitas sebesar angka salah saji tertinggi yang tidak akan berdampak pada keputusan
ekonomis yang dibuat pemakai laporan keuangan. Jika jumlah salah saji yang tidak dikoreksi (amount of
uncorrected misstatements), terpisah atau digabungkan lebihh besar dari overall materiality yang
ditetapkan untuk penugasan tersebut, maka laporan keuangan disalahsajikan secara material.
Overall Materiality digunakan untuk merumuskan opini auditor. Misalkan Overall materiality
ditetapkan sebesar Rp250 juta. Jika sesudah melaksanakan prosedur audit:
a) Tidak ada salah saji, auditor benar dalam memberikan pendapat WTP (Wajar tanpa pengecualian).
b) Beberapa salah saji yang jumlahmua immaterial, ditemukan auditor, dan auditor masih dapat
memberikan WTP.
c) Salah saji melebihi angka materialitas, manajemen tidak bersedia mengoreksinya. Auditor keliru jika
memberikan WTP.
d) Ada salah saji melampaui angka materialitas, auditor tidak menemukannya, dan akibatnya ia
memberikan WTP. Dalam hal ini auditor keliru.
Auditor mungkin tergoda untuk menurunkan angka overall materiality ketika risiko salah saji
yang material dinilai tinggi. Ini tidak benar. Overall Materiality menjawab kebutuhan memakai laporan
keuangan dan tidak menverminkan audit risk. Untuk menjelaskan kekeliruan diatas, lihat entitas A dan
B.
Seharusnya, Overall Materiality untuk entitas A dan B sama, karena ukuran mereka sama. Jika risiko
audit mempengaruhi Overall Materiality, maka Overall Materiality entitas A lebih tinggi dari B.
Semakin berisiko perusahaan, maka Overall Materiality makin rendah. Overall Materiality yang
rendah:
Memberikan ekspektasi bahwa salah saji yang kecil-kecilpun, akan terdeteksi dalam audit ini;
dan
Membuat pekerjaan audit tambahan lebih banyak (padahal tidak perlu) untuk memastikan
risiko audit turun.
Pada penyelesaian audit, overall materiality akan digunakan untuk mengevaluasi dampak salah saji
yang tidak teridentifikasi dalam laporan keuangan berbagai pemakai sebagai suatu kelompok. Oleh
karena itu, dampak salah saji untuk seorang pemakai tertentu (specific individual users), yang
kebutuhannya bisa berbeda, tidak menjadi pertimbangan auditor dalam menetapkan materialitas secara
menyeluruh (overall materiality).
PERFORMANCE MATERIALITY
Performance materiality memungkinkan auditor menangani riisko salah saji dalam jenis
transaksi, saldo akun atau disclosure tanpa harus mengubah overall materiality. Performance materiality
memungkinkan auditor menetapkan angka materialitas berdasarkan overall materiality, tetapi lebih
rendah dari overall materiality untuk mencerminkan risiko yang diidentifikasi dan dinilai (identified and
assessed risk) dan detection risk (risiko tidak terdeteksinya salah saji oleh auditor). Tujuan performance
materiality adalah melaksanakan lebih banyak pekerjaan audit (dibandingkan dengan pekerjaan audit
berdasarkan overall materiality atau specific materiality) untuk:
a) Memastikan salah saji yang lebih kecil dari overall materiality atau specific materiality dapat
dideteksi; dan
b) Menyediakan suatu margin atau penyangga (buffer) untuk salah saji yang tidak terdeteksi.
Penyangga adalah selisih antara gabungan seluruh salah saji yang terdeteksi tetapi tidak dikoreksi
(detected but uncorrected misstatements in the aggregate) dan overall materiality atau specific
materiality.
Angka yang lebih rendah sebagi penyangga (buffer) antara performance materiality (yang
digunakan untuk menentukan sifat dan luasnya prosedur audit yang harus dilaksanakan) dengan overall
materiality (materialitas menyeluruh). Margin atau penyangga memberikan asurans kepada auditor
bahwa akumulasi salah saji (undetected misstatement dan semua uncorrected misstatements), tidak
mencapai jumlah yang menyebabkan laporan keuangan disalahsajikan secara material.
SPECIFIC MATERIALITY
Terdapat situasi di mana salah saji yang lebih kecil dari overall materiality dapat mempengaruhi
pengguna laporan keuangan.
Contohnya, kerugian keuangan negara karena korupsi dalam pengadaan Al Quran mungkin
secara kuantitatif kecil dibandingkan dengan jumlah anggaran Kementerian Agama untuk tahun-tahun
terkait. Namun, secara kualitatif, kerugian tersebut material karena sifat pengeluaran APBN
kementerian itu khas, yakni mempunyai nilai-nilai luhur bagi umat Islam.
Contoh lainnya, audit PwC terhadap Tesco. PwC menetapkan materialitas secara kuantitatif
sebesar £150 juta (Sekitar 5% dari laba sebelum pajak). PwC menetapkan materialitas secara kualitatif
dengan keterangan “akan melaporkan terhadap kesalahan yang diidentifikasi selama audit atau audit
diatas £7 milliar dan kesalahan dibawah angka tersebut untuk alasan kualitatif.
Sama dengan performace materiality. Specific performance materiality ditetapkan lebih rendah
dari angka specific materiality untuk memastikan pekerjaan audit yang cukup, dilaksankan untuk
mengurangi ke tingkat rendah yang tepat, probabilitas salah saji yang tidak dikoreksi dan yang tidak
terdeteksi melebih specific materiality.
Materialitas adalah dasar untuk penilaian risiko (risk assessments) dan penenu luasnya prosedur
audit. Materialitas digunakan selama audit berlangsung untuk perencanaan audit, penilaian risiko, dan
pelaporan.
Sebagai langkah awal menentukan angka materialitas, auditor biasanya menggunakan suatu
acuan, ambang batas, threshold atau brenchmark. Sifat dari acuan ini dan besarnya persentase
didasarkan pada kearifan professional. Sebagai contoh, dalam bisnis yang dikelola oleh pemiliknya,
pemilik mengambil sebagian besar dari keuntungan perusahaan sebagai remunerasinya. Oleh karena itu,
masuk akal jika auditor menggunakan laba sebelum remunerasi dan pajak sebagai acuan dan
brenchmark.
Auditor harus menggunakan materialitas ketika menentukan sifat, waktu pelaksanaan, dan
luasnya prosedur audit. Gunakan materialitas untuk:
PEMUTAKHIRAN MATERIALITAS
Penilaian awal mengenai overall materiality dan performance materiality dapat berubah dari
perencanaan audit pada awal mulanya, sampai saat mengevaluasi hasil dari prosedur audit. Hal ini
dapat terjadi karena perubahan situasi atau perubahan mengenai apa yang diketahui auditor setelah
melaksanakan prosedur audit. Contoh, setelah melaksanakan prosedur audit mendekati akhir tahun,
auditor mempunyai informasi mengenai hasil usaha dan posisi keuangn yang lebih mutakhir dari data
yang dietrimanya dalam periode interim.
Ketika situasi berubah dari satu period eke periode berikutnya, auditor peril
mempertimbangkan dampak salah saji pada ekuitas awal periode. Contoh, jika penjualan dan laba jauh
lebih rendah dari periode yang lalu, angka materialitas yang lebih rendah yang harus dipergunakan.
Kesalahan dapat terjadi pada saldo-saldo awal karena audit dilaksanakan dengan tingkat materialitas
yang lebih tinggi. Untuk mengurangi risiko kesalahan yang material terjadi dalam ekuitas awal, auditor
dapat melaksanakan prosedur audit tambahan atas saldo akun asset dan liabilitas.
KONSEP MATERIALITAS DARI ISA 320
ISA POKOK BAHASAN KUTIPAN DARI ISA 320 ALINEA YANG BERSANGKUTAN
320.8 Tujuan auditor Menerapkan secara tepat konsep materialitas dalam
perencanaan dan pelaksanaan audit.
450 Tujuan auditor ialah mengevaluasi:
alinea a. Dampak salah saji yang tidak ditemukan, terhadap
3 audit; dan
b. Dampak salah saji yang tidak dikoreksi, jika ada,
terhadap laporan keuangan
320.9 Definisi performance Performance materiality (materialitas pelaksanaan)
materiality (materialitas adalah jumlah yang ditetapkan oleh auditor di bawah
pelaknsaan) angka materilaitas laporan keuangan secara menyeluruh.
Tujuannya ialah untuk menurunkan probabilitas salah saji
melebihi (overall materiality) ke tingkat rendah yang
tepat (appropriate low level). Salah saji disini adalah
jumlah seluruh salah saji yang tidak dikoreksi dan tidak
terdeteksi.
320.10 Strategi audit dan angka Dalam merumuskan strategi audit secara keseluruhan,
materialitas auditor wajib menentukan angka materialitas laporan
keuangan secara menyeluruh. Jika dalam situasi tertentu
pada entitas itu, ada satu atau lenih jenis transaksi, saldo
akun, atau pengungkapan di mana jumlah yang lebih
rendah dari angka materialitas laporan keuangan secara
keseluruhan dapat memengaruhi keputusan ekonomis
pemakai laporan keuangan (yang menggunakan laporan
keunagna sebagai dasar untuk membuat keputusannya),
auditor wajin mennetukan tingkat materialitas yang harus
diterapkan pada jenis transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan tersebut.
320.11 Menetapkan (besarnya) Auditor wajib menetapkan (besarnya) performance
performance materiality materiality untuk tujuan menilai risiko salah saji yang
material dan menentukan sifat (nature), waktu (timming),
dan luasnya (extent) prosedur audit selanjutnya (further
audit procedure).
320.12 Revisi materialitas Auditor wajib merevisi materialitas untuk laporan
keuangan secara menyeluruh (dan, di mana perlu, tingkat
materialitas untuk jenis transaksi, saldo akun atau
pengungkapan tertentu) ketika memperoleh informasi
selama auditnya yang menyebabkan ia menentukan
angka materialitas yang berbeda dari yang ditetapkannya
semula.
320.13 Menentukan apakah merevisi Jika auditor menyimpulkan bahwa angka materialitas
performance materiality yang lebih rendah untuk laporan keuangan secara
keseluruhan dan, di mana perlu, tingkat materialitas
untuk jenis transaksi, saldo akun atau pengungkapan
tertentu) dari ditetapkannya semula, memang lebih tepat,
auditor wajib menentukan apakah ia perlu merevisi
performance materiality, dan apakah sifat, waktu, dan
luasnya prosedur audit selanjutnya (seperti direncanakan
semula) masih tepat.
320.14 Dokumentasi materiality Auditor waji memasukkan dalam dokumentasi audit
angka/jumlah yang berikut beserta factor-faktor yang
dipertimbangkan dalam menentukan:
a) Overall materiality
b) Jika perlu, tingkat materilitas untuk jenis transaksi,
saldo akun atau disclosure
c) Performance materiality
d) Revisi angka